Anda di halaman 1dari 101

STUDI KOMPARATIF PERSEPSI TENTANG STUNTING

ANTARA CALON PENGANTIN LAKI-LAKI DAN


PEREMPUAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Marnia Amelia
NIM. 6411417047

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

i
STUDI KOMPARATIF PERSEPSI TENTANG STUNTING
ANTARA CALON PENGANTIN LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Marnia Amelia
NIM. 6411417047

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Juli 2023

ABSTRAK
Marnia Amelia
Studi Komparatif Persepsi Tentang stunting Antara Calon Pengantin Laki-
laki dan Perempuan di Kecamatan Semarang Utara
XIV+53 halaman+18 tabel+2 gambar+28 lampiran
Permasalahan stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia
yang belum teratasi sampai saat ini. Permasalahan tersebut dibuktikan dari data
WHO, sebanyak 149,2 juta anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia mengalami
Stunting (WHO, 2021). Pada tahun 2021 Indonesia masuk dalam 5 besar negara
tertinggi stunting dengan jumlah 31,8% (WHO, 2022). Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan persepsi antara calon pengantin laki-laki dan perempuan
terhadap pencegahan stunting di Kecamatan Semarang Utara.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Teknik pengambilan data yang dilakukan menggunakan
teknik total sampling dengan jumlah sampel minimal 49 pasang calon pengantin
dan 98 responden yang terdaftar di KUA. Pengumpulan data diperoleh
menggunakan kuesioner. Data analisis menggunakan asosiasi pearson.
Hasil penelitian didapatkan terdapat perbedaan persepsi dengan jenis
kelamin yakni pada persepsi manfaat (p=0.003).
Saran pada penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperdalam atau menambah variabel
serta menggunakan metode penelitian yang berbeda.
Kata Kunci: persepsi, stunting, calon pengantin
Perpustakaan : 61 (2010-2022)

iii
Public Health Science Department
Faculty of Sports Science
Universitas Negeri Semarang
July 2023

ABSTRACT
Marnia Amelia
Comparative Study of Perceptions Between Prospective Brides and Grooms
in Semarang Utara District
XIV+53 halaman+18 tabel+2 gambar+28 lampiran
The problem of stunting is still one of the world’s health problems that has
not been resolved to date. This problem is proven by WHO data, as many as 149.2
million children under 5 years worldwide experience stunting (WHO, 2021). In
2021 Indonesia is include in the top 5 countries with thw highest stunting rate of
31.8% (WHO, 2022). The purpose of this study was to determine difference in
perceptions between prospective grooms and brides for stunting prevention in
North Semarang District.
This type of research is descriptive comparativewith cross sectional
research design. The data collection technique was carried out using a total
sampling technique with a minimum sample of 49 pairs of prospective brides and
98 respondents registered at the KUA. Data collection was obtained using a
questionnaire. Data analysis using pearson association.
The results of the study found that there were differences in perceptions
with gender, namely in the perceptions of benefits (p=0.003).
Suggestions for this study are expected for future researchers to conduct
further research by deepening or adding variables and using different research
methods.
Keywords: Perception, Stunting, Bride and Groom
Literature : 61 (2010-2022)

iv
PERNYATAAN

v
LE MBA R PENGESAHAN

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:
“Jangan biarkan kesulitanmu menguasaimu, percayalah bahwa ini malam
yang gelap dan hari yang cerah akan datang. Karena sesungguhnya dengan
kesulitan akan ada kemudahan”
(QS. AL-Insyirah:5)
“Only you can change your life. Nobody else can do it for you”
Orang lain gak akan bisa paham struggle dan masa sulitnya kita, yang
mereka ingin tahu hanya bagian success stories.
Tidak ada kata terlambat untuk terus memulai.
(Anonim)

PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
 Almamater Universitas Negeri Semarang, khususnya
program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (Promosi
Kesehatan) Fakultas Kedokteran.
 Untuk dua orang yang sangat saya cintai yang tanpa
lelah dan penuh kasih sayang selalu melangitkan doa-
doa yang luar biasa untuk saya serta memberikan
dukungan baik moril maupun materil. Terima kasih
telah menjadi orang hebat dalam hidup saya.

vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Studi Komparatif
Persepsi Tentang Stunting Antara Calon Pengantin Laki-Laki Dan Calon
Pengantin Perempuan di Kecamatan Semarang Utara”. Penulisan proposal skripsi
ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat pada Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Negeri Semarang. Penyusunan Skripsi skripsi ini dapat terselesaikan
atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Mahalul Azam, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. Dr. Irwan Budiono, S.K.M, M.kes (Epid) selaku Ketua Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat
3. Muhammad Azinar, S.K.M, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan proposal
skripsi.
4. Segenap dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
ilmu bermanfaat.
5. Kepala KUA (Kantor Urusan Agama) Semarang Utara dan staf KUA yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi.
6. Kedua orang tua yang saya sayangi yaitu Bapak Nerwadi dan Ibu Yusniar
yang telah memberikan doa dan dukungan dengan penuh kasih sayang.
7. Saudaraku Supriadi, Osmiana, dan Oni kahanifa, serta segenap keluarga yang
telah memberikan doa serta dukungan moral.
8. Oki Saputra yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi.
9. Teman-temanku Meli Wiranti, Syntia Veronica Rozana, Mayditania Intan
Bunga Pratiwi, dan Tivanny Octasya yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini dan memberi semangat.
10. Rekan-rekan peminatan Promosi Kesehatan dan rekan-rekan Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat UNNES yang telah memberikan dukungan.

viii
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.
Saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
membantu penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak
kekurangan, sehingga pihak pembaca dapat memberikan saran yang membangun
agar kekurangan dapat diperbaiki. Semoga skripsi ini dapat berguna pada pribadi
penulis, almamater, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Kesehatan
dimasa yang akan datang.

Semarang, 15 Mei 2023


Penulis

Marnia Amelia

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................................
ABSTRACT..............................................................................................................................
PERNYATAAN.........................................................................................................................
LEMBAR PENEGESAHAN....................................................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................................
PRAKATA..............................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................
1.2.1 Rumusan Masalah Umum.........................................................................................
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus.........................................................................................
1.3 TUJUAN PENELITIAN................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................
1.4 MANFAAT....................................................................................................................
1.4.1 Bagi peneliti...............................................................................................................
1.4.2 Bagi masyarakat........................................................................................................
1.4.3 Bagi instansi terkait...................................................................................................
1.4.4 Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat UNNES...........................................................
1.5 KEASLIAN PENELITIAN............................................................................................
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN...............................................................................
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat.............................................................................................
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu...............................................................................................
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................
2.1 Landasan Teori...............................................................................................................
2.1.1 Calon Pengantin.......................................................................................................
2.1.2 Persepsi....................................................................................................................
2.1.3 Persepsi Calon pengantin terhadap Kesehatan........................................................
2.1.4 Dampak Stunting.....................................................................................................
2.1.3 Konsep Tumbuh Kembang Balita...........................................................................

x
2.1.4 Indeks tinggi badan menurut umur..........................................................................
2.1.5 Faktor risiko stunting...............................................................................................
2.1.6 Program Pendampingan Keluarga...........................................................................
2.2 Kerangka Teori.............................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................
3.1 KERANGKA KONSEP...............................................................................................
3.2 VARIABEL PENELITIAN.........................................................................................
3.3 HIPOTESIS PENELITIAN..........................................................................................
3.4 JENIS RANCANGAN PENELITIAN.........................................................................
3.5 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL
23
3.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN................................................................
3.6.1 Populasi Penelitian..................................................................................................
3.6.2 Sampel Penelitian....................................................................................................
3.7 SUMBER DATA.........................................................................................................
3.7.1 Sumber Data Primer................................................................................................
3.7.2 Sumber Data Sekunder............................................................................................
3.8 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA...................
3.8.1 Instrumen Penelitian................................................................................................
3.8.2 Teknik Pengambilan Data.......................................................................................
3.9 PROSEDUR PENELITIAN.........................................................................................
3.9.1 Tahap Pra Penelitian................................................................................................
3.9.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian.................................................................................
3.9.3 Tahap Pasca Penelitian............................................................................................
3.10 TEKNIK ANALISIS DATA........................................................................................
3.10.1 Pengolahan Data.................................................................................................
3.10.2 Analisis Data......................................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN..............................................................................................
4.1 GAMBARAN UMUM.................................................................................................
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................................
4.1.2 Gambaran Karakteristik Responden........................................................................
4.2 Hasil Penelitian.............................................................................................................
4.2.1 Analisi Univariat......................................................................................................
4.2.2 Analisis Bivariat......................................................................................................
4.2.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat........................................................................

xi
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................................
5.1. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.....................................................................
5.1.1 Perbedaan Persepsi Kerentanan dengan Jenis Kelamin Pada Kejadian
Stunting.............................................................................................................................
5.1.2 Perbedaan Persepsi Keseriusan dengan Jenis Kelamin Pada Kejadian
Stunting.............................................................................................................................
5.1.3 Perbedaan Persepsi Manfaat dengan Jenis Kelamin Pada Kejadian
Stunting.............................................................................................................................
5.1.4 Perbedaan Persepsi Hambatan dengan Jenis Kelamin Pada Kejadian
Stunting.............................................................................................................................
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian...........................................................................
5.2.1 Hambatan penelitian...............................................................................................
5.2.2 Kelemahan penelitian..............................................................................................
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................
6.1 SIMPULAN..................................................................................................................
6.2 SARAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................................

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Tabel definisi operasional dan skala pengukuran variabel...................23
Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian..............................................28
Tabel 3. 3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian...........................................29
Tabel 4. 1 Tabel Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden...............34
Tabel 4. 2 Tabel Distribusi responden berdasarkan pekerjaan.............................35
Tabel 4. 3 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi kerentanan terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)................................................................................................35
Tabel 4. 4 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi kerentanan terhadap kejadian
stunting (Perempuan).............................................................................................36
Tabel 4. 5 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi keseriusan terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)................................................................................................36
Tabel 4. 6 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi keseriusan Terhadap kejadian
stunting (Perempuan).............................................................................................37
Tabel 4. 7 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi manfaat Terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)................................................................................................37
Tabel 4. 8 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi manfaat Terhadap kejadian
stunting (Perempuan).............................................................................................37
Tabel 4. 9 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi hambatan Terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)................................................................................................38
Tabel 4. 10 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi hambatan Terhadap kejadian
stunting (Perempuan).............................................................................................38
Tabel 4. 11 Tabel perbedaan persepsi kerentanan antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan pada kejadian stunting..................................................................39
Tabel 4. 12 Tabel Perbedaan persepsi keseriusan antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan pada kejadian stunting..................................................................39
Tabel 4. 13 Tabel perbedaan persepsi manfaat antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan pada kejadian stunting..................................................................40
Tabel 4. 14 Tabel perbedaan persepsi hambatan antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan pada kejadian stunting..................................................................40
Tabel 4. 15 Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat.........................................41

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka teori....................................................................................20
Gambar 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................26

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing...................................................................58


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Unnes..........59
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang..............60
Lampiran 4 Salinan Ethical Clearance...................................................................61
Lampiran 5 Surat/Bukti Sudah Melaksanakan Penelitian atau Pengambilan Data
dari Institusi............................................................................................................62
Lampiran 6 Instrumen penelitian...........................................................................63
Lampiran 7 Informed Consent..............................................................................68
Lampiran 8 Hail Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen...................................69
Lampiran 9 Data Mentah Hasil Penelitian............................................................71
Lampiran 10 Hasil Analisis Univariat..................................................................81
Lampiran 11 Hasil Analisis Bivariat.....................................................................83
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian...................................................................86

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Stunting adalah suatu kondisi dimana anak mengalami gagal tumbuh (baik
fisik maupun perkembangan otak) akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu
yang lama. Akibatnya, anak bisa lebih pendek dari anak normal di usianya, serta
menyebabkan mereka berpikir lambat, disebabkan oleh pola asupan makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizinya (Maravilla et al., 2020). Oleh karena
itu, penanggulangan stunting pada anak tetap menjadi program utama pemerintah
untuk mencapai target prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024
(Mulyaningsih et al., 2021).
Menurut WHO anak-anak yang mengalami stunting akan menghadapi
kesulitan belajar di sekolah, dan berpenghasilan lebih rendah sebagai orang
dewasa, serta menghadapi hambatan untuk berpartisipasi dalam masyarakat
(WHO, 2018). Kejadian stunting sampai saat masih menjadi permasalahan di
setiap negara. Berdasarkan data WHO tahun 2020 sebanyak 149,2 juta anak di
bawah 5 tahun di seluruh dunia mengalami Stunting (WHO, 2021). Pada tahun
2021 Indonesia masuk dalam 5 besar negara tertinggi stunting dengan jumlah
31,8% (WHO, 2022).
Berdasarkan data Kemenkes RI angka stunting di Indonesia tahun 2019
sebesar 27,7%, jika dibandingkan dengan angka prevalensi stunting di Asia
Tenggara sebesar 24,7% Indonesia masih lebih tinggi (Teja, 2022). Pada tahun
2020 jumlah stunting di Indonesia sebanyak 26,9%. Angka prevalensi stunting
tahun 2021 sebesar 24,4% berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI)
(Kemenkes RI., 2022) . Angka prevalensi stunting di Indonesia setiap tahunnya
terjadi penurunan. Pencegahan stunting penting untuk mencapai sumber daya
manusia yang berkualitas. Selain itu, Indonesia akan menghadapi bonus
demografi 2030, yaitu jumlah penduduk usia produktif (15-64) melebihi jumlah
usia non-

1
2

produktif (64 tahun). Artinya, stunting merupakan ancaman yang nyata bagi
kualitas manusia (Kemenkes RI., 2022) . Menurut adata Kemenkes RI 2018,
prevalensi stunting di Jawa Tengah ialah 13.70% %
(Kementerian Kesehatan RI, 2018)
. Pada tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 27.68%
(Kemenkes RI, 2020)
. Tahun 2020 tidak ada pendataan karena adanya pandemi covid-19. Pada
tahun 2021 jumlah stunting menurun menjadi 20,9% (Kemenkes RI., 2022).
Pemerintah telah berupaya menekan kejadian stunting pada anak dengan
mengeluarkan Peraturan presiden republik indonesia nomor 72 tahun 2021
tentang percepatan penurunan stunting. Pada Bab I Pasal 1 (5) Strategi Nasional
Percepatan Penurunan Stunting adalah langkah-langkah berupa 5 (lima) pilar yang
berisikan kegiatan untuk Percepatan Penurunan Stunting dalam rangka pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan melalui pencapaian target nasional prevalensi
Stunting yang diukur pada anak berusia di bawah 5 (lima) tahun. Pada Bab II
Pasal 5 (1) dalam rangka pencapaian target nasional prevalensi Stunting
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (21 ditetapkan target antara yang harus
dicapai sebesar l4%o (empat belas persen) pada tahun 2024
(Indonesian Government, 2021)
.
Stunting pada anak merupakan masalah yang serius karena dapat
menimbulkan dampak dari berbagai aspek seperti psikologis dan Kesehatan.
Menurut penelitian (Rafika, 2019), dampak psikologis pada anak yang mengalami
stunting memiliki risiko perkembangan kognitif, motorik, dan verbal yang kurang
optimal. Sementara dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh anak yang
stunting berisiko lebih tinggi mengalami penyakit degeneratif seperti kanker,
diabetes, dan obesitas (Tschida et al., 2021). Hal ini dikarenakan kebutuhan tubuh
akan zat gizi mikro dan makro tidak terpenuhi sepenuhnya, yang mengakibatkan
perkembangan tubuh tidak sempurna dan aktivitas sel lainnya
(Mustakim et al., 2022)
.
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai persepsi calon pengantin
terhadap kejadian stunting. (1) Penelitian yang dilakukan (Arsyad et al., 2022) ,
terdapat pengaruh pengetahuan gizi 1000 HPK calon pengantin sebelum dan
setelah diberikan pendidikan tentang gizi. (2) Penelitian yang dilakukan (Fauziatin et al., 2019a)
3

, terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang gizi anak terhadap


kejadian stunting. (3) Penelitian yang dilakukan (Triawanti et al., 2020) , terdapat
peningkatan pengetahuan calon pengantin mengenai nutrisi dan kesehatan
reproduksi. Untuk meminimalisir kejadian stunting yang terjadi pada anak, calon
pengantin harus melakukan upaya pencegahan terutama saat salah satu atau kedua
calon pengantin memiliki riwayat keturunan yang berpotensi menyebabkan
stunting pada anak. Calon pengantin wanita yang merupakan calon ibu sangat
berperan penting dalam upaya pencegahan stunting. Stunting tidak hanya
disebabkan oleh kurangnya gizi dalam asupan makanan tetapi juga persepsi yang
didukung oleh pengetahuan orang tua, dan peran keluarga juga mempengaruhi
terjadinya stunting (Arsyad et al., 2022).
Berdasarkan perbedaan gender, persepsi dari laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan. Laki-laki lebih memainkan logika dan naluri yang
dimilikinya sedangkanperempuan lebih memainkan emosional dalam
memutuskan hal didepannya (Arifin & Robin, 2016) . Persepsi pada laki-laki
cenderung lebih optimis dengan keadaannya dan lebih memiliki respon positif
mengenai risiko kesehatan sedangkan persepsi pada perempuan cenderung dapat
mengalami perasaan kecewa berkepanjangan, putus asa dan bahkan depresi
terutama mengenai risiko kesehatan (Rizqiana Harsyah et al., 2015) . Menurut
(Magdalena & Danandjojo, 2016) perbedaan persepsi yang telah dijelaskan
sebelumnya dalam hal risiko kesehatan persepsi perempuan akan lebih kompleks
serta dipengaruhi oleh banyak faktor dan lebih menggunakan perasaan sedangkan
persepsi pria cenderung lebih sederhana dan dilakukan secara spontan dan sadar
menggunakan logika.
Kota Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
survei awal yang dilakukan pada tanggal 12 September 2022 di Dinas Kesehatan
Kota Semarang, diperoleh data selama tiga tahun terakhir yaitu 2019 (2.57%),
2020 (3.13%), 2021 (3.10%). Tidak ada penurunan yang signifikan terhadap
kejadian stunting selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021 jumlah anak
stunting tertinggi berada di wilayah Semarang utara dengan prevalensi 6.30%
4

atau sebanyak 255 dari 4048 anak balita yang mengalami stunting. Tahun 2022
sebanyak 6.87% atau 236 dari 3449 anak stunting.
Tanjung Emas ialah salah satu kelurahan di Semarang Utara yang
memiliki angka stunting tertinggi. Pada tahun 2020 total balita stunting di
Kelurahan Tanjung Emas yaitu 220 anak, kemudian pada tahun 2021 mengalami
penurunan menjadi 79. Pada tahun 2022 kasus stunting mengalami kenaikkan
menjadi 120. Umur ibu yang memiliki anak stunting yakni dari umur 20 hingga
30 tahun sebanyak 35 orang, dari umur 31 hingga 40 tahun ada 53 orang, dan
umur 41 hingga 50 tahun sebanyak 13 orang. Dari data anak ke berapa yang
mengalami stunting anak pertama berjumlah 32 orang, anak kedua sebanyak 41
orang, anak ketiga 32 orang anak ke empat 12 orang, anak ke lima 1 orang dan
anak ke enam 2 orang. Selama kurun waktu tiga tahun angka stunting masih
mengalami kenaikan. Hal tersebut membuktikan masih banyaknya kasus
stunting di Kelurahan Tanjung Emas (sumber data : Puskesmas Bandarharjo)
Berdasarkan riset terdahulu terkait pencegahan stunting sejak dini menurut
(Fitriani et al., 2021) dalam penelitiannya yakni pemberian kartu cegah stunting
terhadap calon pengantin dapat meningkatkan pengetahuan tentang stunting, maka
pemberian kartu cegah stunting efektif terhadap peningkatan pengetahuan calon
pengantin. Menurut (Parinduri, 2021) , edukasi kesehatan pada remaja dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemauan remaja dalam mencegah stunting. Hasil
dari penelitian (Fauziatin et al., 2019b) menunjukkan bahwa pada penelitian ini
media lembar balik terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap calon
pengantin dalam pencegahan stunting.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan berkaitan dengan stunting,
menunjukkan masih tingginya angka stunting, sehingga penulis tertarik untuk
meneliti “Studi Komparatif Persepsi Tentang Stunting Antara Calon Pengantin
Laki-Laki Dan Perempuan di Kecamatan Semarang Utara”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Bagaimana perbedaan persepsi antara calon pengantin laki-laki dan
perempuan terhadap kejadian stunting di Kecamatan Semarang Utara?
5

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus


1.2.2.1 Bagaimana perbedaan persepsi manfaat pencegahan stunting antara calon
pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara?
1.2.2.2 Bagaimana perbedaan persepsi hambatan pencegahan stunting antara
calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara?
1.2.2.3 Bagaimana perbedaan persepsi kerentanan terhadap kejadian stunting
antara calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang
Utara?
1.2.2.4 Bagaimana perbedaan persepsi keseriusan akibat stunting antara calon
pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
persepsi calon pengantin laki-laki dan perempuan terhadap kejadian stunting
di Kecamatan Semarang Utara
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui perbedaan persepsi manfaat pencegahan stunting antara
calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara
1.3.2.2 Mengetahui perbedaan persepsi hambatan pencegahan stunting antara
calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara
1.3.2.3 Mengetahui perbedaan persepsi kerentanan terhadap kejadian stunting
antara calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang
Utara
1.3.2.4 Mengetahui perbedaan persepsi keseriusan akibat stunting antara calon
pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi peneliti
Pengalaman berharga untuk menambah wawasan dalam hal merencanakan,
melaksanakan, dan menyusun laporan hasil penelitian tentang persepsi calon
pengantin terhadap kejadian stunting.
6

1.4.2 Bagi masyarakat


Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai stunting serta
memberikan pemikiran yang positif mengenai pentingnya pencegahan
stunting.
1.4.3 Bagi instansi terkait
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini yaitu hasil penelitian
dapat digunakan sebagai sumber informasi dan masukan dalam pembuatan
program yang akan dilaksanakan instansi terkait guna mencegah stunting.
1.4.4 Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat UNNES
Sebagai bahan Pustaka, informasi dan referensi yang dapat digunakan
sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu
di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1Tabel keaslian penelitian
No Peneliti Judul Rancangan Variabel Hasil
. Penelitian Penelitian
1. Rosalia Pola Asuh Analitik Variabel Persepsi
Indah dan observasional bebas : kerentanan
Persepsi dengan persepsi berhubungan
(Indah, 2020)
Ibu di menggunakan ibu dengan pola
Pedesaan desain (persepsi asuh
terhadap cross sectional kerentanan, pemberian
Kejadian persepsi makan pada
Stunting keseriusan, balita
Pada persepsi stunting.
Balita manfaat Perlu adanya
pencegahan upaya dalam
stunting, memperluas
dan informasi
persepsi terkait
hambatan stunting
pencegahan untuk
stunting). memperbaiki
7

No Peneliti Judul Rancangan Variabel Hasil


. Penelitian Penelitian
Variabel persepsi
terikat: masyarakat
pola asuh sehingga
pemberian terbentukk
makan pola asuh
pada balita yang baik
stunting
usia 24-59
bulan
2. Sisilia Persepsi Penelitian Variabel Persepsi ibu
Noviaming, Ibu Balita kualitatif bebas : balita tentang
Afrona E.L. Tentang dengan persepsi pengertian
Takaeb, dan Stunting pendekatan dan ciri-ciri
Helga J.N. di Wilayah fenomenologi stunting di
Ndun Puskesmas wilayah
Tarus Puskesmas
(Noviaming et al., 2022)
Kabupaten Tarus
Kupang terfokus pada
tampilan
fisik saja.
Tidak ada
informan
yang
menyatakan
bahwa faktor
lingkungan
8

No. Peneliti Judul Rancanga Variabel Hasil


n Penelitian
Penelitian
seperti air
bersih dan
sanitasi
merupakan
penyebab
tidak
langsung
terjadinya
stunting
3. Sisilia Natanael Persepsi Penelitian Variabel Hasil
Ni Kadek Aprilia Tentang kuantitatif bebas : penelitian
Putri, dan Kadek Stunting deskriptif persepsi (86,6%)
Tresna Andhi Pada dengan kerentanan, responden
Remaja rancangan persepsi tidak tahu
(Natanael, Kadek, etPutri di
al., 2022) cross keseriusan, stunting
Kabupaten sectional persepsi merupakan
Gianyar study manfaat, masalah
Bali persepsi gizi
hambatan remaja,
Variabel serta
terikat : 50.4%
stunting responden
pada memiliki
remaja persepsi
negatif
tentang
stunting
9

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN


1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada 21 Maret 2023 hingga 28 April 2023.
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kesehatan masyarakat
khususnya dalam Promosi Kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori


II.1.1 Calon Pengantin
II.1.1.1 Pengertian calon pengantin
Menurut kemenkes RI 2018 calon pengantin adalah pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan dapat dikatakan pasangan yang belum memiliki
ikatan baik secara hukum agama maupun negara. Jadi calon pengantin adalah
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang ingin atau hendak melaksanakan
pernikahan. Menurut Undang-undang perkawinan no.16 tahun 2019 usia minimal
menikah adalah 19 tahun baik untuk pria maupun wanita.
Sebagai calon pengantin pentingnya sadar akan kesehatan merupakan
salah satu faktor yang dapat mengurangi risiko penyakit yang timbul setelah
menikah baik terhadap orangtua maupun pada bayi. Salah satu perawatan
kesehatan sebelum menikah disebut Prakonsepsi. Perawatan ini mengacu pada
intervensi biomedis, perilaku, dan preventif sosial yang dapat meningkatkan
kemungkinan memiliki bayi sehat (Nurrahima, 2021). Dalam skrining prakonsepsi
dilakukan pemeriksaan fisik dan psikologis calon pengantin, pemeriksaan
psikologis tidak kalah penting untuk calon pengantin, karena seorang individu
dengan kondisi psikologis yang mengalami gangguan akan berisiko melakukan
kekerasan dalam rumah tangga karena kondisi emosional yang tidak stabil
(Nurrahima, 2021) . Jadi, kesadaran calon pengantin wanita dalam melakukan
skrining kesehatan sebelum menikah menyebabkan rendahnya partisipasi calon
pengantin pria juga.
Banyak calon pengantin yang masih kekurangan informasi mengenai
pentingnya melakukan skrining prakonsepsi sebelum menikah. Sehingga
pentingnya bagi calon pengantin untuk lebih menggali informasi sebelum
menikah mengenai apa yang harus dilakukan guna mengurangi risiko dan
menanggulangi lebih awal terhadap penyakit keturunan seperti diabetes, tekanan
darah tinggi, dan stunting (Nurrahima, 2021).

