Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN KASUS PADA GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


(DIABETES MELITUS DAN TIROID)

Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Dewasa II

Dosen Pengampu : Ns. Astrid, M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Arini Shulkha L 2214201055


Delia Amelia 2214201059
Mozza Mayla F 2214201080
M. Sonny W 2214201081
Rizky Rizaldi 2214201089
Salsabila R 2214201092
Zefa Shevina A 2214201099

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO

S1 KEPERAWATAN/2B

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Lata Belakang
Diabetes Melitus merupakan kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak
dapat menghasilkan atau memanfaatkan insulin yang ditandai dengan
meningkatnya jumlah glukosa dalam darah (hiperglikemi) (IDF, 2015).
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak
cukup menghasilkan insulin, atau saat tubuh tidak efektif memanfaatkan
insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Diabetes Melitus (DM) menduduki
peringkat ke – 5 sebagai penyebab kematian di dunia.

Studi global oleh IDF tahun 2015 menunjukkan bahwa angka penderita
Diabetes Melitus dari keseluruhan penduduk dunia mencapai 415 juta orang
(WHO, 2016). Indonesia berada diperingkat ke – 6 di dunia dengan angka
kejadian sebanyak 10,3 juta orang. Jika tidak ditangan dengan baik angka
kejadian Diabetes Melitus di Indonesia akan melonjak drastis menjadi 21,3
juta orang pada tahun 2030 (IDF, 2017). Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun
2017, prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang
terdiagnosis dokter sebesar 2,5 % .DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar
3,0 %. (Kemenkes, 2017).

Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme yang


terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula darah atau
sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan karena
menurunnya jumlah insulin dari pankreas. Penyakit DM dapat menimbulkan
berbagai komplikasi baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler. Penyakit
DM dapat mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang dimana merupakan
penyakit yang terbilang cukup serius jika tidak secepatnya diberikan
penanganan sehingga mampu meningkatkan penyakit hipertensi dan infark
jantung (Saputri, 2016).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang Manajemen
Kasus Pada Gangguan Endokrin (Diabetes Melitus)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui definisi
Diabetes Militus
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
patofisiologi Diabetes Melitus
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
diagnosa dan intervensi keperawatan yang muncul pada kasus
Diabetes Melitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetes berasal dari kata Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Melitus berasal dari kata latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit Diabetes Melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa yang tinggi.
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolisme, dimana kemampuan tubuh
untuk memanfaatkan glukosa, lemak dan protein terganggu karena defisiensi
insulin atau resistensi insulin (Dunning, 2014).

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak cukup
menghasilkan insulin, atau saat tubuh
tidak efektif memanfaatkan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Diabetes
melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare, 2015).

B. Etiologi
Diabetes Melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing
manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
1) Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus.
Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula
dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan Diabetes
Melitus.
2) Obesitas(kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit Diabetes Melitus. Sembilan
dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang Diabetes Melitus.
3) Faktor genetik
Penyebab Diabetes Melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita Diabetes Melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untu proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5) Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme
tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipedemia dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Melitus.
6) Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab Diabetes Melitus.
Jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit Diabetes Melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar
kalori yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun di dalam
tubuh merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus selain
disfungsi pankreas.
7) Kadar Kortikosteroid yang tinggi menyebabkan kehamilan Diabetes
Melitus Gestasional.
8) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
9) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

C. Klasifikasi
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut (PERKENI, 2015) adalah
sebagai berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.
Kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi
secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan
idiopatik.
2. Diabetes tipe-2 atau ( Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus [NIDDM]
Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling umum.
Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistansi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai resistansi
insulin. Penyebab resistansi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu
jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :
a. Kelainan genetik.
DM dapat diturunkan dari keluarga yang sebelumnya juga menderita
DM, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resiko DM juga tergantung
pada faktor kelebihan berat badan, kurang gerak dan stres.
b. Usia.
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin.
c. Gaya hidup dan stres.
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh
besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah.
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
risiko terkena diabetes
e. Obesitas ( terutama pada abdomen )
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertrofi
sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari batas
normal IMT ( indeks masa tubuh ) akan meningkatkan risiko DM
tipe-2 (Aini, 2016 ). Selain itu pada obesitas juga terjadi penurunan
adiponektin. Adiponektin adalah hormon yang dihasilkan adiposit,
yang berfungsi untuk memperbaiki sensitivitas insulin dengan cara
menstimulasi peningkatan penggunaan glukosa dan oksidasi asam
lemak otot dan hati sehingga kadar trigliserida turun. Penurunan
adiponektin menyebabkan resistansi insulin. Adiponektin berkorelasi
positif dengan HDL dan berkorelasi negatif dengan LDL
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibatkan pada
penurunan fungsi pankreas.
3. Diabetes tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel beta ( maturity onset diabetes of the young
[MODY] dan DNA mitokondria).
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas (pankreatitis, tumor/pancreatektomi, dan
pankreatopati fibrokalkulus).
d. Infeksi (rubella kongenital, sitomegalovirus).
4. Diabetes melitus gestational (DMG)
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi glukosa
yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil. Oleh
karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormone disertai pengaruh
metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan merupakan keadaan
peningkatan metabolik tubuh dan hal ini berdapak kurang baik bagi jading
(Mughfuri, 2016).

D. Patofisiologi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
tingginya gula di dalam tubuh sehingga terjadi hiperglikemia. Hipergllikemia
penyebab diabetes melitus ketika hormon insulin di dalam tubuh tidak mampu
disekresikan dengan baik dan tersimpan di dalam darah. penyakit DM
mengindikasikan adanya gangguan sistem endokrin berupa pankreas.
Berdasarkan penyababnya, DM terbagi dalam beberapa tipe, seperti DM tipe 1
(kekurangan hormon insulin secara total karena pankreas tidak mampu.
menghasilkan hormon tersebut)DM tipe 2 (kegagalan sekresi insulin dan
resistensi terhadap insulin). DM gestasional (hiperglikemia pada trimester
ketiga kehamilan), dan diabetes monogenik Patofisiologi DM terjadi ketika
terganggunya sekresi insulin dan glukagon oleh pankreas dalam sistem
endokrin sehingga tidak terjadi homeostasis gula di darahHal ini
menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Kemudian akan terjadi keadaan
insulinopeni ketika gula darah terlalu tinggi sehingga glukagon juga semakin
tinggi dan melampaui homeostasis keduanya antara insulin dan glukagon. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya diabetes melitus. Etiologi diabetes
melitus disebabkan oleh faktor genetik, kelebihan berat badandan
ketidakaktifan tubuh dalam mengekskresikan keringat karena kurangnya
aktivitas fisikKomplikasi pada DM dapat menyebabkan penyakit kronis
lainnya seperti hipoglikemia, kesadaran yang menurun, gagal ginjal kronik,
dan uremik ensefalopati (Huang, 2018).
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose),sehingga urine sering
dilebung atau dikerubuti semut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu:
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala
yang ditunjukan meliputi:
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi) Pada
diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel
tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun
sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar
sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
b. Sering merasa haus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga
orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis
akan sangat merugikan karena membuat
kadar gula semakin tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar
bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung
gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing
pun sering.Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun
dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah
dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI,
2015) .
2) Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015)
adalah:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg

G. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi
a. Obat-Obatan Penurun Gula Darah
Menurut (Mughfuri, 2016) penderita diabetes tipe I tidak dapat
membuat insulin karena sel-sel beta pankreas mereka rusak atau
hancur. Oleh karena itu penderita diabetes melitus membutuhkan
suntikan insulin untuk mendukung tubuh mereka untuk memproses
dan menghindari komplikasi dari hiperglikemia. Penderita diabetes
tipe 2 tidak merespons dengan baik atau resistan insulin.
Membutuhkan suntikan insulin untuk membantu mengelola gula
sehingga mencegah komplikasi jangka panjang dari penyakit ini.
Jenis insulin pada diabetes melitus:
1) Rapid-acting.
Insulin Ini mulai bekerja kira-kira 15 menit setelah injeksi dan
puncak di sekitar satu jam tapi terus bekerja selama dua sampai
empat jam. Obat ini biasanya diberikan sebelum makan dan di
samping insulin long-acting.
b. Insulin short-acting
Ini mulai bekerja kira-kira 30 menit setelah injeksi dan puncak pada
sekitar dua sampai tiga jam tapi akan terus bekerja selama tiga
sampai enam jam. Obat ini biasanya diberikan sebelum makan dan di
samping insulin long-acting.
c. Intermediate-acting insulin
Mulai bekerja sekitar dua sampai empat jam setelah inseksi dan
puncak kira-kira 4-12 jam kemudian dan terus bekerja selama 12-18
jam. Obat ini biasanya diminum dua kali sehari dan di samping
insulin rapid-acting atau short-acting

d. Long-acting insulin
Insulin kerja panjang Ini mulai bekerja beberapa setelah injeksi dan
bekerja selama kurang lebih 24 jam. Jika perlu, sering digunakan
dalam kombinasi dengan insulin kerja-cepat atau kerja-pendek.
b. Non farmakologis
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
a. Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Prinsip diet DM,adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau
ditambah
1) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
2) Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status
gizi penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung
percentage of relative body weight( BPR=berat badan normal)
dengan rumus:
BPR = BB (kg) × 100%
--------
TB (cm)-100
Keterangan :
1) Kurus (underweight) :BPR<90%
2) Normal (ideal):BPR 90% -110%
3) Gemuk (overweight)
:BPR >110%
4) Obesitas apabila
:BPR> 120%
5) Obesitas ringan
:BPR 120% -130%
6) Obesitas sedang
:BPR 130% - 140%
7) Obesitas berat
:BPR 140 – 200%
8) Morbid
:BPR > 200%
b. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM
adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah
reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga
akan dirangsang pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan
lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
f. Perawatan luka

H. Komplikasi
Menurut Black & Hawks (2005), Smeltzer, et al (2008) dalam Hasdiana
(2014) mengklasifikasikan komplikasi Diabetes Melitus menjadi 2 kelompok
yaitu:
1. Komplikasi Akut
a. Kadar glukosa darah yang abnormal/rendah terjadi jika kadar glukosa
darah turun dibawah 60-50 mg/dL (3,3-2,7 mmol//L). Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada
siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan,
khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan
cemilan.
b. Keadaan ini disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. pada tiga gambaran klinis
yang penting pada Ketoasidosis Diabetik : Dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan asidosis. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah
glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula. Di samping itu
produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini
akan menimbulkan hiperglikemia.
c. Sindrom Hiperglikemi Hiperosmolar Nonketoik Merupakan keadaan
yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai
perubahan tingkat kesadaran (sense of awarness). Pada saat yang sama
tidak ada atau terjadi ketosis ringan. Kelainan dasar biokimia pada
sindrom ini berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemia
persisten menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan
cairan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik,
cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke dalam ruang ekstrasel.
Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan
hipernatremia dan peningkatan osmolaritas.
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi Makrovaskular
Perubahan aterosklerotik ini serupa dengan yang terlihat pada pasien-
pasien nondiabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut
cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang
lebih besar pada pasien-pasien Diabetes Melitus.
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler merupakan komplikasi unik yang hanya
terjadi pada Diabetes Melitus. Penyakit Mikrovaskuler Diabetik
(mikroangiopati) ditandai oleh penebalan membran basalis pembuluh
kapiler. Membran basalis mengelilingi sel-sel endotel kapiler.
c. Retinopati Diabetik
Kelainan patologis mata yang disebut Retinopati Diabetik disebabkan
oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina
mata.
d. Nefropati
Penyandang Diabetes Melitus Tipe 1 sering memperlihatkan tanda-
tanda permulaan Penyakit Renal setelah 15-20 tahun kemudian,
sementara pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dapat terkena penyakit
Renal dalam waktu 10 tahun sejak diagnosis Diabetes ditegakkan.
Banyak pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang sudah menderita Diabetes
Melitus selama bertahun-tahun sebelum penyakit tersebut didiagnosis
dan diobati.
e. Neuropati
Neuropati dalam Diabetes Melitus mengacu kepada sekelompok
penyakit-penyakit yaang menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf
perifer (sensorimotor), otonom dan spinal. Kelainan tersebut tampak
beragam secara klinis dan bergantung pada lokasi sel saraf yang
terkena (Hasdianah, 2014).

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan glukosa darah puasa > 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa darah ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 mg.
c. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan
klasik.
d. Pemeriksaan HbAlc ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP). Catatan untuk diagnosa berdasarkan HbA1c, tidak
semua laboratorium di Indonesia memenuhi standar NGSP, sehingga
harus hati-hati dalam membuat interpretasi (Perkeni, 2021).
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. L dengan Diabetes Melitus (DM) tipe-2 dilakukan pengkajian pada 30


Januari 2020, didapatkan data-data sebagai berikut : klien mengatakan dirinya
mengalami diabetes kurang lebih 5 bulan yang lalu, klien mengatakan masih
suka mengkonsumsi makanan yang manis, klien mengatakan bingung
mengenai makanan yang baik dimakan untuk penderita diabetes, klien
mengatakan penglihatannya sedikit menurun atau kabur, klien mengatakan
kesemutan dan kram pada kedua kakinya, klien mengatakan bingung
mengenai makanan yang baik dimakan untuk penderita diabetes, klien
mengatakan kurang paham tentang penyakitnya, hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu saat control ke puskesmas didapatkan hasil yaitu 350 mg/dl,
usia klien 65 tahun, tampak tidak ada pegangan pada tangga rumah klien,
klien tampak bertanya-tanya tentang makanan apa yang baik dan tidak baik
dikonsumsi oleh penderita diabetes, klien tampak belum mengerti tentang
penyakitnya, dan hasil pemeriksaan SPMSQ klien yaitu fungsi intelektual
rendah, dan klien gagal menjawab 3 pertanyaan

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan diabetes melitus tipe II (NIDDM) dengan
komplikasi gangrene adalah sebagai berikut :
1. Identitas klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti
mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
3. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif
terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita
DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan
mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari
201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengarui status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat
badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan Latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot
otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melakukan aktivitas sehari hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang
luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan
mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,
lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas
maupun ereksi seta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta
orgasme. Adanya perdangan pada vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan
ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign Yang terdiri dari tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien
dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas normal,
sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari
normal dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis.
kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher Kaji bentuk kepala,keadaan rambut
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah
bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak) Pada pasien dengan penurunan kesadaran
acidosis metabolic pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) Pada keadaan lanjut bisa terjadi
adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal Sering merasa lelah dalam melakukan
aktifitas, sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas Kadang terdapat luka pada ekstermitas
bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi GCS :15, Kesadaran Compos mentis
Cooperative(CMC)
5. Aspek psikososial
a. Stress
b. Anxientas
c. Depresi
d. peka rangsangan
e. tergantung pada orang lain
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Gula darah meningkat >200 mg/dl
b. Aseton plasma (aseton): positif secara mencolok,
c. Smolaritas serum: meningkat tapi < 330 mosm/lt,
d. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik),
e. Alkalosis respiratorik,
f. Trombosit darah: mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeeksi,
ureum/kreatini: mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan
fungsi ginjal,
g. Amelase darah: mungkin meningkat > pankacatitis akut sulin darah:
mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai
meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
7. Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan akan insulin, urine: gula dan aseton positif, BJ dan
osmolaritas mungkin meningkat, kultur dan sensitivitas: kemungkinan
adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pada luka.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung actual amaupun potensial. Diagnose keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut SDKI (PPNI, 2017)
diagnose keperawatan yang sering muncul pada kasus Diabetes Mellitus yaitu:
1. Gangguan Integritas Kulit
2. Nyeri Akut
3. Intoleransi Aktifitas
4. Defisit Nutrisi
5. Risiko Hipovolemia

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan

Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka


asuhan keperawatan (I.14563)
kulit b.d adanya
3×24 jam, maka
neuropati perifer diharapkan Observasi
Kerusakan Integritas
Kulit meningkat - Monitor
dengan kriteria hasil karakteristik luka
: (mis: drainase,
- Kerusakan warna, ukuran ,
jaringan menurun bau)
- Kerusakan lapisan - Monitor tanda-
kulit menurun tanda infeksi

Terapeutik

- Lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan
- Cukur rambut di
sekitar daerah luka,
jika perlu
- Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih
nontoksik, sesuai
kebutuhan
- Bersihkan jaringan
nekrotik
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi,
jika perlu
- Pasang balutan
sesuai jenis luka
- Pertahankan
Teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan
sesuai jumlah
eksudat dan
drainase
- Jadwalkan
perubahan posisi
setiap 2 jam atau
sesuai kondisi
pasien
- Berikan diet
dengan kalori 30 –
35 kkal/kgBB/hari
dan protein 1,25 –
1,5 g/kgBB/hari
- Berikan suplemen
vitamin dan
mineral (mis:
vitamin A, vitamin
C, Zinc, asam
amino), sesuai
indikasi
- Berikan terapi
TENS (stimulasi
saraf
transcutaneous),
jika perlu

Edukasi

- Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri

Kolaborasi

- Kolaborasi
prosedur
debridement (mis:
enzimatik,
biologis, mekanis,
autolitik), jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Agen Pencedera asuhan keperawatan (I.08238)
fisik 3×24 jam, maka
diharapkan Nyeri Observasi
Akut Menurun
dengan kriteria hasil - Identifikasi lokasi,
: karakteristik,
- Keluhan nyeri durasi, frekuensi,
menurun kualitas, intensitas
- Meringis nyeri
menurun - Identifikasi skala
- Sikap protektif nyeri
menurun - Idenfitikasi respon
- Gelisah nyeri non verbal
menurun - Identifikasi faktor
- Kesulitan tidur yang memperberat
menurun dan memperingan
- Frekuensi nadi nyeri
membaik - Identifikasi
- pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup

Terapeutik

- Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS,
hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis:
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
- Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
asuhan keperawatan (I.05178)
b.d Kelemahan
3×24 jam, maka
diharapkan Observasi
Intoleransi Aktivitas
meningkat dengan - Identifikasi
kriteria hasil : gangguan fungsi
- Keluhan Lelah tubuh yang
menurun mengakibatkan
- Dispnea saat kelelahan
aktivitas - Monitor kelelahan
menurun fisik dan emosional
- Dispnea setelah - Monitor pola dan
aktivitas jam tidur
menurun - Monitor lokasi dan
- Frekuensi nadi ketidaknyamanan
membaik selama melakukan
aktivitas

Terapeutik

- Sediakan
lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis:
cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

Defisit nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


ketidakmampuan
Setelah dilakukan Tindakan
mengabsorbsi asuhan keperawatan
3×24 jam, maka Observasi
nutrient diharapkan status
nutrisi meningkat • Identifikasi status
dengan kriteria hasil nutrisi
:
- Porsi makanan • Identifikasi alergi dan
yang dihabiskan intoleransi makanan
meningkat
- Perasaan cepat • Identifikasi makanan
kenyang menurun yang disukai
- Berat badan
membaik • Identifikasi kebutuhan
- Frekuensi makan kalori dan jenis nutrien
membaik
- Nafsu makan • Identifikasi perlunya
membaik penggunaan selang
- Bising usus nasogastrik
membaik
• Monitor asupan
makanan

•Monitor berat badan

• Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

• Lakukan oral hygienis


sebelum makan, jika
perlu

• Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis,
piramida
makanan)

• Sajikan makanan
secara
menarik dan suhu yang
sesuai

• Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
• Berikan suplemen
makanan. jika perlu

• Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi

• Anjurkan posisi
duduk, jika mampu

• Ajarkan diet yang


diprogramkan

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis, pereda
nyeri, antlemetik), jika
perlu

• Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika
perlu
Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan Pemantauan Cairan
asuhan keperawatan (I.03121)
b.d kehilangan
3×24 jam, maka
cairan aktif diharapkan Status Observasi
Cairan Membaik
dengan kriteria hasil - Monitor frekuensi
: dan kekuatan nadi
- Kekuatan nadi - Monitor frekuensi
meningkat napas
- Output urin - Monitor tekanan
meningkat darah
- Membran - Monitor berat
mukosa lembab badan
meningkat - Monitor waktu
- Ortopnea pengisian kapiler
menurun - Monitor elastisitas
- Dispnea atau turgor kulit
menurun - Monitor jumlah,
- Paroxysmal warna, dan berat
nocturnal jenis urin
dyspnea (PND) - Monitor kadar
menurun albumin dan
- Edema anasarka protein total
menurun - Monitor intake dan
- Edema perifer output cairan
menurun - Identifikasi tanda-
- Turgor kulit tanda hypovolemia
membaik - Identifikasi faktor
- Jugular venous risiko ketidak
pressure Seimbangan cairan
membaik
- Hemoglobin Terapeutik
membaik
- Hematokrit - Atur interval waktu
membaik pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur
pemantauan
- Dokumentasikan
hasil pemantauan

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilkaukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah satatus
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan (Hidayat, 2021).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya
(Krismonita, 2021).
Evaluasi keperawatan bertujuan untuk mungukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien dan untuk melihat kemampuan klien dalam
mecapai tujuan (Hidayat, 2021).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melalui studi kasus yang dipresentasikan dan tinjauan literatur, dapat
disimpulkan bahwa manajemen kasus diabetes melitus membutuhkan
pendekatan holistik yang mencakup diagnosis tepat, pengobatan yang tepat,
pemantauan yang teratur, dan edukasi pasien yang efektif. Terdapat berbagai
metode pengobatan yang tersedia, termasuk pengaturan diet, aktivitas fisik,
penggunaan obat-obatan, dan terapi insulin, yang masing-masing memiliki
peran penting dalam mencapai kontrol gula darah yang baik.Dalam praktik
klinis, penting untuk memahami peran faktor risiko yang berkontribusi
terhadap diabetes melitus dan memperhatikan aspek-aspek khusus dari setiap
kasus, seperti jenis diabetes, riwayat medis pasien, dan preferensi pasien.
Kolaborasi antara tim medis, termasuk dokter, ahli gizi, perawat, dan pendidik
diabetes, diperlukan untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan
terkoordinasi.Selain itu, edukasi pasien tentang pentingnya mengelola kondisi
mereka sendiri, termasuk pemahaman tentang diet yang sehat, pengukuran
gula darah, dan pentingnya pengobatan yang konsisten, adalah kunci untuk
mencapai kontrol gula darah yang optimal dan mencegah komplikasi jangka
panjang.
Meskipun masih ada tantangan yang dihadapi dalam manajemen diabetes
melitus, seperti keterbatasan akses terhadap perawatan kesehatan dan
komplikasi yang mungkin terjadi, penelitian dan inovasi terus berlanjut untuk
meningkatkan pengobatan dan perawatan pasien.
Dengan demikian, dengan pendekatan yang holistik, kolaboratif, dan
berbasis bukti, manajemen kasus diabetes melitus dapat ditingkatkan untuk
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien yang terkena dampak
gangguan endokrin ini.
Daftar Pustaka

Dunning, T. (2014). Care Of People With Diabetes: A Manual Of Nursing


Practice (4th ed). Australia: Victoria

Hasdianah. (2014). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha


Medika.

International Diabetes Federation (IDF). (2015). Diabetes Atlas 7th Edition.


Brussels: International Diabetes Federation.http://www.diabetesatlas.org/

International Diabetes Federation (IDF). (2017). Diabetes Atlas 8th Edition.


Brussels: International Diabetes Federation.http://ww.diabetesatlas.org/

PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta :PERKERNI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembangan


Kesehatan

Smeltzer, S.C. dan B.G Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

WHO. (2017). Diabetes. Media Centre of WHO.

Anda mungkin juga menyukai