Anda di halaman 1dari 7

NIM : 043387265

Nama : Retno Arum Puspitasari

Prodi : Ilmu Administrasi Negara

UPBJJ : Surakarta

TUGAS 1 ADPU4433/PERENCANAAN KOTA

Kawasan pinggiran Kota Pekalongan mengalami peningkatan jumlah desa perkotaan menjadi
lebih dari dua kali lipat selama periode amatan, dari 122 desa perkotaan di tahun 1990
menjadi 270 desa perkotaan di tahun 2017. Sebenarnya setiap kabupaten memperoleh sekitar
50 desa perkotaan tambahan/baru selama kurun waktu tersebut. Namun, karena Kabupaten
Batang merupakan kawasan yang memiliki paling sedikit desa perkotaan di tahun 1990, maka
secara relatif kabupaten tersebut memiliki pertambahan yang paling tinggi yang membuatnya
memiliki hampir tiga kali lipat desa perkotaan daripada jumlahnya di tahun 1990.

Sumber: Mardiansjah, F. H., & Rahayu, P. PERKEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


KECIL DI PINGGIRAN KOTA PEKALONGAN. Jurnal Geografi Gea, 20(2), 151-168.

Pertanyaan:

1. Analisislah mengapa jumlah desa perkotaan di Kawasan pinggiran Kota


Pekalongan mengalami peningkatan secara signifikan?
Jawab:
Peningkatan signifikan jumlah desa perkotan di Kawasan pekalongan, dari 122 di
tahun 1990 menjadi 270 di tahun 2017, dipengaruhi oleh beberapa factor yang saling
terkait, yaitu:
a. Perluasan wilayah perkotaan:
- Perkembangan kota pekalongan
Pertumbuhan dan perluasan kota pekalongan sebagai pusat ekonomi dan
industry menarik penduduk dan aktivitas ke Kawasan sekitarnya. Hal ini
mendorong perluasan wilayah perkotaan dan mengaburkan batas antara desa
dan kota.
- Desentralisasi
Kebijakan desentralisasi memberikan otonomi yang lebih besar kepada desa-
desa, memungkinkan mereka untuk mengelola sumber dyaa dan
mengembangkan infrastruktur, sehingga meningkatkan daya Tarik desa dan
mendorong urbanisasi.
b. Dinamika demografi
- Peningkatan populasi
Pertumbuhan populasi di Kawasan ini, terutama di usia muda, meningkatkan
perimintaan akan perumahan, pekerjaan dan layanan. Desa-desa di sekitar kota
menawarkan akses yang lebih mudah ke fasilitas dan peluang tersebut,
mendorong konversi menjadi desa perkotaan.
- Perubahan struktur penduduk
Pergeseran dari sector agraris ke sector non-agraris, seperti industry dan jasa,
mendorong migrasi ke desa-desa di pinggiran kota yang menawarkan lebih
banyak peluang kerja.
c. Factor ekonomi
- Perkembangan ekonomi
Perkembangan ekonomi di Kawasan ini, terutama di sector industry dan
perdagangan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan. Hal
ini meningkatkan daya Tarik desa-desa di sekitar perkotaan dan mendorong
konversi menjadi desa perkotaan.
- Aksesibilitas
Infrastruktur yang lebih baik, seperti jalan dan transportasi umum,
menghubungkan desa-desa dengan kota dan memudahkan akses ke pasar,
Pendidikan dan layanan Kesehatan. Hal ini meningkatkan nilai desa dan
mendorong konversi menjadi desa perkotaan.
d. Kebijakan pemerintah
- Perubahan definidi desa perkotaan
Perubahan definisi desa perkotaan dan pemerintah dapat menyebabkan deda-
desa diklasifikasikan ulang sebagai desa perkotaan, meskipun karakteristiknya
mungkin tidak berubah secara signifikan.
- Program pembangunan desa
Program pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur dan layanan de desa-
desa dapat mendorong perkembangan desa dan memenuhi syarat mereka
untuk diklasifikasikan sebagai desa perkotaan.

Kasus spesifik kabupaten batang:

- Awal mula desa perkotaan yang sedikit


Dengan jumlah desa perkotaan awal yang lebih sedikit, kabupaten batang
memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan daerah lain.
- Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten batang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama di
sector industry, menarik migrasi dan mendorong konversi desa menjadi desa
perkotaan.
- Investasi infrastruktur
Investasi pemerintah dalam infrastruktur, seperti jalan an Pelabuhan,
meningkatkan konektivitas dan daya Tarik kabupaten batang, mendorong
perkembangan desa-desa di sekitarnya.

Konversi desa menjadi desa perkotaan memiliki konsekuensi, seperti:

- Perubahan penggunaan lahan


Konversi lahan pertanian menjadi pemukiman dan area komersial produktif
menyebabkan hilangnya lahan produktif dan berdampak pada ketahanan
pangan.
- Tekanan terhadap infrastruktur
Peningkatan populasi didesa perkotaan dapat membebani infrastruktur yang
ada, seperti air bersih, sanitasi dan pengelolaan sampah.
- Perubahan sosial budaya
Urbanisasi dapat menyebabkan perubahan dalam stuktur sosial, budaya, dan
nilai-nilai tradisional di desa-desa yang diubah menjadi desa perkotaan.

Pemerintah perlu mempertimbangkan factor-faktor dan mengembangkan strategis


yang tepat untuk mengelola pertumbuhan desa perkotaan secara berkelanjutan,
memastikan manfaatnya dinikmati semua pihak, dan meminimalkan dampak negative.

2. Analisislah mengapa Kabupaten Batang mengalami kenaikan jumlah desa


perkotaan paling banyak dibanding wilayah yang lain!
Jawab:
Meskipun setiap kabupaten di Kawasan pinggiran kota pekalongan mengalami
peningaktan jumlah desa perkotaan sekitar 50 desa selama periode 1990-2017,
kabupaten batang mencatat kenaikan paling signifikan, yaitu hamper tiga kali lipat
dari jumlah awal. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor khusus yang dihadapi
kabupaten batang, di antaranya:
a. Basis awal desa perkotaan yang rendah
Di tahun 1990, kebupaten batang memilik jumlah desa perkotaan paling sedikit di
antara kabupaten-kabupaten lain di Kawasan tersebut. Hal ini berarti terdapat
potensi yang lebih besar untuk pertumbuhan dibandingkan wilayah lain yang
sudah memiliki basis desa perkotaan yang leboh tinggi.
b. Pertumbuhan ekonomi yang pesat
Kabupaten batang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama
disektor industry dan pariwisata. Hal ini menarik migrasi penduduk dari daerah
pedesaan ke weilayah perkotaan, mendorong konversi desa menjadi desa
perkotaan.
c. Focus pemerintah pada pengembangan infrasrtuktur
Pemerintah kabupaten batang focus pada pengembangan infrastruktur, seperti jala,
Pelabuhan dan Kawasan industry. Hal ini meningkatkan konektivitas dan daya
Tarik wilayah, sehingga mendorong investasi dan pertumbuhan desa-desa
disekitarnya.
d. Kedekatan dengan kota pekalongan
Loaksi kabupaten batang yang dekat dengan kota pekalongan, yang merupakan
pusat ekonomi regional, memberikan keuntungan dalam hal akses ke pasar,
lapangan kerja, dan fasilitas. Hal ini menjadikan desa-desa di kabupaten batang
kebih menarik untuk diubah mnjadi desa perkotaan.
e. Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung
Pemerintah kabupaten batang mungkin memiliki kebijakan dan program khusus
yang mendorong konversi desa menjadi desa perkotaan. Hal ini dapat berupa
insentif bagi desa untuk memenuhi syarat sebagai desa perkotaan, atau program
pembangunan yang ditargetkan di desa desa potensial.

Dampak peningkatan desa perkotaan di kabupaten batang sangat pesat membawa


dampak positif dan negatif, seperti:

Dampak positif:

- Meningkatkan kesejahteraan ekonomi


- Meningkatkan akses terhadap layanan
- Perkembangan infrastruktur

Dampak negatif:

- Perubahan penggunaan lahan


- Tekanan terhadap infrastruktur
- Perubahan sosial dan budaya

Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja dama untuk memastikan
bahwa pertumbuhan desa perkotaan di kabupaten batang dikelola secara
berkelanjutan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan
meminimalkan dampak negatifnya.

3. Jelaskan dampak bagi Kota Pekalongan dengan adanya peningkatan jumlah


desa perkotaan!
Jawab:
Peningkatan signifikan jumlah desa perkotaan di Kawasan pinggiran kota pelaongan,
dari 122 di tahun 1990 menjadi 270 di tahun 2017, membawa dampak yang kompleks
bagi kota pekalongan, dengan konsekuensi positif dan negatif.
Dampak positif:
- Perluasan wilayah metropolitan
Pertumbuhan desa perkotaan di sekotar kota pekalongan menandakan
perluasan wilayah metropolitan. Hal ini dapat meningkatkan skala ekonomi
dan daya Tarik bagi investasu dan bisnis, mendorong pertumbuhan ekonomu
dan penciptaan lapangan kerja di wilayah yang lebih luas.
- Peningkatan akses layanan
Desa-desa perkotaan umumnya memilik akses yang lebih baik ke infrastruktur
dan layanan publik, seperti air bersih, sanitasi dan Pendidikan, layanan
Kesehatan. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa-desa
tersebut dan di kota pekalongan secara keseluruhan.
- Diversifikasi ekonomi
Desa perkotaan seringkali memiliki kegiakan ekonomi yang lebih beragam
dibandingkan desa tradisional, dengan berkembangnya sector inustri kecil,
perdagangan dan jasa. Hal ini dapat membantu mengurangi ketergantungan
pada sector agraris dan meningkatkan ketahanan ekonomi di kawsan tersebut.
- Pengurangan kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi dan peluang kerja di desa perkotaan dapat membantu
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dampak negatif:

- Tekanan terhadap infrastruktur


Peningkatan populasi di desa perkotaan dapat membebani infrastruktur kota
pekalongan, seperti system transportasi, air bersih, sanitasi dan pengelolaan
sampah. Hal ini dapat menyebabkan kemacetan, kekurangan air dan
pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
- Perubahan penggunaan lahan
Konversi lahan pertanian di desa perkotaan menjadi permukiman dan area
komersial dapat menyebabkan hilangnya lahan produtif dan erdampak pada
ketahanan pangan di Kawasan tersebut.
- Masalah sosial
Pertumbuhan yang tidak terkendali di desa perkotaan dapat menyebabkan
masalah sosial, seperti kriminalitas, tunawisma, dan kesenjangan sosial.
- Hilangnya budaya pedesaan
Transformasi desa menjadi desa perkotaan dapat menyebabkan hilanganya
budaya dan tradisi pedesaan yan unik.

Pemerintah kota pekalongan dan kabupaten-kabupaten disekitarnya perlu bekerja


sama untuk mengelola pertumbuhan desa perkotaan secara berkelanjutan, sehingga
dapat memaksimalkan dampak negatifnya. Hal ini dapat dilakukan dengan:

- Perencanaan tata ruang yang terpadu


- Pengembangan ekonomi berkelanjutan
- Pelestarian budaya
- Penguatan kapasitas masyarakat

Peningkatan jumlah desa perkotaan di Kawasan pinggiran kota pekalongan


menghadirkan peluang dan tantangan bagi kota pekalongan. Dengan perencanaan dan
pengelolaan yang tepat, desa-desa perkotaan ini dapat menjadi motor penggerak
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hiduoo masyarakat di Kawasan
tersebut.

Sumber referensi:
Buku materi pokok ADPU4433/Perencanaan Kota. Iwan kustiawan. Universitas
terbuka.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jpk/article/view/189/html
https://media.neliti.com/media/publications/214348-urbanisasi-dan-pengurangan-
kemiskinan-di.pdf

Anda mungkin juga menyukai