Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Sardania sebagai dosen pengampu mata
kuliah Kewirausahaan yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….
B. PERMASALAHAN …………………………………………………………………
1. Bagaimana penerapan nilai nilai yang terkandung dalam sila kedua pancasila di
masyarakat ?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam mewujudkan nilai nilai yang terkandung dalam
a. Kesimpulan ………………………………………………………………………………
b. Saran ……………………………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang
tubuh UUD 1945. Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia, tidak terbentuk secara mendadak. Namun, terbentuknya Pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Pancasila digunakan sebagai dasar
untuk mengatur pemerintahan Negara serta sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
Negara.
Seperti yang kita ketahui, Pancasila berasal dari kata Panca yaitu lima dan Sila yang
berarti prinsip/dasar. Jadi dapat diartikan bahwa Pancasila adalah lima prinsip/dasar. Lima
sila tersebut yaitu 1) Ketuhanan Yang Maha Esa, 2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, 3)
Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Meskipun
dalam sila-sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya
namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Sifat dasar
filsafat Pancasila bersumber pada hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia
adalah sebagai pendukung pokok negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila
kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari tidak
lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu memberikan dasar kepada kita
sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain itu,
dalam sila ke-dua juga terdapat nilai keadilan dimana menuntut kita sebagai manusia yang
tidak dapat lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan menjunjung
tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila ke-dua tersebut terdapat
butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa yang ada di dalam Pancasila sila ke-
dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua tersebut diharapkan manusia atau
lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam mengamalkan apa yang ada dalam
sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia senantiasa berdasar kepada kemanusiaan
yang adil dan beradap dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu, dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-
undangan Negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat
manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin
dalam peraturan perundang-undangan negara.
B. Permasalahan
1. Bagaimana penerapan nilai nilai yang terkandung dalam sila kedua Pancasila di
masyarakat?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam mewujudkan nilai nilai yang terkandung dalam sila
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Bung Hatta, Pancasila 1 Juni memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi politik yang
berisi nilai-nilai politik kebangsaan, seperti nasionalisme, kemanusiaan, kerakyatan, dan
kesejahteraan sosial. Dimensi politik ini merupakan tugas pokok dari Pancasila sebagai dasar
negara nasional. Kedua, dimensi etis yang berisi ketuhanan. Artinya, nilai nilai politik
kebangsaan tersebut dibangun di atas moralitas ketuhanan. Persoalannya, benarkah Soekarno
mendefinisikan ide ketuhanannya sebagai ketuhanan yang berkebudayaan? Apa yang dimaksud
dengan istilah ini? Hal ini pula yang perlu dijernihkan agar tidak terjadi kesilap pandangan.
Dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyatakan "Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5? Prinsip
Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan!"
Selanjutnya ia menambahkan, "Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan...
ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang hormat menghormati satu sama lain.
Hatiku akan berpesta raya jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Indonesia merdeka
berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa!" Dengan demikian, yang dijadikan sila kelima bukanlah
ketuhanan yang berkebudayaan, melainkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ibarat hubungan iman
dan amal saleh. Maka itu, iman Soekarno tentu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia hanya
menganjurkan agar kita mengamalkan iman tersebut secara berbudaya, yakni secara beradab
dengan menghormati umat agama lain. Oleh karena itu, ketuhanan berkebudayaan bukan mazhab
keagamaan, melainkan praktik beragama yang berbudaya.
Dan tepat dalam konteks dasarlah, Soekarno menempatkan ketuhanan dalam rumusan
Pancasilanya. Artinya, ketuhanan menjadi dasar bagi sila-sila di atas sebagaimana pemahaman
Bung Hatta atas pikiran sahabatnya ini dalam karya beliau, Pengertian Pancasila (1989). Menurut
Bung Hatta, Pancasila 1 Juni memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi politik yang berisi nilai-
nilai politik kebangsaan, seperti nasionalisme, kemanusiaan, kerakyatan, dan kesejahteraan
sosial. Dimensi politik ini merupakan tugas pokok dari Pancasila sebagai dasar negara nasional.
Kedua, dimensi etis yang berisi ketuhanan. Artinya, nilai nilai politik kebangsaan tersebut
dibangun di atas moralitas ketuhanan. Persoalannya, benarkah Soekarno mendefinisikan ide
ketuhanannya sebagai ketuhanan yang berkebudayaan? Apa yang dimaksud dengan istilah ini?
Hal ini pula yang perlu dijernihkan agar tidak terjadi kesilap pandangan. Dalam pidato 1 Juni
1945, Soekarno menyatakan "Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5? Prinsip Indonesia merdeka
dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan!" Selanjutnya ia
menambahkan, "Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan... ketuhanan yang
berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang hormat menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta
raya jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Indonesia merdeka berasaskan Ketuhanan Yang
Maha Esa!" Dengan demikian, yang dijadikan sila kelima bukanlah ketuhanan yang
berkebudayaan, melainkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ibarat hubungan iman dan amal saleh.
Maka itu, iman Soekarno tentu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia hanya menganjurkan agar kita
mengamalkan iman tersebut secara berbudaya, yakni secara beradab dengan menghormati umat
agama lain.
Menurut Bung Hatta, Pancasila 1 Juni memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi politik yang
berisi nilai-nilai politik kebangsaan, seperti nasionalisme, kemanusiaan, kerakyatan, dan
kesejahteraan sosial. Dimensi politik ini merupakan tugas pokok dari Pancasila sebagai dasar
negara nasional. Kedua, dimensi etis yang berisi ketuhanan. Artinya, nilai nilai politik
kebangsaan tersebut dibangun di atas moralitas ketuhanan. Persoalannya, benarkah Soekarno
mendefinisikan ide ketuhanannya sebagai ketuhanan yang berkebudayaan? Apa yang dimaksud
dengan istilah ini? Hal ini pula yang perlu dijernihkan agar tidak terjadi kesilap pandangan.
Dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyatakan "Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5? Prinsip
Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan!"
Selanjutnya ia menambahkan, "Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan...
ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang hormat menghormati satu sama lain.
Hatiku akan berpesta raya jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Indonesia merdeka
berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa!" Dengan demikian, yang dijadikan sila kelima bukanlah
ketuhanan yang berkebudayaan, melainkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ibarat hubungan iman
dan amal saleh. Maka itu, iman Soekarno tentu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia hanya
BAB 3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Sila Ke 2 Pancasila Di Masyarakat
Pancasila lahir dari pemikiran para tokoh pejuang kemerdekaan pada tahun 1945 silam.
Terdapat 5 dasar yang menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia, salah satunya dalam sila ke-
2. Seperti apa bunyi sila ke-2? Pancasila secara resmi dan sah tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 4. Dalam sejarah kemerdekaan, rancangan UUD 1945 dirumuskan oleh
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPK). UUD 1945 kemudian
ditetapkan dan disahkan sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia oleh PPKI atau
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. PPKI dibentuk setelah BPUPKI dibubarkan.
Bunyi sila ke-2 adalah "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Menurut Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila (BPIP), sila tersebut merupakan perwujudan nilai kemanusiaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, bermoral, dan
beragama.
Terdapat 10 butir pengamalan sila ke-2 yang berhasil dirumuskan oleh BPIP. Kesepuluh
nilai yang terkandung antara lain sebagai berikut:
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
2. Faktor eksternal
Tidak adilnya pemerintah dalam pemberian penyuluhan terhadap masyarakat
Banyak nya pemerintah yang melakukan korupsi
Kesadaran pemerintah terhadap rakyat kecil kurang
Kurangnya kepedulian pemerintah terhadap masyarakat sehingga Penyebaran
bantuan yang tidak merata
Masih ada pelaku atau oknum yang menyerang atau menyudutkan melalui
komentar jahat di sosial media
Tidak berani membela kebenaran dan keadilan
Ibu : Risma
Jumlah Kendaraan :1
Biaya SPP/Kuliah :-
Kesimpulan :
Bapak Ini Mulai Jadi Nelayan Dari Kelas 5 SD, Merantau Dari Padang-Bengkulu,Memiliki
Anak 4 Orang,3 Laki-laki 1 Perempuan, Yang 1 Sekolah Tamat SMP Pekerjaan Nelayan.
Ujar Bapak Ini Tanah Ini Yang Ia Buat Rumah Ini Milik Pemeritah Dan Tidak Tahu Kapan
Di Gusur.
Ada Anak Yang Ingin Melanjutkan Pendidikan SMP Tapi Orang Tua Tidak Mampu. Tidak
Selain Menafkai Anak Dan Istri Pak Deprizal Juga Merawat Ibunya Yang Mengalami
Penghasilan : 200-300
Jumlah Kendaraan :1
Kesimpulan :
Bapak Dodi Ini Bekerja Dari Jam 1-12 Siang,Bapak Ini Sudah Merantau Dari Kelas 5 SD,Rumah
Yang Di Tunngu Bapak Sekarang Milik Sendiri, Satu Hari Bapak Dodi Ini Mengeluaran Uang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adanya Perubahan Iklim Menyebabkan Sebagai Besar Masyarakat Nelayan Yang Ada Di
Bengkulu Tidak Bisa Melakukan Aktivitas Sehari-hari Untuk Pergi Ke Laut Sehingga
Mengakibatkan Pendapatan Berkurang.
2. Dari Tuntunan Pekerjaan Mereka Sebagai Nelyan Menyebabkan
Sebagian Masyarakat Nelayan Bengkulu Sudah Bisa Beradaptasi Degan
Perubahan Iklim.
B. Saran
Dari Hasil Observasi Masih Banyak Para Nelayan Yang Butuh Bantuan Agar Tidak
Kekurangan, masih banyak pemerintah yang kurang memperhatikan masyarakat golongan bawah
sampai merasa kekurangan, tetapi pemerintah sudah memberikan bantuan seperti meminjamkan
tanah milik pemerintah. Kita sebagai sesama masyarakat harus saling membantu masyarakat
yang membutuhkan bantuan.