10
11

II.1.2 Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang dalam
mengamati suatu objek maupun orang lain. Pemahaman seseorang terhadap suatu
informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang berkomunikasi,
berhubungan atau bekerja sama dapat menimbulkan persepsi. Persepsi juga
disebut sebagai inti komunikasi yang dapat membuat suatu komunikasi menjadi
efektif (Shambodo, 2020). Dalam membentukk suatu persepsi pada seseorang ada
beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya (Rakhmat, 2008) :
II.1.2.1 Faktor fungsional
Faktor ini bersifat personal yang berkaitan dengan kebutuhan individu, usia,
pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan hal lain.
II.1.2.2 Faktor personal
Berkaitan dengan pengalaman individu dalam komunikasi interpersonal. Faktor
ini meliputi pengalaman, motivasi dan kepribadian.
II.1.2.3 Faktor situasional
Faktor ini terjadi berkaitan dengan bagaimana sifat seseorang atau kesan
seseorang pertama kali saat berkomunikasi.
II.1.2.4 Faktor struktural
Berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada
sistem saraf individu.
Selain empat faktor diatas menurut (Thoha, 2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang ada dua yakni:
1. Faktor internal: perasaan, sikap dan karakteristik individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,
gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
2. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,
pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
II.1.3 Persepsi Calon pengantin terhadap Kesehatan
Sebagai calon pengantin pentingnya sadar akan kesehatan merupakan
salah satu faktor yang dapat mengurangi risiko penyakit yang timbul setelah
12

menikah baik terhadap orangtua maupun pada bayi. Salah satu perawatan
kesehatan sebelum menikah disebut Prakonsepsi (Triawanti et al., 2020) .
Perawatan ini mengacu pada intervensi biomedis, perilaku, dan preventif sosial
yang dapat meningkatkan kemungkinan memiliki bayi sehat
(Yulivantina et al., 2022)
.
Dalam penelitian (Yulivantina et al., 2021) , dapat diketahui bahwa
kesadaran calon pengantin wanita dalam melakukan skrining kesehatan sebelum
menikah menyebabkan rendahnya partisipasi calon pengantin pria juga. Banyak
calon pengantin yang masih kekurangan informasi mengenai pentingnya
melakukan skrining prakonsepsi sebelum menikah. Sehingga pentingnya bagi
calon pengantin untuk lebih menggali informasi sebelum menikah mengenai apa
yang harus dilakukan guna mengurangi risiko dan menanggulangi lebih awal
terhadap penyakit keturunan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan stunting.
II.1.4 Stunting
Stunting adalah kekurangan gizi kronis pada anak usia dini yang
mengakibatkan terhambatnya perkembangan otak dan perkembangan anak. Anak
merupakan aset berharga suatu negara, artinya anak memiliki potensi yang besar
untuk menjadi negara apabila kondisi pertumbuhan dan perkembangannya
diperhatikan dengan baik (Kemenkes RI, 2020) . Seribu hari pertama kehidupan
seorang anak merupakan masa kritis dalam menentukan masa depannya, dimana
anak-anak Indonesia menghadapi hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang
parah akibat stunting (Hadi et al., 2021) . Kasus stunting dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan, menyusui, atau masa nifas akibat pemberian suplementasi
yang tidak memadai pada balita (Prasetiya et al., 2020).
Stunting pada anak memiliki ciri-ciri tumbuh dengan panjang atau tinggi
yang tidak sesuai dengan usianya, yang sebagian besar dipengaruhi oleh asupan
gizi ibu dalam kandungan (Syabandini et al., 2018) . Kurangnya asupan gizi oleh
ibu selama kehamilan dapat menyebabkan gizi buruk kronis pada anak. Anak
membutuhkan asupan gizi yang cukup terutama pada 1000 hari pertama masa
kritis tumbuh kembang anak. Stunting merupakan salah satu tanda kekurangan
gizi kronis pada anak (Ezeh et al., 2021).kembang anak.
13

II.1.5 Dampak Stunting


Beberapa dampak stunting bagi anak sebagai berikut (Nurjanah, 2018) :
II.1.5.1 Anak yang mengalami stunting sebelum usia 6 bulan akan mengalami
kejadian stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Sehingga akan
mempengaruhi kondisi fisik dan mental anak tersebut yang menyebabkan proses
belajar tidak optimal seperti anak-anak dengan tinggi badan normal.
II.1.5.2 Anak-anak yang memiliki masalah stunting akan sulit untuk beraktifitas
normal karena memiliki masalah gizi yang tidak baik sehingga akan berpengaruh
terhadap kesehatannya.
II.1.5.3 Stunting pada anak akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
kognitifnya hal ini berpengaruh pula pada saat anak menginjak masa remaja,
stunting akan mempengaruhi kesehatan dan produktivitas yang akan
menyebabkan anak tersebut berpotensi melahirkan anak dengan risiko BBLR serta
berisiko meninggal saat melahirkan.
Peristiwa stunting sangat mempengaruhi kehidupan balita, WHO
mengklasifikasikan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari stunting
(Nurjanah, 2018) :
1. Dampak jangka pendek (Concurrent problems&short term)
Sisi kesehatan : meningkatkan angka kesakitan dan kematian
Sisi perkembangan : penurunan fungsi kognitif, motorik, dan perkembangan
bahasa
Sisi ekonomi : peningkatan biaya untuk pengobatan anak dengan stunting
2. Jangka panjang (Long term consequences)
Sisi kesehatan : perawakan yang pendek, peningkatan risiko obesitas, dan
penurunan kesehatan reproduksi.
Sisi perkembangan : penurunan prestasi belajar, menurunkan kapasitas belajar
anak
Sisi ekonomi : penurunan kapasitas kerja dan produktivitas kerja.
II.1.6 Konsep Tumbuh Kembang Balita
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah sel didalam tubuh,
bertambahnya jumlah sel akan diiringi dengan bertambahnya ukuran fisik
14

(anatomi) dan struktur tubuh. Pertumbuhan identik dengan perubahan ukuran fisik
(Prastiwi, 2019) . Tumbuh kembang anak pada usia balita yaitu 1-3 tahun
merupakan usia yang membutuhkan gizi yang cukup untuk seorang anak
bertumbuh karena pada usia ini balita akan membutuhkan banyak energi untuk
aktivitas fisik dengan intensitas tinggi pada masa belajarnya pertumbuhan balita
dipengaruhi oleh hereditas/keturunan dan lingkungan. Faktor hereditas/keturunan
mencakup bentukk fisik, panjang tulang, dan penyakit genetik sedangkan faktor
lingkungan merupakan faktor yang mencakup kecukupan gizi, pemeliharaan
kesehatan dan pendidikan (Setiawati et al., 2020) . Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu faktor internal dan eksternal :
1. Faktor Internal
- Perbedaan ras atau bangsa
- Keluarga
- Umur
- Jenis kelamin
- Kelainan genetika
- Kelainan kromosom
2. Faktor Eksternal
Ada beberapa jenis faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan anak :
1. Gizi
Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari dalam tubuh ibunya
sehingga selama kehamilan sang ibu harus memenuhi kebutuhan gizi yang
lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil. Selain itu gizi yang
cukup juga diperlukan ibu untuk memproduksi asi saat bayi sudah lahir.
Apabila ibu hamil tidak cukup mengkonsumsi gizi yang dibutuhkan maka
janin akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibunya seperti sel
lemak dan zat besi yang akan membahayakan kesehatan ibu hamil
(Ernawati, 2017)
.
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
15

3. Zat kimia/toksin
Aminopterin menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis
4. Endokrin
5. Infeksi
Pada usia kehamilan trimester pertama dan kedua dapat terjadi infeksi
TORCH ( Toksoplasma, rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks) infeksi ini
dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, retardasi mental dan
kelainan jantung kongenital.
6. Kelainan imunologi
7. Anoreksia embrio
8. Psikologis ibu
Kondisi mental ibu hamil sangat mempengaruhi keadaan janin yang
sedang dikandungnya, peristiwa seperti kehamilan yang tidak diinginkan,
perlakuan salah dan kekerasan mental pada ibu hamil dapat mempengaruhi
kondisi janin (Setiawati et al., 2020).
II.1.6.1 Kebutuhan Gizi Balita
Untuk menunjang pertumbuhan balita dibutuhkan gizi yang cukup dan
seimbang diantaranya adalah (Setiawati et al., 2020):
II.1.6.1.1 Energi
Balita membutuhkan energi sebanyak 100-200 kkal/kg BB setiap harinya,
kebutuhan energi bertambah sebesar 10 kkal/kg BB setiap tiga tahun pertambahan
umur balita. Jumlah energi yang digunakan sebesar 50% untuk metabolisme
tubuh, 5-10% untuk Specific Dynamic Action. 12% untuk aktivitas fisik dan 10%
terbuang melalui feses. Sumber energi dapat berasal dari karbohidrat, lemak dan
protein.
II.1.6.1.2 Protein
Protein mengandung asam amino yang dibutuhkan dalam pertumbuhan anak.
Pemberian protein disarankan sebanyak 2-3g/kg BB bagi bayi dan 1,5-2g/kg bB
bagi anak. Protein hewani dapat dipilih sebagai alternatif jenis protein berkualitas
tinggi.
II.1.6.1.3 Air
16

Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, tubuh sangat membutuhkan air
sebagai zat gizi yang penting untuk metabolisme.

II.1.6.1.4 Lemak
Kebutuhan lemak dianjurkan sebesar 15-20% dari jumlah energi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Pemberian lemak pada balita harus dengan jumlah yang
cukup.
II.1.6.1.5 Hidrat arang
Hidrat dapat ditemukan pada ASI maupun susu formula, jumlah hidrat arang
yang dibutuhkan balita sebesar 60-70 energi total basal.
II.1.6.1.6 Vitamin dan Mineral
Agar balita tidak mengalami kekurangan vitamin maka dianjurkan
mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 1-1,5 mangkuk untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral.
II.1.6.1.7 Gizi Mikro
Kebutuhan gizi mikro meliputi zat besi yang berfungsi untuk reaksi oksidasi
dalam tubuh, Yodium yang berfungsi untuk mengatur perkembangan dan
pertumbuhan dan Zink yang berfungsi untuk metabolisme penglihatan, kekebalan
sel dll.
II.1.7 Indeks tinggi badan menurut umur
Berdasarkan standar tinggi badan World Health Organization dibuat standar
yang berbeda untuk balita laki-laki dan perempuan. Berikut standar tinggi badan
anak berdasarkan WHO :
II.1.7.1 Balita Laki-laki
Balita laki-laki dengan usia 0-11 bulan rata-rata memiliki tinggi badan 44,2 cm -
67,6cm, untuk usia 12-23 bulan memiliki tinggi badan 78,0 cm – 88,1 cm, balita
dengan usia 36-47 bulan memiliki rata-rata tinggi badan 85,0 cm – 90,3 cm.
Berdasarkan standar tersebut anak dengan usia yang sama akan memiliki tinggi
badan dibawah batas rendah.
II.1.7.2 Balita Perempuan
17

Standar tinggi badan balita perempuan dengan usia 0-11 bulan adalah 45,4 cm –
65,2 cm, untuk 12-23 bulan 66,3 cm – 76,0 cm, 24-35 cm adalah 76,6-83,1 cm
maka balita perempuan yang memiliki tinggi badan dibawah batas normal
termasuk balita yang mengalami kondisi stunting.
II.1.8 Faktor risiko stunting
II.1.8.1 Berat badan lahir rendah (BBLR)
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram termasuk dalam
kategori ringan memiliki persentil dibawah 10. Selain berat badan kategori BBLR
juga bisa terlihat dari panjang kurang dari 45cm, umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan lingkar dada kurang dari 30cm (Manurung & Helda, 2021) . Berat
badan merupakan ukuran terpenting dalam pemeriksaan kesehatan anak, karena
berat badan merupakan keseluruhan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, cairan
tubuh dan lainnya sehingga menjadi indikator keadaan gizi pada masa
pertumbuhan anak. Bayi dengan BBLR berisiko
mengalami stunting
dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal (Nurjanah, 2018).
II.1.8.2 Tinggi ibu
Peristiwa stunting pada balita dengan usia 6-12 bulan dan usia 3-4 tahun sangat
berhubungan dengan ibu. Tinggi badan ibu berpengaruh besar terhadap tinggi
badan anak yang dikandungnya. Ibu yang memiliki tinggi badan <150cm
cenderung berisiko memiliki anak yang stunting (Baidho et al., 2021).
II.1.8.3 Pemberian Asi Eksklusif
Asi eksklusif diberikan pada bayi minimal dalam jangka waktu enam bulan
tanpa campuran cairan lain dapat memenuhi kebutuhan bayi. Beberapa manfaat
asi yang dapat dirasakan bayi maupun ibunya adalah (Nurjanah, 2018):
- Sumber gizi paling ideal dan terbaik dengan komposisi seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan pertamanya.
- ASI dapat meningkatkan sistem imun bayi sehingga meminimalisir risiko
diare, sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan.
- ASI mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
bayi, sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif berpotensi memiliki
kecerdasan yang baik.
18

ASI eksklusif dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga pemberian ASI
eksklusif akan menurunkan risiko stunting yang terjadi pada anak karena gizi
sudah dapat terpenuhi (Larasati, 2018).
II.1.8.4 Faktor Ekonomi
Stunting disebabkan oleh kurangnya gizi secara kronis, pada keluarga
dengan jumlah pendapatan rendah akan berisiko tidak dapat memenuhi kebutuhan
gizi anak terutama pada usia masa pertumbuhan. Faktor penyebab masalah gizi
adalah kemiskinan. Kemiskinan dapat menjadi penyebab utama kekurangan gizi
pada anak, sedangkan anak atau individu dengan masalah kurang gizi akan
memperlambat produktivitas kerja karena kekurangan fisik dan menurunnya
fungsi kognitif sehingga kemiskinan akan terus terjadi. Seseorang dengan kondisi
stunting akan sulit produktif seperti orang-orang dengan tinggi badan normal pada
umumnya, terutama banyaknya pekerjaan yang menjadikan tinggi badan sebagai
salah satu syarat dalam pekerjaan. Sehingga individu-individu dengan kondisi
stunting akan sulit memenuhi kebutuhan keluarganya yang menyebabkan masalah
kemiskinan tidak teratasi dan kondisi stunting berpotensi besar akan terjadi di
keturunannya (Larasati, 2018).
II.1.8.5 Tingkat pendidikan
Anak-anak yang lahir dari orangtua dengan tingkat pendidikan rendah
akan berpotensi memiliki anak dengan kondisi stunting, sebab mereka tidak
memiliki pengetahuan untuk memberikan gizi seimbang pada anaknya, sedangkan
anak yang lahir dari orangtua dengan pendidikan tinggi cenderung berisiko lebih
rendah memiliki anak dengan kondisi stunting sebab mereka lebih mengerti gizi
yang dibutuhkan oleh anak serta mereka tahu untuk selalu mencari informasi
terkait kesehatan anak ke berbagai pihak yang bersangkutan (Larasati, 2018) .
II.1.8.6 Usia Ibu
Usia ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting
pada anak. Ibu yang masih tergolong remaja (<20 tahun) memiliki risiko yang
lebih tinggi memiliki keturunan stunting dibandingkan dengan ibu dengan usia
produktif (20-34 tahun). Hal ini disebabkan oleh pertubuhan fisik pada ibu dengan
usia remaja masih berlangsung sehingga akan terjadi kompetisi memperoleh
19

nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, akibatnya janin akan berisiko mengalami
kejadian stunting karena kurangnya nutrisi sejak dalam kandungan
(Sani et al., 2020)
.

II.1.8.7 Pola asuh ibu


Peran keluarga khususnya seorang ibu sangat penting dalam menghadapi
kejadian stunting pada anak dalam satu keluarga, pola asuh dari ibu harus dapat
memperbaiki gizi anak untuk mencegah atau menanggulangi kejadian stunting.
Beberapa pola asuh ibu yang dapat memperbaiki kondisi stunting pada anak
adalah (Noorhasanah & Tauhidah, 2021):
- Memberikan ASI
- Memberikan makanan pendamping ASI sesuai usianya
- Mengajarkan tatacara makan yang benar
- Memberikan makanan yang mengandung gizi seimbang
- Mengontrol jumlah makanan yang dikonsumsi anak
- Menyiapkan makanan yang higienis
- Membuat pola makan yang benar untuk anak
II.1.9 Program Pendampingan Keluarga
Pendampingan keluarga merupakan salah satu program pemerintah yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak, dalam program ini
dilakukan proses penyuluhan, fasilitas pelayanan rujukan, dan fasilitasi pemberian
bantuan sosial. Program ini ditujukan kepada (BKKBN, 2021):
a) Remaja
b) Calon pengantin
c) Ibu hamil dan pasca persalinan
d) Ibu menyusui
Anak berusia 0-59 bulan
20

II.2 Kerangka Teori

Stunting

Faktor-faktor penyebab stunting

Penyebab langsung Penyebab tidak langsung

Penyakit Asupan gizi Usia anak Berat badan


lahir

Pola asuh Faktor Lingkungan Pendidikan


ekonomi
fisik

Lingkungan Pengetahuan Sikap Persepsi Dukungan Akses Sarana


sosial Keluarga Informasi prasarana

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


kerentanan keseriusan manfaat hambatan

Gambar 2 2 Kerangka teori


Theory Health Belief Model
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEP

Karakterisktik
jenis kelamin

Variabel perancu
1. Umur
2. Status gizi
3. Tingkat Pendidikan

Variabel terikat
1. Persepsi Kerentanan
2. Persepsi Keseriusan
3. Persepsi Manfaat
4. Persepsi Hambatan

Gambar 3 1 Kerangka Konsep

21
22

3.2 VARIABEL PENELITIAN


3.2.1 Variabel bebas yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin
3.2.2 Variabel terikat yang akan diteliti dalam penelitian adalah persepsi kerentanan,
persepsi keseriusan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan.
3.2.3 Variabel perancu , jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan
terikat, tetapi bukan variabel antara (Sudigdo & Sofyan, 2011). Variabel yang
diduga perancu dalam penelitian ini adalah umur, status ekonomi, dan tingkat
Pendidikan. Variabel perancu dalam penelitian ini dikontrol dengan cara
menghilangkan dari setiap objek penelitian (Sudigdo & Sofyan, 2011)
3.3 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah dasar jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Hipotesis juga merupakan jawaban
sementara dari sebuah penelitian (Notoatmodjo, 2010) . Hipotesis penelitian ini
antara lain :
3.3.1 Terdapat hubungan perbedaan persepsi manfaat antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan terhadap kejadian stunting di Kecamatan Semarang Utara
3.3.2 Terdapat hubungan perbedaan persepsi hambatan antara calon pengantin laki-
laki dan perempuan terhadap kejadian stunting di Kecamatan Semarang Utara
3.3.3 Terdapat perbedaan persepsi kerentanan antara calon pengantin laki-laki dan
perempuan terhadap kejadian stunting di Kecamatan Semarang Utara
3.3.4 Terdapat perbedaan persepsi keseriusan antara calon pengantin laki-laki dan
perempuan terhadap kejadian stunting di Kecamatan Semarang Utara.
3.4 JENIS RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan suatu penelitian untuk
mempelajari hubungan antara persepsi dengan efek menggunakan cara
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap
pemberiansubjek penelitian hanya diobservasi sekali saja (Notoatmodjo, 2010).
23

3.5 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL


Tabel 3. 1 Tabel definisi operasional dan skala pengukuran variabel

No Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala


1. Jenis Jenis kelamin Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin adalah yang 2. Perempuan
perbedaan bersumber (Ismanto, 2011)
biologis antara dari
laki-laki dan penelitian
perempuan
(Ismanto, 2011)

2. Persepsi Persepsi Kuesioner Skoring terdiri Ordinal


kerentana kerentanan yang dari 2 yaitu:
n adalah bersumber 1: Sangat Setuju
pendapat dari 2: Setuju
seseorang penelitian 3: Tidak Setuju
terhadap suatu 4: Sangat Tidak
(Fauziah, 2017)
tindakan Setuju
pencegahan Persepsi (+) : T
stunting yang ≥ median data
dapat timbul Persepsi (-) : T
apabila seorang ≤
individu median data
merasa bahwa Coding :
orang terdekat 0 = Persepsi
yang berada di Negatif
lingkungan 1 = Persepsi
sekitarnya Positif
(Fauziah, 2017)
rentan terhadap
stunting.

No. Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala


24

3. Persepsi Persepsi Kuesioner Skoring terdiri Ordinal


keseriusan keseriusan yang dari 2:
adalah bersumber 1: Sangat Setuju
pendapat dari 2: Setuju
subjektif penelitian 3: Tidak Setuju
responden 4: Sangat Tidak
(Fauziah, 2017)
tentang Setuju
keseriusan Persepsi (+) : T
dampak dari ≥
stunting. median data = 1
Persepsi (-) : T

Median data = 0
(Fauziah, 2017)
4. Persepsi Persepsi Kuesioner Skoring terdiri Ordinal
manfaat manfaat adalah yang dari 2 yaitu:
pendapat bersumber 1: Sangat Setuju
seseorang dari 2: Setuju
bahwa manfaat penelitian 3: Tidak Setuju
dari perilaku 4: Sangat Tidak
(Fauziah, 2017)
yang Setuju
direkomendasi Persepsi (+) : T
kan lebih besar ≥
dari segala median data
hambatan . Persepsi (-) : T
≤ median data
Coding :
0 = Persepsi
Negatif
25

No. Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala


1 = Persepsi
Positif
(Fauziah, 2017)
5. Persepsi Persepsi Kuesioner Skoring terdiri Ordinal
hambatan subjektif yang dari 2 yaitu:
responden bersumber 1: Sangat Setuju
terhadap dari 2: Setuju
kondisi yang penelitian 3: Tidak Setuju
menjadi (Fauziah,
4: 2017)
Sangat Tidak
halangan untuk Setuju
mengurangi Persepsi (+) : T
gejala stunting. ≥
median data
Persepsi (-) : T

median data
Coding :
0 = Persepsi
Negatif
1 = Persepsi
Positif
(Fauziah, 2017)

Pada kuesioner ini peneliti menggunakan modifikasi dari kuesioner (Coe &
PharmD, 2012) berdasarkan pengembangan dari domain teori Health Belief
Models, terdiri dari persepsi kerentanan 8 pertanyaan, persepsi keseriusan 10
pertanyaan, persepsi manfaat 10 pertanyaan, dan persepsi hambatan 8 pertanyaan.
Kategori menggunakan skala likert 1-4 (1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = tidak
26

setuju, 4 = sangat tidak setuju). Proses input data diberi coding dengan T ≥
median data (persepsi positif) = 1 dan T < median data (persepsi negatif) = 0.
3.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian adalah calon pengantin
laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara yang berjumlah 98
responden terdiri dari 49 laki-laki dan 49 perempuan.
3.6.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
(Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah semua calon pengantin laki-
laki dan perempuan yang terdaftar di KUA Kecamatan Semarang Utara berjumlah
49 pasang calon pengantin.
Terdapat kriteria inklusi pada penelitian ini, sebagai berikut :
3.6.2.1 Calon pengantin yang sudah terdaftar di KUA
3.6.2.2 Tidak harus berpasangan
3.6.2.3 Dapat berkomunikasi dengan baik
3.6.2.4 Tidak termasuk pasangan yang hamil diluar nikah walaupun sudah
mendaftar ke KUA
3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini sampel yang diambil ialah semua calon pengantin laki-laki
dan pengantin perempuan yang sudah terdaftar di KUA Kecamatan Semarang
Utara. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling
ialah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100.
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 orang dalam waktu 1
bulan. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah proses cara
memilih sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga
dapat mewakili keseluruhan populasi (Notoatmodjo, 2010).
27

3.7 SUMBER DATA


3.7.1 Sumber Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data langsung pada
subjek sebagai sumber informasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner.
3.7.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain atau
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitian. Sumber data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Bandarharjo, dan Kantor
Urusan Agama Kecamatan Bandarharjo.
3.8 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
3.8.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen pada penelitian
ini menggunakan lembar kuesioner. Kuesioner adalah alat pengumpulan data
dengan cara memberi pertanyaan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2017) .
Menurut Notoatmodjo (2010) untuk mengetahui instrumen valid dan reliabel
maka dilakukan uji validitas instrumen dan reliabilitas instrumen
(Notoatmodjo, 2010)
.
3.8.1.1 Uji Validitas Instrumen
Notoatmodjo (2010) menjelaskan validitas instrumen merupakan suatu
ketetapan dan kecermatan alat ukur dalam mengukur data penelitian
(Notoatmodjo, 2010) . .Mengetahui validitas instrumen dilakukan dengan
menghitung korelasi antar skor masing-masing pertanyaan dengan skor totalnya
(Notoatmodjo, 2010) . Menghitung validitas instrumen menggunakan teknik
Asosiasi Pearson Product Moment (r) yang dilakukan menggunakan software
SPSS pada komputer. Item pertanyaan dinyatakan valid apabila r yang diperoleh
dari hasil perhitungan setiap item lebih besar dari r tabel (r hasil > r tabel) dengan
N=60 taraf signifikan diketahui r tabel (0.361).
28

Instrumen penelitian ini diuji cobakan pada 60 sampel di wilayah Sekaran.


Sampel pada uji coba kuesioner memiliki kriteria yang sama dengan responden
penelitian ini yaitu umur, Pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Pertanyaan R Hitung Kriteria


PR1 0.777 Valid
PR2 0.219 Tidak Valid
PR3 0,217 Tidak Valid
PR4 0.679 Valid
PR5 0.504 Valid
PR6 0.345 Valid
Persepsi PR7 0.600 Valid
Kerentanan PR8 0.530 Valid
PR9 0.298 Tidak Valid
PR10 0.352 Valid
PK1 0.471 Valid
PK2 0.286 Tidak Valid
PK3 0.555 Valid
PK4 0.730 Valid
PK5 0.427 Valid
PK6 0.728 Valid
Persepsi PK7 0.758 Valid
Keseriusan PK8 0.680 Valid
PK9 0.555 Valid
PK10 0.711 Valid
PM1 0.450 Valid
PM2 0.689 Valid
Persepsi Manfaat PM3 0.383 Valid
PM4 0.750 Valid
PM5 0.713 Valid
Variabel Pertanyaan R Hitung Kriteria
29

PM6 0.608 Valid


PM7 0.456 Valid
Persepsi manfaat PM8 0.488 Valid
PM9 0.352 Valid
PM10 0.387 Valid
PH1 0.785 Valid
PH2 0.499 Valid
PH3 0.543 Valid
PH4 0.759 Valid
Persepsi hambatan PH5 0.808 Valid
PH6 0.764 Valid
PH7 0.799 Valid
PH8 0.812 Valid
PH9 0.700 Valid
PH10 0.690 Valid

Berdasarkan Tabel 3.2 diperoleh hasil uji validitas kuesioner yang terdiri
dari 40 butir pertanyaan terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, sehingga
dilakukan drop out. Sedangkan 36 butir pertanyaan yang valid digunakan sebagai
instrumen penelitian.
3.8.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
(Notoatmodjo, 2010) . Uji reliabilitas instrumen dilakukan setelah uji validitas
dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r Alpha N=60 taraf signifikan
5% dan nilai r tabel 0.962. Pertanyaan dinyatakan reliabel jika r Alpha > r tabel.
Tabel 3. 3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Pertanyaan R Alpha Kriteria


30

PR1 0.960 Reliabel


PR2 0.960 Tidak Reliabel
PR3 0.961 Tidak Reliabel
Persepsi PR4 0.962 Reliabel
Kerentanan PR5 0.961 Reliabel
PR6 0.961 Reliabel
PR7 0.962 Reliabel
PR8 0.962 Reliabel
PR9 0.962 Tidak Reliabel
PR10 0.962 Reliabel
PK1 0.961 Reliabel
PK2 0.961 Tidak Reliabel
PK3 0.962 Reliabel
PK4 0.960 Reliabel
Persepsi PK5 0.961 Reliabel
Keseriusan PK6 0.961 Reliabel
PK7 0.961 Reliabel
PK8 0.960 Reliabel
PK9 0.961 Reliabel
PK10 0.960 Reliabel
PM1 0.962 Reliabel
PM2 0.960 Reliabel
PM3 0.960 Reliabel
PM4 0.961 Reliabel
Persepsi Manfaat PM5 0.961 Reliabel
PM6 0.961 Reliabel
PM7 0.962 Reliabel
PM8 0.961 Reliabel
PM9 0.960 Reliabel

Variabel Pertanyaan R Alpha Kriteria


31

PM10 0.961 Reliabel


PH1 0.961 Reliabel
PH2 0.960 Reliabel
PH3 0.960 Reliabel
PH4 0.960 Reliabel
Persepsi hambatan PH5 0.960 Reliabel
PH6 0.960 Reliabel
PH7 0.961 Reliabel
PH8 0.961 Reliabel
PH9 0.960 Reliabel
PH10 0.960 Reliabel

Pada tabel 3.3 menunjukan bahwa dari 36 butir pertanyaan reliabel dan
digunakan sebagai instrumen penelitian.
3.8.2 Teknik Pengambilan Data
3.8.2.1 Wawancara
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
berupa keterangan atau informasi secara lisan dari responden, atau bercakap-
cakap dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data primer dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa
kuesioner. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, persepsi manfaat, persepsi
hambatan, persepsi kerentanan, dan persepsi keseriusan.
3.8.2.2 Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data.
Dokumentasi yang dimaksud adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan
dokumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catat berkas atau bahan-bahan
tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relevan dalam penelitian
ini.
32

3.9 PROSEDUR PENELITIAN


3.9.1 Tahap Pra Penelitian
3.9.1.1 Membuat kuesioner penelitian
3.9.1.2 Melakukan pengambilan data pernikahan pada wanita usia 19-30 tahun di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Bandarharjo.
3.9.1.3 Menentukan besar sampel penelitian.
3.9.1.4 Mengurus ethical clearance dari lembaga pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
3.9.1.5 Mengajukan surat izin penelitian di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
3.9.1.6 Mengurus izin penelitian dari kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Semarang, dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Bandarharjo.
3.9.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
3.9.2.1 Pengisian informend Consent.
3.9.2.2 Melakukan wawancara dengan responden dengan menggunakan
kuesioner.
3.9.2.3 Mendokumentasikan kegiatan penelitian dalam bentukk foto.
3.9.3 Tahap Pasca Penelitian
3.9.3.1 Merekap data penelitian dengan menggunakan komputer untuk
mempermudah analisis data.
3.9.3.2 Mengolah dan menganalisis data yang telah direkap.
3.9.3.3 Menginterpretasikan data yang telah dianalisis.
3.9.3.4 Menyusun hasil penelitian yang dilakukan.

3.10 TEKNIK ANALISIS DATA


3.10.1 Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010) langkah pengolahan data yang digunakan
dalam penelitian meliputi editing (penyuntingan data), coding (pemberian kode),
entry, dan tabulasi, dengan rincian sebagai berikut :
1. Editing
33

Data yang telah diperoleh melalui kuesioner disunting (edit) terlebih dahulu.
Jika kuesioner masih ada data yang tidak lengkap maka dikeluarkan (drop out).
2. Coding
Coding merupakan merubah data dari bentukk huruf menjadi bentuk angka
agar mempermudah dalam memasukkan data dan analisis data.
3. Entry
Proses memasukkan data penelitian dalam aplikasi pengolahan data.
4. Tabulatting
Tabulasi (penyusunan data) artinya memasukkan data ke dalam tabel-tabel dan
mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagi
kategori.
3.10.2 Analisis Data
3.10.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian berupa distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
yang disajikan dalam bentukk tabel. Analisis univariat bermanfaat untuk
mempermudah melihat gambaran data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini
analisis univariat dilakukan untuk variabel persepsi manfaat, persepsi hambatan.
persepsi kerentanan, persepsi keseriusan.
3.10.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2010). Analisis ini digunakan
untuk membuktikan hipotesis antara satu variabel bebas dengan variabel terikat
secara sendiri-sendiri. Pada penelitian ini analisis bivariat menggunakan teknik
analisis korelasi pearson atau uji alternatifnya dengan bantuan software computer.
Jika p > 0,05 maka maka terdapat korelasi yang bermakna antara
variabel yang diuji, jika p< 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang bermakna
antara variabel yang diuji (Notoatmodjo, 2010).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 GAMBARAN UMUM
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Semarang Utara merupakan salah satu dari 16 kecamatan di
wilayah Kota Semarang yang mayoritas penduduknya adalah perkotaan. Luas
wilayah Kecamatan Semarang Utara yaitu 1.135,275 Ha (Hektar) yang terbagi
menjadi 9 kelurahan. Jumlah penduduk Kecamatan Semarang Utara adalah
127.269 terdiri dari 61.815 laki-laki dan 65.454 perempuan. Mata Pencaharian
penduduk didominasi oleh buruh industri, nelayan, dan pengusaha sedang/besar.
Kecamatan Semarang Utara merupakan salah satu Kecamatan di Kota
Semarang dengan angka stunting tertinggi pada kurun waktu 2 tahun terakhir.
Tahun 2021 ada 79 kasus dan di tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 101
kasus yang didominasi pada anak pertama dan anak kedua.
4.1.2 Gambaran Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah calon pengantin yang sudah terdaftar
di KUA Kecamatan Semarang Utara, tidak hamil di luar nikah dan bukan duda
dan janda. Jumlah responden yaitu 98 responden terdiri dari 49 laki-laki dan 49
perempuan.
4.1.2.1 Pendidikan terakhir
Distribusi responden berdasarkan Pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4. 1 Tabel Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
.
1. Tamat SD 0 0%
2. Tamat SMP/Sederajat 1 1.2%
3. Tamat SMA/Sederajat 29 29.5%
4. Perguruan tinggi 68 69.3%
Jumlah 98 100%

34
35

Berdasarkan Tabel 4.1 responden dengan Pendidikan terakhir tamat SD tidak


ada responden (0%), tamat SMP/Sederajat sebanyak 1 responden (1.2%), tamat
SMA/Sederajat 29 responden (29.5%), dan perguruan tinggi sebanyak 68
responden (69.3%).
4.1.2.2 Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan Pendidikan terakhir dapat dilihat pada
tabel 4.4:
Tabel 4. 2 Tabel Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
.
1. Tidak Bekerja 11 11,2%
2. Guru 4 4,0%
3. PNS 9 9,1%
4. Dokter 3 3,0%
5. Karyawan Swasta 53 54,0%
6. Wirausaha 18 18,3%
Jumlah 98 100%
Berdasarkan Tabel 4.2 responden yang tidak bekerja sebanyak 11 responden
(11.2%), Guru sebanyak 4 responden (4.0%), PNS sebanyak 9 responden (9.1%),
Dokter sebanyak 3 responden (3.0%), Karyawan Swasta sebanyak 53 responden
(54.0%), Wirausaha sebanyak 18 responden (18.3%).
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisi Univariat
4.2.1.1 Persepsi keseriusan
Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi persepsi calon pengantin
terhadap kejadian stunting adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi kerentanan terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)
Persepsi kerentanan Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 26 53.0%
Persepsi Positif 23 46.9%
Jumlah 49 100%
36

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi responden yang


berpersepsi negatif sebanyak 26 responden (53.0%) lebih banyak dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 23 responden (46.9%).
Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≤ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor > median.
Tabel 4. 4 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi kerentanan terhadap kejadian
stunting (Perempuan)
Persepsi kerentanan Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 23 46.9%
Persepsi Positif 26 53.0%
Jumlah 49 100%
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi responden yang
berpersepsi negatif sebanyak 23 responden (46.9%) lebih sedikit dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 26 responden (53.0%).
Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≥ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor < median.
Tabel 4. 5 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi keseriusan terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)
Persepsi keseriusan Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 21 42.8%
Persepsi Positif 28 57.1%
Jumlah 49 100%
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa distribusi responden yang
berpersepsi negatif sebanyak 21 responden (42.8%) lebih sedikit dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 28 responden (57.1%).
Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≥ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor < median.
37

Tabel 4. 6 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi keseriusan Terhadap kejadian


stunting (Perempuan)
Persepsi keseriusan Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 25 51.0%
Persepsi Positif 24 48.9%
Jumlah 49 100%
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa distribusi responden yang
berpersepsi negatif sebanyak 25 responden (51.0%) lebih banyak dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 24 responden (48.9%).
Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≤ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor > median.
Tabel 4. 7 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi manfaat Terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)
Persepsi manfaat Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 30 61.2%
Persepsi Positif 19 38.7%
Jumlah 49 100%
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa distribusi responden yang
berpersepsi negatif sebanyak 30 responden (61.2%) lebih banyak dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 19 responden (38.7%).
Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≤ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor > median.
Tabel 4. 8 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi manfaat Terhadap kejadian
stunting (Perempuan)
Persepsi manfaat Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 30 61.2%
Persepsi Positif 19 38.7%
Jumlah 49 100%
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa distribusi responden yang
berpersepsi negatif sebanyak 30 responden (61.2%) lebih banyak dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 19 responden (38.7%).
38

Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≤ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor > median.
Tabel 4. 9 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi hambatan Terhadap kejadian
stunting (Laki-laki)
Persepsi hambatan Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 26 55.1%
Persepsi Positif 23 44.9%
Jumlah 49 100%
Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa distribusi responden yang
berpersepsi negatif sebanyak 26 responden (55.1%) lebih banyak dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 23 responden (44.9%).
Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≤ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor > median.
Tabel 4. 10 Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi hambatan Terhadap kejadian
stunting (Perempuan)
Persepsi hambatan Frekuensi Persentase(%)
Persepsi Negatif 22 44.9%
Persepsi Positif 27 55.1%
Jumlah 49 100%
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa distribusi responden yang
berpersepsi negatif sebanyak 22 responden (44.9%) lebih sedikit dibandingkan
responden yang berpersepsi positif yaitu sebanyak 27 responden (55.1%).
Persepsi kerentanan dikatakan negatif jika total skor pada kuesioner ≥ median,
sedangkan persepsi positif diperoleh jika total skor < median.
4.2.2 Analisis Bivariat
4.2.2.1 Perbedaan Persepsi Kerentanan dengan Jenis Kelamin Pada Kejadian Stunting
Berdasarkan hasil penelitian hubungan persepsi kerentanan dengan
kejadian stunting pada calon pengantin laki-laki dan perempuan menunjukkan
data sebagai berikut :

Tabel 4. 11 Tabel perbedaan persepsi kerentanan antara calon pengantin laki-laki


dan perempuan pada kejadian stunting
39

Persepsi Kerentanan Total


Jenis Persepsi Persepsi N % Nilai P
Kelamin negatif positif
N % N %
Laki-laki 26 53.1% 23 46.9% 49 50% 0.544
Perempuan 23 46.9% 26 53.1% 49 50%
Hasil penelitian pada Tabel 4.11 menunjukkan data bahwa responden laki-
laki terdiri dari 49 responden, diperoleh 26 responden yang berpersepsi negatif
terhadap persepsi kerentanan dan 23 responden berpersepsi positif terhadap
persepsi kerentanan. Responden perempuan terdiri dari 49 responden, diperoleh
23 responden yang berpersepsi negatif terhadap persepsi kerentanan dan 26
responden berpersepsi positif terhadap persepsi kerentanan.
Hasil uji menggunakan chi square diperoleh nilai p-value 0.544 (p>
0.005), yang berarti menerima H0 sehingga tidak ada perbedaan persepsi
kerentanan antara calon pengantin laki-laki dan perempuan terhadap kejadian
stunting di Kecamatan Semarang Utara.
Tabel 4. 12 Tabel Perbedaan persepsi keseriusan antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan pada kejadian stunting
Persepsi Keseriusan Total
Jenis Persepsi Persepsi N % Nilai P
Kelamin Negatif Positif
N % N %
Laki-laki 21 42.8% 28 51.0% 49 50%
Perempuan 25 57.1% 24 48.9% 49 50% 0.418
Hasil penelitian pada Tabel 4.12 menunjukkan data bahwa responden laki-
laki terdiri dari 49 responden, diperoleh 21 responden yang berpersepsi negatif
terhadap persepsi keseriusan dan 28 responden berpersepsi positif terhadap
persepsi keseriusan. Responden perempuan terdiri dari 49 responden, diperoleh 25
responden yang berpersepsi negatif terhadap persepsi keseriusan dan 24
responden berpersepsi positif terhadap persepsi keseriusan.
Hasil uji menggunakan chi square diperoleh nilai p-value 0.418 (P>
0.005), yang berarti H0 diterima sehingga tidak ada perbedaan persepsi keseriusan
40

antara calon pengantin laki-laki dan perempuan terhadap kejadian stunting di


Kecamatan Semarang Utara.
Tabel 4. 13 Tabel perbedaan persepsi manfaat antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan pada kejadian stunting
Persepsi Manfaat Total
Jenis Persepsi Persepsi N % Nilai P
Kelamin Negatif Positif
N % N %
Laki-laki 30 61.2% 19 38.7% 49 50% 0.003
Perempuan 30 61.2% 19 38.7% 49 50%
Hasil penelitian pada Tabel 4.13 menunjukkan data bahwa responden laki-
laki terdiri dari 49 responden, diperoleh 30 responden yang berpersepsi negatif
terhadap persepsi manfaat dan 19 responden berpersepsi positif terhadap persepsi
manfaat. Responden perempuan terdiri dari 49 responden, diperoleh 30 responden
yang berpersepsi negatif terhadap persepsi manfaat dan 19 responden berpersepsi
positif terhadap persepsi manfaat.
Hasil uji menggunakan chi square diperoleh nilai p-value 0.003 (P>
0.005),
yang berarti menolak H0 dan menerima H1 sehingga ada perbedaan persepsi
manfaat antara calon pengantin laki-laki dan perempuan terhadap kejadian
stunting di Kecamatan Semarang Utara.
Tabel 4. 14 Tabel perbedaan persepsi hambatan antara calon pengantin laki-laki
dan perempuan pada kejadian stunting
Persepsi Hambatan Total
Jenis Persepsi Persepsi N % Nilai P
Kelamin Negatif Positif
N % N %
Laki-laki 26 55.1% 23 44.9% 48 48.9% 0.419
Perempuan 22 44.9% 27 55.1% 50 51.2%
Hasil penelitian pada Tabel 4.14 menunjukkan data bahwa responden laki-
laki terdiri dari 49 responden, diperoleh 26 responden yang berpersepsi negatif
terhadap persepsi hambatan dan 23 responden berpersepsi positif terhadap
41

persepsi hambatan. Responden perempuan terdiri dari 49 responden, diperoleh 22


responden yang berpersepsi negatif terhadap persepsi hambatan dan 27 responden
berpersepsi positif terhadap persepsi hambatan.
Hasil uji menggunakan chi square diperoleh nilai p-value 0.419 (P>0.05)
yang berarti menerima H0 sehingga tidak ada perbedaan persepsi hambatan antara
calon pengantin laki-laki dan perempuan terhadap kejadian stunting di Kecamatan
Semarang Utara.
4.2.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat
Hasil rekapitulasi penelitian perbedaan persepsi peran gender dan sikap
terhadap seksualitas dengan pengambilan keputusan perkawinan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 15 Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat
No. Variabel p-value Keterangan
1. Persepsi kerentanan antara calon pengantin 0.544 Tidak ada perbedaan
laki-laki dan perempuan pada kejadian
stunting
2. Persepsi keseriusan antara calon pengantin 0.418 Tidak ada perbedaan
laki-laki dan perempuan pada kejadian
stunting
3. Persepsi manfaat antara calon pengantin 0.03 Terdapat perbedaan
laki-laki dan perempuan pada kejadian
stunting
4. Persepsi hambatan antara calon pengantin 0.419 Tidak ada perbedaan
laki-laki dan perempuan pada kejadian
stunting
Berdasarkan tabel 4.15 dari 4 variabel yakni persepsi kerentanan, persepsi
keseriusan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan hanya persepsi manfaat yang
terdapat perbedaan persepsi terhadap pencegahan stunting yaitu persepsi manfaat
karena nilai p-value pada variabel persepsi manfaat 0.003 (p <0.005).
BAB V
PEMBAHASAN

