Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN 1: ANALISIS MATERI BERBASIS MASALAH

PADA SD MUHAMMADIYAH 1 TAMAN SIDOARJO

HENI DWI UTAMI


NIM 233113703260
PGSD 001 PGP PPG DALJAB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JUNI 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkat rahmadNya semata, penulis dapat menuntaskan penyususnan Laporan
Pendalaman Materi Berbasis Masalah pada Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam
Jabatan tahun 2023. Laporan ini berjudul Analisis Materi Berbasis Masalah Pada
SD Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo.
Laporan ini merupakan hasil pengalaman praktik baik prakarsa pendidikan
yang dilakukan oleh penulis selama mengikuti Program Pendidikan Guru
Penggerak (PGP) selama kurang lebih sembilan bulan lamanya. Dari laporan ini
penulis berharap agar praktik baik yang dilakukan dapat menjadi referensi maupun
inspirasi dalam memajukan pendidikan di Indonesia serta mendorong tumbuh
kembang para murid secara holistik, aktif, kreatif, selamat, dan bahagia. Praktik
baik ini juga menerapkan pendekatan pendidikan yang berpusat kepada murid, serta
perwujudan teladan perubahan ekosistem pendidikan Indonesia yang sesuai dengan
Profil Pelajar Pancasila.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan segenap rasa terima kasih
kepada:
1. Ibunda tercinta yang senantiasa memanjatkan doa terbaik kepada Allah
SWT hingga penulis bisa menjadi seperti sekarang ini.
2. Suami dan anak-anak tercinta yang selalu mendukung semua aktivitas
penulis, terutama dalam menuntaskan penyusunan laporan ini.
3. Bapak Dosen Drs. Usep Kustiawan M.Sn
4. Ibu Dosen Esti Untari, S.Pd., M.Pd
5. Bapak Dosen Prof. Dr. M. Zainuddin, M.Pd
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga pada semua
pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penyusunan laporan ini tepat waktu.
Penulis berharap laporan praktik baik prakarsa pendidikan ini dapat
memberikan dampak serta sumbangsih yang nyata bagi kemajuan dunia
pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan berjudul Pemberdayaan Tim
Fastabiqul Khairat di SD Muhammadiyah 1 Taman dalam Mengawal Budaya
Positif di Lingkungan Sekolah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
menerima dengan senang hati setiap masukan, kritik, maupun saran dari para
pembaca.

Sidoarjo, 6 Juni 2023


Penulis,

Heni Dwi Utami


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan yang Telah Dilakukan
B. Tujuan Kegiatan
C. Manfaat Kegiatan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
B. Program Pendidikan Guru Penggerak
C. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
D. Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak
E. Visi Misi Guru Penggerak
F. Budaya Positif
BAB III PENUTUP
A. Refleksi
B. Tindak Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RINGKASAN
Penulis adalah seorang guru SD Muhammadiyah 1 Taman, Sidoarjo. Selain
mengajar sebagai guru kelas dan Bahasa Inggris, penulis juga Wakil Kepala
Sekolah bidang Kesiswaan. Sekolah tempat mengajar penulis, adalah sekolah yang
telah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan setempat menjadi salah satu sekolah inklusi.
Selama menjadi guru dan waka kesiswaan penulis melihat masih banyak
tantangan berkaitan dengan pembentukan karakter positif murid-murid di SD
Muhammadiyah 1 Taman, Sidoarjo. Penulis mengamati belum 100% terlihat
karakter kejujuran, cinta lingkungan, kedisiplinan, serta tanggung jawab di diri
warga sekolah. Apalagi sebagai sekolah inklusi, sekolah penulis mempunyai 5,33%
atau 30 murid inklusi dari 563 jumlah murid dengan beragam jenis keinklusian,.
Aksi dari beberapa murid yang secara sengaja maupun tidak melakukan bullying
verbal kerap dilontarkan pada teman-teman mereka yang spesial tersebut. Selain itu
masih banyak pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh tak hanya murid
namun juga guru dan karyawan di sekolah.
Kehadiran Program Pendidikan Guru Penggerak Kemendikbudristek,
memberikan angin segar bagi penulis untuk membantu menjawab keresahan
ataupun tantangan yang dihadapi penulis di sekolah. Penulis menjadi lebih
mengenal profesi seorang guru yang sebenarnya. Berbagai wacana maupun
pengalaman yang berarti dari pembelajaran sinkronus maupun asinkronus tiga
modul PGP baik yang didapat saat pendampingan individu, ruang kolaborasi dan
elaborasi, pendalaman materi di LMS, maupun saat lokakarya, makin
memantabkan keyakinan penulis dalam memainkan peran sebagai aktor utama
pendidikan serta mempertegas profesi penulis sebagai guru dan pendidik.
Di awal PGP, penulis melakukan refleksi filosofi pendidikan nasional Ki
Hajar Dewanatara dan memantabkan penyusunan strategi sebagai pemimpin
pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat
pengembangan karakter dan budaya positif. Kemudian penulis menginternalisasi
nilai-nilai diri dan peran sebagai guru penggerak, kemudian merumuskan visi diri
tentang lingkungan belajar yang berpihak pada murid sehingga mampu menyusun
langkah-langkah dan strategi aksi nyata dalam mewujudkan budaya positif di
sekolah penulis secara efektif dan mengembangkan karakter yang sesuai dengan
Profil Pelajar Pancasila.
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan yang Telah Dilakukan


Sekolah merupakan wadah pembentukan karakter bagi setiap anak.
Walaupun sebenarnya ada banyak lingkungan yang membentuk karakter
seorang anak selain lingkungan sekolah, seperti lingkungan keluarga,
lingkungan tempat bermain, lingkungan masyarakat sekitar, lingkungan
pendidikan formal dan informal. Nilai, norma, dan budaya yang muncul di
lingkungan sekitar tumbuh kembangnya seorang anak akan mewarnai pola pikir,
gaya hidup, sikap, karakter, dan jati diri seorang anak. Bisa dikatakan bahwa
membangun karakter anak dibutuhkan keterlibatan dari banyak pihak.
Pada setiap individu, karakter muncul sebagai pengembangan dari kualitas
diri yang tidak berkembang dengan sendirinya. Karakter muncul baik dari faktor
bawaan atau nature dan faktor lingkungan atau nurture. Pada konteks
pendidikan formal atau sekolah, kita pahami bahwa penyelenggaraan pendidikan
atau pembelajaran tidak hanya sebatar pada mentransfer ilmu pengetahuan saja.
Namun lebih besar dari itu, ada proses pengubahan atau pembentukan karakter
dan watak individu (dalam hal ini murid), menjadi lebih baik, lebih sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku, lebih berbudaya, serta lebih berbudi
pekerti.
Fenomena yang muncul di berbagai lingkungan sekolah, termasuk di SD
Muhammadiyah 1 Taman, Sidoarjo berkaitan dengan bullying dan pelanggaran
kedisiplinan, menjadi sebuah tantangan yang memotivasi penulis dalam
membuat aksi nyata prakarsa pendidikan atau praktik baik di sekolah yang
diharapkan dapat berimbas positif bagi lingkungan sekolah.
Dengan bekal ilmu yang didapat pada program Pendidikan Guru Penggerak
(PGP) angkatan 4 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), penulis melakukan
refleksi dan menginisiasi warga sekolah di SD Muhammadiyah 1 Taman,
Sidoarjo berkolaborasi menyusun langkah-langkah strategis aksi nyata
mewujudukan budaya positif dan pengembangan karakter yang melibatkan
seluruh warga sekolah.
Dari analisis aset dan kekuatan di SD Muhammadiyah 1 Taman, Sidoarjo,
yang dilakukan oleh penulis, muncullah sebuah aksi nyata yang telah disepakati
bersama menjadi sebuah program sekolah yakni, pembentukan Tim Fastabiqul
Khairat. Tim ini terdiri dari para murid yang memiliki kemampuan lebih dalam
hal kepemimpinan dan kecakapan komunikasi. Tim Fastabiqul Khairat SD
Muhammadiyah 1 Taman, Sidoarjo diharapkan mampu mengawal terwujudnya
buday positif di lingkungan sekolah. Sehingga keresahan penulis pada tantangan
yang berkaitan dengan pembentukan karakter dan fenomena pelanggaran
kedisiplinan di sekolah dapat teratasi.

B. Tujuan Kegiatan
Laporan analisis materi berbasis masalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi terkait Merdeka Belajar dan Guru Penggerak
2. Mendemonstrasikan pemahaman konsep yang didapat dari Program
Pendidikan Guru Penggerak
3. Memberikan Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
4. Menginternalisasi Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak untuk mewujudkan
komunitas pembelajar sepanjang hayat yang positif dan merdeka
5. Menjalankan rencana manajemen perubahan sesuai dengan Visi Misi Guru
Penggerak dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada
murid
6. Menunjukkan langkah-langkah dan strategi aksi nyata Budaya Positif di
sekolah secara efektif

C. Manfaat Kegiatan
Melalui penyusunan laporan analisis materi berbasis masalah ini, diharapkan
dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, karya
ini diharapakan dapat memberikan kontribusi terhadapa khazanah ilmiah yang
menjadi bahan bacaan berguna bagi masyarakat umum dalam mengembangkan
wacana pendidikan.
Sedangkan secara praktis diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Memberikan informasi dan penjelasan terkait kebijakan pemerintah
tentang merdeka belajar dan program guru penggerak
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengaktualisasikan pemahaman
tentang merdeka belajar dan guru penggerak, berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah
3. Menumbuhkembangkan kemampuan memetakan dan mewujudkan
Budaya Positif di sekolah secara efektif
4. Memberikan kesempatan bagi penulis dalam usaha untuk turut
memajukan pendidikan di Indonesia
BAB II. PEMBAHASAN

A. Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Maju tidaknya suatu bangsa, dan berhasil atau tidaknya sebuah negara
diukur dari tingkat pendidikannya. Maka penyelenggaraan pendidikan diharapkan
mampu menghasilkan output yang optimal dalam mengembangkan potensi dan
keterampilan diri serta keilmuan yang mumpuni untuk diterjunkan di masyarakat.
Berangkat dari pemahaman ini, diperlukan kebijakan Kementerian Pendidikan,
kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang memuat perihal konsepsi hingga program
pendidikan yang tepat, terarah, dan sistematis.
Sejak tahun 2019, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar
Makarim, menggulirkan wacana tentang merdeka belajar dan guru penggerak.
Nadiem menjelaskan bahwa pemerintah memberikan ruang inovasi pada setiap unit
pendidikan yakni sekolah, guru, dan murid belajar dengan mandiri dan kreatif atau
merdeka belajar. Lewat kebijakan Merdeka Belajar ini Nadiem Anwar Makarim
berniat menciptakan suasana belajar yang nyaman, kondusif, dan bahagia bagi
seluruh murid.
Reformasi pendidikan yang disampaikan Nadiem ini merupakan sebuah
gerakan yang menyeluruh di masing-masing sekolah, bukan sekedar kebijakan atau
kurikulum saja, tapi lebih kepada mengorganisir sebuah gerakan, yakni Guru
Penggerak. Kebijakan tentang Guru Penggerak ini dinaungi dalam Peraturan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 26 Tahun 2022
mengenai Pendidikan Guru Penggerak, yang diterbitkan pada tanggal 13 Juni 2022.
Pada pasal 2 peraturan tersebut dengan jelas dituliskan, Guru Penggerak
adalah pemimpin pembelajaran yang memiliki kemampuan untuk (1)
Merencanakan, melaksanakan, menilai, dan merefleksikan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik saat ini dan di masa depan dengan berbasis
data. (2) Berkolaborasi dengan orangtua, rekan sejawat, dan komunitas untuk
mengembangkan visi, misi, dan program satuan Pendidikan. (3) Mengembangkan
kompetensi secara mandiri dan berkelanjutan berdasarkan hasil refleksi terhadap
praktik pembelajaran. Dan (4) Menumbuhkembangkan ekosistem pembelajar
melalui olah rasa, olah karsa, olah raga, dan olah pikir bersama dengan rekan
sejawat dan komunitas secara sukarela.

B. Program Pendidikan Guru Penggerak


Guru Penggerak adalah episode kelima dari rangkaian kebijakan Merdeka
Belajar yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen GTK). Program Guru Penggerak (PGP) bertujuan untuk
menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, yang mampu
mendorong tumbuh kembang murid secara holistik; aktif dan proaktif dalam
mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran
yang berpusat kepada murid; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem
pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Untuk menyokong tercapainya tujuan mulia tersebut, Program Pendidikan
Guru Penggerak dilaksanakan dengan menekankan pada kompetensi
kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) yang mencakup komunitas
praktik, pembelajaran sosial dan emosional, pembelajaran berdiferensiasi yang
sesuai perkembangan murid, dan kompetensi lain dalam pengembangan diri dan
sekolah.
Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4, yang dialami oleh
penulis, dilaksanakan selama sembilan (9) bulan yang terdiri dari belajar mandiri
di LMS (Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep Pembelajaran, Ruang Kolaborasi
Pembelajaran, Refleksi Terbimbing Pembelajaran, Demonstrasi Kontekstual
Pembelajaran, Elaborasi Pemahaman Pembelajaran, Koneksi Antarmateri
Pembelajaran, dan Aksi Nyata), kelas pelatihan daring dengan instruktur dan
fasilitator, Pendampingan Indvidu dan Lokakarya dengan Pengajar Praktik. Proses
pendidikan yang menarik ini mengedepankan coaching dan on-the-job training,
yang artinya selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus
menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran
di kelas.
C. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hadjar tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang
ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai bagian
dari anggota masyarakat.
Penulis yang seorang guru kelas dan guru Bahasa Inggris ini, bertekad untuk
selalu berusaha membuat murid-murid tertarik dan optimal mengikuti pembelajaran
di kelasnya. Penulis berpikir, seorang guru harus pandai-pandai membuat suasana
pembelajaran tetap hidup dengan melakukan multi strategy. Pembelajaran multi
strategy pada prinsipnya mempertimbangkan kondisi psikologis perkembangan
murid, materi pembelajaran, dan tujuan pembelajaran, juga perasaan murid.
Pemilihan multi strategy dalam pembelajaran, sebenarnya dilakukan untuk
mewadahi berbagai gaya belajar murid, serta memudahkan murid, mudah
menyerap informasi atau materi. Kombinasi visual, auditorial dan kinestetik sangat
diperlukan dalam pembelajaran multi strategy.
Filosofi pendidikan nasional KHD juga membulatkan semangat penulis
untuk selalu berinovasi dalam pembelajaran. Bagi murid zaman sekarang,
pemanfaatan teknologi berbasis digital dianggap lebih menarik. Banyak aplikasi
yang bisa membantu guru memudahkan pembelajaran. Penggunaan aplikasi
tersebut bahkan bisa membuat pembelajaran lebih menarik. Ada banyak aplikasi
gratis yang bisa membantu guru membuat game atau quiz pembelajaran yang
menyenangkan. Di antaranya kahoot, quizziz, wordwall, dan lain sebagainya.
Penulis memanfaatkan berbagai aplikasi tersebut untuk membuat pembelajaran
lebih menarik dan menyenangkan. Penulis memberikan link game pada saat
pembelajaran sebagai penugasan atau asinkronus. Penulis secara sinkronus juga
dapat mengajak murid mengerjakan game bersama-sama secara realtime.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, interaktif, dan berkualitas.
Strategi pemanfaatan game ini, telah membuat siswa tertantang untuk terus belajar.
Alih-alih tertantang memenangkan challenge game yang diberikan penulis, secara
tidak langsung sebenarnya penulis tengah membangkitan semangat belajar murid.
D. Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak
Program Pendidikan Guru Penggerak telah membuat penulis mendapat
banyak pengalaman baru dan wawasan baru tentang nilai dan peran guru
penggerak.
Dalam diri penulis sudah ada nilai reflektif, mandiri, berpihak pada murid,
kolaboratif dan inovatif. Namun setelah mengetahui nilai dari guru penggerak,
penulis menyadari dan merasa belum optimal menerapkan nilai-nilai tersebut.
Dikarenakan banyaknya tugas yang diemban. Selain menyadari kekurangan,
penulis juga bersyukur karena mendapat kesempatan belajar lebih dan terkhusus
belajar menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid.
Penulis merasa perlu menguatkan nilai kolaboratif dan nilai berpihak pada
murid. Hal ini dilakukan dengan cara:
1. Aktif melakukan perubahan dengan giat menambah wawasan dengan cara
meningkatkan literasi secara mandiri dan juga melalui workshop, pelatihan
serta seminar dan lokakarya.
2. Membangun ruang kolaborasi dalam menggerakkan komunitas agar
termotivasi untuk pengembangan dirinya.
3. Merefleksi diri untuk berkomitmen yang kuat dalam berinovasi dan
berkarya
4. Mengubah mindset dan berkomitmen untuk maju
5. Memperbaiki cara berkomunikasi yang lebih efektif
Penulis berusaha mengatasi penghambat nilai & peran guru penggerak
dengan cara melakukan management waktu dalam berbagai peran, fluktuasi emosi
masih perlu kontrol diri, dan terlalu banyak pertimbangan mendapat dukungan atau
tidak bila mengajukan sesuatu. Namun hal tersebut merupakan tantangan dan
peluang bagi penulis untuk berkomitmen memperbaiki diri, biarkan semuanya
berjalan sesuai alur, biarlah proses dan waktu yang menjawab, berusaha dan focus
berbuat dan berlaku baik.
E. Visi Misi Guru Penggerak
Dalam menentukan sebuah visi harus dimulai dengan dari gambaran impian
diri tentang sesuatu hal. Pada konteks visi misi guru penggerak, penulis mulai
dengan memetakan impian penulis tentang murid di masa mendatang. Penulis
memimpikan murid-murid yang selalu ceria, bersemangat, mandiri, kreatif, dan
inovatif. Penulis juga memimpikan murid-muridnya dapat menjadi manusia
seutuhnya yang mampu berkembang optimal sesuai dengan potensinya masing-
masing, yang tangguh dan cerdas dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Juga murid-murid dengan ke-Indonesiaannya yang berdiri tegak mencerminkan
Profil Pelajar Pancasila.
Sekolah tempat penulis mengajar percaya bahwa murid adalah insan yang
memiliki bakat dan minat unik dan berbeda, yang bila dibekali nilai-nilai agama,
budi pekerti, dan ilmu pengetahuan yang tepat akan menjadikan prestasi di berbagai
bidang. Sekolah penulis mengutamakan religiusitas, talenta, dan prestasi. Oleh
karena itu sekolah penulis di SD Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo, dijuluki
sebagai multitalent school, yang bervisi Islami-Bertalenta-Berprestasi.
Murid di sekolah penulis juga sadar betul bahwa mereka bisa
mengembangkan bakat dan minat mereka dengan bebas. Mereka bebas memilih
salah satu kelas talent dari 32 kelas talent yang tersedia di sekolah sesuai minat dan
bakat mereka. Namun mereka sadar kalau mereka wajib disiplin dalam belajar dan
menunaikan ibadah.
Guru di sekolah penulis yakin untuk membimbing murid tidak hanya pada
proses pembelajaran, tapi juga memberikan pelayanan prima pada murid dan wali
murid. Guru di sekolah penulis juga paham bahwa dibutuhkan usaha lebih yang
serius dan penuh komitmen untuk bisa mencapai tujuan dari pendidikan, yakni
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Maka visi penulis sebagai seorang guru penggerak adalah mewujudkan
murid pembelajar yang berkarakter dan berbudaya dalam ekosistem pembelajaran
berpihak pada murid.
F. Budaya Positif
Budaya positif sebagai sebuah nilai, keyakinan, dan kebiasaan di sekolah
hendaknya berpihak pada murid, agar murid dapat berkembang menjadi pribadi
yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Murid yang tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan yang menerapkan budaya positif, diharapkan dapat
membawa budaya positif juga dalam kegiatannya sehari-hari, hingga membawa
manfaat untuk lingkungan itu sendiri.
Fenomena yang terjadi di SD Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo, masih ada
murid yang datang terlambat ke sekolah. Bahkan guru dan karyawan yang
seharusnya menjadi teladan bagi muridnya, ternyata tidak jauh berbeda dengan
perilaku murid yang terlambat. Padahal keteladanan seorang guru sangat
dibutuhkan dalam upaya pembentukan karakter pada murid.
Selain itu, masih ada guru yang menggunakan hukuman sebagai upaya
dalam mengontrol perilaku murid. Sepintas upaya ini kelihatan berhasil mengontrol
perilaku murid karena murid menjadi patuh dan taat saat guru yang bersangkutan
berada di kelas. Akan tetapi, ketika guru lain masuk, seketika murid berubah dan
kembali tidak tertib di kelas.
Oleh karena itulah, dibutuhkan upaya menerapkan disiplin positif yang
berpihak pada murid di sekolah. Disiplin pada diri murid hendaknya hadir karena
ada motivasi dari dalam dirinya. Bukan karena terpaksa. Oleh karena itu, melalui
peran pada posisi kontrol guru sebagai manajer, guru bertanya dan membuat
kesepakatan kelas bersama murid. Murid terlibat langsung dalam pembuatan
kesepakatan kelas, sehingga mereka memahami perilaku mereka sendiri,
mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan
menghargai diri mereka sendiri dan orang lain.
BAB III. PENUTUP
A. Refleksi
Berdasarkan laporan 1 yang penulis buat mengenai Analisis Materi Berbasis
Masalah Pada SD Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo, penulis telah menguraikan
pengalaman dan pemahamannya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak
(PGP). Ada beberapa kelebihan, kekurangan, atau kelemahan yang mucul dan perlu
dilakukan perbaikan. Sebagai aktor utama dalam pendidikan, guru haruslah selalu
bersemangat mendorong/ memotivasi diri sendiri terlebih dahulu agar konsisten
terus melakukan perbaikan demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.
Dalam memahami dan menyikapi kebijakan pemerintah atau
Kemendikbudristek saat ini yang memberikan kemerdekaan kepada setiap satuan
pendidikan untuk melakukan inovasi, penulis sebagai seorang guru penggerak telah
sinergis atau seiring sejalan mensukseskan kebijakan yang berlaku.
Kemudian penulis juga telah mendemonstrasikan pemahaman konsep yang
didapat dari Program Pendidikan Guru Penggerak dengan baik. Namun masih perlu
terus memotivasi rekan guru yang lainnya untuk turut berpartisipasi aktif dan berani
mengikuti PGP di angkatan selanjutnya.
Pada refleksi filosofis pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara, penulis
perlu banyak berkolaborasi dengan berbagai elemen menuntu para murid dalam
pencapaian “Budi Pekerti”. Dan memastikan bahwa diri penulis telah memiliki
kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru.
Selanjutnya dalam diri penulis telah terlihat nilai-nilai dan peran sebagai
seorang guru penggerak. Yang menjadi bekal bagi penulis untuk berkomitmen
sebagai bagian dari individu-individu yang pro aktif dan memiliki kepedulian
terhadap kemajuan dan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam diri penulis sudah ada
nilai reflektif, mandiri, berpihak pada murid, kolaboratif dan inovatif. Nilai-nilai ini
dirasa sudah cukup menjadi bekal penulis dalam menjalankan perannya sebagai
pemimpin pembelajaran, penggerak komunitas praktisi, dan coach bagi rekan yang
lainnya. Namun tak bisa dipungkiri, dikarenakan banyaknya tugas yang diemban,
penulis perlu menyusun strategi agar terus bisa menjalankan nilai dan perannya
sebagai guru penggerak. Selain menyadari kekurangan, penulis juga bersyukur
karena mendapat kesempatan belajar lebih dan terkhusus belajar menjadi seorang
pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid. Dan mampu menginternalisasi
nilai-nilai dan peran Guru Penggerak untuk mewujudkan komunitas pembelajar
sepanjang hayat yang positif dan merdeka.
Dalam menentukan sebuah visi harus dimulai dengan dari gambaran impian
diri tentang sesuatu hal. Pada konteks visi misi guru penggerak, penulis mulai
dengan memetakan impian penulis tentang murid di masa mendatang. Dan mampu
membuat visi diri sebagai seorang pemimpin pembelajaran yakni mewujudkan
murid pembelajar yang berkarakter dan berbudaya dalam ekosistem pembelajaran
berpihak pada murid. Visi yang telah terbentuk ini tinggal dijalankan sesuai dengan
rencana manajemen perubahan dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang
berpihak pada murid.
Pelaksanaan budaya positif di SD Muhammadiyah 1 Taman, Sidoarjo
memang belum terlihat 100%. Maka penulis perlu membuat langkah-langkah dan
strategi aksi nyata Budaya Positif di sekolah secara efektif. Hal ini tak bisa
dilakukan sendiri oleh penulis. Namun didukung oleh seluruh warga sekolah.

B. Tindak Lanjut
Berdasarkan refleksi yang dibuat oleh penulis ada beberapa rencana tindak
lanjut yang perlu dilakukan guna terwujudnya tujuan mulia penulis memajukan
pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah penulis akan membangun lebih
banyak komunitas praktisi yang menelaah dan membuat inovasi pembelajaran
yang sesuai dengan filosofi Pendidikan KHD.
Penulis juga akan menentukan strategi agar terus konsisten menjadi
pemimpin pembelajaran yang berkontribusi aktif dalam memajukan pendidikan
yakni dengan:
1. Terus memperbaiki diri, meningkatkan kompetensi dan kesardaran
2. Ikut aktif dalam berbagai kegiatan diklat, seminar, workshop, KKG, dll
3. Mendorong dan menumbuhkan lingkungan yang positif untuk berbagi ilmu
dan praktik baik pendidikan
4. Menjalin komunikasi yang efektif dengan berbagai elemen pendidikan
5. Menjadi role model dan tauladan kepemimpinan pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA
Kaimuddin. (2018). Pembentukan Karakter Anak Melalui Lembaga Pendidikan
Informal. Jurnal Al-Maiyyah, Volume 11 No. 1

Rafael, Petrus Simon. (2020). Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional: Ki Hadjar


Dewantara. Modul 1.1 Program Pendidikan Guru Penggerak.
Kemendikbudristek.

Dharma, Aditya. (2020). Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak. Modul 1.2
Program Pendidikan Guru Penggerak. Kemendikbudristek.

Dharma, Aditya. (2020). Visi Guru Penggerak. Modul 1.3 Program Pendidikan
Guru Penggerak. Kemendikbudristek.

Yuannita, Patricia, C. Sri Indah Gunarti & Amalia Jiandra Tiasari. (2020). Budaya
Positif. Modul 1.4 Program Pendidikan Guru Penggerak.
Kemendikbudristek.

Suhartono, Oki. (2020). Kebijakan Merdeka Belajar dalam Pelaksanaan


Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19. Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam.

https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengenal-konsep-merdeka-belajar-dan-
guru-penggerak diakses pada tanggal 5 Juni 2023 pukul 21.00 WIB
LAMPIRAN
Gambar 1:

Gambar 2:
Gambar 3:

Gambar 4:

Gambar 5:
Gambar 5:

Gambar 6:

Anda mungkin juga menyukai