Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Rina Wathi

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 858614155

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4109/Pendidikan Kewarganegaraan

Kode/Nama UPBJJ : FKIP/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya diukur dengan kemampuan pemerintah
membagi beberapa wilayah luas menjadi beberapa wilayah kecil (pemekaran). Oleh sebab itu,
perlu ditunjang oleh berbagai faktor agar dalam implementasi otonomi daerah berjalan
sebagaimana mestinya.

Berdasarkan penyataan di atas, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap implementasi


otonomi daerah meliputi:

a) kemampuan Pemerintah: Keberhasilan tergantung pada kemampuan pemerintah dalam


mengelola dan mengawasi otonomi daerah.

b) Pemekaran Wilayah: Meskipun bukan satu-satunya ukuran, pemekaran wilayah dapat


tetap menjadi faktor yang signifikan dalam membentuk keberhasilan otonomi.

c) Dukungan Faktor-faktor Pendukung: Faktor seperti sumber daya manusia, keuangan,


dan infrastruktur harus mendukung implementasi otonomi.

d) 4Partisipasi Masyarakat: Keterlibatan aktif dan partisipasi masyarakat dapat


memperkuat implementasi otonomi daerah.

e) Ketentuan Hukum yang Jelas: Kehadiran regulasi dan aturan hukum yang jelas sangat
penting untuk memastikan pelaksanaan otonomi berjalan dengan baik.

f) Kemampuan Manajerial: Kemampuan manajerial pemerintah daerah untuk


merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan otonomi.

g) pengelolaan Sumber Daya: Efektivitas pengelolaan sumber daya, baik manusia


maupun alam, menjadi faktor penting.

h) transparansi dan Akuntabilitas: Tingkat transparansi dan akuntabilitas dalam


penggunaan anggaran dan pengambilan keputusan memengaruhi keberhasilan
otonomi.

Semua faktor ini saling berhubungan dan perlu dikelola secara holistik untuk mencapai
keberhasilan dalam implementasi otonomi daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia masih mengalami berbagai hambatan dari berbagai
aspek. Soal: Dari pernyataan di atas, klasifikasikanlah berbagai penyebab munculnya
hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut

Penyebab Munculnya Hambatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

Berbagai penyebab munculnya hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia


dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa aspek, antara lain:

a) Aspek Hukum dan Regulasi: Salah satu penyebab utama adalah kurangnya kesesuaian
antara peraturan perundang-undangan yang mengatur otonomi daerah dengan kondisi
dan kebutuhan daerah. Ketidakjelasan atau tumpang tindihnya regulasi juga dapat
menyebabkan hambatan dalam implementasi otonomi daerah.
b) Aspek Keuangan: Keterbatasan anggaran daerah menjadi hambatan dalam pelaksanaan
otonomi daerah. Beberapa daerah mungkin menghadapi kesulitan dalam mengelola
keuangan daerah, termasuk dalam hal pengelolaan pendapatan dan belanja daerah.

c) Aspek Sumber Daya Manusia: Kurangnya kualitas dan kapasitas sumber daya manusia
di daerah dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Kekurangan
tenaga ahli dan kurangnya pemahaman tentang konsep otonomi daerah juga dapat
mempengaruhi efektivitas implementasi.

d) Aspek Politik: Faktor politik seperti perbedaan kepentingan antara pemerintah pusat
dan daerah, konflik kepentingan antar aktor politik di daerah, dan adanya intervensi
politik dari pihak luar dapat menghambat pelaksanaan otonomi daerah.

e) Aspek Infrastruktur: Kurangnya infrastruktur yang memadai di daerah dapat menjadi


hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Infrastruktur yang kurang baik dapat
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pelayanan publik di daerah.

f) Aspek Sosial dan Budaya: Perbedaan sosial dan budaya antar daerah dapat
menyebabkan hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Ketidaksesuaian nilai-
nilai budaya dan perbedaan dalam pola pikir masyarakat dapat mempengaruhi
penerimaan dan implementasi kebijakan otonomi daerah.

Dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan upaya kolaboratif antara


pemerintah pusat dan daerah, serta perbaikan dalam regulasi, pengelolaan keuangan daerah,
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, dan pemahaman
yang lebih baik tentang kebutuhan dan karakteristik daerah.

3. Otonomi daerah di Indonesia belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut karena
terdapat faktor utama seperti pemimpin, partisipasi masyarakat, dan pegawai daerah yang
belum mampu menjalankan otonomi daerah tersebut secara otonom. Soal: Berdasarkan
pernyataan di atas, kemukakanlah berbagai solusi untuk menyelesaikan masalah faktor utama
tersebut!

Untuk menyelesaikan masalah faktor utama yang menghambat otonomi daerah di Indonesia,
berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan:

a) Pemimpin yang Kompeten dan Berintegritas: Memilih pemimpin yang memiliki


kompetensi dan integritas tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah.
Pemimpin yang berkualitas akan mampu mengambil keputusan yang tepat, memimpin
dengan adil, dan mengelola sumber daya dengan efektif.

b) Peningkatan Partisipasi Masyarakat: Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam


proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di tingkat daerah. Hal ini
dapat dilakukan melalui penyelenggaraan forum-forum partisipatif, dialog publik, dan
konsultasi dengan masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, kebijakan
yang dihasilkan akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
c) Peningkatan Kapasitas Pegawai Daerah: Melakukan pelatihan dan pengembangan
kompetensi bagi pegawai daerah agar mereka mampu menjalankan tugasnya secara
profesional dan otonom. Pelatihan dapat meliputi peningkatan pengetahuan tentang
otonomi daerah, manajemen keuangan daerah, pengelolaan sumber daya manusia, dan
keterampilan kepemimpinan.

d) Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas: Meningkatkan transparansi dan


akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah serta pelaksanaan kebijakan. Hal ini
dapat dilakukan dengan memperkuat sistem pengawasan dan pengendalian internal,
serta melibatkan lembaga eksternal seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mengawasi penggunaan anggaran
daerah.

e) Penguatan Kerjasama Antar Daerah: Mendorong kerjasama antar daerah dalam hal
pengelolaan sumber daya, pembangunan infrastruktur, dan pelayanan publik.
Kerjasama ini dapat dilakukan melalui pembentukan konsorsium daerah, pertukaran
pengalaman, dan sharing best practices antar daerah.

f) Peningkatan Kesadaran Hukum: Meningkatkan kesadaran hukum di kalangan


pemimpin, pegawai daerah, dan masyarakat tentang pentingnya menjalankan otonomi
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dapat
dilakukan melalui sosialisasi, edukasi, dan penegakan hukum yang tegas terhadap
pelanggaran terkait otonomi daerah.
Dengan mengimplementasikan solusi-solusi di atas, diharapkan otonomi daerah di Indonesia
dapat berjalan dengan lebih baik dan memberikan manfaat yang nyata bagi pembangunan
daerah dan kesejahteraan masyarakat.
4. Good governance sebenarnya merupakan prinsip yang mengetengahkan keseimbangan antara
masyarakat (society) dengan negara (state) serta negara dengan pribadi-pribadi (personal).
Dalam hubungannya dengan dunia hukum, terdapat beberapa unsur good governance yang
perlu diperhatikan. Soal: Dari pernyataan di atas, Anda klasifikasikanlah unsur good
governance dalam dunia hukum tersebut!

Dalam dunia hukum, terdapat beberapa unsur good governance yang perlu diperhatikan.
Berikut adalah klasifikasi unsur-unsur tersebut:

a) Kepastian Hukum: Unsur ini menekankan pentingnya adanya aturan hukum yang jelas,
dapat dipahami, dan dapat diakses oleh semua pihak. Kepastian hukum mencakup
kejelasan mengenai hak dan kewajiban, prosedur yang adil, serta perlindungan
terhadap hak asasi manusia.

b) Transparansi: Unsur ini mengharuskan adanya keterbukaan dan kejelasan dalam proses
pembuatan keputusan hukum. Transparansi mencakup akses terhadap informasi
publik, pengungkapan kepentingan, serta partisipasi publik dalam proses pengambilan
keputusan.

c) Akuntabilitas: Unsur ini menekankan pentingnya bertanggung jawab atas tindakan dan
keputusan yang diambil dalam sistem hukum. Akuntabilitas mencakup adanya
mekanisme pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban terhadap pelanggaran
hukum.
d) Partisipasi: Unsur ini mengharuskan adanya partisipasi aktif masyarakat dalam proses
pembuatan keputusan hukum. Partisipasi mencakup hak untuk memberikan pendapat,
mengajukan gugatan, serta terlibat dalam proses peradilan.

e) Efektivitas dan Efisiensi: Unsur ini menekankan pentingnya sistem hukum yang
efektif dan efisien dalam memberikan keadilan. Efektivitas mencakup kemampuan
sistem hukum untuk menyelesaikan sengketa dengan cepat dan adil, sedangkan
efisiensi mencakup penggunaan sumber daya yang efisien dalam proses hukum.
Dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut, dapat dihasilkan sistem hukum yang baik dan
berkeadilan dalam konteks good governance.

Anda mungkin juga menyukai