1.1. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


5.1.1 Perbedaan Persepsi Kerentanan Kejadian Stunting antara Calon
Pengantin Laki-laki dan Perempuan
Pada persepsi kerentanan, sebagian besar calon pengantin laki-laki memiliki
persepsi negatif (53%) dan untuk calon pengantin perempuan sebagian besar
memiliki persepsi positif (53%). Hal ini menunjukkan bahwa calon pengantin
perempuan menyadari kerentanan (risiko) dan bahaya dari permasalahan stunting.
Namun, calon pengantin laki-laki juga tidak menyadari kerentanan (risiko
memperoleh penyakit) terkait permasalahan gizi stunting. Kondisi ini
menggambarkan masih banyak responden yang belum mengetahui hal-hal tentang
kerentanan pada anak yang lahir stunting. Sedangkan persentase laki-laki yang
cenderung terkena stunting lebih besar 2 kali lipat dibandingkan anak perempuan
(Amaliah et al., 2016).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara persepsi kerentanan dengan jenis kelamin terhadap kejadian
stunting di Kecamatan Semarang Utara yaitu dengan p-value=0,544 dimana tidak
memenuhi syarat yaitu p-value > 0,005. Hal ini berarti, persepsi kerentanan
terhadap stunting tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Baik itu laki-laki maupun
perempuan memiliki persepsi yang sama.
Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan di daerah tempat tinggal juga bisa
berpengaruh pada perkembangan tubuh. Apabila paparan terjadi terus menerus
dengan kotoran manusia dan binatang bisa mengakibatkan infeksi bakteri kronis.
Infeksi tersebut diakibatkan oleh praktik sanitasi dan kebersihan yang kurang baik
sehingga membuat gizi sulit diserap oleh tubuh (Syafrina et al., 2019).
Proses stunting bisa juga diakibatkan oleh penyakit infeksi yang berulang dan
mengakibatkan terlambatnya perkembangan fungsi kognitif dan kerusakan
kognitif permanen (Fikawati et al., 2017). Hasil penelitian tersebut tidak sejalan

42
43

dengan penelitian (Laila et al., 2023) dimana menunjukan bahwa persepsi


kerentanan dengan nilai p-value =0.000 dimana dapat diartikan bahwa persepsi
kerentanan orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
stunting balita. Terdapat perbedaan hasil penelitian, disebabkan oleh responden
penelitian (Laila et al., 2023) merupakan calon orang tua yang tinggal di Papua
(luar Jawa).
Daerah tersebut dinilai masih rendahnya pola hidup sehat di kalangan
masyarakat sehingga rentan terhadap berbagai penyakit serta masih rendahnya
kualitas pendidikan masyarakat sehingga banyak masyarakat yang kurang
memiliki pengetahuan cara untuk mencegah stunting (Jacob & Sandjaya, 2018).
Sedangkan pada penelitian ini responden dari daerah Kecamatan Semarang Utara.
Responden tersebut tidak hamil di luar nikah serta bukan duda dan janda.
5.1.2 Perbedaan Persepsi Keseriusan Kejadian Stunting antara Calon
Pengantin Laki-laki dan Perempuan
Pada persepsi keseriusan dengan calon pengantin laki-laki terhadap kejadian
stunting menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki persepsi positif tentang
stunting yaitu sebesar (57,1%). Hal ini memiliki arti calon pengantin laki-laki
memiliki persepsi yang positif atau mengetahui akan upaya pencegahan stunting.
Namun, persentase persepsi keseriusan dengan calon pengantin perempuan
terhadap kejadian stunting lebih banyak mempunyai persepsi negatif yaitu sebesar
(51%). Data menunjukkan bahwa responden masih menganggap bahwa stunting
tidak terlalu berbahaya terhadap masa depan anak. Hal ini sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan (Natanael, Putri, et al., 2022) bahwa memiliki persepsi
keseriusan yang negatif tentang stunting.
Persepsi keseriusan yang negatif terhadap stunting ini mengarah pada
perasaan terkait dampak yang terjadi akibat tidak melakukan pencegahan stunting
meliputi kedua konsekuensi medis dan klinis (perkembangan kognitif, motorik,
kematian, kesakitan, verbal yang tidak optimal) dan konsekuensi sosial (seperti
kepandaian, kesehatan, serta dampak jangka panjang pada postur tubuh)
(Indah, 2020)
.
44

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat


hubungan antara persepsi keseriusan dengan jenis kelamin pada kejadian stunting
dengan (p-value= 0,418). Hal ini memiliki arti jika persepsi keseriusan terhadap
stunting tidak memandang dari calon pengantin laki-laki atau perempuan. Faktor
penyebab keseriusan dari dampak stunting tergantung dengan pengetahuan ibu
dan asupan gizi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan status ekonomi keluarga
(Yanti et al., 2020). Menurut penelitian Ariati (2019) ada faktor prenatal (usia ibu
saat hamil, status gizi ibu saat hamil), faktor pascanatal (ASI Eksklusif, riwayat
imunisasi, penyakit infeksi), Karakteristik keluarga (pendidikan ibu, pekerjaan
ayah dan status sosial ekonomi).
Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa responden perempuan
mempunyai persepsi keseriusan negatif yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Pada penelitian lainnya menyatakan bahwa kurangnya perhatian dari orang tua
terhadap pemanfaatan layanan kesehatan, atau bahkan ada sejumlah orang tua
yang sama sekali tidak peduli dengan kesehatan bayi dan enggan memeriksakan
bayi mereka pada layanan kesehatan (Laila et al., 2023).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Laila et al (2023)
yang menunjukkan bahwa faktor keseriusan orang tua memiliki hubungan
yang signifikan terhadap angka kejadian stunting balita. Persepsi keseriusan akan
menyebabkan individu akan melakukan segala cara agar mencegah penyakit. Ada
kalanya seseorang lebih responsif terhadap penyakit karena mereka sadar akan
risiko penyakit bagi tubuhnya. Apabila tingkat keseriusan lebih tinggi, maka
biasanya pola kesehatan dalam pencegahan juga tinggi
(Kumalasari & Jaya, 2021).

5.1.3 Perbedaan Persepsi Manfaat Pencegahan Kejadian Stunting antara


Calon Pengantin Laki-laki dan Perempuan
Pada persepsi manfaat dengan calon pengantin laki-laki dan calon pengantin
perempuan terhadap kejadian stunting menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai persepsi negatif terhadap stunting yaitu sama-sama
sebanyak (61,2%) artinya baik calon pengantin laki-laki maupun calon pengantin
45

perempuan berfikir bahwa manfaat dari perilaku pencegahan stunting tidak dapat
mengurangi ancaman stunting pada bayi.
Walaupun calon pengantin laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki
pengetahuan tentang pencegahan stunting tetapi belum tentu mereka memiliki
pemahaman yang baik dan niat dalam upaya pencegahan tersebut. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Natanael, Putri, et al., 2022) bahwa pada
kategori persepsi manfaat dengan calon orang tua, sebagian besar responden
memiliki persepsi negatif tentang stunting.
Penelitian yang dilakukan oleh (Laili & Andriani, 2019) beranggapan bahwa
karena sebagian besar masyarakat belum paham dengan benar mengenai stunting,
atau kerdil sebutan yang biasa digunakan di masyarakat adalah faktor keturunan.
Padahal fakta di lapangan, stunting bukanlah faktor keturunan. Hal ini
menunjukkan belum adanya persepsi yang baik dalam menjaga pola kesehatan
demi mencegah stunting.
Maka dari itu, pentingnya pemahaman yang mendalam mengenai
penanggulangan dampak dari stunting serta berfikir jika hal tersebut dilakukan
akan memberikan manfaat yang besar pada calon orang tua. Karena dengan
adanya pemberian pemahaman, mereka akan lebih memahami dan berhati-hati
dalam bertindak.
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan p-value=0,003 dimana
sudah memenuhi syarat p-value > 0,005. Hal tersebut berarti jika terdapat
hubungan persepsi manfaat dengan jenis kelamin terhadap angka kejadian
stunting. Hasil penelitian tersebut didukung juga oleh penelitian
(Laila et al., 2023)
dimana persepsi manfaat orang tua memiliki hubungan yang signifikan
terhadap angka kejadian stunting balita. Begitu juga dengan penelitian dari
(Ariwati & Khalda, 2023) menjelaskan bahwa perilaku pencegahan stunting
mempunyai hubungan langsung serta positif dengan persepsi manfaat.
Persepsi manfaat adalah keyakinan orang tua yang akan mempengaruhi
perilaku dari orang tua itu sendiri dalam mengoptimalkan pertumbuhan bayi agar
mencegah stunting (Wardani, 2022). Tindakan mencegah stunting akan dilakukan
46

tergantung pada keyakinan seseorang apabila persepsi manfaat memiliki dampak


besar pada orang tersebut (Safri et al., 2014).
Semakin tinggi persepsi manfaat yang dimiliki orang tua seperti persepsi
tentang manfaat eksklusif, manfaat pemenuhan nutrisi yang baik selama
kehamilan dan setelah anak lahir, serta manfaat pemantauan tumbuh kembang
bayi maka akan semakin baik kiat orang tua dalam mencegah stunting pada bayi.
5.1.4 Perbedaan Persepsi Hambatan Pencegahan Kejadian Stunting antara
Calon Pengantin Laki-laki dan Perempuan
Pada persepsi hambatan pencegahan stunting dengan calon pengantin laki-
laki disimpulkan jika sebagian besar responden mempunyai persepsi negatif
terhadap stunting yaitu sebesar (55,1%). Pada penelitian ini, indikator persepsi
hambatan menunjukkan masih banyak calon pengantin laki-laki yang memiliki
persepsi bahwa mereka belum banyak mendengar informasi dari berbagai media
tentang stunting. Calon pengantin laki-laki belum menyadari sepenuhnya akan
hambatan pencegahan stunting.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Indah, 2020) dimana sampel penelitian
memiliki persepsi hambatan pencegahan negatif lebih banyak dari pada positif
dan penelitian oleh (Laila et al., 2023) dapat dilihat jika sebagian besar calon
pengantin memiliki persepsi hambatan yang buruk yaitu 46 orang (56.1%) dan
calon pengantin yang memiliki persepsi hambatan yang baik yaitu sisanya yaitu
36 orang (43.9%).
Sedangkan persepsi hambatan pencegahan stunting dengan calon pengantin
perempuan dapat ditarik kesimpulan jika sebagian besar responden mempunyai
persepsi positif yaitu sejumlah (55,1%). Artinya sudah banyak calon pengantin
perempuan mengetahui dan menyadari adanya hambatan dalam upaya
meminimalisir penyakit stunting. Hal ini didukung oleh penelitian
(Natanael, Putri, et al., 2022)
dimana pada persepsi hambatan menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki persepsi hambatan positif tentang stunting.
Berdasarkan hasil penelitian dapat didapati tidak adanya hubungan signifikan
antara persepsi hambatan dengan jenis kelamin terhadap permasalahan stunting di
Kecamatan Semarang Utara yaitu dengan p-value=0,419 dimana nilai tersebut
47

tidak memenuhi syarat yaitu p-value > 0,005. Hambatan yang ditemui seharusnya
dipahami oleh baik dari calon pengantin perempuan maupun calon pengantin laki-
laki.
Penelitian oleh (Wati et al., 2020) mengatakan bahwa yang berperan untuk
mencegah stunting itu bukan hanya seorang istri, akan tetapi peran suami juga
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya stunting. Apabila calon pengantin yang
dahulunya perilaku kesehatannya kurang baik maka perlu diubah menjadi baik.
Namun terkadang seseorang tidak ingin merubah perilaku kesehatan karena
menganggap kesehatan merupakan hal yang sulit. Seseorang harus memiliki
keyakinan jika besar rintangan yang sedang dialami saat mengeksekusi
pencegahan lebih kecil daripada konsekuensinya (Kusuma et al., 2015). Sehingga
jika terjadi sebaliknya, maka orang tersebut enggan untuk melakukan perilaku
pencegahan terhadap penyakit stunting pada khususnya. Persepsi hambatan
pencegahan pada penelitian ini mengukur penilaian calon pengantin laki-laki dan
perempuan mengenai hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku
kesehatan.
Hambatan yang dimaksud seperti masih rendahnya partisipasi dari
masyarakat itu sendiri baik dalam kegiatan posyandu, rendahnya pemahaman atau
pengetahuan dari masyarakat salah satunya adalah para orang tua belum
memahami bagaimana cara memberikan asupan bergizi kepada anaknya, kondisi
finansial yang tidak mendukung dapat menyebabkan masalah gizi hingga risiko
stunting (Rahmah & Dahlawi, 2022).
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian
5.2.1 Hambatan penelitian
Hambatan dalam penelitian ini yaitu :
1. Peneliti mengalami kesulitan dalam mencari alamat rumah responden
penelitian
2. Terdapat beberapa responden yang jarak rumahnya dengan responden lainnya
cukup jauh
3. Peneliti harus buat janji terlebih dahulu untuk bertemu dikarenakan banyak
responden yang bekerja baik sebagai karyawan maupun ASN
48

5.2.2 Kelemahan penelitian


Kelemahan dalam penelitian ini adalah kejujuran responden yang menjawab
pertanyaan kuesioner yang diwawancarai secara online dikarenakan tidak bisa
bertemu.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang studi komparatif persepsi tentang
stunting antara calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan
Semarang Utara dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan persepsi kerentanan terhadap kejadian stunting


antara calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang
Utara.
2. Tidak terdapat perbedaan persepsi keseriusan akibat stunting antara calon
pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara.
3. Terdapat perbedaan persepsi manfaat pencegahan stunting antara calon
pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara.
4. Tidak terdapat perbedaan persepsi hambatan pencegahan stunting antara
calon pengantin laki-laki dan perempuan di Kecamatan Semarang Utara.

6.2 SARAN
6.2.1 Bagi calon pengantin
Untuk calon pengantin diharapkan dapat melakukan pencegahan
stunting sebelum menikah dengan cara cek kesehatan sebelum
menikah, pelajari tentang cara pencegahan stunting, serta ikuti kelas
edukasi pencegahan stunting khusus untuk calon pengantin.
6.2.2 Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian
lebih lanjut dengan memperdalam atau menambah variabel lainnya
serta dengan metode penelitian yang berbeda.

49
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, N., Sari, K., & Suryaputri, I. Y. (2016). Panjang Badan Lahir Pendek Sebagai
Salah Satu Faktor Determinan Keterlambatan Tumbuh Kembang Anak Usia 6-23
Bulan Di Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi.
Indonesian Journal of Health Ecology, 15(1), 43–55.
Ariati, L. I. P. (2019). Faktor-faktor risiko penyebab terjadinya stunting pada balita
usia 23-59 bulan. Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 6(1), 28–37.
Arifin, N., & Robin. (2016). Analisis Perbedaan Persepsi Psikologi Keuangan Antara
Pria Dan Wanita Di Kota Batam. Penelitian Ekonomi Dan Bisnis, 1(1).
Ariwati, V. D., & Khalda, Q. (2023). Analisis Jalur Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pencegahan Stunting Menggunakan Health Promotion Model. Journal of
Health (JoH), 10(1), 63–72.
Arsyad, J. F., Setiawaty, Y., & Yusnidar, Y. (2022). Pengaruh Pengetahuan Calon
Pengantin Sebelum dan Setelah diberikan Pendidikan Gizi 1000 HPK Melalui
Media Presentasi dan Booklet. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1),
282–287. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.742
Baidho, F., Wahyuningsih, Sucihati, F., & Pratama, Y. Y. (2021). Hubungan Tinggi
Badan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita usia 0-59 Bulan Di Desa
Argodadi Sedayu Bantul. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 17(1), 275–
283.
BKKBN. (2021). Panduan-Pelaksanaan-Pendampingan-Keluarga_BKKBN.
Ernawati, A. (2017). Masalah Gizi Pada Ibu Hamil Nutritional Issues Among Pregnant
Mothers. In Jurnal Litbang: Vol. XIII (Issue 1).
Ezeh, O. K., Abir, T., Zainol, N. R., Mamun, A. Al, Milton, A. H., Haque, M. R., &
Agho, K. E. (2021). Trends of stunting prevalence and its associated factors
among nigerian children aged 0–59 months residing in the northern nigeria, 2008–
2018. Nutrients, 13(12), 2008–2018. https://doi.org/10.3390/nu13124312
Fauziah, A. (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Self Acceptanse
Penderita HIV dan AIDS Dalam Kelompok Dukungan Sebaya (KDS)
Berdasarkan Teori Health Belief Model.

50
51

Fauziatin, N., Kartini, A., & Nugraheni, S. (2019a). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Lembar Balik Tentang Pencegahan Stunting Pada Calon Pengantin.
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 18(2), 224–233.
Fauziatin, N., Kartini, A., & Nugraheni, S. A. (2019b). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan dengan Media Lembar Balik Tentang Pencegahan Stunting Pada
Calon Pengantin. 18(2), 224–233.
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Nutrition for Children and
Adolescents. PT Raja Grafindo Persada: Depok.
Fitriani, Ramlan, & Rusman, A. D. P. (2021). Efektivitas Kartu Cegah Stunting
Terhadap Pengetahuan Calon Pengantin Di Kua Kota Parepare. 4(3).
Hadi, H., Fatimatasari, F., Irwanti, W., Kusuma, C., Alfiana, R. D., Ischaq Nabil
Asshiddiqi, M., Nugroho, S., Lewis, E. C., & Gittelsohn, J. (2021). Exclusive
breastfeeding protects young children from stunting in a low‐income population:
A study from eastern indonesia. Nutrients, 13(12), 1–14.
https://doi.org/10.3390/nu13124264
Indah, R. (2020a). Pola Asuh dan Persepsi Ibu di Pedesaan terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita. 4, 671–681.
Indonesian Government. (2021). Presidential Decree of Republic Indonesia No
72/2021 about Accelerating Stunting Reduction. Indonesian Government, 1, 23.
Ismanto, A. Y. (2011). Studi Komparatif Pemberian Asi dan Topikal Anestesi
Terhadap Respon Nyeri Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas Bahu Manado.
Jacob, D. E., & Sandjaya, S. (2018). Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
masyarakat Karubaga district sub district Tolikara provinsi Papua. Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan, 1(1).
Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan 2019. In Journal of Chemical Information
(Vol. 53, Issue 9).
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan:
Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI, 20.
52

Kumalasari, I., & Jaya, H. (2021). Penerapan Health Belief Model dalam Tindakan
Pencegahan Keputihan Patologis. HIGEIA (Journal of Public Health Research
and Development), 5(3).
Kusuma, D. P., Sari, S. P., & Nurhidayah, I. (2015). Hubungan persepsi dengan
perilaku ibu membawa balita ke posyandu. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
3(1).
Laila, M., Bolang, A. S. L., Manampiring, A. E., Kapantow, N. H., & Umboh, A.
(2023). Hubungan Health Belief Model Orang Tua Dengan Kejadian Stunting
Balita Di Wilayah Puskesmas Bomomani Distrik Mapia Kabupaten Dogiyai
Papua. Prepotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 1046–1059.
Laili, U., & Andriani, R. A. D. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan
Stunting. Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS, 5(1), 8–12.
Larasati, N. N. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Usia 25-59 Bulan Di Posyandu Wilayah Puskesmas Wonosari.
Magdalena, M., & Danandjojo, I. (2016). Pengaruh Gender Terhadap Persepsi
Mengenai Fasilitas Jarak Berjalan Di Lokasi Penentuan Titik Simpul Kereta Api
Dan Brt Di Bandar Udara Banjarbaru Effect of Gender To Perception of Walking
Distance Facilities in Determination Integration Location Between. Transportasi
Multimoda, 14(3), 121–128.
Manurung, P., & Helda, H. (2021). Hubungan Riwayat Komplikasi Saat Hamil dengan
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Indonesia, 4(2), 51–56. https://doi.org/10.7454/epidkes.v4i2.4069
Maravilla, J. C., Betts, K., Adair, L., & Alati, R. (2020). Stunting of children under two
from repeated pregnancy among young mothers. Scientific Reports, 10(1), 1–9.
https://doi.org/10.1038/s41598-020-71106-7
Mulyaningsih, T., Mohanty, I., Widyaningsih, V., Gebremedhin, T. A., Miranti, R., &
Wiyono, V. H. (2021). Beyond personal factors: Multilevel determinants of
childhood stunting in Indonesia. PLoS ONE, 16(11 November), 1–19.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0260265
Mustakim, M. R. D., Irwanto, Irawan, R., Irmawati, M., & Setyoboedi, B. (2022).
Impact of Stunting on Development of Children between 1-3 Years of Age.
53

Ethiopian Journal of Health Sciences, 32(3), 569–578.


https://doi.org/10.4314/ejhs.v32i3.13
Natanael, S., Kadek, N., Putri, A., Adhi, K. T., Studi, P., Kesehatan, S., Kedokteran, F.,
& Udayana, U. (2022). Persepsi Tentang Stunting Pada Remaja Putri di
Kabupaten Gianyar Bali. 45(1), 1–10.
Natanael, S., Putri, N. K. A., & Adhi, K. T. (2022). Persepsi Tentang Stunting Pada
Remaja PutrI di Kabupaten Gianyar Bali. Penelitian Gizi Dan Makanan (The
Journal of Nutrition and Food Research), 45(1), 1–10.
Noorhasanah, E., & Tauhidah, N. I. (2021). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kejadian
Stunting Anak Usia 12-59 Bulan. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 4(1), 37–42.
https://doi.org/10.32584/jika.v4i1.959
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Noviaming, S., Takaeb, A. E. L., & Ndun, H. J. N. (2022). Persepsi Ibu Balita Tentang
Stunting di Wilayah Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang. 4(1), 44–54.
Nurjanah, L. O. (2018). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Klecorejo Kabupaten Madiun Tahun 2018.
Nurrahima, F. E. (2021). Fenomena Stunting Pada Anak Balita Di Desa Jambu Ilir
Kecamatan Tanjung Lubuk Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Parinduri, S. K. (2021). Optimalisasi Potensi Remaja Putri Dalam Pencegahan
Stunting. 4(1), 23–29.
Prasetiya, T., Ali, I., Rohmat, C. L., & Nurdiawan, O. (2020). Klasifikasi Status
Stunting Balita Di Desa Slangit Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor.
INFORMATICS FOR EDUCATORS AND PROFESSIONAL : Journal of
Informatics, 5(1), 93. https://doi.org/10.51211/itbi.v5i1.1431
Prastiwi, M. H. (2019). Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 3-6 Tahun.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 1–8.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.162
Rafika, M. (2019). Dampak Stunting Pada Kondisi Psikologis Anak. Buletin
Jagaddhita, 1(1), 1–4.
54

Rahmah, M., & Dahlawi, D. (2022). Peran Pemerintah Kota Banda Aceh Dalam
Pencegahan Dan Penanganan Stunting Terintegrasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 7(3).
Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi.
Rizqiana Harsyah, N., Ediati, A., & Soedarto Tembalang Semarang, J. S. (2015).
Perbedaan Sikap Laki-Laki Dan Perempuan Terhadap Infertilitas. Jurnal Empati,
4(4), 225–232.
Safri, F. M., Sukartini, T., & Ulfiana, E. (2014). Analisis faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan minum obat pasien TB paru berdasarkan Health Belief Model
di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulsari, Kabupaten Jember. Indonesian Journal
of Community Health Nursing, 2(2), 12–20.
Sani, M., Solehati, T., & Hendarwati, S. (2020). Hubungan usia ibu saat hamil dengan
stunted pada balita 24-59 bulan. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(4), 284–291.
https://doi.org/10.33024/hjk.v13i4.2016
Setiawati, S., Yani, E. R., & Rachmawati, M. (2020). Hubungan status gizi dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita 1-3 tahun. Holistik Jurnal Kesehatan,
14(1), 88–95. https://doi.org/10.33024/hjk.v14i1.1903
Shambodo, Y. (2020). Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Khalayak Mahasiswa
Pendatang UGM Terhadap Siaran Pawartos Ngayogyakarta Jogja TV. Jurnal Al
Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial, 1(2), 98–110.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (26th ed).
Alfabeta.
Syabandini, I. P. P., Fatimah, S., Suyatno, & Pangestuti, D. R. (2018). Faktor Risiko
Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Daerah Nelayan (Studi Case-
Control Di Kampung Tambak Lorok, Kecamatan Tanjung Mas, Kota Semarang).
6, 1–26.
Syafrina, M., Masrul, M., & Firdawati, F. (2019). Analisis komitmen pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman dalam mengatasi masalah stunting berdasarkan
nutrition commitment index 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 233–244.
Teja, M. (2022). Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting 14 %. Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI, 14(13), 25–30.
55

Thoha, M. (2017). Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Prenadamedia Group.


Triawanti, Sanyoto, D. D., Fujiati, Setiawan, B., Erliyanti, E., & Julianti, S. (2020).
Upaya Pencegahan Stunting Sejak Pra Konsepsi Melalui Modul Nkr_Caten Dan
Konseling. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan
Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 3, 355–361.
https://doi.org/10.37695/pkmcsr.v3i0.862
Tschida, S., Cordon, A., Asturias, G., Mazariegos, M., Kroker-Lobos, M. F., Jackson,
B., Rohloff, P., & Flood, D. (2021). Projecting the Impact of Nutrition Policy to
Improve Child Stunting: A Case Study in Guatemala Using the Lives Saved Tool.
Global Health Science and Practice, 9(4), 752–764.
https://doi.org/10.9745/GHSP-D-20-00585
Wardani, N. E. K. (2022). Analisis Faktor Persepsi Manfaat dan Persepsi Hambatan
Terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Pencegahan Stunting Berdasarkan Teori
Health Belief Model. Malahayati Nursing Journal, 4(3), 556–563.
Wati, N. B., Kania, I., Purnawan, R. A., & Mufti, I. (2020). Partisipasi Masyarakat
dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Garut. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara, 7(2), 333–349.
WHO. (2018). Reducing Stunting In Children: Equity considerations for achieving the
Global Nutrition Targets 2025. In Equity considerations for achieving the Global
Nutrition Targets 2025.
WHO. (2021). Joint Child Malnutrition Estimates. Who, 24(2), 51–78.
WHO. (2022). World health statistics 2022 (Monitoring health of the SDGs).
Yanti, N. D., Betriana, F., & Kartika, I. R. (2020). Faktor Penyebab Stunting Pada
Anak: Tinjauan Literatur. Real In Nursing Journal, 3(1), 1–10.
Yulivantina, E. V., -, G., & Maimunah, S. (2022). Studi Kualitatif : Persepsi Calon
Pengantin Perempuan Terhadap Skrining Prakonsepsi Di Kota Yogyakarta.
Jurnal Stethoscope, 2(2), 75–80. https://doi.org/10.54877/stethoscope.v2i2.847
Yulivantina, E. V., Mufdlilah, M., & Kurniawati, H. F. (2021). Pelaksanaan Skrining
Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
8(1), 47. https://doi.org/10.22146/jkr.55481
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Unnes
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang
Lampiran 4 Salinan Ethical Clearance
Lampiran 5 Surat/Bukti Sudah Melaksanakan Penelitian atau Pengambilan
Data dari Institusi
Lampiran 6 Instrumen penelitian
KUESIONER PENLEITIAN
STUDI KOMPARATIF PERSEPSI TENTANG STUNTING ANTARA
CALON PENGANTIN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KECAMATAN DI
SEMARANG UTARA

I. IDENTITAS DAN DATA DEMOGRAFI RESPONDEN


1. Nama :……………………………………………………..
2. Usia : ………………………...……………………Tahun
3. Jenis kelamin : ……………………………………………………..
4. Pendidikan terakhir : ……………………………………………………..
5. Pekerjaan : ……………………………………………………..
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah soal dengan teliti.
2. Berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang menurut anda sesuai
dengan pendapat anda dan pengalaman anda
3. Jawablah soal sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

A. Persepsi kerentanan
No Pertanyaan SS S TS STS
.
1. Ibu yang memiliki lingkar lengan kurang
dari 23.5 cm tidak memiliki risiko anak
lahir stunting
2 Kurangnya asupan kalori dan lemak
pada saat hamil tidak mempengaruhi
63

anak lahir stunting


3. Ibu hamil yang kekurangan vitamin D
dapat menyebabkan stunting
4. Melakukan pemeriksaan rutin saat hamil
dapat mencegah anak lahir stunting
5. Tidak semua asupan gizi yang kurang
pada ibu hamil dapat menyebabkan
stunting
6. Ibu hamil yang mengalami anemia dapat
menyebabkan anak lahir stunting
7. Kurang asupan gizi seperti, mineral, zat
besi, dan karbohidrat dapat
menyebabkan anak lahir stunting

B. Persepsi keseriusan
No Pertanyaan SS S TS STS
.
1. Menurut saya stunting ialah kondisi
gagal tumbuh pada anak balita akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga
anak terlalu pendek dibandingkan anak
seusianya
2. Menurut saya anak yang mengalami
stunting rentan terhadap penyakit tidak
menular
3. Menurut saya stunting pada anak tidak
terlalu berbahaya bagi masa depannya
4. Stunting dapat mengakibatkan gangguan
pemusatan konsentrasi yang membuat
anak lebih sulit belajar
5. Menurut saya kekebalan tubuh anak
64

yang mengalami stunting sama saja


seperti anak biasanya
6. Menurut saya dampak dari stunting
hanyalah mempengaruhi tampilan
fisiknya saja
7. Anak yang lahir dengan panjang kurang
dari 48 cm dan beratnya dibawah 2.5 kg
tidak berisiko mengalami stunting
8. Menurut saya anak yang stunting juga
berdampak pada psikologisnya seperti
emosi dan kemampuan anak dalam
bersosialisasi
9. Menurut saya anak yang stunting
mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi

C. Persepsi manfaat
No. Pertanyaan SS S TS STS
1. Jika rutin melakukan pemeriksaan pada ibu hamil
seperti cek lingkar lengan dan cek kesehatan
lainnya dapat mencegah anak lahir stunting
2. Jika asupan gizi ibu hamil sudah terpenuhi maka
asupan nutrisi ibu hamil tidak terlalu penting
dipenuhi
3. Melakukan pemeriksaan status gizi sebelum
menikah sangat penting karena dapat mencegah
terjadinya stunting
4 Tablet tambah darah yang diberikan dokter saat
cek kehamilan tidak harus minum dan dihabiskan
5. Menurut saya orang yang terkena anemia tidak
dapat memicu terjadinya stunting
65

6. Menurut saya merencanakan kehamilan dengan


baik tidak berdampak terhadap pencegahan
kejadian stunting
7. Menurut saya dengan menyiapkan 1000 HPK
dapat mencegah stunting
8. Menurut saya dengan melakukan suntik catin
dapat mencegah stunting
9. Asupan zat besi pada ibu hamil harus terpenuhi
karena dapat mencegah anak lahir stutning
10. Untuk mencegah anak lahir stunting maka asupan
gizi ibu pada saat hamil harus terpenuhi

D. Persepsi hambatan
No Pertanyaan SS S TS STS
.
1. Asupan gizi dan nutrisi pada ibu hamil tidak perlu
diperhatikan yang penting tidak pernah sakit dan
tidak ada keluhan selama kehamilan
2. Tidak semua anak yang pendek adalah stunting
3. Stunting bisa dicegah sebelum pernikahan
4 Asupan gizi dan nutrisi yang seimbang pada balita
tidak perlu diperhatikan yang penting anak tidak
pernah sakit
5. Keluarga tidak perlu tahu tentang stunting dan
dampaknya
6. Tidak perlu makan makanan yang bervariasi
setiap hari pada saat hamil karena asal kenyang
itu sudah cukup
7. Anak yang stunting karena faktor keturunan jadi
tidak perlu dicegah
8. Tidak penting menimbang berat badan dan tinggi
66

badan anak ke posyandu setiap bulan


9. Tidak semua anak yang kurang gizi adalah
stunting
10. Anak yang lahir dengan panjang kurang dari 48
cm dan berat di bawah 2.5 kg tidak
mempengaruhi anak menjadi stunting
67

Lampiran 7 Informed Consent


68

Lampiran 8 Hail Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
PR1 117.1698 575.682 .763 .960
PR4 117.3396 575.036 .710 .960
PR5 116.9057 592.626 .631 .961
PR6 116.8679 591.078 .480 .962
PR7 117.1321 588.617 .620 .961
PR8 117.0377 591.229 .556 .961
PR9 116.6981 603.484 .406 .962
PR10 116.8113 600.887 .455 .962
PK1 116.7358 599.737 .476 .962
PK2 116.9623 603.268 .327 .962
PK3 117.3019 584.946 .575 .961
PK4 117.5472 576.522 .667 .961
PK5 117.0566 592.901 .494 .962
PK6 117.3208 576.953 .702 .960
PK7 117.3396 577.690 .682 .961
PK8 117.2264 586.832 .597 .961
PK9 117.0189 592.942 .542 .961
PK10 117.3396 578.690 .723 .960
PM1 116.9245 589.571 .570 .961
PM2 117.5472 574.214 .699 .960
PM3 116.9434 598.670 .421 .962
PM4 117.4151 573.824 .769 .960
PM5 117.6415 576.119 .763 .960
PM6 117.3019 588.407 .612 .961
PM7 116.9057 596.818 .515 .961
PM8 116.8679 595.078 .583 .961
PM9 116.8491 597.438 .496 .962
PM10 116.8679 594.194 .502 .961
PH1 117.4717 567.254 .766 .960
PH2 116.9623 593.268 .560 .961
PH3 116.8113 593.618 .652 .961
PH4 117.5660 568.904 .750 .960
69

PH5 117.6981 563.253 .784 .960


PH6 117.6792 568.184 .740 .960
PH7 117.6604 566.882 .773 .960
PH8 117.7736 562.832 .770 .960
PH9 117.2453 583.266 .616 .961
PH10 117.3208 581.222 .642 .961
70

Lampiran 9 Data Mentah Hasil Penelitian

Hasil Hasil Hasil Hasil


Pendidikan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
No. Terakhir Pekerjaan Kerentanan Median Keseriusan Median Manfaat Median Hambatan Median
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R1 SMP Belum Negatif 28,5 Negatif 36 Positif 36 Positif 36
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R2 S1 Tidak Ada Negatif Negatif Negatif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R3 S1 Freelancer Negatif Negatif Negatif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R4 S1 Swasta Negatif Negatif Negatif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R5 S1 Wiraswasta Negatif Negatif Negatif Positif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R6 S1 Guru Negatif Negatif Negatif Positif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R7 Sma Mahasiswa Negatif Negatif Negatif Positif
Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R8 S1 Kelurahan Negatif Negatif Negatif Positif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R9 S1 Swasta Negatif Negatif Negatif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R10 Sma Wiraswasta Negatif Negatif Positif Positif
71

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R11 Sma Jaga Toko Negatif Negatif Negatif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R12 S1 Honorer Positif Negatif Negatif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R13 Sma Mahasiswa Negatif Negatif Negatif Negatif
Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R14 S1 Swasta Negatif Positif Negatif Negatif
Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R15 S1 Swasta Negatif Negatif Negatif Positif
Pelajar/ Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R16 Sma Mahasiswa Positif Negatif Negatif Positif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R17 S1 Wirausaha Positif Positif Positif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R18 S1 Pns Positif Positif Negatif Negatif
Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R19 Sma Swasta Positif Positif Negatif Negatif
Pelajar/ Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R20 Sma Mahasiswa Positif Positif Negatif Positif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R21 S2 Pns Positif Positif Negatif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R22 S1 Wiraswasta Positif Positif Negatif Negatif
Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R23 S1 Swasta Positif Positif Negatif Negatif
72

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R24 S1 Swasta Positif Positif Negatif Negatif

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R25 Sma Swasta Positif Positif Negatif Positif

Pelajar/ Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R26 Sma Mahasiswa Negatif Positif Negatif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R27 Sma Wirausaha Positif Positif Negatif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R28 S1 Pns Positif Positif Negatif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R29 Sma Wirausaha Positif Positif Positif Negatif

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R30 S1 Swasta Positif Positif Positif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R31 S1 Pns Positif Positif Positif Positif

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R32 S1 Swasta Negatif Positif Positif Positif
Pelajar/ Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R33 Sma Mahasiswa Negatif Negatif Negatif Positif
73

Pelajar/ Persepsi Persespsi Persepsi Persepsi


R34 Sma Mahasiswa Positif Positif Negatif Positif

Pegawai Persepsi Persespsi Persepsi Persepsi


R35 S1 Swasta Positif Positif Positif Positif

Persepsi Persespsi Persepsi Persepsi


R36 Sma Wirausaha Positif Positif Positif Positif

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R37 S1 Swasta Positif Negatif Positif Positif

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R38 S1 Swasta Positif Positif Negatif Positif

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R39 S1 Swasta Positif Positif Negatif Positif

Pelajar/ Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R40 Sma Mahasiswa Positif Positif Negatif Positif

Pegawai Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R41 S1 Swasta Negatif Positif Negatif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R42 S1 Swasta Positif Negatif Negatif Positif
74

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R43 S1 Swasta Positif Positif Negatif Positif
Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R44 Slta Swasta Negatif Negatif Negatif Negatif
Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R45 Slta Swasta Negatif Positif Positif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R46 S1 Dokter Negatif Positif Positif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R47 S1 Dokter Positif Negatif Positif Negatif
Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R48 D3 Swasta Negatif Negatif Negatif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R49 S1 Dokter Negatif Negatif Negatif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R50 S2 Guru Negatif Negatif Negatif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R51 S2 Guru Positif Positif Positif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R52 Sd Swasta Negatif Positif Negatif Positif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R53 Slta Wiraswasta Negatif Negatif Positif Positif
75

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R54 Slta Swasta Negatif Positif Positif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R55 Sma Swasta Positif Positif Positif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R56 Sma Wiraswasta Positif Negatif Positif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R57 Sma Wiraswasta Positif Positif Positif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R58 Slta Swasta Positif Positif Positif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R59 S1 Pns Positif Positif Negatif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R60 Sma Swasta Positif Positif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R61 S1 Swasta Negatif Positif Negatif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R62 S1 Pns Negatif Positif Positif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R63 Sma Swasta Positif Negatif Positif Negatif
76

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R64 Slta Swasta Negatif Negatif Positif Negatif
Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R65 Sma Swasta Negatif Negatif Positif Negatif

Karyawan Persepsi Persespsi Persepsi Persepsi


R66 S1 Swasta Negatif Positif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R67 Slta Swasta Negatif Negatif Negatif Negatif
Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R68 Sma Swasta Positif Negatif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persespsi Persepsi Persepsi


R69 S1 Swasta Negatif Positif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R70 Sma Swasta Negatif Negatif Negatif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R71 S1 Pns Negatif Positif Positif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R72 Sma Swasta Negatif Positif Positif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R73 S1 Swasta Negatif Negatif Negatif Positif
77

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R74 Sma Swasta Negatif Positif Negatif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R75 S1 Swasta Negatif Negatif Negatif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R76 S1 Pns Negatif Positif Negatif Negatif
Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R77 S1 Swasta Negatif Negatif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R78 S1 Swasta Positif Positif Negatif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R79 S1 Pns Positif Negatif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R80 Slta Swasta Positif Positif Positif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R81 S1 Swasta Positif Positif Positif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R82 S1 Wiraswasta Positif Negatif Negatif Negatif
78

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R83 Slta Swasta Negatif Positif Negatif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R84 Slta Swasta Negatif Negatif Negatif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R85 S1 Swasta Positif Negatif Negatif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R86 S1 Wiraswasta Negatif Positif Negatif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R87 Slta Wiraswasta Positif Positif Positif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R88 Slta Swasta Positif Negatif Positif Positif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R89 Sma Wiraswasta Positif Negatif Positif Positif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R90 S1 Wiraswasta Positif Positif Positif Positif
Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R91 Sma Swasta Negatif Negatif Positif Positif
79

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R92 Slta Wiraswasta Positif Negatif Positif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R93 Slta Swasta Negatif Positif Positif Negatif

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R94 S1 Wiraswasta Positif Negatif Positif Negatif
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
R95 Sma Wiraswasta Negatif Negatif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R96 S1 Swasta Positif Negatif Negatif Negatif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R97 Slta Swasta Positif Negatif Positif Positif

Karyawan Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


R98 Sma Swasta Negatif Positif Positif Positif
80

Lampiran 10 Hasil Analisis Univariat

JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 49 50.0 50.0 50.0
2 49 50.0 50.0 100.0
Total 98 100.0 100.0

Kerentanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 3 3.1 3.1 3.1
21 3 3.1 3.1 6.1
22 1 1.0 1.0 7.1
23 3 3.1 3.1 10.2
24 3 3.1 3.1 13.3
25 6 6.1 6.1 19.4
26 6 6.1 6.1 25.5
27 9 9.2 9.2 34.7
28 15 15.3 15.3 50.0
29 13 13.3 13.3 63.3
30 15 15.3 15.3 78.6
31 7 7.1 7.1 85.7
32 14 14.3 14.3 100.0
Total 98 100.0 100.0

Keseriusan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 21 1 1.0 1.0 1.0
22 2 2.0 2.0 3.1
23 1 1.0 1.0 4.1
24 1 1.0 1.0 5.1
25 1 1.0 1.0 6.1
81

26 3 3.1 3.1 9.2


28 2 2.0 2.0 11.2
29 1 1.0 1.0 12.2
30 2 2.0 2.0 14.3
31 2 2.0 2.0 16.3
32 2 2.0 2.0 18.4
33 10 10.2 10.2 28.6
34 9 9.2 9.2 37.8
35 9 9.2 9.2 46.9
36 15 15.3 15.3 62.2
37 7 7.1 7.1 69.4
38 15 15.3 15.3 84.7
39 6 6.1 6.1 90.8
40 9 9.2 9.2 100.0
Total 98 100.0 100.0

Hambatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 13 3 3.1 3.1 3.1
14 1 1.0 1.0 4.1
16 2 2.0 2.0 6.1
17 2 2.0 2.0 8.2
19 3 3.1 3.1 11.2
23 1 1.0 1.0 12.2
24 1 1.0 1.0 13.3
27 1 1.0 1.0 14.3
28 1 1.0 1.0 15.3
30 3 3.1 3.1 18.4
31 3 3.1 3.1 21.4
32 4 4.1 4.1 25.5
33 6 6.1 6.1 31.6
34 10 10.2 10.2 41.8
35 4 4.1 4.1 45.9
36 10 10.2 10.2 56.1
37 5 5.1 5.1 61.2
82

38 5 5.1 5.1 66.3


39 14 14.3 14.3 80.6
40 19 19.4 19.4 100.0
Total 98 100.0 100.0

Lampiran 11 Hasil Analisis Bivariat

Crosstab
Count
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan Total
Kategori.rentan PERSEPSI NEGATIF 26 23 49
PERSEPSI POSITIF 23 26 49
Total 49 49 98

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .367a 1 .544
b
Continuity Correction .163 1 .686
Likelihood Ratio .368 1 .544
Fisher's Exact Test .686 .343
N of Valid Cases 98

Crosstab
Count
Jenis kelamin
Laki-laki perempuan Total
Kategori.Serius NEGATIF 21 25 46
POSITIF 28 24 52
Total 49 49 98

Chi-Square Tests
83

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .656a 1 .418
b
Continuity Correction .369 1 .544
Likelihood Ratio .656 1 .418
Fisher's Exact Test .544 .272
N of Valid Cases 98

Crosstab
Count
Jenis kelamin
1 2 Total
Kategori.Manfaat NEGATIF 30 30 60
POSITIF 19 19 38
Total 49 49 98

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .582
N of Valid Cases 98
84

Crosstab
Count
Jenis kelamin
1 2 Total
Kategori.Hambatan NEGATIF 26 22 48
POSITIF 23 27 50
Total 49 49 98

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .653 1 .419
b
Continuity Correction .368 1 .544
Likelihood Ratio .654 1 .419
Fisher's Exact Test .545 .272
N of Valid Cases 98
85

Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian


86

Anda mungkin juga menyukai