Anda di halaman 1dari 6

Ibu, Izinkan Aku Berbakti Kepadamu

Denny Juzaili (Ma'had Ali 3, Ma'had Al Furqon Al Islami, Sidayu, Gresik)

Pendahuluan
Islam adalah agama yang benar disisi Allah1 dan sempurna2. Selain mengatur hubungan manusia
dengan pencipta-Nya juga mengatur hubungan antar manusia 3. Dengan demikian selamatlah hidup
manusia di dunia dan di akhiratnya. Dan hubungan tertinggi antar manusia adalah hubungan anak
kepada orang tuanya. Sebab seorang anak hadir di muka bumi dengan sebab orang tua. Allah
menyandingkan perintah berbakti kepada orang tua (birrul walidain) dengan peribadahan kepada-
Nya di beberapa ayat Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan sangat mulianya kedudukan berbakti kepada
orang tua di sisi Allah. Bahkan pintu surga yang terbaik adalah pintu berbakti kepada orang tua 4.
Ibnul Muflih Rohimahullah berkata bahwa hukum Birrul Walidain adalah wajib meskipun orang
tuanya fasiq selama bukan dalam memaksiati Allah. Bahkan meskipun kafir tetap harus mempergauli
mereka dengan sebaik-baiknya di dunia namun tidak boleh mentaati mereka jika memerintahkan hal
kekafiran dan kemaksiatan.5 Beliau juga menukil ucapan Ibnu Hazm di kitab al-Ijma' bahwa wajibnya
birrul walidain adalah kesepakatan ulama.6

Akan tetapi pahala terbaik, kedudukan tertinggi ini diiringi juga dengan kesulitan yang setimpal
sebagaimana kaidah dalam agama Al-Jazaa min jinsil 'amal yang artinya balasan dari suatu
perbuatan sesuai dengan jenis amalannya. Bagi sebagian orang, berbakti kepada orang tua sangatlah
berat. Sebagian kaum perempuan mengungkapkan bahwa hamil sembilan bulan, melahirkan,
menyusui, dan membesarkan anak jauh lebih mudah dari birrul walidain. Bukankah banyak orang
yang bisa sholat, zakat, puasa, bahkan mungkin menuntut ilmu ke berbagai penjuru dunia namun
ketika dihadapkan dengan harusnya dia berada di dekat orang tuanya untuk berbakti maka sebagian
menyerahkan tanggung jawab tersebut ke orang lain apakah kakaknya atau adiknya.

Syaikh Azhari Ahmad Mahmud rahimahullah berkata: “Barangsiapa Allah tolong untuk mampu
berbakti kepada orang tua maka sungguh ia sudah Allah berikan kebaikan yang sangat banyak”7.

Definisi Birrul Walidain


Secara bahasa birr maknanya adalah benar (shidq) dan jika disandarkan ke walidain atau kerabat
maka maknanya adalah kebalikan dari durhaka. Juga termasuk makna birr adalah bagus, taat, dan
luas kebaikannya. Bagi orang arab barra-yabarru untuk mengatakan bahwa seseorang itu baik.
Barra-yabarru fii yaminihi berarti (seseorang) menempati janjinya, tidak mengingkarinya. Barra-
yabarru rahimahu berarti (seseorang) menyambungkan tali kasih sayangnya. Jika konteksnya
hubungan hamba dan tuannya fulan yabarru rabbahu maka artinya: “Si fulan taat kepada rabb-Nya”.
Ibnu 'Umar radhiallahu ‘anhu meriwayatkan: “Allah subhanahu wa ta'ala menyebut mereka abror
(orang-orang yang berbakti) karena mereka berbuat baik kepada orang tua dan anak-anak mereka8”.
1
Q.S Ali Imron : 19.
2
Q.S Al-Maidah : 3.
3
Q.S An-Nisa : 36.
4
Sunan At-Tirmidzi No. 1900 dishahihkan Syaikh Al-Albani.
5
Al-Adab Asy-Syar'iyyah, Ibnul Muflih, 'Aalamul Kitab, 1/433, Syamilah.
6
Ibid, 1/435.
7
Birrul Walidain, Azhari Ahmad Mahmud, Dar Ibn Khuzaimah, Hal. 11, Syamilah.
8
Keutamaan Birrul Walidain, 3, Ibrahim bin Hazimiy, Qisthi Press.

