Anda di halaman 1dari 4

NAMA : LUTFI KHOLIFATUL JANAH

NIM : 857005129
MAPEL : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TUTOR : IBU HERNI IDAYATI, M.Pd
SEMESTER : III ( TIGA )

ANALISIS NOVEL “ SANG PEMIMPI “


Tentang novel sang pemimpi
Pengarang : Andrea Hirata
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Genre : Roman
Penerbit : Yogyakarta ; bentang pustaka
Tanggal terbit : Juli 2006
Halaman : x , 292 halaman
ISBN : ISBN 979-3062-92-4

Novel karya Andrea Hirata yang berjudul “Sang Pemimpi” merupakan Novel kedua dari
tetralogi Laskar Pelangi, pertama kali terbit pada tahun 2006, di Yogyakarta. Sang Pemimpi kemudian
menjadi novel yang sangat populer, hingga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing. Dalam
novel ini, Andrea Hirata mengisahkan kehidupannya di Belitong. Andrea secara kompleks menyajikan
kisah persahabatan ketiga tokoh utama, yakni Ikal, Arai, dan Jimbrong. mari kita telaah novel Sang
Pemimpi ini dengan menggunakan pendekatan objektif
1. Tema
Dalam novel ini, Andrea Hirata mengangkat tema perjuangan serta kegigihan dalam
mengarungi kehidupan dan meraih impian, demi masa depan yang lebih baik.
2. Penokohan dan perwatakan
- Ikal: Seorang anak yang baik hati, cerdas, memiliki optimistis yang tinggi, pekerja keras,
dan pantang menyerah.
- Arai: Seorang yang sangat optimis, cerdas, mampu melihat suatu peristiwa dari sudut
pandang yang positif, pekerja keras, dan pantang menyerah. Arai adalah sosok yang
spontan dan jenaka, ia seolah percaya bahwa tidak ada yang dapat membuat
semangatnya patah, ia sosok yang penuh inspirasi dan rajin.
- Jimbron: Jimbron adalah sosok berhati tulus. Kepolosan dan ketulusannya menjadi sumber
alasan mengapa Ikal dan Arai sangat simpati serta mengasihinya.
- Seman Said Harun (ayah Ikal): Ialah sosok yang sangat pendiam namun penuh kasih
sayang, sabar, dan bijaksana.
- A Masturah (ibu Ikal): Sosok yang murah hati, penuh kasih sayang, rajin, dan cerewet.
- Pak Mustar (Wakil Kepala Sekolah dan Pendiri SMA Negeri Bukan Main): Sosok yang
penyayang namun terkenal keras dan galak ketika berhadapan dengan siswa yang
melanggar aturan.
- Pak Balia (Kepala Sekolah dan Pendiri SMA Negeri Bukan Main): Sosok tampan yang
jujur, cerdas, kreatif, konsisten dalam menerapkan suatu aturan, dan selalu menghargai
pendapat siswanya,
- Nurmala (Gadis pujaan Arai): Sosok yang cantik, cerdas, acuh, serta memiliki harga diri
yang tinggi.
- Laksmi (Gadis pujaan Jimbron): Sosok yang rajin beribadah namun pemurung karena
masa lalunya yang kelam.
- Taikong Hamim: Tokoh agama yang sangat ditakuti, memiliki sifat yang keras dalam
menerapkan aturan.
- Bang Zaitun: Pimpinan orkes melayu yang ramah, humoris, dan pribadi yang
menyenangkan.
- Mak Cik Maryamah: Tetangga Ikal yang walaupun hidup dalam keadaan miskin, namun
selalu tau cara berterima kasih kepada orang lain.
- Nurmi: Anak Mak Cik Maryamah yang sangat patuh terhadap perintah ibunya.
- Pendeta Geovanny: Seorang ayah angkat Jimbron, sosok yang baik hati dan lemah
lembut.
- Nyonya Lam Nyet Pho: Ketua preman pasar ikan yang terkenal bengis, sok berkuasa, tak
kenal ampun, dan sosok yang tak mau kalah.
- Mertua Nyonya Deborah Wong: Nenek berumur hampir 100 tahun yang terkenal mudah
marah.
- Mualim Kapal: Seorang yang baik hati dan sering menolong Ikal dan Arai.
- Mei-Mei: Anak kecil yang belum lancar berbicara, cerewet, menggemaskan, ceria, aktif,
pintar, dan tak mengenal rasa takut.
- Profesor: Sosok yang cerdas, penuh humor, dan baik hati.
- Capo: Sederhana, penuh semangat, dan pekerja keras.
- Odji Darodji: Mandor Ikal saat bekerja di kantor pos, terkenal baik hati, penuh perhatian,
dan peduli dengan orang lain.
3. Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran, namun didominasi oleh
alur maju. Alur maju digunakan pengarang saat menceritakan kenakalan tiga orang tokoh
utama dalam novel tersebut, yakni saat dikejar oleh Pak Mustar. Kemudian, untuk alur mundur
digunakan saat pengarang menceritakan awal mula Ikal bertemu dengan Arai, saat pengarang
menceritakan kisah hidup Jimbron dan Laksmi, penyebab gagapnya Jimbron, dan penyebab
murungnya Laksmi.
4. Latar Tempat
Di sekolah, gudang peti es, rumah Ikal, los kontrakan, pabrik cincau, gubuk arai,
tengah lapangan dekat rumah Nurmala, rumah Bang Zaitun, Bogor, Terminal Tanjung Priok, UI
Depok, Bioskop, Terminal Bus Bogor, dan di kapal
5. Latar Waktu
Senin pagi, Hari Minggu, suatu pagi buta, sore hari, 15 Agustus 1988, usai sholat isya,
pukul 12 malam, pagi yang indah, usai sholat maghrib, lewat tengah malam.
6. Latar Suasana
Suasana tegang, panik, terharu, gugup, jengkel, ketakutan, penyesalan, gaduh,
marah, lega, kaget, dan bahagia.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini umumnya menggunakan metafora,
majas hiperbola, personifikasi, repetisi (gaya bahasa pengulangan), perumpamaan, majas
ironi, dan alegori.
Contoh kalimat yang menggunakan majas metafora
- Sorot matanya dan gerak-gerik nya sedingin es
- Pak mustar berubah menjadi monster karena justru anak lelaki satu-satunya tak diterima di
SMA negeri itu
Contoh kalimat yang menggunakan majas alegori
- Sang ayah, dengan kedua tangannya, memeluk, merengkuh, menggenggam seluruh
anggota keluarganya.
Contoh kalimat majas hiperbola
- Aku tersenyum tapi tangisku tak reda karena seperti mekanika gerak balik helikopter purba
ini, Arai memutar balikkan logika sentimental ini
Contoh kalimat majas personifikasi
- Dataran ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkkan tenaga dahsyat.
Contoh kalimat majas perumpamaan
- Pemimpin para siswa yang berkelakuan seperti sirkus itu tak lain Arai
8. Sudut Pandang
Dalam novel Sang Pemimpi ini, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang
orang pertama, yang berarti bahwa pengarang juga mempunyai posisi sebagai pelaku cerita.
Pelaku merupakan pencerita yang serba tahu, termasuk apapun yang hadir di benak atau
perasaan para tokoh, baik tokoh utama maupun tokoh lainnya. Dapat dilihat dari setiap bagian
novel bahwa tokoh “Aku” mendominasi cerita ini.
9. Amanat
Adapun pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam novel ini didominasi oleh
nilai-nilai kehidupan yang kaya akan kebijaksanaan, nilai moral, perjuangan, kegigihan, dan
semangat tanpa kenal menyerah. Andrea berusaha menyampaikan bahwa kesederhanaan,
kekurangan, kesulitan yang dihadapi dalam hidup bukanlah alasan untuk kita berhenti
bermimpi dan menyerah begitu saja. Keadaan yang serba kekurangan juga bukan alasan kita
tak dapat bahagia, dalam kekurangan dan kesulitan itulah kita diajarkan untuk saling berbagi,
saling mengasihi, dan saling membersamai. Ketika kita telah berdamai dengan kenyataan yang
sulit, maka segala rasa pesimis akan sirna begitu saja, tekad akan semakin kuat, keyakinan
semakin besar, dan usaha untuk menggapai impian pun semakin maksimal dilakukan. Ingatlah
salah satu kutipan dari novel ini yang berbunyi, “Bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam
mimpi.”

Anda mungkin juga menyukai