Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ROHANA YULIA FATMA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 837533177

Tanggal Lahir : 12 JULI 1998

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus

Kode/Nama Program Studi : 118 – PGSD – S1

Kode/Nama UPBJJ : 74 – MALANG

Hari/Tanggal UAS THE : SENIN / 20 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ROHANA YULIA FATMA


NIM : 837533177
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/ Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Program Studi : S1 – PGSD
UPBJJ-UT : MALANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Kediri, 20 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

ROHANA YULIA FATMA


1. a. Jenis distabilitas yang dialami Aldo adalah Tunarungu. Kelainan yang terjadi pada Aldo
disebabkan karena penyebab Prostnatal dimana Aldo mengalami panas tinggi dan setelahnya Aldo
mengalami gangguan pendengaran.

b. 1) Dampak Kelainan Pada Anak.

a) Kelainan yang di atas normal, yaitu anak yang mempunyai kemampuan/bakat luar
biasa atau yang disebut anak berbakat, barangkali akan mempunyai dampak sangat
positif terhadap anak-anak ini. Mereka akan merasa bangga dengan kelainan yang
dimilikinya.

b) Ada anak yang kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri, terhambat berbagai
aspek perkembangannya, namun ada juga yang mampu tumbuh seperti anak-anak
lainnya.

2) Dampak Kelainan Pada Keluarga

a) Ada orang tua keluarga yang secara pasrah menerima kenyataan yang mereka hadapi,
namun tidak jarang yang merasa sangat terpukul, dan tentu saja ada yang bersikap
tidak peduli

b) Reaksi/sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa salah satu anggota


keluarganya dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya tingkat pendidikan, latar
belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan tentu saja jenis dan tingkat
kelainan yang diderita.

3) Dampak Kelainan Pada Masyarakat

a) Ada masyarakat yang bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan berbagai


fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh, bahkan tidak jarang ada yang bersikap
antipati sehingga melarang anak-anaknya bergaul atau berteman dengan ABK
(terutama yang di bawah normal)

b) keberadaan ABK memang mendorong masyarakat untuk berbuat sesuatu untuk


membantu mereka tumbuh dan berkembang
2. Pada diagram yang paling tinggi jumlah disabelitasnya adalah tuna grahita.

a) Penyebab disabellitas tuna grahita


Faktor penyebab Tunagrahita adalah karena faktor genetik atau fisiologis. Ketika masih
berada dalam kandungan, bayi dapat mengalami gangguan kromosom atau penyakit bawaan dari ibu
atau adanya pengaruh eksternal seperti alkohol, obat-obatan, dan racun yang mempengaruhi
pertumbuhan otak janin.

b) Dampak terjadinya disabelitas tunagrahita


Dampak ketunangrahitaannya dalam sosial dan emosiaonalnya adalah
anak tunagrahita memiliki ketidakmampuan untuk memahami aturan sosial dan keluarga, sekolah
serta masyarakat. Dalam pergaulannya anak tunagrahita tidak dapat menngurus diri, memelihara dan
memimpin diri.

3. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Guru memiliki
peran yang besar supaya siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat dalam
kehidupan siswa. Dalam prosesnya, tidak semua siswa mengalami proses belajar yang lancar.
beberapa siswa mengalami kesulitan dalam belajar sehingga tidak dapat mencapai target
pembelajaran secara optimal. kesulitan belajar anak juga dapat diinterpretasi oleh seorang guru
melalui penyelidikan, misalnya dengan cara:
a) Observasi, yaitu mengamati peserta didik dalam belajar, baik sikap siswa dalam mengikuti
pelajaran maupun memeriksa buku catatan dan peralatan siswa dalam belajar.

b) Interviu yaitu wawancara secara langsung kepada siswa yang bersangkutan atau
wawancara secara tidak langsung, yaitu terhadap orang-orang yang dapat memberikan informasi
tentang siswa tersebut, misalnya orang tua/wali atau teman dekat siswa tersebut.

c) Mengadakan tes diagnostik untuk dapat mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami
siswa.

(d) Dokumentasi, yaitu melihat arsip catatan – dokumentasi yang berkaitan dengan siswa
yang sedang diselidiki dengan melihat riwayat hidupnya, keaktivan dalam belajar, catatan hariannya,
absensi, hasil ulangan, maupun nilai yang diperoleh di dalam rapornya.
4. Pelaksanaan Program Pengajaran Individual
 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari, tanggal : 4, 10, dan 20 Juni 2022


Pukul : 08.00 s/d selesai
Tempat : Kediaman anak

 Implementasi Program Pembelajaran Individual


Saya memulai pelaksanaan program ketika anak sedang dalam kondisi santai.
Sebelumnya anak tidak termotivasi untuk mengikuti program yang akan saya laksanakan.
Untuk itu, saya mencoba mengajak dan memberi motivasi agar anak mau mengikuti program
pembelajaran. Setelah semuanya siap, barulah program pembelajaran dimulai. Pertama-tama,
saya mengajak anak untuk berdoa terlebih dahulu guna melancarkan program yang akan
dijalankan. Kemudian saya memberikan apersepsi supaya anak tidak kehilangan fokus dan
saya mengkaitkannya dengan materi yang akan dipelajari anak saat itu. Selanjutnya saya
masuk kepada kegiatan inti berdasarkan rencana yang saya buat. Ditengah-tengah proses
pembelajaran, terkadang anak mulai tidak konsentrasi karena anak melakukan nya dengan
terburu-buru juga sering mengatakan “cape”. Disini saya mencoba menghentikan sejenak
program, lalu memberikan semacam reinforcement agar anak semangat kembali mengikuti
pembelajaran. Setelah semua dapat diredakan, saya kembali melanjutkan program
pembelajaran. Setelah program pembelajaran telah selesai dilaksanakan, saya mengakhiri
dengan memberi reinforcement untuk anak sebagai reward telah mengikuti program sampai
dengan selesai. Saya juga memberikan evaluasi untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi anak ketika mengikuti program dan juga sebagai bekal anak untuk mengikuti
program selanjutnya.

LEMBAR OBSERVASI
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Prestasi akademik dinilai sangat tinggi di masyarakat kita. Kita sering membandingkan
prestasi belajar anak-anak kita yang masih sekolah dengan anak-anak dari budaya lain untuk
membuat estimasi apakah kita berhasil atau gagal sebagai “pemimpin dunia” dan sebagai Negara
adidaya di bidang ekonomi. Di tingkat pribadi, orang tua sering kali menginvestasikan banyak
waktu dan energi emosionalnya untuk memastikan bahwa anak-anaknya sukses secara akademis.
Jadi mereka bia menjadi sangat resah ketika seorang anak yang tidak menampakkan deficit
intelektual yang jelas tidak dapat mencapai prestasi seperti yang diharapakan.
Dibagian ini kami mendeskripsikan tentang gangguan belajar (learning disorder) di bidang
membaca, matematika, dan mengekpresikan sesuatu secara tertulis (written expresion) yang
semuanya ditandai oleh performa yang secara substansial leboh rendah dibanding performa yang
diharapkan untuk orang dengan usia, IQ, dan pendidikan yang setara dengannya.
Maka dari itu, sangatlah penting bagi kami untuk melakukan observasi atau pengamatan
mengenai beberapa gangguan belajar yang dialami oleh sebagian anak terutama anak usia sekolah.
Judul pada observasi kami adalah “Observasi Gangguan Menulis (Disgrafia) Pada Siswa Kelas III
SD”.
II. LANDASAN TEORI
Pengertian Gangguan Belajar (learning disorder)
Berdasarkan definisinya, anak yang menderita gangguan belajar mempunyai kecerdasan
yang normal atau di atas normal, kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau, biasanya,
beberapa mata pelajaran, dan tidak memiliki problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental,
yang menyebabkan kesulitan itu. Konsep umum gangguan belajar mancakup problem dalam
kemampuan mendengar, berkonsentrasi, berbicara, berpikir, memori, membaca, menulis, dan
mengeja, dan keterampilan social (Kamphaus, 2000).
Gangguan belajar sulit didiagnosis (Bos & Vaughn, 2002). Ketidak mampuan untuk
belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa jadi berupa adanya problem mendengar,
berkonsentrasi, berbicara, membaca, menulis, menalar, berhitung, atau problem interaksi sosial.
Jadi, anak yang memiliki gangguan belajar boleh jadi memiliki profil yang berbeda-beda (Henley,
Ramsey & Algozzine, 1999). Gangguan belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis
seperti fetal alcohol syndrome (American Psychiatric Association, 1994). Gangguan belajar juga
terjadi bersama dengan gangguan lainnya, seperti gangguan komunikasi dan gangguan perilaku
emosional (Poloway dkk, 1997).
Anak lelaki besar kemungkinannya mengalami gangguan belajar. perbedaan gender ini
telah dijelaskan dari berbagai sudut pandang seperti kerawanan biologis yang lebih besar pada diri
anak lelaki dan bias referral (anak lelaki lebih sering disebut-sebut guru karena perilakunya yang
bandel dan mengganggu serta hiperaktif).[1]
Beberapa area akademik paling umum yang menjadi masalah bagi anak dengan
ketidakmampuan belajar adalah pelajaran membaca, bahasa tulis, dan matematika (Hallahan &
Kauffman, 2000; Lerner, 2000). Bidang paling umum yang menyulitkan anak dengan gangguan
belajar adalah aktivitas membaca, terutama keterampilan fonologis, yang menyangkut cara
memahami bagaimana suara dan huruf membentuk kata.
Pada awal sejarah diagnosis gangguan dalam belajar, kesulitan dalam pelajaran berhitung
tidak banyak diberi perhatian. Tetapi kini diakui bahwa gangguan belajar juga bisa terjadi di
bidang matematika. Murid dengan gngguan belajar di bidang matematika dapat jadi selalu
membuat banyak kesalahan dalam berhitung atau menggunakan cara yang tidak efisien untuk
memecahkan soal-soal matematika.

III. ALAT OBSERVASI


Definisi operasional
Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau
mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan, karena mereka tidak bisa menyuruh atau
menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis.
Pada anak-anak, umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini
tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan
keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis
biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang
berada di tingkat SD.[8]
Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang
tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali
mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk
tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan. Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua
harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-
asalan menulis, dan tidak mau belajar.
Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak,
ataupun keterlambatan proses visual motoriknya. Dysgraphia / Disgrafia adalah learning disorder
dengan ciri perifernya berupa ketidakmampuan menulis, terlepas dari kemampuan anak dalam
membaca maupun tingkat intelegensianya. Disgrafia diidentifikasi sebagai keterampilan menulis
yang secara terus-menerus berada di bawah ekspektasi jika dibandingkan usia anak dan tingkat
intelegensianya.
Gangguan menulis mengacu pada anak-anak dengan keterbatasan kemampuan menulis.
Keterbatasan dapat muncul dalam bentuk kesalahan mengeja, tata bahasa, tanda baca, atau
kesulitan dalam bentuk kalimat dan paragraph. Kesulitan menulis yang parah umumnya tanpak
pada usia 7 tahun (kelas 2 SD), walaupun kasus-kasus lebih ringan mungkin tidak dikenali sampai
usia 10 tahun (kelas 5 SD) atau setelahnya.
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara
fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak
dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan
dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.

IV. PEMBAHASAN

Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau
mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan,karena mereka tidak bisa menyuruh atau
menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis.
Pada anak-anak, umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini
tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan
keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis
biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang
berada di tingkat SD.
Dari hasil observasi dan pendiagnosaan yang telah kami lakukan pada klien, dapat
diperoleh pembahasan sebagai berikut :
1. Gangguan belajar pada klien
Dari observasi yang telah kami lakukan selama kurang lebih satu minggu pada klien,
telah ditemukan beberapa ciri-ciri disgrafia yang tidak mampu dijalankan oleh klien kami.
Dimana percobaan-percobaan atau ilustrasi yang diberikan oleh kami tidak bisa diselesaikan
dengan baik. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa klien kami positif mengalami gangguan
belajar disgrafia. Ini berdasarkan pada ciri-ciri yang lebih dari tiga yang ada pada klien. Sebab
kata para tokoh bahwa apabila klien sudah mengalami gejala paling sedikitnya tiga, maka
klien itu sudah bisa dikatakan positif.
Meskipun ada yang mengatakan bahwa dengan gangguan belajar disgrfia bisa jadi
klien juga akan menderita gangguan belajar lainnya seperti gangguan dalam membaca dan
menghitung, namun pada klien kami selain gangguan belajar disgrafia dalam hal membaca
dan menghitung masih normal.
2. Penyebab gangguan klien
Sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti apa penyebab sebenernya dari
gangguan belajar disgrafia. Hanya saja biasanya yang menjadi penyebab bisa dari faktor
keluarga. Maksudnya jika ada salah satu keluarga yang mengalami gangguan belajar maka
tidak ada kemunkinan anggota atau keturunan yang lainnya akan mengalami hal yang sama
juga.
Pada klien kami ini, ternyata secara spesifik tidak ditemukan apa penyebab gangguan
belajar disgrafia yang dialaminya, hanya saja kalau ditelusuri ternyata ada salah satu dari
keluarga klien (bapaknya) yang masih buta huruf karena tidak pernah mengenyam yang
namanya pendidikan di sekolah. Mungkin ini bisa menjadi salah satu penyebab gangguan
belajar yang dialami oleh klien. Selain itu kami masih belum menemukan penyebab lainnya.
3. Waktu munculnya gejala-gejala gangguan
Dari masa kecil hingga hampir masuk sekolah anak ini masih belum ditemukan tanda-
tanda atau ciri yang timbul. Baru ketika sekolahnya sudah mencapai dua tahun yaitu saat
berumur 7 tahun (masih kelas 1 SD) sudah mulai muncul gejala disgrafia. Dimana saat sudah
dua tahun duduk di kelas 1 dia masih belum bisa memegang pensil dengan baik ketika
menulis. Cara dia memegang pensil tidak seperti biasanya anak normal, jari-jari pemegang
pensil terlalu ke ujung pensil. Lima jari tangannya tertumpuk jadi satu pada pensil yang
dipegang dan hampir nempel ke kertas, sehingga kelihatan kaku. Dan hasil tulisannya kurang
bagus serta tidak tertata rapi.
Mengenai berbicara sendiri dan memperhatikan tangan yang sedang menulis ini
dialami juga sejak duduk di bangku SD kelas 1. Setiap klien disuruh menulis pandangan
matannya memperhatikan gerakan tangan yang sedang menulis. Dan untuk masalah berbicara sendiri
itu tidak terjadi setiap menulis, hanya kadang-kadang saja. Berbicaranya disini yaitu melafalkan atau
membaca dengan suara kecil kata-kata yang akan atau sedang ditulis.
Untuk gejala yang lainnya baru bisa dikatakan bermasalah atau tidak mampu diketika sudah
memasuki bangku kelas 3 atau 4 SD, sebab di usia kelas 1-3 SD anak masih belum bisa disimpulkan
bahwa itu belum mampu atau bermasalah dengan gejala itu. Gejala itu antara lain, bentuk huruf hasil
tulisan tidak konsisten, penggunaan huruf besar dan kecil masih tercampur, ukuran bentuk tuisan
tidak proporsional, cara menulis tidak konsisten, sambil berbicara saat menulis, dan masih tetap
mengalami kesulitan meskipun saat menyalin contoh tulisan yang ada. Secara normal mayoritas anak
1-3 SD masih belum bisa melewati hal-hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai