Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karyawan merupakan individual yang dipekerjakan dibawah sistem


kerja oleh sebuah perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan dari perusahaan,
manajemen pekerja manusia tidak mampu dipisahkan dari kemampuan
manajemen lainnya. Karyawan sebagai individu yang memberikan
keahliannya untuk perusahaan maupun organisasi yang memerlukan
pelayanan pekerja dalam usaha mencapai kebutuhan sumber daya manusia
sebagai perencanaan dan upaya melengkapi kebutuhan tenaga kerja sehingga
melakukan seleksi secara kompeten untuk mendapatkan mutu dan kemajuan
perusahaan. Seleksi yang benar dan akurat dari pada perekrutan karyawannya
akan menghasilkan tenaga kerja bagi perusahaan yang bermutu agar dapat
menaikkan kualitas perusahaan tersebut.

PT Netral Jaya Agung adalah merupakan perusahaan yang bergerak


dibidang jasa penjualan, Service & penjualan suku cadang resmi sepeda
motor honda sejak tahun 2001. Untuk mendapatkan karyawan yang
diharapkan perusahaan sehingga harus dilakukan perekrutan karyawan.
Perekrutan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen, serta untuk
mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional karena PT Netral
Jaya Agung selalu bertindak cepat pada karyawan yang bekerja dengan tidak
profesional. Perusahaan melaksanakan perekrutan karyawan mengunakan
cara yang tidak sama dari masing-masing perusahan, meskipun standarisasi
perusahaan mempunyai aturan yang sebanding, standarisasi di PT Netral Jaya
Agung ketika melakukan rekrutmen pegawai atau karyawan memiliki nilai
bobot dan kriteria yang berbeda, dimana nilai bobot dan kriteria tersebut
memiliki bobot yang tidak sama antara nilai bobot seleksi berkas awal, nilai
bobot uji psikolog, nilai tes psikotes, dan uji wawancara yang mana nilai-nilai
tersebut nantinya digunakan untuk pertimbangan dalam penerimaan calon
pegawai baru.
Proses perekrutan karyawan yang manual saat ini memakan waktu
dan sumber daya yang besar. Hal ini dikarenakan prosesnya yang masih
banyak menggunakan cara-cara tradisional, seperti penyaringan CV, tes
tertulis, dan wawancara. Selain itu, proses pengambilan keputusan dalam
perekrutan masih didasarkan pada intuisi dan pengalaman HRD, sehingga
kurang objektif dan berisiko tinggi. Untuk menentukan kandidat, perusahaan
memilih kandidat terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan secara
manual. Kriteria ini dapat meliputi kualifikasi pendidikan, pengalaman kerja,
keterampilan, dan kepribadian. Diharapkan system DSS dapat membantu
perusahaan untuk menyaring kandidat yang tidak memenuhi kualifikasi dan
memilih kandidat yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, diperlukan pemahaman


mendalam tentang kondisi dan tantangan dalam proses perekrutan pegawai
saat ini. Sehingga dibutuhkan sebuah sistem untuk mempermudah atau dapat
membantu pengambilan keputusan dalam melakukan perekrutan pegawai.
Dengan menggunakan Decision Support System (DSS) atau biasa yang lebih
dikenal dengan sebutan sistem pendukung keputusan tersebut diharapkan
proses perekrutan calon pegawai dapat menjadi lebih optimal dengan
mempertimbangkan nilai-nilai bobot dari setiap kriteria yang sesuai dengan
kebijakan dari perusahaan tersebut dalam menentukan rangkaian penentuan
pegawai baru. Dengan demikian, penerapan sistem ini diharapkan akan
meningkatkan efisiensi proses penerimaan pegawai baru serta membantu
perusahaan dalam memilih kandidat terbaik berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan.

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order


Preference by Similarity of Ideal Solution (TOPSIS) dinilai dapat
menunjukkan tingkat akurasi besar untuk penyelesaian beberapa
permasalahan terkait rekomendasi keputusan dengan berbagai macam
kriteria. Sehingga, penulis menerapkan dalam pengambilan keputusan
penerimaan pegawai baru PT Netral Jaya Agung menggunakan metode AHP-
TOPSIS. Penggunaan metode AHP-TOPSIS pada perusahaan tersebut
diharapkan dapat membantu mempermudah pihak penyelenggara pemilihan
karyawan baru pada PT Netral Jaya Agung dalam menentukan karyawan
yang relevan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh PT Netral Jaya
Agung tersebut dan juga diharapkan proses pemilihan karyawan dapat
berlangsung lebih efektif dan sistem yang diimplementasikan memiliki
tingkat akurasi yang baik sehingga hasil yang diberikan oleh sistem dapat
memberikan rekomendasi pemilihan karyawan yang berkualitas pada PT
Netral Jaya Agung.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat diperoleh dari uraian
latar belakang sehingga peneliti mampu merumuskan sebagian permasalahan
yang didapatkan sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan metode AHP-TOPSIS dalam sistem DSS untuk
pengambilan keputusan penerimaan karyawan baru di PT Netral Jaya
Agung?
2. Bagaimana mengevaluasi efektivitas sistem DSS dengan metode AHP-
TOPSIS dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi proses perekrutan
karyawan di PT Netral Jaya Agung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari uraian pada rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan tujuan yang akan
disimpulkan adalah:
1. Meningkatkan efisiensi proses penerimaan pegawai baru.
2. Membantu perusahaan dalam memilih kandidat terbaik berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan.

1.4 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah di
uraikan maka batasan masalah yang menjadi acuan pada penelitian ini akan
di uraikan dalam beberapa batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini tidak membahas tentang aspek lain dari manajemen sumber
daya manusia, seperti pengembangan karyawan, pelatihan karyawan, dan
kompensasi karyawan.
2. Penelitian ini hanya berfokus pada pengembangan sistem DSS dengan
metode AHP-TOPSIS untuk membantu proses perekrutan karyawan di PT
Netral Jaya Agung.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan uraian di atas yang merujuk pada tujuan dari penelitian
ini yang mana telah disampaikan sebelumnya, maka, manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat
bagi penulis dan manfaat bagi pihak PT Netral Jaya Agung adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan efisiensi proses perekrutan karyawan dengan
mengotomatisasi tugas-tugas manual dan mempercepat proses
pengambilan keputusan.
2. Meningkatkan efektivitas proses perekrutan karyawan dengan memilih
kandidat yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan.
3. Meningkatkan akurasi proses perekrutan karyawan dengan mengurangi
risiko kesalahan dan bias dalam pengambilan keputusan.
4. Mengurangi biaya perekrutan karyawan dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang tersedia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Seleksi Penerimaan Pegawai


2.1.1 Pengertian Seleksi

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang


pengertian seleksi, akan dikutip pendapat karya tulis , antara lain :

Menurut Dessler (2016) dalam bukunya "Human Resource


Management" edisi ke-14, seleksi didefinisikan sebagai "proses
memilih kandidat yang paling memenuhi syarat untuk lowongan
pekerjaan".

Dessler menjelaskan bahwa seleksi adalah bagian penting dari


proses rekrutmen dan bertujuan untuk:

1. Memilih kandidat yang memiliki kualifikasi, pengalaman,


dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
2. Meminimalkan risiko kesalahan perekrutan dan
memaksimalkan peluang untuk mendapatkan karyawan yang
berkinerja tinggi.
3. Memastikan bahwa proses seleksi dilakukan secara adil dan
objektif.

Dessler menekankan bahwa seleksi harus dilakukan secara


sistematis dan terencana, dengan menggunakan berbagai metode dan
alat seleksi yang sesuai.

Metode seleksi yang umum digunakan termasuk:

1. Wawancara kerja: Memberikan kesempatan bagi


pewawancara untuk menilai kualifikasi, pengalaman, dan
keterampilan kandidat, serta untuk membangun rapport
dengan kandidat.
2. Tes keahlian: Mengukur kemampuan kandidat untuk
melakukan tugas-tugas yang terkait dengan pekerjaan.
3. Tes kepribadian: Mengidentifikasi ciri-ciri kepribadian
kandidat yang sesuai dengan budaya dan nilai-nilai
organisasi.
4. Tes bakat: Mengukur potensi kandidat untuk berkembang
dan belajar di masa depan.
5. Pusat penilaian: Menggabungkan berbagai metode seleksi
untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang
kandidat.

Dessler juga menekankan pentingnya etika dalam proses


seleksi. Perekrut dan manajer HRD harus memastikan bahwa semua
kandidat diperlakukan dengan adil dan hormat, dan bahwa tidak ada
diskriminasi dalam proses seleksi.

2.1.2 Pengertian Pegawai


Menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber
Daya Manusia (2014), pegawai didefinisikan sebagai orang yang
diangkat atau ditunjuk perusahaan untuk melaksanakan tugas
tertentu dan menerima imbalan berupa gaji, upah, atau honorarium.
Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki hubungan kerja
formal dengan perusahaan dan memiliki hak dan kewajiban yang
diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan. Definisi ini
menekankan pada tiga aspek penting dalam hubungan kerja antara
pegawai dan perusahaan:
1. Pengangkatan atau penunjukan: Pegawai tidak bekerja
secara sukarela, tetapi melalui proses resmi yang dilakukan
oleh perusahaan.
2. Pelaksanaan tugas: Pegawai memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan oleh
perusahaan.
3. Imbalan: Pegawai berhak mendapatkan imbalan atas
pekerjaannya, baik dalam bentuk gaji, upah, atau
honorarium.
Pemahaman mengenai definisi "pegawai" ini penting dalam
memahami berbagai aspek manajemen sumber daya manusia,
seperti proses rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengembangan, dan
penilaian kinerja. Pegawai merupakan aset penting bagi perusahaan,
dan oleh karena itu perusahaan perlu mengelola sumber daya
manusianya dengan baik agar dapat mencapai tujuannya.

2.1.3 Tujuan Seleksi Penerimaan Pegawai


Menurut Hasibuan (2014) dalam bukunya Manajemen
Sumber Daya Manusia, seleksi penerimaan pegawai memiliki peran
penting dalam memastikan organisasi mendapatkan karyawan yang
tepat dan berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. Seleksi
yang efektif bertujuan untuk menemukan tenaga kerja yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan organisasi, meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kerja organisasi, menekan biaya turnover
karyawan, membangun budaya kerja yang positif, dan
meningkatkan produktivitas dan kinerja organisasi, antara lain :

1. mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan sesuai


dengan kebutuhan organisasi merupakan tujuan utama
seleksi. Karyawan yang kompeten dan memiliki kualifikasi
yang tepat dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik
dan berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.
2. meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi
tercapai dengan memiliki karyawan yang berkualitas.
Karyawan yang efektif dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan cepat dan tepat sehingga organisasi dapat mencapai
tujuannya dengan lebih efisien.
2.2. Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Power (2002) dalam bukunya Decision Support
Systems: Concepts and Models, Sistem Pendukung Keputusan
(SPK) adalah sistem berbasis komputer yang menyediakan
informasi dan analisis kepada pengambil keputusan untuk
membantu mereka menyelesaikan masalah yang kompleks dan tidak
terstruktur.
Sistem pendukung keputusan (SPK) / Decision support
system (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an
oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision
System. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer
yang ditujukan untuk membantu mengambil keputusan dalam
memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai
persoalan yang tidak terstruktur.
DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu
masalah. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan
pengambilan keputusan, tetapi untuk memberikan perangkat
interaktif yang memungkinkan pengambilan keputusan untuk
melakukan berbagai analisis menggunakan model - model yang
tersedia (Kusrini, 2007).

2.1.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan


Secara garis besar sistem pendukung keputusan dibangun
oleh tiga komponen yaitu sebagai berikut :
1. Database
Sistem database berisi kumpulan dari semua data bisnis
yang dimiliki perusahaan atau lembaga, baik yang berasal
dari transaksi sehari - hari maupun data dasar(master file).
Untuk keperluan DSS, diperlukan data yang relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan melalui simulasi.
2. Model Base
Model base adalah suatu model yang merepresentasikan
permasalahan kedalam format kuantitatif sebagai dasar
simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya
tujuan dari permasalahannya, komponen - komponen yang
terkait dan batasan - batasan yang ada.
3. Software System
Merupakan suatu sistem untuk memungkinkan terjadinya
dialog interaktif antara komputer dan manusia sebagai
pengambil keputusan.

2.1.3 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan


Tujuan dari sistem pendukung keputusan adalah sebagai
berikut :
1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas
masalah semi terstruktur.
2. Memberi dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya
dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil manajer
lebih daripada perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan Komputasi.
5. Peningkatan Produktifitas.
6. Dukungan Kualitas.
7. Berdaya saing atas penerapan teknologi masa kini.

2.1.4 Kelebihan Sistem Pendukung Keputusan


Adapun kelebihan sistem pendukung keputusan dapat kita
lihat sebagai berikut :
1. SPK memperluas kemampuan pengambilan keputusan
dalam memproses data.
2. SPK membantu mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang
sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta
hasilnya dapat diandalkan.
2.1.5 Keterbatasan Sistem Pendukung Keputusan
Ada beberapa keterbatasan sistem pendukung keputusan yaitu :
1. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki kemampuan
intuisi seperti yang dimiliki manusia, sistem ini hanyalah
dirancang untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan
tugasnya.
2. Proses - proses yang dapat dilakukan sistem pendukung
keputusan biasanya tergantung pada perangkat lunak yang
digunakan.
3. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia
yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada
dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan
sebenarnya.

2.1.6 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan


Sistem pendukung keputusan dirancang secara khusus untuk
mendukung seseorang yang harus mengambil keputusan -
keputusan tertentu. Berikut ini beberapa karakteristik sistem
pendukung keputusan yaitu :
1. Interaktif, SPK memiliki user interface yang komunikatif
sehingga pemakai dapat melakukan akses secara cepat kedata
dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.
2. Fleksibel, SPK memiliki sebanyak mungkin variabel
masukkan, kemampuan untuk mengolah dan memberikan
keluaran yang menyajikan alternatif - alternatif keputusan
kepada pemakai.
3. Data Kualitas, SPK memiliki kemampuan menerima data
kualitas yang dikuantitaskan yang sifatnya subyektif dari
pemakainya, sebagai data masukkan untuk pengolahan data.
4. Prosedur Pakar, SPK mengandung suatu prosedur yang
dirancang berdasarkan rumusan formal atau juga beberapa
prosedur kepakaran seseorang atau kelompok dalam
menyelesaikan suatu bidang masalah dengan fenomena
tertentu.

2.1.7 Analytic Hierarchy Process (AHP) & Technique for Order


Preference by Similarity of Ideal Solution (TOPSIS)

Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu


metode dalam melakukan sebuah rekomendasi keputusan, yang
mana memiliki sebuah aturan tersendiri dalam melakukan
rekomendasi keputusan dengan cara mempertimbangkan banyak
kriteria yang digunakan dalam mencari alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif lain yang ada. Menurut (Kusumadewi, 2006)
terdapat beberapa metode dalam MCDM, antara lain:
1. Weighted Product (WP)
Metode Weighted Product (WP) adalah salah satu metode
pengambilan keputusan multikriteria (MCDM) yang digunakan
untuk memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang
tersedia. Metode ini bekerja dengan memberikan bobot pada setiap
kriteria dan kemudian menghitung nilai produk terbobot untuk
setiap alternatif. Alternatif dengan nilai produk terbobot tertinggi
dipilih sebagai yang terbaik. Roy, B., & Mukherjee, S. (2010).
Multi-criteria decision making using preference ranking
methods. Springer Science & Business Media.

b. Simple Addictive Weighting (SAW)


c. Analytic Hierarchy Process (AHP)
d. Technique for Order Preference by Similarity of
Ideal Solution (TOPSIS)
e. Elimination and Choice Expresing Reality
(ELECTRE
Kombinasi AHP (Analytic Hierarchy Process) dan TOPSIS
(Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution)
menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan metode
pengambilan keputusan lainnya, khususnya dalam konteks seleksi
karyawan:
1. Kemampuan Menangani Kriteria Multi-Atribut:
 AHP dan TOPSIS mampu menangani berbagai jenis kriteria,
baik kualitatif maupun kuantitatif.
 AHP membantu menentukan bobot relatif dari setiap kriteria
berdasarkan penilaian subjektif pengambil keputusan.
 TOPSIS kemudian menggunakan bobot ini untuk menghitung
skor total setiap kandidat berdasarkan kedekatannya dengan
solusi ideal dan solusi anti-ideal.

2. Strukturisasi Pengambilan Keputusan:


 AHP memecah masalah ke dalam hierarki kriteria, sehingga
proses pengambilan keputusan menjadi lebih terstruktur dan
sistematis.
 Pembandingan berpasangan dalam AHP membantu pengambil
keputusan untuk memahami hubungan antar kriteria dan
menentukan bobotnya secara lebih objektif.

3. Pertimbangan Solusi Ideal dan Anti-Ideal:


 TOPSIS mempertimbangkan konsep solusi ideal (nilai terbaik
untuk setiap kriteria) dan solusi anti-ideal (nilai terburuk untuk
setiap kriteria).
 Hal ini membantu mengidentifikasi kandidat yang memiliki
kinerja terbaik dan terburuk untuk setiap kriteria, sehingga
memberikan gambaran yang lebih menyeluruh tentang profil
kandidat.

4. Kombinasi Kekuatan Kedua Metode:


 Kombinasi AHP dan TOPSIS memanfaatkan kekuatan dari
kedua metode untuk menghasilkan keputusan yang lebih
optimal.
 AHP membantu menentukan bobot kriteria secara sistematis,
sedangkan TOPSIS menggunakan bobot tersebut untuk
menghitung skor total kandidat dengan mempertimbangkan
solusi ideal dan anti-ideal.

Kesimpulannya, kombinasi AHP dan TOPSIS menawarkan


pendekatan yang kuat dan terstruktur untuk pengambilan
keputusan dalam seleksi karyawan. Kemampuannya dalam
menangani kriteria multi-atribut, strukturisasi pengambilan
keputusan, pertimbangan solusi ideal dan anti-ideal, kombinasi
kekuatan kedua metode, dan peningkatan objektivitas dan
transparansi menjadikan AHP dan TOPSIS pilihan yang tepat
untuk menghasilkan keputusan seleksi yang optimal dan terukur.

Anda mungkin juga menyukai