Karyawan merupakan individual yang dipekerjakan dibawah sistem
kerja oleh sebuah perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan dari perusahaan, manajemen pekerja manusia tidak mampu dipisahkan dari kemampuan manajemen lainnya. Karyawan sebagai individu yang memberikan keahliannya untuk perusahaan maupun organisasi yang memerlukan pelayanan pekerja dalam usaha mencapai kebutuhan sumber daya manusia sebagai perencanaan dan upaya melengkapi kebutuhan tenaga kerja sehingga melakukan seleksi secara kompeten untuk mendapatkan mutu dan kemajuan perusahaan. Seleksi yang benar dan akurat dari pada perekrutan karyawannya akan menghasilkan tenaga kerja bagi perusahaan yang bermutu agar dapat menaikkan kualitas perusahaan tersebut.
PT Netral Jaya Agung adalah merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang jasa penjualan, Service & penjualan suku cadang resmi sepeda motor honda sejak tahun 2001. Untuk mendapatkan karyawan yang diharapkan perusahaan sehingga harus dilakukan perekrutan karyawan. Perekrutan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen, serta untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional karena PT Netral Jaya Agung selalu bertindak cepat pada karyawan yang bekerja dengan tidak profesional. Perusahaan melaksanakan perekrutan karyawan mengunakan cara yang tidak sama dari masing-masing perusahan, meskipun standarisasi perusahaan mempunyai aturan yang sebanding, standarisasi di PT Netral Jaya Agung ketika melakukan rekrutmen pegawai atau karyawan memiliki nilai bobot dan kriteria yang berbeda, dimana nilai bobot dan kriteria tersebut memiliki bobot yang tidak sama antara nilai bobot seleksi berkas awal, nilai bobot uji psikolog, nilai tes psikotes, dan uji wawancara yang mana nilai-nilai tersebut nantinya digunakan untuk pertimbangan dalam penerimaan calon pegawai baru. Proses perekrutan karyawan yang manual saat ini memakan waktu dan sumber daya yang besar. Hal ini dikarenakan prosesnya yang masih banyak menggunakan cara-cara tradisional, seperti penyaringan CV, tes tertulis, dan wawancara. Selain itu, proses pengambilan keputusan dalam perekrutan masih didasarkan pada intuisi dan pengalaman HRD, sehingga kurang objektif dan berisiko tinggi. Untuk menentukan kandidat, perusahaan memilih kandidat terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan secara manual. Kriteria ini dapat meliputi kualifikasi pendidikan, pengalaman kerja, keterampilan, dan kepribadian. Diharapkan system DSS dapat membantu perusahaan untuk menyaring kandidat yang tidak memenuhi kualifikasi dan memilih kandidat yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, diperlukan pemahaman
mendalam tentang kondisi dan tantangan dalam proses perekrutan pegawai saat ini. Sehingga dibutuhkan sebuah sistem untuk mempermudah atau dapat membantu pengambilan keputusan dalam melakukan perekrutan pegawai. Dengan menggunakan Decision Support System (DSS) atau biasa yang lebih dikenal dengan sebutan sistem pendukung keputusan tersebut diharapkan proses perekrutan calon pegawai dapat menjadi lebih optimal dengan mempertimbangkan nilai-nilai bobot dari setiap kriteria yang sesuai dengan kebijakan dari perusahaan tersebut dalam menentukan rangkaian penentuan pegawai baru. Dengan demikian, penerapan sistem ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi proses penerimaan pegawai baru serta membantu perusahaan dalam memilih kandidat terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order
Preference by Similarity of Ideal Solution (TOPSIS) dinilai dapat menunjukkan tingkat akurasi besar untuk penyelesaian beberapa permasalahan terkait rekomendasi keputusan dengan berbagai macam kriteria. Sehingga, penulis menerapkan dalam pengambilan keputusan penerimaan pegawai baru PT Netral Jaya Agung menggunakan metode AHP- TOPSIS. Penggunaan metode AHP-TOPSIS pada perusahaan tersebut diharapkan dapat membantu mempermudah pihak penyelenggara pemilihan karyawan baru pada PT Netral Jaya Agung dalam menentukan karyawan yang relevan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh PT Netral Jaya Agung tersebut dan juga diharapkan proses pemilihan karyawan dapat berlangsung lebih efektif dan sistem yang diimplementasikan memiliki tingkat akurasi yang baik sehingga hasil yang diberikan oleh sistem dapat memberikan rekomendasi pemilihan karyawan yang berkualitas pada PT Netral Jaya Agung.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat diperoleh dari uraian latar belakang sehingga peneliti mampu merumuskan sebagian permasalahan yang didapatkan sebagai berikut: 1. Bagaimana menerapkan metode AHP-TOPSIS dalam sistem DSS untuk pengambilan keputusan penerimaan karyawan baru di PT Netral Jaya Agung? 2. Bagaimana mengevaluasi efektivitas sistem DSS dengan metode AHP- TOPSIS dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi proses perekrutan karyawan di PT Netral Jaya Agung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan dari uraian pada rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan tujuan yang akan disimpulkan adalah: 1. Meningkatkan efisiensi proses penerimaan pegawai baru. 2. Membantu perusahaan dalam memilih kandidat terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah di uraikan maka batasan masalah yang menjadi acuan pada penelitian ini akan di uraikan dalam beberapa batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini tidak membahas tentang aspek lain dari manajemen sumber daya manusia, seperti pengembangan karyawan, pelatihan karyawan, dan kompensasi karyawan. 2. Penelitian ini hanya berfokus pada pengembangan sistem DSS dengan metode AHP-TOPSIS untuk membantu proses perekrutan karyawan di PT Netral Jaya Agung.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas yang merujuk pada tujuan dari penelitian ini yang mana telah disampaikan sebelumnya, maka, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat bagi penulis dan manfaat bagi pihak PT Netral Jaya Agung adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan efisiensi proses perekrutan karyawan dengan mengotomatisasi tugas-tugas manual dan mempercepat proses pengambilan keputusan. 2. Meningkatkan efektivitas proses perekrutan karyawan dengan memilih kandidat yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 3. Meningkatkan akurasi proses perekrutan karyawan dengan mengurangi risiko kesalahan dan bias dalam pengambilan keputusan. 4. Mengurangi biaya perekrutan karyawan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia. BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Seleksi Penerimaan Pegawai
2.1.1 Pengertian Seleksi
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
pengertian seleksi, akan dikutip pendapat karya tulis , antara lain :
Menurut Dessler (2016) dalam bukunya "Human Resource
Management" edisi ke-14, seleksi didefinisikan sebagai "proses memilih kandidat yang paling memenuhi syarat untuk lowongan pekerjaan".
Dessler menjelaskan bahwa seleksi adalah bagian penting dari
proses rekrutmen dan bertujuan untuk:
1. Memilih kandidat yang memiliki kualifikasi, pengalaman,
dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. 2. Meminimalkan risiko kesalahan perekrutan dan memaksimalkan peluang untuk mendapatkan karyawan yang berkinerja tinggi. 3. Memastikan bahwa proses seleksi dilakukan secara adil dan objektif.
Dessler menekankan bahwa seleksi harus dilakukan secara
sistematis dan terencana, dengan menggunakan berbagai metode dan alat seleksi yang sesuai.
Metode seleksi yang umum digunakan termasuk:
1. Wawancara kerja: Memberikan kesempatan bagi
pewawancara untuk menilai kualifikasi, pengalaman, dan keterampilan kandidat, serta untuk membangun rapport dengan kandidat. 2. Tes keahlian: Mengukur kemampuan kandidat untuk melakukan tugas-tugas yang terkait dengan pekerjaan. 3. Tes kepribadian: Mengidentifikasi ciri-ciri kepribadian kandidat yang sesuai dengan budaya dan nilai-nilai organisasi. 4. Tes bakat: Mengukur potensi kandidat untuk berkembang dan belajar di masa depan. 5. Pusat penilaian: Menggabungkan berbagai metode seleksi untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kandidat.
Dessler juga menekankan pentingnya etika dalam proses
seleksi. Perekrut dan manajer HRD harus memastikan bahwa semua kandidat diperlakukan dengan adil dan hormat, dan bahwa tidak ada diskriminasi dalam proses seleksi.
2.1.2 Pengertian Pegawai
Menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2014), pegawai didefinisikan sebagai orang yang diangkat atau ditunjuk perusahaan untuk melaksanakan tugas tertentu dan menerima imbalan berupa gaji, upah, atau honorarium. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki hubungan kerja formal dengan perusahaan dan memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan. Definisi ini menekankan pada tiga aspek penting dalam hubungan kerja antara pegawai dan perusahaan: 1. Pengangkatan atau penunjukan: Pegawai tidak bekerja secara sukarela, tetapi melalui proses resmi yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Pelaksanaan tugas: Pegawai memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan oleh perusahaan. 3. Imbalan: Pegawai berhak mendapatkan imbalan atas pekerjaannya, baik dalam bentuk gaji, upah, atau honorarium. Pemahaman mengenai definisi "pegawai" ini penting dalam memahami berbagai aspek manajemen sumber daya manusia, seperti proses rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengembangan, dan penilaian kinerja. Pegawai merupakan aset penting bagi perusahaan, dan oleh karena itu perusahaan perlu mengelola sumber daya manusianya dengan baik agar dapat mencapai tujuannya.
2.1.3 Tujuan Seleksi Penerimaan Pegawai
Menurut Hasibuan (2014) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, seleksi penerimaan pegawai memiliki peran penting dalam memastikan organisasi mendapatkan karyawan yang tepat dan berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. Seleksi yang efektif bertujuan untuk menemukan tenaga kerja yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan organisasi, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi, menekan biaya turnover karyawan, membangun budaya kerja yang positif, dan meningkatkan produktivitas dan kinerja organisasi, antara lain :
1. mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan sesuai
dengan kebutuhan organisasi merupakan tujuan utama seleksi. Karyawan yang kompeten dan memiliki kualifikasi yang tepat dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. 2. meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi tercapai dengan memiliki karyawan yang berkualitas. Karyawan yang efektif dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan tepat sehingga organisasi dapat mencapai tujuannya dengan lebih efisien. 2.2. Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Power (2002) dalam bukunya Decision Support Systems: Concepts and Models, Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi dan analisis kepada pengambil keputusan untuk membantu mereka menyelesaikan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur. Sistem pendukung keputusan (SPK) / Decision support system (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision System. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu mengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi untuk memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambilan keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model - model yang tersedia (Kusrini, 2007).
2.1.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Secara garis besar sistem pendukung keputusan dibangun oleh tiga komponen yaitu sebagai berikut : 1. Database Sistem database berisi kumpulan dari semua data bisnis yang dimiliki perusahaan atau lembaga, baik yang berasal dari transaksi sehari - hari maupun data dasar(master file). Untuk keperluan DSS, diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan melalui simulasi. 2. Model Base Model base adalah suatu model yang merepresentasikan permasalahan kedalam format kuantitatif sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya tujuan dari permasalahannya, komponen - komponen yang terkait dan batasan - batasan yang ada. 3. Software System Merupakan suatu sistem untuk memungkinkan terjadinya dialog interaktif antara komputer dan manusia sebagai pengambil keputusan.
2.1.3 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan
Tujuan dari sistem pendukung keputusan adalah sebagai berikut : 1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur. 2. Memberi dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer. 3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya. 4. Kecepatan Komputasi. 5. Peningkatan Produktifitas. 6. Dukungan Kualitas. 7. Berdaya saing atas penerapan teknologi masa kini.
2.1.4 Kelebihan Sistem Pendukung Keputusan
Adapun kelebihan sistem pendukung keputusan dapat kita lihat sebagai berikut : 1. SPK memperluas kemampuan pengambilan keputusan dalam memproses data. 2. SPK membantu mengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. 3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan. 2.1.5 Keterbatasan Sistem Pendukung Keputusan Ada beberapa keterbatasan sistem pendukung keputusan yaitu : 1. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki manusia, sistem ini hanyalah dirancang untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya. 2. Proses - proses yang dapat dilakukan sistem pendukung keputusan biasanya tergantung pada perangkat lunak yang digunakan. 3. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.
2.1.6 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan dirancang secara khusus untuk mendukung seseorang yang harus mengambil keputusan - keputusan tertentu. Berikut ini beberapa karakteristik sistem pendukung keputusan yaitu : 1. Interaktif, SPK memiliki user interface yang komunikatif sehingga pemakai dapat melakukan akses secara cepat kedata dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. 2. Fleksibel, SPK memiliki sebanyak mungkin variabel masukkan, kemampuan untuk mengolah dan memberikan keluaran yang menyajikan alternatif - alternatif keputusan kepada pemakai. 3. Data Kualitas, SPK memiliki kemampuan menerima data kualitas yang dikuantitaskan yang sifatnya subyektif dari pemakainya, sebagai data masukkan untuk pengolahan data. 4. Prosedur Pakar, SPK mengandung suatu prosedur yang dirancang berdasarkan rumusan formal atau juga beberapa prosedur kepakaran seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan suatu bidang masalah dengan fenomena tertentu.
2.1.7 Analytic Hierarchy Process (AHP) & Technique for Order
Preference by Similarity of Ideal Solution (TOPSIS)
Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu
metode dalam melakukan sebuah rekomendasi keputusan, yang mana memiliki sebuah aturan tersendiri dalam melakukan rekomendasi keputusan dengan cara mempertimbangkan banyak kriteria yang digunakan dalam mencari alternatif terbaik dari sejumlah alternatif lain yang ada. Menurut (Kusumadewi, 2006) terdapat beberapa metode dalam MCDM, antara lain: 1. Weighted Product (WP) Metode Weighted Product (WP) adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria (MCDM) yang digunakan untuk memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. Metode ini bekerja dengan memberikan bobot pada setiap kriteria dan kemudian menghitung nilai produk terbobot untuk setiap alternatif. Alternatif dengan nilai produk terbobot tertinggi dipilih sebagai yang terbaik. Roy, B., & Mukherjee, S. (2010). Multi-criteria decision making using preference ranking methods. Springer Science & Business Media.
b. Simple Addictive Weighting (SAW)
c. Analytic Hierarchy Process (AHP) d. Technique for Order Preference by Similarity of Ideal Solution (TOPSIS) e. Elimination and Choice Expresing Reality (ELECTRE Kombinasi AHP (Analytic Hierarchy Process) dan TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya, khususnya dalam konteks seleksi karyawan: 1. Kemampuan Menangani Kriteria Multi-Atribut: AHP dan TOPSIS mampu menangani berbagai jenis kriteria, baik kualitatif maupun kuantitatif. AHP membantu menentukan bobot relatif dari setiap kriteria berdasarkan penilaian subjektif pengambil keputusan. TOPSIS kemudian menggunakan bobot ini untuk menghitung skor total setiap kandidat berdasarkan kedekatannya dengan solusi ideal dan solusi anti-ideal.
2. Strukturisasi Pengambilan Keputusan:
AHP memecah masalah ke dalam hierarki kriteria, sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lebih terstruktur dan sistematis. Pembandingan berpasangan dalam AHP membantu pengambil keputusan untuk memahami hubungan antar kriteria dan menentukan bobotnya secara lebih objektif.
3. Pertimbangan Solusi Ideal dan Anti-Ideal:
TOPSIS mempertimbangkan konsep solusi ideal (nilai terbaik untuk setiap kriteria) dan solusi anti-ideal (nilai terburuk untuk setiap kriteria). Hal ini membantu mengidentifikasi kandidat yang memiliki kinerja terbaik dan terburuk untuk setiap kriteria, sehingga memberikan gambaran yang lebih menyeluruh tentang profil kandidat.
4. Kombinasi Kekuatan Kedua Metode:
Kombinasi AHP dan TOPSIS memanfaatkan kekuatan dari kedua metode untuk menghasilkan keputusan yang lebih optimal. AHP membantu menentukan bobot kriteria secara sistematis, sedangkan TOPSIS menggunakan bobot tersebut untuk menghitung skor total kandidat dengan mempertimbangkan solusi ideal dan anti-ideal.
Kesimpulannya, kombinasi AHP dan TOPSIS menawarkan
pendekatan yang kuat dan terstruktur untuk pengambilan keputusan dalam seleksi karyawan. Kemampuannya dalam menangani kriteria multi-atribut, strukturisasi pengambilan keputusan, pertimbangan solusi ideal dan anti-ideal, kombinasi kekuatan kedua metode, dan peningkatan objektivitas dan transparansi menjadikan AHP dan TOPSIS pilihan yang tepat untuk menghasilkan keputusan seleksi yang optimal dan terukur.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional