Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN MASALAH CAMPAK

DISUSUN OLEH :
NAMA : DWI APRILIYANI
NPM : F0H022067
KELAS : 2B
SEMESTER :3

DOSEN PENGAMPUH :
NS. TITIN APRILATUTINI, S.Kep, M.Pd

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023/2024
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 0c ata lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu kesehatan
anak 2:624 )
Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan
selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.
2. Etiologi
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des
petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang
jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal
dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing,
manusia ).
Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein
yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik,
dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah ditemukan dan
fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas virus yang telah diketahui ( table 2-1 ).
Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka waktu lama pada temperature
rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik dibiakan sel
primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari manusia dan monyet paling
dapat dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus
mudah berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai dengan
pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi sinsitium
dan eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan yang diamati
di specimen sitologi yang diambil dari secret traktus respiraturius dan banyak jaringan
penderita campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi
komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh
virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak
selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat jarang terjadinya
serangan kedua pada penyakit ini.
3. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi
mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret
nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek
perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat
bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat
lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder
yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus.
Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan
keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius
dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6
hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ),
perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine,
tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan
munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala
klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian
karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi
barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia
sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis dan
50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit.
Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis.
Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum
antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan
ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf
pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya
penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara
akut maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi
campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan
ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu,
jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang
menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal
seumur hidupnya.
4. Manifesti Klinis
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu :
a. Stadium Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi
campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu,
sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis
berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau
palatum. Kadang-kadang terdapat macula halus yang kemudian menghilang
sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis
sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu 2
minggu terakhir.
b. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya suhu
badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul
dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher belakang. Pula terdapat
sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari
campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu campak yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
c. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada
komplikasi.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak
langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak
yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim
inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ).
Pada bercak koplikdijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap),
bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang
tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus
campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan
untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A
sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan
200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak.
Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin
A dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu
sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya
buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di
rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai ( kadang
perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan
nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya
komplikasi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
c. Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, status, No Cm, alamat,
pekerjaan, pendidikan, diagnostik medis
d. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pendidikan, dan
pekerjaan

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaji penyebab klien masuk RS (adanya eritema dibelakang telinga,
di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum
durum dan palatum mole.)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kondisi pasien saat ini, apa yang dirasakan pasien sekarang
c. Riwayat Penyakit Masa lalu
Kaji pasien apakah pasien pernah dirawat sebelumnya dan apakah
penyakitnya sama
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah anggota keluarga punya penyakit yang sama dengan pasien

3. Pengkajian Pola Fungsi Gordon

a. Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan


1) Merokok?Alkohol?
2) Pemeriksaan keseh atan rutin?
3) Pendapat pasien tentang kesehatan tentang saat ini?
4) Persepsi pasien tentang berat ringannya
5) Persepsi tentang tingkat sembuhnya
b. Pola Aktivitas dan latihan
1) Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan)
2) Kebersihan sehari-hari (pakaian dl)
3) Aktivitas sehari-hari (jenis pekerjaan, lamanya, dl)
4) Kemampuan perawatan diri
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/Berdandan
Mobilisasi ditempat tidur
Pindah
Ambulasi
Makan/Minum

Ket :
Skore 0 : Mandiri
Skore 1 : Dibantu sebagian
Skore 2 : Perlu dibantu orang lain
Skore 3 : Perlu dibantu orang lain dan alat
Skore 4 : Tergantung atau tidak mampu

c. Pola Istirahat dan tidur


1) Pola istirahat dan tidur
2) Waktu tidur, lama, kwalitas (sering terbangun)
3) Imsomnia, sinambulism?
d. Pola Nutrisi dan metabolik
1) Apa yang biasa di makan klien tiap hai?
2) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari?
3) Adakah supelmen yang dikonsumsi
4) Jumlah makan minum yang masuk
5) Adakah nyeri telan?
6) Frekuensi BB 6bulan terakhir naik/ turun
7) Diet Khusus atau makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah,
kesulitan menelan
e. Pola Eliminasi
1) Kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, adal tidak darah, penggunaan
obatpencahar)
2) Kebiasaan BAK (Frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK : disuria, nokturia,
inkontinensia)
f. Pola Kognitif dan perceptual
1) Nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala nyeri, cara mengurangi nyeri)
2) Fungsi panca indra (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu,
perasa), menggunakan alat bantu?
3) Kemampuan bicara
4) Kemampuan membaca
g. Kemampuan konsep diri
1) Bagaimana klien memandang dirinya
2) Hal apa yang disukai klien mengenai dirinya?
3) Apakah klien dapat mengidentifikasi kekuatan antara kelemahan yang ada
pada dirinya?
4) Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien secara baik
h. Pola koping
1) Masalah utama saat masuk RS (keuangan, dl)
2) Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya
3) Takut terhadap kekerasan
4) Pandangan terhadap masa depan
5) Koping mekanisme yang digunakan saat terjadi masalah
i. Pola seksual-reproduksi
1) Masalah menstruasi
2) Papsmear terakhir
3) Perawatan payudara setiap bulan
4) Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
5) Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
j. Pola peran berhubungan
1) Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat
2) Apakah klien punya teman dekat
3) Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan
4) Apakah klien takut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatan
klien?
k. Pola nlai dan kepercayaan
1) Apakah klien penganut suatu agama?
2) Menurut agama klien bagaimana hubungan manusia dengan pencipta-
Nya?
3) Dalam keadaan sakit apakah klien mengalami hambatan dalam ibadah?

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran
2) Kondisi klien secara umum
3) Tanda - tanda vital
4) Pertumbuhan fisik: TB,BB.postur tubuh.
5) Keadaan kulit: wana, tekstur, kelaianan kulit.
b. Pemeriksaan CEPALO KAUDAL
1) Kepala
a. Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut.
b. Mata: kebersihan, penglihatan, pupil, reflek, sklera, konjungtiva.
c. Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
d. Hidung: fungsi, polip,sekret, nyeri?
e. Mulut: kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna lidah,
gigi ( letak, kondisi gigi), oropharing ( bau nafas, suara parau, dahak).
2) Leher
Bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil, JVP,
Nyeri telan?
3) Dada
a. Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada, pergerakan
selma pernafasan, jenis pernafasan
b. Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyí jantng, suara abnormal yang
ditemuai.
c. Perkusi: batas jantung dan paru? Dullness.
d. Palpasi: simetris, nyeri tekan, Massa, Pernafasan (kedalaman, kecepatan),
ictus kordis
4) Abdomen
a. Inspeksi: simetris, contour, warna kulit, vena, ostomy.
b. Auskultasi: frekuensi dan intensitas peristaltik.
c. Perkusi: Udara. Cairan, massal tumor?
d. Palpasi: tonus otot, kekenyalan, ukuran organ, massa, hernia, hepar, lien?
5) Genetalia, Anus dan rektum
a. Inspeksi: warna, terpasang alat bantu, kelainan genital, simpisis?
b. Palpasi: teraba penumpukan urine?
6) Ekstremitas
a. Atas: kelengkapan, kelainan jari, tonu otot, kesimetrisan gerak, ada yang
menggganggu gerak? kekuatan otot., gerakan otot, gerakan bahu, siku,
pergelangan tangan dan jari - jari
b. Bawah: kelengkapan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varices,
gerakan otot, gerakan panggul, luutut, pergelangan kaki dan jari -jari.
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi
b) laboratorium
c) EEG, ECG, EMG, USG, CT Scan.

6. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : rash (ruam pada kulit) Gangguan integritas kulit
-
DO :
1. Kerusakan jaringan
dan / atau lapisan kulit.
2. Nyeri
3. Perdarahan
4. Kemerahan
5. Hermatoma

7. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Integritas Kulit b/d rash (ruam pada kulit) Definisi: Kerusakan
kulit(dermis/epidermis) atau jaringan

8. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


O Keperawatan
1. Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan integritas
Kulit b/d rash (ruam asuhan kulit
pada kulit) Definisi: keperawatan
a) Observasi
Kerusakan selama 3x24 jam
kulit(dermis/epidermis) maka diharapkan 1. Identifikasi
atau jaringan Integritas Kulit penyebab gangguan
dan Jaringan integritas kulit (mis.
L.14125 Kriteria Perubahan sirkulasi,
hasil : perubahan status
nutrisi, penurunan
1. Kemerahan kelembaban, suhu
menurun lingkungan ekstrim,
2. Kerusakan penurunan
lapisan kulit mobilitas)
menurun b) Terapeutik
3. Tekstur kulit
membaik 1. Gunakan produk
berbahan petrolium
jelly/minya pada
kulit kering
2. Gunakan produk
berbahan ringan
atau alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
c) Edukasi
1. Anjurkan minum air
yang cukup
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi -
Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim

9. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

10. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan.
S : Subjective (Subjektif),
O : Objective (Objektif)
A : Assesment (Penilaian)
P : Planning (Perencanaan)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


diagnostik, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan


keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai