Anda di halaman 1dari 2

Jangan Menjadi Penghalang Amar Makruf Nahi Munkar 🔥

👤Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata,

، ‫ وعِّلموا الخير‬،‫ وإن كنتم تواقعون بعضه‬،‫ وال تَد عوا الَّن هي عن منكر‬،‫ وإن قَّصرتم في بعضه‬،‫وال تدعوا األمر بالمعروف‬
‫ وإن كنتم ال تأتونه كَّله‬.

"Jangan kalian tinggalkan amar makruf (memerintahkan yang baik), meskipun kalian lalai
pada sebagiannya. Jangan kalian tinggalkan nahi munkar (melarang dari yang jelek),
meskipun kalian kadang terjatuh pada sebagiannya. Ajarkanlah kebaikan meskipun kalian
tidak mengamalkan seluruhnya."

📚 Rasail Ibni hazm (3/180).

📝Faedah-faedah yang dapat kita ambil adalah:

1. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah satu bentuk iqâmatul hujjah
(penyampaian hujjah, keterangan yang jelas akan kebenaran dari Allah Azza wa Jalla) bagi
seluruh umat manusia secara umum, dan para pelaku maksiat secara khusus. Sehingga ketika
turun musibah dan bencana mereka tidak bisa berdalih dengan tidak adanya orang yang
memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka.

2. Dengan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar akan terlepas tanggungan kewajiban
untuk melaksanakannya (lazim disebut baraatu dzimmah) dari pundak orang-orang yang telah
menjalankannya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

‫َفَت َو َّل َع ْن ُهْم َفَم ٓا َاْن َت ِبَم ُلْو ٍم‬

Maka berpalinglah engkau dari mereka, dan engkau sekali-kali tidaklah tercela. (QS. Adz-
Dzâriyât: 54).

3. Seorang Muslim yang sejati, adalah orang yang menyukai kebaikan ada pada saudaranya
seiman, seperti dia menyukai hal itu ada pada dirinya. Karenanya, dia bersungguh-sungguh
untuk mengajak saudaranya seiman untuk menggapai pahala dan menjauhi dosa.

4. Amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu sebab terbesar untuk mendapatkan
kepemimpinan (penguasaan) di muka bumi. Allah Ta'ala yang telah menciptakan bumi, maka
Dia lah yang berhak mengangkat penguasa di muka bumi tersebut.
5. Sikap tidak mau mencegah hal yang mungkar merupakan salah satu sebab hilangnya ilmu
dan tersebarnya kebodohan. Karena tersebarluasnya kemungkaran tanpa adanya seorang pun
dari ahli agama yang mengingkarinya akan membentuk anggapan bahwa hal tersebut
bukanlah sebuah kemungkaran (kebatilan). Bahkan bisa jadi mereka melihatnya sebagai
perbuatan yang baik untuk dikerjakan.

6. Dalam perkataan lengkapnya Ibnu Hazm rahimahullah mempertegas: "Jika yang boleh
melakukan amar ma'ruf nahi mungkar hanya orang yang benar-benar tidak memiliki dosa,
tentulah takkan ada lagi yang melakukannya sepeninggal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

7. Ketika amar ma’ruf nahi munkar ini ditinggalkan maka para pelaku maksiat dan dosa akan
semakin bernyali untuk terus melakukan perbuatan nistanya, sehingga sedikit demi sedikit
akan sirnalah cahaya kebenaran dari tengah-tengah umat manusia. Sebagai gantinya, maksiat
akan merajalela, keburukan dan kekejian akan terus bertambah dan pada akhirnya tidak
mungkin lagi untuk dihilangkan.

8. Hati-hatilah dari tipu daya iblis dan bala tentaranya dalam hal ini. Jangan sampai
meninggalkan amar ma'ruf, meski engkau masih belum sempurna melakukan kebaikan;
Jangan sampai meninggalkan nahi mungkar, meski engkau masih melakukan sebagian
keburukan; Tetap ajarkan kebaikan, meski engkau belum mengerjakan seluruhnya.

Akuilah, antara dirimu dan Allah saja, kelalaian dan kekuranganmu dalam perkara yang
belum selaras dengan apa yang engkau ajarkan pada orang lain. Minta ampunlah kepada-Nya
tanpa perlu engkau mengumumkan keburukan yang engkau lakukan. Karena ketika engkau
memberitahukan dosa pada orang lain, hal itu adalah dosa besar. Nabi-mu menyatakan
demikian dalam sebuah sabdanya yang shahih.

Boleh jadi ketika beramar ma'ruf nahi mungkar, kita malu kepada Allah karena tahu perilaku
kita menyelisihi apa yang kita sampaikan, dan hal itu menjadi sebab penyesalan dan
kemarahan pada diri sendiri. Dan semoga pengakuan dan permohonan ampun kepada Allah
yang berulang kali bisa menutup kelalaian dan kekurangan itu." (Rasaa-il Ibnu Hazm hlm.
3/180).

Anda mungkin juga menyukai