Anda di halaman 1dari 14

MULTIKULTURALISME

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Disusun Oleh Kelompok 9:


Risma Putri Sari (23041070200)
Aulia Dhita Pratiwi (23041070201)

Dosen Pengampu:
Rizka Pratiwi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Multikulturalisme”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas Ibu Rizka Pratiwi, M.Pd. pada mata kuliah Kewarganegaraan. Selain ini
makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
Multikulturalisme bagi para pemakalah maupun pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah.

Palembang, 25 April 2024

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
BAB II .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Pengertian Multikulturalisme .................................................................................2
B. Jenis-Jenis Multikulturalisme .................................................................................4
C. Multikulturalisme di Indonesia...............................................................................6
D. Penyebab Terjadinya Masyarakat Multikultural .....................................................7
KESIMPULAN.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai macam adat istiadat dengan beragam ras, suku bangsa,
agama dan bahasa itulah bangsa Indonesia. Indonesia adalah salah satu
negara multikulturalisme terbesar di dunia.1 Kekayaan serta
keanekaragaman agama, etnik, dan kebudayaan ibarat pisau bermata dua.
Disatu sisi kekayaan ini merupakan khazanah yang patut dipelihara dan
dapat pula memberikan perselisihan serta konflik. Keragaman banyak
menimbulkan berbagai persoalan sebagaimana yang kita lihat saat ini.
Kurang mampunya individu-individu di Indonesia untuk menerima
perbedaan itu mengakibatkan hal-hal yang negatif. Pemahaman keragaman
yang multikultural berarti menerima adanya keragaman ekspresi budaya
yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan keindahan.
Untuk itu sudah selayaknya wawasan multikulturalisme dibumikan
dalam dunia pendidikan kita. Wawasan multikulturalisme sangat penting
utamanya dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa sesuai
dengan semangat kemerdekaan RI 1945 sebagai tonggak sejarah berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kurangnya pemahaman
multikultural yang komprehensif justru menyebabkan degradasi moral
generasi muda. Sikap dan perilaku yang muncul seringkali tidak simpatik,
bahkan sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya luhur nenek
moyang.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Multikulturalisme?
2. Jenis-Jenis Multikulturalisme?
3. Multikulturalisme di Indonesia?
4. Penyebab Terjadinya Masyarakat Multikultural?

1
Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural Cross-Cultur Understanding untuk Demokrasi dan
Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media, 2005, hlm 3

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Multikulturalisme
Istilah multikulturalisme berakar dari kata kultur. Kata kultur
(culture) secara etimologis diterjemahkan sebagai budaya atau kebudayaan.
Akan tetapi secara konseptual pengertian kultur amat beragam. Berdasarkan
definisi kultur maka istilah multikulturalisme dapat diartikan sebagai
“pemahaman/sikap atas realitas masyarakat yang memiliki kultur yang
beragam yang menuntut adanya pengakuan, pemahaman, saling pengertian
dan toleransi terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam setiap kebudayaan.
Sebuah masyarakat multikulturalisme mengakui keberagaman, perbedaan
dan kemajemukan budaya baik ras, etnis, agama maupun lainnya dan
menekankan derajat dan kesetaraan tanpa mengabaikan hak-hak dan
eksistensi budaya yang ada. Dalam masyarakat seperti ini tidak terjadi
dominasi suatu kelompok kebudayaan atas kelompok lain dan pemaksaan
terhadap kelompok yang berbeda untuk menjadi sama.2
Multikulturalisme secara sederhana dapat dikatakan pengakuan.3
Multikulturalisme ada kaitannya dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia yang majemuk. Multikulturalisme menggambarkan tentang
adanya penerimaan terhadap segala keragaman budaya, yang berarti
mencakup keberagaman suku, ras, ataupun agama. Multikulturalisme
adalah pandangan seseorang tentang keanekaragaman yang ada pada
kehidupan. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan
dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik.
Multikulturalisme adalah segala perbedaan manusia yang sama di ruang
publik serta memberikan penekanan pengakuan dan penghargaan pada
perbedaan.4

2
Abdullah Wali, Multikulturalisme dalam Pendidikan Agama Islam Analisis Pemikiran
Dosen PAI di Perguruan Tinggi Umum, Banten: Penerbit A-Empat, 2019, hlm 24
3
Supriyoko, Pendidikan Multikultural dan Revitalisasi Hukum Adat Dalam Perspektif
Sejarah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, 2005, hlm 11
4
Siti Anisatun Nafi’ah, Memperkuat Identitas Bangsa Melalui Pendidikan
Multikulturalisme: Konsep-Prinsip-Implementasi, Bandung: GUEPEDIA, 2020, hlm 29

2
Multikulturalisme adalah sebuah sistem kepercayaan dan perilaku
yang mengakui dan menghargai kehadiran semua kelompok di dalam
sebuah organisasi atau masyarakat, dan menghargai perbedaan
sosiokultural, meneguhkan dan memampukan sumbangan mereka secara
berkelanjutan dalam sebuah konteks budaya yang inklusif yang
memberdayakan semua anggota di dalam organisasi atau masyarakat. Dari
tinjauan sejarah, kita menemukan bahwa multikulturalisme merupakan
sebuah gerakan sosial yang dalam perkembangannya sangat kental unsur
politik. Yaitu sebuah kebijakan tentang pengelolaan dan pengaturan dalam
sebuah masyarakat yang majemuk. Dalam masyarakat majemuk, bila
perbedaan tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan sosial
di masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan multikulturalisme di masyarakat
lebih merupakan sebuah sikap politik.5
Adapun konsep multikulturalisme adalah sebuah pandangan dunia
yang pada akhirnya diimplementasikan dalam kebijakan tentang kesediaan
menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memedulikan
perbedaan budaya, etnis, gender, bahasa, ataupun agama.6 Jadi dapat
disimpulkan bahwa multikulturalisme berakar dari kata yakni multi berarti
banyak dan kultur berarti budaya atau peradaban, dan isme yang berarti
aliran atau kepercayaan. Jadi multikulturalisme secara sederhana adalah
paham atau aliran tentang budaya yang plural, menuntut masyarakat untuk
hidup penuh toleransi saling pengertian antarbudaya dan antarbangsa.
Multikulturalisme secara sederhana dapat dipahami sebagai
pengakuan bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan
majemuk. Sebaliknya tidak ada satu negara pun yang mengandung hanya
kebudayaan nasional tunggal. Dengan demikian, multikulturalisme
merupakan sunnatullah yang tidak dapat ditolak bagi setiap negara-negara
di dunia ini.

5
Admila Rosada, Pendidikan Multikultural Strategi Mengelola Keberagaman di Sekolah,
Yogyakarta: PT Kanisius, 2020, hlm 35
6
Rahmat, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural, Depok: PT
RajaGrafindo Persada, 2019, hlm 14

3
B. Jenis-Jenis Multikulturalisme
1. Isolasionis
Yaitu jenis multikulturalisme yang mengacu pada masyarakat yang
tersusun atas berbagai kelompok kultural, yang menjalankan hidup
secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu
sama lain. Ini berarti bahwa masyarakat tersebut mencoba untuk
menjaga budayanya dengan menghindari interaksi sosial dengan budaya
lain. Contoh dari masyarakat multikultural isolasionis adalah komunitas
Amish di Amerika Serikat yang dikenal karena menjalani kehidupan
yang terpisah dari masyarakat umum dan mempertahankan gaya hidup
tradisional mereka.
2. Akomodatif
Yaitu jenis multikulturalisme di mana masyarakat yang memiliki
kultur dominan membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi
tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini
merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-
ketentuan dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaannya.
Begitu pula sebaliknya, kaum minoritas tidak menentang kultur
dominan.7 Ini menciptakan sebuah masyarakat yang menghargai dan
mendukung keragaman budaya dengan mengakomodasi kebutuhan dan
hak-hak kelompok minoritas. Multikulturalisme akomodatif ini
diterapkan di beberapa negara Eropa.
3. Otonomi
Yaitu jenis multikulturalisme di mana kelompok-kelompok
masyarakat kultur utama berusaha mewujudkan kesetaraan dengan
budaya masyarakat dominan dan menginginkan kehidupan otonom
dalam kerangka politik yang secara kolektif dapat diterima. Dalam
konteks ini kelompok-kelompok tersebut menentang kelompok
dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana semua

7
Jirzanah, Aksiologi Sebagai Dasar Pembinaan Kepribadian Bangsa dan Negara
Indonesia, Depok: UGM Press, 2020, hlm 95

4
kelompok bisa eksis secara sejajar. Sebagai contoh masyarakat Belgia
berupaya untuk mengakomodasi kebutuhan dan keinginan kelompok-
kelompok bahasa dan budaya yang berbeda dalam satu negara, sehingga
mereka dapat menjalankan kehidupan mereka sendiri dengan otonomi
yang lebih besar.
4. Kritikal atau Interaktif
Yaitu jenis multikulturalisme yang di mana kelompok-kelompok
kultural tidak terlalu fokus dengan kehidupan kultur otonom tetapi lebih
menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan
menegaskan perspektif-perspektif pembeda mereka. Model ini ingin
meminimalisir kultur dominan dan otonom dengan menciptakan kultur
kolektif namun masih mencerminkan masing-masing kultur.8
Sebagai contoh masyarakat Australia di mana berbagai kelompok
budaya tidak hanya mempertahankan identitas mereka sendiri, tetapi
juga berinteraksi dan berkontribusi pada pembentukan identitas nasional
yang lebih luas. Jenis multikulturalisme ini mendorong dialog dan
pertukaran antarbudaya, dengan tujuan untuk menciptakan masyarakat
yang lebih inklusif dan dinamis. Dimana perbedaan dihargai dan
dijadikan bagian dari kekayaan bersama.
5. Kosmopolitan
Yaitu jenis multikulturalisme yang berusaha menghapus batas-batas
kultural untuk menciptakan suatu komunitas masyarakat di mana setiap
individu tidak lagi terikat pada budaya tertentu. Sebaliknya secara bebas
mereka terlibat dalam eksperimen-eksperimen sekaligus
mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.9 Konsep ini
mempromosikan penghargaan dan penilaian atas keanekaragaman
budaya, agama, ras, gender dan lainnya sebagai kekuatan untuk
menciptakan harmoni dalam masyarakat.

8
Sauqi Futaqi, Pendidikan Islam Multikultural Menuju Kemerdekaan Belajar, Lamongan:
Nawa Litera Publishing, 2023, hlm 32
9
Yanti Sugarda, Multikulturalisme dan Toleransi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022,
hlm 13

5
C. Multikulturalisme di Indonesia
Indonesia termasuk bentuk multikulturalisme akomodatif dan
multikulturalisme kritikal atau interaktif. Di Indonesia pada dasarnya
terdapat kelompok dominan baik dalam konteks budaya, politik, etnis dan
agama. Tetapi kelompok dominan tersebut mengakomodir kultur-kultur lain
agar bisa mengekspresikan dirinya. Selain itu, di Indonesia juga
berlangsung proses interaksi yang cukup intens antara kultur dominan dan
kultur-kultur lain yang pada akhirnya akan melahirkan “supra cultur” yakni
kultur nation-state Indonesia. Istilah “supra cultur” dalam konteks bangsa
Indonesia mengacu pada sebuah kultur yang melampaui dan
mengintegrasikan berbagai kultur etnis dan lokal yang ada di Indonesia.
Ini adalah konsep yang mencerminkan identitas nasional yang
dibentuk dari keragaman budaya yang kaya, yang mencakup berbagai suku,
bangsa dan agama yang ada di Indonesia. Dalam pembentukan negara
Indonesia, supra cultur menjadi penting sebagai cara untuk menyatukan
berbagai kelompok etnis dan budaya di bawah satu identitas nasional.
Dalam konteks Indonesia, multikulturalisme merupakan agenda besar dan
juga merupakan jawaban atas problematika masyarakat Indonesia yang
majemuk. Ia memiliki peran yang amat sentral bagi sebuah proses terjadinya
integrasi sosial, yang memungkinkan setiap anggota masyarakat yang
berbeda memiliki kesanggupan untuk memelihara identitas kelompoknya
sekaligus mampu berinteraksi dalam ruang yang sama dengan kesediaan
untuk menerima yang lain.10
Multikulturalisme di Indonesia tumbuh dan berkembang dari
nasionalisme. Multikulturalisme Indonesia mengakui kebhinnekaan budaya
dari suku-suku bangsa di Indonesia bahkan merupakan dasar dari kehidupan
bersama yang beragam. Keberagaman dari kebudayaan suku-suku bangsa
Indonesia bukan merupakan pemisah tetapi merupakan unsur-unsur
kesatuan.11 Indonesia sebagai negara yang dihuni oleh masyarakat

10
Mohammad Kholil, Paradigma Multikulturalisme dan Moderasi Dunia Pesantren,
Cirebon: Wiyata Bestari Samasta, 2022, hlm 30
11
Har Tilaar, Multikulturalisme, Bahasa Indonesia dan Nasionalisme dalam Sistem
Pendidikan Nasional, Jurnal Dialektika 1(2), 213-224, 2014

6
multikultural ditunjukkan antara lain dengan: 1) lebih dari 700 bahasa yang
digunakan sehari-hari oleh setiap kelompok masyarakat pemakainya, 2)
penduduk yang berbeda agama yang terdiri dari Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu dan 3) tradisi yang berasal dari nenek
moyang setiap suku bangsa. Keberagaman masyarakat Indonesia
dituangkan dalam moto nasional “Bhinneka Tunggal Ika”.
Pada dasarnya suatu masyarakat dikatakan multikultural jika dalam
masyarakat tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan. Keragaman
dan perbedaan yang dimaksud antara lain, keragaman struktur budaya yang
berakar pada perbedaan standar nilai yang berbeda-beda, keragaman ras,
suku, dan agama, keragaman ciri-ciri fisik seperti warna kulit, rambut,
postur tubuh dan lain-lain, serta keragaman kelompok sosial dalam
masyarakat. Multikulturalisme kebangsaan Indonesia belum sepenuhnya
dipahami oleh segenap warga masyarakat. Memang masyarakat telah
memahami sepenuhnya bahwa setiap manusia terlahir berbeda, baik secara
fisik maupun non fisik. Tetapi nalar kolektif masyarakat belum bisa
menerima realitas bahwa setiap individu atau kelompok tertentu memiliki
sistem keyakinan, budaya, agama, ras dan tata cara ritual yang berbeda.
D. Penyebab Terjadinya Masyarakat Multikultural
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya masyarakat
multikultural antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Fisik
Faktor fisik adalah faktor yang determinan terhadap keberadaan
seseorang. Faktor ini merupakan faktor bawaan yang tidak dapat diubah
dengan mudah oleh manusia, tetapi sangat menentukan bagi keberadaan
dan sejarah kehidupan sosial. Faktor fisik antara lain meliputi.
a. Letak Geografis
Letak geografis menunjuk pada suatu tempat dengan
lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Pada masyarakat yang
tinggal di daerah kepulauan tentunya memiliki ciri khas berbeda
dengan masyarakat yang tinggal di daerah daratan. Perbedaan letak
geografis akan memengaruhi perbedaan kebudayaan yang mereka

7
kembangkan karena kebudayaan adalah upaya manusia mengubah
alam dan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perbedaan kebudayaan akan menyebabkan perbedaan masyarakat
dengan polanya masing-masing, sehingga masyarakat multikultural
akan banyak terjadi.12
b. Iklim dan Topografi
Bagian lain yang termasuk dalam letak geografis adalah
iklim dan topografi. Masyarakat yang tinggal di daerah substropis
akan mengembangkan kebudayaan yang berbeda dengan
masyarakat yang tinggal di daerah tropis. Perbedaan iklim yang ada
akan berakibat pula pada aktivitas yang berbeda.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor bawaan yang menjadi
kodrat manusia. Faktor ini juga akan berpengaruh terhadap
kebudayaan yang dikembangkan masing-masing. Karena laki-laki
dan perempuan memiliki pola perilaku yang berbeda. Laki-laki
sering diidentikkan dengan kekuatan, keperkasaan. Sementara
perempuan identik dengan kelemahan dan kelembutan. Laki-laki
biasanya mementingkan rasionalitas dalam kehidupan, sedangkan
perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dalam
menjalankan kehidupan.
d. Etnis dan Ras
Faktor ini membawa pengaruh terhadap kebudayaan
masyarakat. Karena setiap suku bangsa sama halnya dengan
masyarakat akan mengembangkan kebudayaannya sendiri sesuai
dengan apa yang menjadi kebutuhan terkait dengan alam dan
lingkungannya. Misalnya di Indonesia kita mengenal berbagai suku
bangsa yang mendiami Nusantara. Oleh karena itu, masyarakat
Indonesia disebut masyarakat majemuk karena memiliki berbagai
macam suku bangsa.