1
Adapun makna walidain adalah bapak dan ibu. Diistilahkan dengan birr karena mengikuti ayat Al-
Qur’an.

Sedangkan dari kacamata syariat Islam birrul walidain adalah: “Mencurahkan segenap kebaikan
untuk orang tua, menyayangi, lembut, memperhatikan semua kebutuhan dan keadaan beliau tanpa
dicampuri perilaku yang menyakitkan, juga memuliakan teman mereka setelah wafatnya 9. Syaikh
Sa'id bin Wahf Al-Qohthoni rahimahullah menambahkan ketentuan ihsan kepada orang tua dengan
merealisasikannya di dalam hati, ucapan, dan tindak tanduk perbuatan badan dengan niat untuk
mendapatkan diri kepada allah subhanahu wa ta'ala. Dan birrul walidain adalah salah satu amaliyah
yang paling penting. Bahkan ia adalah kewajiban kedua setelah kewajiban kepada Allah subhanahu
wa ta'ala10.

Durhaka
Berlawanan dengan berbakti kepada orang tua, secara bahasa durhaka (al-'aqq ‫ ) الَع ّق‬asalnya adalah
terbelah (asy-syaqq ‫)الَّشّق‬. Demikianlah makna durhaka (al-'uquq ‫ ) الُع ُق ْو ق‬memutus hubungan dari
orang tua dan semua saudara serahim. Dan durhaka adalah “matinya” orang yang belum mati.
Artinya suatu keadaan yang orangtuanya merasa kehilangan sang anak, seakan-akan orangtuanya
ditinggal mati oleh sang anak meskipun sang anak masih hidup.

Sedangkan dari kacamata syariat Islam, durhaka adalah: “Semua ucapan dan perbuatan yang yang
bisa menyakitkan orang tua dari anaknya kecuali hal ihwal terkait kesyirikan dan maksiat”.

Ka'ab bin Al-Ahbar rahimahullah mendefinisikan bentuk durhaka adalah: “Kalau orang tua
bersumpah namun anaknya tidak memenuhinya, jika diperintahkan tidak taat, jika diminta tidak
memberi, jika diberikan amanah berkhianat11”.

Berbakti Kepada Orang Tua di Al-Qur’an


Allah subhanahu wa ta'ala menyebutkan birrul walidain di banyak tempat di Al-Qur’an.

Allah berfirman di Surat An-Nisa [4]:36 (‫)َو ٱۡع ُبُدو۟ا ٱَهَّلل َو اَل ُتۡش ِر ُك و۟ا ِبِهۦ َش ۡی ࣰٔـۖا َو ِبٱۡل َو ٰ ِلَد ۡی ِن ِإۡح َس ٰـ ࣰنا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat
baiklah kepada ibu dan bapak”.

Allah berfirman di surat Al ‘Ankabut [29]:8 ( ‫)َو َو َّص ۡی َن ا ٱِإۡلنَس ٰـَن ِبَو ٰ ِلَد ۡی ِه ُح ۡس ࣰنۖا‬

“Dan kami wajibkan manusia berbuat kebaikan kepada kedua orang ibu bapaknya”.

Allah berfirman di surat Al-An’am [6]:151 (۞ ‫ُقۡل َت َع اَلۡو ۟ا َأۡت ُل َم ا َح َّر َم َر ُّب ُك ۡم َع َلۡی ُك ۖۡم َأاَّل ُتۡش ِر ُك و۟ا ِبِهۦ َش ۡی ࣰٔـۖا َو ِب ٱۡل َو ٰ ِل َد ۡی ِن‬
‫)ِإۡح َس ٰـ ࣰنۖا‬

“Katakan: Marilah Saya bacakan apa yang diharamkan untuk kalian: Janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan apapun dan kepada orang tua berbuat-baiklah dengan sebaik-
baiknya”.

9
Nadhrotun Na'im fi Makarimil Akhlaq, 3/767, Darul Washilah, Cet. 4.
10
Syarah Riyadhus Shalihin, Al-Allamah Ibnu 'Utsaimin, 2/251, Ad-Daar Al-'Alamiyyah.
11
Nadhrotun Na'im fi Makarimil Akhlaq, 10/5011, Darul Wasilah.

2
Sayyid Ath-Thanthawi rahimahullah menyebutkan bahwa kata Ihsan dihubungkan dengan huruf jar
Bi (‫ )ِبـ‬memberi makna terhubungnya perbuatan dengan objek tanpa dibatasi dan tanpa ada jarak.
Sehingga di dalam kata Ihsan tersebut ada makna lebih ditekankan lagi perhatiannya dan
kebaikannya kepada kedua orang tua12.

Allah berfirman di surat Al Ahqaf [46]:15 ( ‫َو َو َّص ۡی َن ا ٱِإۡلنَس ٰـَن ِب َو ٰ ِلَد ۡی ِه ِإۡح َس ٰـ ًن ۖا َح َم َلۡت ُه ُأُّمُهۥ ُكۡر ࣰها َو َو َض َع ۡت ُه ُكۡر ࣰهۖا َو َح ۡم ُلُهۥ‬
‫ )َو ِفَص ٰـ ُلُهۥ َثَلٰـ ُثوَن َشۡه ًر ۚا‬dan Luqman [31]:14 ( ‫َو َو َّص ۡی َن ا ٱ نَس ٰـَن ِبَو ٰ ِلَد ۡی ِه َح َم َلۡت ُه ُأُّمُهۥ َو ۡه ًن ا َع َلٰى َو ۡه ࣲن َو ِفَص ٰـ ُلُهۥ ِفی َع اَم ۡی ِن َأِن ٱۡش ُكۡر‬
‫ِإۡل‬
‫ )ِلی َو ِلَو ٰ ِلَد ۡی َك ِإَلَّی ٱۡل َمِص یُر‬yakni Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua
yang mana ibunya dahulu selalu membawa dia (hamil) dengan susah payah dan melahirkannya. Dan
Allah subhanahu wa ta'ala juga menyandingkan syukur kepada-Nya dengan syukur kepada orang
tua.

Allah subhanahu wa ta'ala memuji Nabi Yahya ‘alaihissalam yang tidak pernah membangkang atau
menyakiti orang tuanya. Dia memperlakukan mereka dengan baik dalam berbicara ataupun dalam
bertindak tanduk. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman di Surat Maryam [19]:14 ( ‫َو َب َّۢر ا ِبَو ٰ ِلَد ۡی ِه َو َلۡم َی ُك ن‬
‫)َج َّباًر ا َعِص ࣰّیا‬

“Dan dan berbuat baik kepada kedua orangtuanya”.

Dan pujian serupa diberikan kepada Nabi Isa alaihissalam dalam firman Allah di Surat Maryam
[19]:32 (‫)َو َب َّۢر ا ِبَو ٰ ِلَد ِتی َو َلۡم َی ۡج َع ۡل ِنی َج َّبا ࣰرا َش ِق ࣰّیا‬

“Dan berbuat baik kepada Ibuku13”.

Anjuran untuk berbakti kepada kedua orang tua masih dapat kita temukan dalam ayat-ayat lainnya 14.
Allah berfirman di Al-Isro [17]:23-24 (۞ ‫َو َق َض ٰى َر ُّبَك َأاَّل َتۡع ُبُد ۤو ۟ا ِإۤاَّل ِإَّیاُه َو ِبٱۡل َو ٰ ِلَد ۡی ِن ِإۡح َس ٰـ ًن ۚا ِإَّما َی ۡب ُلَغ َّن ِع نَد َك ٱۡل ِكَبَر َأَح ُدُه َم ۤا‬
‫َأۡو ِك اَل ُه َم ا َف اَل َت ُقل َّلُهَم ۤا ُأ ࣲّف َو اَل َت ۡن َه ۡر ُه َم ا َو ُقل َّلُهَم ا َق ۡو ࣰلا َك ِر ی ࣰما َو ٱۡخ ِفۡض َلُهَم ا َج َن اَح ٱلٰـُّذ ِّل ِمَن ٱلَّر ۡح َم ِة َو ُق ل َّر ِّب ٱۡر َح ۡم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَی اِنی‬
‫)َص ِغی ࣰرا‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

Anjuran Berbakti Kepada Orang Tua di Dalam Hadits


Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu meriwayatkan saya bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam: “Amal apa yang paling Allah cintai?”, beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”. Ibnu
Mas'ud bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Berbakti
kepada orang tua”. Ibnu Mas’ud radiallahu anhu berkata: “Kemudian apa lagi?”, Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jihad fisabilillah”15.

12
Tafsir Al Wasith Lil Qur'an Al Karim, Muhammad Sayyid Thonthowi, Dar An-Nahdhoh, 5/216
13
Keutamaan Birrul Walidain, hal.4, Ibrahim Al Hazimi, Qisthi Press.
14
Ibid.
15
H.R. Bukhari No. 5970, Muslim No. 85.

3
Dari Umar Bin Khattab radiallahu anhu berkata: Aku sendiri (Umar) pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam., berkata, “Nanti akan datang seorang bernama Uwais bin ‘Amir
bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad yang berasal dari suku Qarn. Ia
memiliki penyakit kulit (bintik-bintik putih di kulitnya) kemudian sembuh kecuali setitik kecil yang
tersisa sebesar satu koin dirham. Ia mempunyai seorang ibu yang ia sangat berbakti padanya.
Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan apa yang ia pinta. Jika engkau
(Umar) mampu agar ia mau meminta pada Allah supaya engkau diampuni, mintalah padanya16”

Abu Hurairah radiallahu anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Merugilah, merugilah, merugilah”. Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah siapa yang
merugi?”. Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Merugilah orang yang bisa menyaksikan
orang tuanya sampai lanjut usia, baik salah satu atau keduanya, tapi dia tidak dapat masuk surga
karenanya”.17

Keutamaan Birrul Walidain18


 Hak kepada orang tua disebutkan bersamaan dengan menyembah Allah. Sebagaimana
syukur kepada orang tua disandingkan dengan syukur kepada Allah.19
 Birrul walidain lebih utama dari jihad fii sabilillah.20
 Birrul walidain amalan terpenting, paling dekat ke surga, dan paling dicintai Allah setelah
shalat21.
 Birrul walidain membuat Allah ridho.22
 Anak dan hartanya adalah milik orang tuanya23.
 Doa kedua orang tua mustajabah.24
 Birrul walidain tidaklah khusus hanya kepada orang tua yang beragama Islam25.

Cara Berbakti Kepada Orang Tua


Jamaluddin Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah berkata26: Berbakti kepada mereka adalah dengan
mentaati semua yang mereka perintahkan selama tidak dilarang agama, mendahulukan perintah
mereka dari amalan sunnah, menjauhi semua yang mereka larang, menafkahi mereka, melayani dan
membantu mereka, mempergauli mereka dengan penuh adab dan dan penghormatan tertinggi,
anak tidak meninggikan suara di hadapan orang tua, tidak memanggil dengan namanya, berjalan di
belakangnya, dan bersabar atas semua yang muncul dari orang tua.

Beliau meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radiallahu anhu berkata: Suatu hari datang seorang ibu
bersama anaknya yang ingin ikut Jihad namun sang ibunda melarangnya. Maka bersabdalah

16
H.R. Muslim No. 2542.
17
H.R. Muslim No. 2551.
18
Birrul Walidain, Syaikh Sa'id bin Wahf Al-Qohthon rahimahullah, Syamilah.
19
Q.S An-Nisa [4]:36, Luqman [31]:14
20
Hadits riwayat Umar bin Khottob Bukhari No. 3004, Muslim 2549.
21
H.R. Bukhari No. 527.
22
H.R. Tirmidzi No. 1899.
23
H.R. Abu Dawud No. 3530.
24
H.R. Bukhari 3436.
25
Q.S. Luqman [31]:15.
26
Birrul Walidain, Abul Faraj Ibnul Jauzi, Hal. 2, Syamilah.

4
shallallahu alaihi wasallam: “Tetaplah kamu di sisinya, niscaya untuk engkau pahala sebesar yang
kamu inginkan (dari jihad)”.

Ibnul Jauzi meriwayatkan bahwa ‘Ubadah bin Ash-Shomit radiallahu anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam Bersabda”: “Jangan memaksiati kedua orang tuamu, dan jikalau mereka
menyuruhmu untuk keluar dari duniamu maka keluarlah27”.

Umar Bin Khattab radiallahu anhu berkata membuat orang tua menangis adalah salah satu bentuk
kedurhakaan.

Dari Sallam bin Miskin rahimahullah, Saya bertanya kepada Al Hasan radiallahu anhu: “Bagaimana
jika ada seseorang menyuruh orang tuanya dengan perkara kebaikan dan melarang dari
kemungkaran?”. Al-Hasan radhiyallahu anhu menjawab: “Jika mereka menerima maka itu yang
diharapkan, akan tetapi jika tidak diterima maka biarkan saja”.

Bisakah Kita Mencontoh Akhlak Salaf


Ibnu Umar radiallahu anhu pernah berkata kepada seseorang: “Apakah engkau takut dari neraka dan
ingin masuk surga?”. “Tentu,” Jawab laki-laki itu. Kata Ibnu Umar radiallahu anhu: “Kalau begitu
berbaktilah kepada ibumu, Demi Allah kalau kamu berbicara kepadanya dengan lembut dan
memberi makan niscaya engkau akan masuk surga, selama hal-hal yang menyebabkan masuk neraka
engkau hindari.”28

Dari Ibnu 'Aun rohimahullah bahwa ibunya memanggilnya, akan tetapi beliau menjawab dengan
suara yang tinggi maka langsung dia bebaskan dua budaknya29.

Anas bin An-Nadhr Al-Asyja-i rahimahullah menceritakan: “Pada suatu malam ibunda dari Ibnu
Mas’ud radiallahu anhu meminta air. Ibnu Mas'ud radiallahu anhu membawakannya. Tetapi ketika
datang dengan air ibunya telah terlelap tidur. Akhirnya ia duduk di dekat kepala ibunya dengan air di
tangannya hingga subuh”.30

Penutup
Dari pembahasan yang ringkas ini mulai nampak agungnya hak orang tua untuk mendapatkan bakti
dari anaknya dan tentu harus menjadi perhatian bagi semua anak. Hal ini adalah kegelisahan orang-
orang saleh yang selalu mencari bekal terbaik untuk perjalanan akhirat dan selalu memasuki jalan-
jalan yang mengarahkan mereka ke surga. Sebagaimana teladan kita para Nabi dan Rasul, kemudian
sahabat Nabi, ulama nan berilmu yang mencurahkan segenap daya dan upaya yang mereka punya
lahir maupun batin demi berbakti kepada orang tuanya. Akan tetapi kebanyakan manusia saat ini
sangat amat kurang memberi perhatian untuk kewajiban ini, bahkan sudah sejak lama. Ibnul Jauzi
rahimahullah sembilan ratus tahun yang lalu berkata bahwa beliau menilai pemuda zamannya tidak
lagi menengok ke birrul walidain dan juga tidak menganggap itu kewajiban dari kewajiban-kewajiban
agama31. Bagaimana lagi dengan saat ini di mana kebodohan terhadap ilmu agama hampir tersebar
di seluruh muka bumi, mendahulukan kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akhirat,

27
Yang semisal ini ada riwayat dari Abu Darda di Al-Adabul Mufrod dishahihkan Al-Albani rahimahullah.
28
Jami' Al-'Ulum wal Hikam, Ibnu Rojab al-Hanbali, Muassasah Ar-Risalah, 1/428.
29
Aina Nahnu min Akhlaaqis Salaf, 'Abdul 'Aziz bin Nashir Al-Jalil, Ad-Dar Al-'Alamiyyah, Hal. 107.
30
Birrul Walidain, Ibnul Jauzi Abul Faraj, Hal. 5, Syamilah.
31
Birrul Walidain, Ibnul Jauzi Abul Faraj, Hal. 1, Syamilah.

5
kurangnya ketakwaan, sikap individualisme, mengemukanya sikap durhaka, dan kurang suri tauladan
dari orang yang diharapkan contohnya, maka semakin langkalah sosok yang berbakti kepada orang
tua dan memberikan sebenar-benarnya hak mereka.

Oleh karena itu kita butuh dinasihati, diingatkan, dan didorong agar senantiasa melakukan
kewajiban birrul walidain. Jazakumullah khairo kepada orang tua Kami sekaligus pembimbing Kami
dari kyai sesepuh dan para asatidzah yang mulia yang selalu menasihati Kami. Mudah-mudahan
Allah meridhoi kita semua, memasukkan kita semua ke dalam surganya yang tidak ada kelelahan dan
kepenatan di dalamnya.

Semoga Allah karuniakan kaum muslimin secara umum dan penulis secara khususnya, taufiq dan
hidayah-Nya juga semoga Allah mengaruniakan ketakwaan juga hati nurani dan akal yang lurus, jiwa
yang bersih, kesabaran, rasa sayang, sikap hormat dan memuliakan orangtua yang dengannya
semoga memudahkan untuk berbakti kepada orang tua dengan sebaik-baiknya.

Semoga Allah mengampuni penulis yang penuh kekurangan ini dan semoga Ia jadikan tulisan ini
ikhlas hanya untuk mengharap wajah-Nya. Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Mengabulkan Doa..

Ya Allah, izinkanlah hamba untuk berbakti kepada kedua orang tua hamba...

Anda mungkin juga menyukai