12
Karman, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Implementasi, Bandung: Penerbit Adab,
2022, hlm 9

8
2. Faktor Sosial
a. Adanya Pengaruh dari Budaya Luar
Budaya asing dapat menjadi penyebab masyarakat majemuk.
Jika masyarakat Indonesia menerima budaya asing yang masuk,
kebudayaan Indonesia akan semakin beragam. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya masyarakat multikultural.
b. Keragaman Agama
Perbedaan tentang keyakinan akan menciptakan keragaman
agama. Karena agama adalah sebuah kepercayaan dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dalam
kehidupan.
c. Sejarah Bangsa
Sejarah menjadi salah satu faktor utama penyebab
terbentuknya masyarakat multikultural misalnya saja negara
Indonesia mengalami masa penjajahan yang cukup lama. Sederet
bangsa yang menjajah Indonesia adalah Belanda, Jepang, Portugis
dan Inggris. Belanda sebagai bangsa yang paling lama menjajah
Indonesia banyak memberikan pengaruh kebudayaan baru di
Indonesia dan juga terjadinya perkawinan campuran dengan orang
Indonesia. Masyarakat multikultural memiliki beberapa
karakteristik antara lain:
1. Memiliki struktur budaya lebih dari satu.
2. Muncul kelompok minoritas dan mayoritas.
3. Integrasi dapat tumbuh namun dengan paksaan.
4. Memiliki konsensus yang rendah atau kesepakatan bersama
yang sulit dicapai.
5. Berpotensi terjadinya konflik, hal ini wajar karena masyarakat
berasal dari beragam latar belakang budaya.

9
KESIMPULAN
Istilah multikulturalisme berakar dari kata kultur. Kata kultur (culture)
secara etimologis diterjemahkan sebagai budaya atau kebudayaan. Akan tetapi
secara konseptual pengertian kultur amat beragam. Berdasarkan definisi kultur
maka istilah multikulturalisme dapat diartikan sebagai “pemahaman/sikap atas
realitas masyarakat yang memiliki kultur yang beragam yang menuntut adanya
pengakuan, pemahaman, saling pengertian dan toleransi terhadap nilai-nilai yang
terdapat dalam setiap kebudayaan.
Adapun jenis-jenis multikulturalisme di berbagai negara antara lain
Isolasionis, Akomodatif, Otonomi, Kritikal atau Interaktif, dan Kosmopolitan. Serta
multikulturalisme bagi Indonesia merupakan suatu strategi dan integrasi sosial di
mana keanekaragaman budaya benar diakui dan dihormati, sehingga dapat
difungsikan secara efektif dalam mengatasi setiap isu-isu separatisme dan
disintegrasi sosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Wali. 2019. Multikulturalisme dalam Pendidikan Agama Islam Analisis


Pemikiran Dosen PAI di Perguruan Tinggi Umum, Banten: Penerbit A-
Empat.

Admila Rosada. 2020. Pendidikan Multikultural Strategi Mengelola Keberagaman


di Sekolah, Yogyakarta: PT Kanisius.

Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural Cross-Cultur Understanding untuk


Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media.

Har Tilaar. 2014. Multikulturalisme, Bahasa Indonesia dan Nasionalisme dalam


Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal Dialektika 1(2), 213-224.

Jirzanah. 2020. Aksiologi Sebagai Dasar Pembinaan Kepribadian Bangsa dan


Negara Indonesia, Depok: UGM Press.

Karman. 2022. Pendidikan Multikultural: Konsep dan Implementasi, Bandung:


Penerbit Adab.

Mohammad Kholil. 2022. Paradigma Multikulturalisme dan Moderasi Dunia


Pesantren, Cirebon: Wiyata Bestari Samasta.

Rahmat. 2019. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural,


Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Sauqi Futaqi. 2023. Pendidikan Islam Multikultural Menuju Kemerdekaan Belajar,


Lamongan: Nawa Litera Publishing.

Siti Anisatun Nafi’ah. 2020. Memperkuat Identitas Bangsa Melalui Pendidikan


Multikulturalisme: Konsep-Prinsip-Implementasi, Bandung: GUEPEDIA.

Supriyoko. 2005. Pendidikan Multikultural dan Revitalisasi Hukum Adat Dalam


Perspektif Sejarah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Yanti Sugarda. 2022. Multikulturalisme dan Toleransi, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai