Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

PENGINDERAAN JAUH

Dosen Pengampu : Wiwik Cahyaningrum, S. Si, M. Pd

Disusun Oleh :

Siti Arofah ( 142110032 )

Kelas A Pagi Semester 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

IKIP – PGRI PONTIANAK

2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas laporan mata kuliah “Penginderaan Jauh” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Wiwik
Cahyaningrum, M. Pd Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wiwik Cahyaningrum, M. Pd selaku dosen
mata kuliah Penginderaan Jauh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. Saya menyadari, laporan yang saya
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Pontianak, 23 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................1
B. TUJUAN...........................................................................................................2
BAB II HASIL LAPORAN........................................................................................3
ACARA I PENGAMATAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN STEROSKOPIC 3
I. KAJIAN TEORI...............................................................................................3
II. ALAT DAN BAHAN.....................................................................................12
III. TEKNIK PELAKSANAAN...........................................................................12
IV. HASIL.............................................................................................................12
V. KESIMPULAN...............................................................................................13
ACARA II IDENTIFIKASI OBJEK PADA CITRA HITAM PUTIH...............15
I. KAJIAN TEORI.............................................................................................15
II. ALAT DAN BAHAN.....................................................................................20
III. TEKNIK PELAKSANAAN...........................................................................20
IV. HASIL.............................................................................................................21
V. KESIMPULAN...............................................................................................21
ACARA III IDENTIFIKASI OBJEK PADA CITRA BERWARNA..................23
I. KAJIAN TEORI.............................................................................................23
II. ALAT DAN BAHAN.....................................................................................29
III. TEKNIK PELAKSANAAN...........................................................................29
IV. HASIL.............................................................................................................29
V. KESIMPULAN...............................................................................................30
ACARA IV TOPONIMI...........................................................................................32
I. KAJIAN TEORI.............................................................................................32
II. ALAT DAN BAHAN.....................................................................................34
III. TEKNIK PELAKSANAAN...........................................................................34
IV. HASIL.............................................................................................................34
V. KESIMPULAN...............................................................................................35
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengindraan jauh berasal dari kata “indera” yang berarti alat untuk menangkap
informasi dari lingkungan sekitar. Jauh berarti tidak ada kontak fisik antara alat indra
dengan objek yang diamati. Jadi, pengindraan jauh dapat diartikan sebagai proses
mendeteksi, mengukur, dan memantau karakteristik fisik suatu objek, area, atau
fenomena dari jarak jauh menggunakan alat atau sensor yang ada pada wahana tertentu.
Pengindraan jauh dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sumber energi
yang digunakan, yaitu:Pengindraan jauh pasif: menggunakan energi yang berasal dari
objek itu sendiri atau dari sumber alami seperti matahari. Contoh sensor pasif adalah
kamera fotografi, kamera inframerah, dan kamera multispektral.
Pengindraan jauh aktif: menggunakan energi buatan yang dipancarkan oleh sensor dan
kemudian diterima kembali setelah dipantulkan oleh objek. Contoh sensor aktif adalah
radar dan lidar.
Dikutip dari jurnal Meteodrome oleh BMKG (Vol. 4, No. 4, 2020), pengindraan
jauh juga dikenal dengan remote sensing dalam bahasa Inggris dan memiliki makna,
yaitu pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat
yang tidak secara fisik terlibat kontak dengan objek tersebut.Pengindraan adalah bentuk
perkembangan teknologi pemotretan yang dilakukan di udara. Hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui keadaan muka bumi secara lebih mendetail dalam kegiatan
pemetaan.Sementara itu, apabila merujuk kepada buku Dasar-Dasar Pengindraan Jauh
oleh Insyani RS (2019), pengindraan jauh diartikan sebagai teknik untuk memperoleh
dan menganalisis berbagai hal di muka bumi tanpa mendatangi langsung objek yang
dimaksud.
BAB II

HASIL LAPORAN

ACARA I

PENGAMATAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN

STEROSKOPIC

I. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Citra
Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau
tampak langsung pada hasil cetakan. Benda yang tergambar pada citra dapat dikenali
berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor. Tiga ciri yang terekam oleh sensor adalah
ciri spasial, ciri temporal dan ciri spektral.
Ciri spasial adalah ciri yang berkaitan dengan ruang yang meliputi : bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur situs dan asosiasi. Misalnya ruang yang terekam pada lembaran
citra foto berupa areal hutan maka dapat ditafsirkan ciri – ciri keruangannya sebagai
berikut :
a. Bentuk
Objek yang sejenis dimuka bumi memiliki bentuk sejenis pada citra, apakah bentuk
wilayah itu tersebar atau beraturan.
b. Ukuran
Setelah bentuk suatau objek pada citra foto sudah diketahu seperti apa, maka ciri
lain yang mudah diketahui adalah ukuranya apakah berbentuk belah ketupat, empat
persegi panjang atau segitiga, luas benda tersebut kemudian dihitung dengan skala
tertentu.
c. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada didaerah gelap . bayangan
merupakan kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek, dengan adanya
bayangan objek akan tampak lebih jelas. Contoh : lereng terjal tampak lebih jelas
dengan adanya bayangan.
d. Pola
Merupan ciri yang menandai banyaknya objek buatan manusia dan beberapa objek
alamiah. Contoh: areal hutan umumnya mempunyai pola tidak beraturan sedangkan
areal sawah dan perkebunan umumnya punya pola beraturan.
e. Tekstur

Merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dan biasanya tekstur dinyatakan
sebagai halus, sedang dan kasar. Contoh : hutan yang bervegetasi beraneka ragam
punya teksturnya kasar sedangkan tanaman padi yang seragam teksturnya akan
tampak halus.

f. Situs

Situs adalah tempat, kedudukan atau letak suatu objek dalam hubunganya dengan
objek lain berdasarkan proses terjadinya.

g. Asosiasi / ciri – ciri tertentu

Dapat diartikan adanya keterkaitan langsung antara objek yang satu dengan yang
lainnya. Contoh: hutan hujan tropis berciri lebat dan industri berasosiasi dengan
cerobong asap.

Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan umur benda dan waktu perekaman.
Contoh
 Umur : Daerah aliran sungai yang rusak dapat dibedakan dengan DAS yang belum
rusak.
 Waktu: Air pada citra foto tampak gelap pada musim kemarau, tetapi akan
cerah pada musim hujan.
Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda
yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona (tone) adalah tingkat kecerahan objek
yang tergambar pada citra. Pada foto udara hitam putih rona objek dapat beragam dari
putih hingga hitamdengan berbagai wujud peralihan seperti putih ke abu-abuan atau
kelabu kehitam – hitaman. Foto udara berwarna akan lebih mudah diinterpretasikan
berdasarkan ketampakan warna objek. Dengan menggunakan band (saluran)
inframerah, tumbuh-tumbuhan hijau akan tampak kemerah – merahan.
B. Jenis Citra
Citra dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Citra Foto dan Citra NonFoto,
1.Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan lewat kamera. Output dari citra foto yaitu
klise foto. Citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Foto ultraviolet: memiliki panjang gelombang 0,02-0,04 mikrometer. Ciri dari


ultraviolet dapat mengenali berbagai objek karena warna kontras. Contohnya
mendeteksi tumpahan minyak, batuan kapur, atap logam, dsb.
b. Foto ortokromatik: panjang gelombang 0,4 – 0,56 mikrometer. Dapat melihat objek
di bawah permukaan air atau untuk studi pantai.
c. Foto pankromatik: panjang gelombang 0,36 – 0,72 mikrometer. Kepekaan film
menyerupai mata manusia. Bisa terlihat hitam putih atau pankromatik berwarna.

Foto inframerah adalah citra foto yang proses pembuatanya menggunakan spektrum
inframerah.bisa berupa foto inframerah asli: panjang gelombang 0,4 – 1,2 mikrometer
ataupun Foto inframerah modifikasi: panjang gelombang 0,5 – 0,9 mikrometer.

2. Citra Non Foto

citra non foto adalah melakukan perekaman gambar dengan sensor tanpa kamera
melainkan dari spektrum elektromagnetik. Berdasarkan wahana yang digunakan, citra
non foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Citra dirgantara yaitu citra yang ditangkap dengan menggunakan wahana yang ada di
udara. Contohnya adalah citra MSS dan inframerah termal.
b. Ccitra satelit, yaitu citra yang berasal dari antariksa.

Sedangkan berdasarkan banyaknya foto, citra terbagi menjadi Citra tunggal: foto yang
dihasilkan menggunakan sensor tunggal. Citra multispektral: citra yang dihasilkan
dengan sensor jamak, contohnya adalah cirtra RBV (Return Beam Vidicon) dan Mss
(Multi Spectral Scanner).
C. Unsur Interpretasi Citra
Dalam proses interpretasi citra, para penafsir citra akan berusaha untuk mengkaji citra
dengan tujuan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya sebuah
objek yang tergambar pada citra. Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada
beberapa unsur yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi
untuk mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki
menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah ini
Unsur interpretasi citra
terdiri dari sembilan butir,
yaitu rona atau warna,
ukuran, bentuk tekstur,
pola, tinggi, bayangan,
situs, dan asosiasi.
Sembilan unsur
interpretasi citra disusun
secara berjenjang atau
secara hirarkhik.

Berikut ialah unsur- unsur interpretasi citra, antara lain (Sutatanto, 1994: 121-142):

1. Rona dan Warna

Rona (tone/color tune/grey tune) ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan
obyek pada citra. Rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna ialah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak.

2.. Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka


suatu obyek
Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dikenali
berdasarkan bentuknya saja.

3. Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam
memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.

4.TekstuR

Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dalam Lilesand dan Kiefer
(1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk membedakan
secara individual dalam Estes dan Simonet (1975). Tekstur sering. dinyatakan
dengan kasar, halus seperti beledu dan belang-belang.

5.. Pola

Pola tinggi, dan bayangan dikelompokan ke dalam tingkat kerumitan tersier. Tigkat
kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan
tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Meskipun tinggi dikelompokkan ke dalam
tingkat kerumitan tersier, ia tidak dibincangkan secara eksplisit karena sebenarnya
telah tercakup ke dalam ukuran sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan
bagi beberapa obyek alamiah.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah. gelap.
Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak
sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian,
bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek
yang justru lebih tampak dari bayangannya.
7. Situs

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih


tinggi. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan.dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitar.

8. Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan. obyek
lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain
D. Stereoskopic
Stereoskop adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi
pasangan foto udara. Fungsinya adalah mengatur agar mata kiri hanya melihat pasangn
foto sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat
pasangan foto sebelah kanan. Salah satu jenis
stereoskop yang paling sederhana adalah
seteroskop saku. Ukuran foto yang dapat dilihat
bentuk tiga dimensinya terbatas sekitar 6 cm x 10
cm stereoskop saku mempunyai lensa positif.
Lensa-lensanya biasanya mempunyai perbesaran
2,5 kali. Stereoskop ini memiliki kelemahan yang
sama seperti pemakaian mata telanjang, yaitu
jarak antar titik yang berpasangan tak boleh
melebihi panjang
basis mata (basis mata rata rata = 64 mm).
Selain stereoskop satu, terdapat pula jenis stereoskop lainnya, antara lain steroskop
cermin. Memiliki ukuran yang lebih besar daripada stereoskop saku otomatis bisa
melihat foto udara dengan ukuran yang lebih besar pula. Daerah yang dapat dilihat
secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan dengan menggunakan stereoskop lensa.
Namun, karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa kelapangan. .
Stereoskop kembar, memiliki dua lensa di sisi kanan kirinya sehingga pengamatan
dapat dilakukan oleh dua orang. Bagian – bagian dari stereoskop ini adalah dua set
lensa pada bagian kanan dan kirinya, tiang penyangga. Kelebihan dari stereoskop ini
adalah pengamatan dapat dilakukan oleh dua orang secara bersamaan, daerah
pengamatan besar. Sedangkan kekurangan dari stereoskop ini adalah tidak praktis,
perbesarannya tidak cukup besar karena hanya 1,5 kali hingga 3 kali.
Stereoskop prisma tunggal, hanya dilengkapi oleh lensa prisma tunggal. Bagian –
bagian dari stereoskop ini adalah tiang penyangga, lembaran penyangga, lensa cembung
dan prisma.Kelebihan dari stereoskop ini adalah dapat melihat gambar yang
perpisahannya besar dari jarak interocular.Sedangkan kekurangannya adalah
perbesarannya kurang.
Stereoskop mikroskopik, mempunyai perbesaran yang sangat besar dan hampir sama
dengan mikroskop. Stereoskop ini dibagi menjadi 2, yaitu :

1.Stereoskop zoom, lensanya dapat diganti – ganti untuk perbesaran yang berbeda –
beda. Bagian bagian stereoskop ini adalah sepasang cermin/prisma, sepasang lensa,
cermin pada tiap kaki. Kelebihan stereoskop ini adalah perbesaran sangat besar,
pasangan foto stereonya dapat diputar sejauh 360°, dan bila terkena cahaya akan
lebih memperjelas gambar. Sedangkan kekurangan dari stereoskop ini adalah bila
tidak terkena cahaya gambar yang dihasilkan akan tidak kelihatan.
2.Interpretoskop, yaitu stereoskop modern yang sudah menggunakan komputer.
Kelebihan dari interpretoskop adalah hasil lebih akurat karena terkomputerisasi.
Kekurangan pada interpretoskop adalah ukurannya yang besar dan membutuhkan
listrik disaat pemakaiannya.

I . ALAT DAN BAHAN


1 . Stereoskop Saku
2 .Kertas Stereoskopic Vition Test
3 .Alat Tulis ( Pulpen, Pensil, Penghapus, Penggaris )

II. TEKNIK PELAKSANAAN


1. Menyiapkan alat yang digunakan.
2. Mengamati Kertas Stereoskopic Vision Test menggunakan alat stereoskop saku.
3. Mengisi tabel yang telah disiapkan.
4. Mengurutkan objek berdasarkan ketinggian.
III. HASIL
Berikut lampiran ke 1 hasil dari Pengamatan Citra berdasarkan urutan ketinggian
objek :

Berikut lampiran ke 2 hasil dari Pengamatan Citra berdasarkan urutan ketinggian objek :

GAMBAR URUTAN
1 7
2 2
3 6
4 5
5 4
6 1
7 3
8 8
V. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah saya lakukan pada saat berlangsungnya mata kuliah
pengindraan jauh mebuahkan hasil yang sebagaiaman telah terpampang pada lampiran
1 yang mana hasil tersebut berdasarkan urutan ketinggian objek khusus pada no 1,3,6.
Adapun urutan ketinggian objek hasil pengamatan yang telah saya lakukan akan yaitu
I Segi tiga, II lingkaran,III persegi panjang, IV titik (1) I pi, II lingkaran, III lingkaran
sedang, IV lingkaran kecil (3) I lingkaran sedang, II lingkaran kecil, III lingkaran lebih
kecil, IV lingkaran terkecil, V lingkaran sangat besar (6).
Kemudian pengamatan yang telah saya lakukan pada saat berlangsungnya mata kuliah
pengindraan jauh mebuahkan hasil yang sebagaiaman telah terpampang pada lampiran
2 yang mana hasil tersebut berdasarkan urutan ketinggian objek seluruh objek yaiu :
1.(VII) 2.(II) 3.(VI) 4.(V) 5(.IV) 6.(I) 7.(VII).
ACARA II
IDENTIFIKASI OBJEK PADA CITRA
HITAM PUTIH
KAJIAN TEORI
A. Citra prankomatik hitam putih
Citra pankromatik adalah representasi visual yang merekam dan menggambarkan
semua warna dalam spektrum cahaya yang terlihat dalam satu gambar hitam dan putih.
Metode ini memberikan tingkat detail dan kontras yang tinggi, memungkinkan
pengamat untuk melihat dan memahami fitur-fitur spesifik dari suatu area.Citra
pankromatik hitam putih adalah citra foto yang dibuat dengan menggunakan semua
spektrum sinar tampak, dari warna merah hingga ungu. Citra foto ini memiliki kepekaan
film hampir sama dengan kepekaan mata manusia, serta bersifat tembus cahaya.
resolusi spasialnya halus,stabilitas dimensional tinggi, danfoto pankromatrik hitam
putih telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa menggunakannya.
Citra foto pankromatik dapat dimanfaatkan dalam bidang perairan, karena dapat
menunjukkan perbedaan kontras antara air dan tanah, serta antara air yang jernih dan air
yang keruh. Citra foto pankromatik juga dapat menggambarkan pola aliran air, bentuk
dan ukuran sungai, danau, laut, dan pantai, serta kondisi permukaan air seperti
gelombang, arus, dan pasang surut. Citra foto pankromatik dapat membantu mendeteksi
pencemaran air, evaluasi kerusakan akibat banjir, penyebaran air tanah dan air
permukaan.
B. Pengertian Citra
Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau
tampak langsung pada hasil cetakan. Benda yang tergambar pada citra dapat dikenali
berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor. Tiga ciri yang terekam oleh sensor adalah
ciri spasial, ciri temporal dan ciri spektral.
Ciri spasial adalah ciri yang berkaitan dengan ruang yang meliputi : bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur situs dan asosiasi. Misalnya ruang yang terekam pada lembaran
citra foto berupa areal hutan maka dapat ditafsirkan ciri – ciri keruangannya sebagai
berikut :

a. Bentuk
Objek yang sejenis dimuka bumi memiliki bentuk sejenis pada citra, apakah bentuk
wilayah itu tersebar atau beraturan.

b. Ukuran

Setelah bentuk suatau objek pada citra foto sudah diketahu seperti apa, maka ciri lain
yang mudah diketahui adalah ukuranya apakah berbentuk belah ketupat, empat
persegi panjang atau segitiga, luas benda tersebut kemudian dihitung dengan skala
tertentu.

c. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada didaerah gelap . bayangan


merupakan kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek, dengan adanya
bayangan objek akan tampak lebih jelas. Contoh : lereng terjal tampak lebih jelas
dengan adanya bayangan.

d. Pola

Merupan ciri yang menandai banyaknya objek buatan manusia dan beberapa objek
alamiah. Contoh: areal hutan umumnya mempunyai pola tidak beraturan sedangkan
areal sawah dan perkebunan umumnya punya pola beraturan.

e. Tekstur

Merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dan biasanya tekstur dinyatakan
sebagai halus, sedang dan kasar. Contoh : hutan yang bervegetasi beraneka ragam
punya teksturnya kasar sedangkan tanaman padi yang seragam teksturnya akan
tampak halus.

f. Situs

Situs adalah tempat, kedudukan atau letak suatu objek dalam hubunganya dengan
objek lain berdasarkan proses terjadinya.

g. Asosiasi / ciri – ciri tertentu


Dapat diartikan adanya keterkaitan langsung antara objek yang satu dengan yang
lainnya. Contoh: hutan hujan tropis berciri lebat dan industri berasosiasi dengan
cerobong asap.

Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan umur benda dan waktu perekaman.
Contoh
 Umur : Daerah aliran sungai yang rusak dapat dibedakan dengan DAS yang belum
rusak.
 Waktu: Air pada citra foto tampak gelap pada musim kemarau, tetapi akan
cerah pada musim hujan.
Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda
yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona (tone) adalah tingkat kecerahan objek
yang tergambar pada citra. Pada foto udara hitam putih rona objek dapat beragam dari
putih hingga hitamdengan berbagai wujud peralihan seperti putih ke abu-abuan atau
kelabu kehitam – hitaman. Foto udara berwarna akan lebih mudah diinterpretasikan
berdasarkan ketampakan warna objek. Dengan menggunakan band (saluran)
inframerah, tumbuh-tumbuhan hijau akan tampak kemerah – merahan.

B. Jenis Citra
Citra dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Citra Foto dan Citra NonFoto,
1.Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan lewat kamera. Output dari citra foto yaitu
klise foto. Citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Foto ultraviolet: memiliki panjang gelombang 0,02-0,04 mikrometer. Ciri dari


ultraviolet dapat mengenali berbagai objek karena warna kontras. Contohnya
mendeteksi tumpahan minyak, batuan kapur, atap logam, dsb.

b .Foto ortokromatik: panjang gelombang 0,4 – 0,56 mikrometer. Dapat melihat objek
di bawah permukaan air atau untuk studi pantai.

c. Foto pankromatik: panjang gelombang 0,36 – 0,72 mikrometer. Kepekaan film


menyerupai mata manusia. Bisa terlihat hitam putih atau pankromatik berwarna.
Foto inframerah adalah citra foto yang proses pembuatanya menggunakan spektrum
inframerah.bisa berupa foto inframerah asli: panjang gelombang 0,4 – 1,2 mikrometer
ataupun Foto inframerah modifikasi: panjang gelombang 0,5 – 0,9 mikrometer.

2. Citra Non Foto

citra non foto adalah melakukan perekaman gambar dengan sensor tanpa kamera
melainkan dari spektrum elektromagnetik. Berdasarkan wahana yang digunakan, citra
non foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Citra dirgantara yaitu citra yang ditangkap dengan menggunakan wahana yang ada
di udara. Contohnya adalah citra MSS dan inframerah termal.

b. Citra satelit, yaitu citra yang berasal dari antariksa.

Sedangkan berdasarkan banyaknya foto, citra terbagi menjadi Citra tunggal: foto
yang dihasilkan menggunakan sensor tunggal. Citra multispektral: citra yang
dihasilkan dengan sensor jamak, contohnya adalah cirtra RBV (Return Beam
Vidicon) dan Mss (Multi Spectral Scanner).

C. Unsur Interpretasi Citra


Dalam proses interpretasi citra, para penafsir citra akan berusaha untuk mengkaji citra
dengan tujuan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya sebuah
objek yang tergambar pada citra. Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada
beberapa unsur yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi
untuk mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki
menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah ini
Unsur interpretasi citra
terdiri dari sembilan butir,
yaitu rona atau warna,
ukuran, bentuk tekstur,
pola, tinggi, bayangan,
situs, dan asosiasi. Sembilan unsur interpretasi citra disusun secara berjenjang atau
secara hirarkhik.

Berikut ialah unsur- unsur interpretasi citra, antara lain (Sutatanto, 1994: 121-142):

1. Rona dan Warna

Rona (tone/color tune/grey tune) ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan
obyek pada citra. Rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna ialah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak.

2.. Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka


suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang
dikenali berdasarkan bentuknya saja.

3. Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam
memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.

4.Tekstur

Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dalam Lilesand dan Kiefer
(1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk membedakan
secara individual dalam Estes dan Simonet (1975). Tekstur sering. dinyatakan
dengan kasar, halus seperti beledu dan belang-belang.

5.. Pola

Pola tinggi, dan bayangan dikelompokan ke dalam tingkat kerumitan tersier. Tigkat
kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan
tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Meskipun tinggi dikelompokkan ke dalam
tingkat kerumitan tersier, ia tidak dibincangkan secara eksplisit karena sebenarnya
telah tercakup ke dalam ukuran sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan
bagi beberapa obyek alamiah.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah. gelap.
Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak
sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian,
bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek
yang justru lebih tampak dari bayangannya.

7. Situs

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih


tinggi. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan.dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitar.

8. Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan. obyek
lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain

I. ALAT DAN BAHAN


1.Citra Pankromatik Hitam Putih
2.Plastik Transparan
3.Drawing Pen
4.Penggaris
5.Penghapus
6.Buku Tulis
II.TEKNIK PELAKSANAAN
Menyiiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Menempelkan plastik transparan yang telah digunting di atas citra pankromatik hitam
putih.
1.Melakukan interpretasi citra yaitu dengan mengidentifikasikan objek pada citra.
2.Mengisi tabel yang telah di siapkan.

III. HASIL
Lampiran 1. Hasil objek

V. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah saya lakukan pada saat berlangsungnya mata kuliah
pengindraan jauh Dengan mengamati cita hitam puthi yang mana tentunya ada
beberapa objek dalam citra tersebut saya memilih untuk mengidentifikasi 3
objek.Dalam pengidentikasian objek pada citra hitam putih ini merukapan proses yang
biasa disebut intrepertasi citra yang juga menggunakan suatu alat selain itu intrepertasi
citra dilaakukan berdasarkan unsur intrepertasi peta yang telah kita ketahui.Adapun
tahapan yang saya lakukan pertama yaitu pendeteksian yaitu dengan mengamati citra
guna menemukan objek yang ada didalamnya yang kedua yaitu pengidentifikaisian
objek pada citra hitam putih sebagaimana tadi dijelaskan bahwa saya memilih tiga objek
dari beberapa objek yang ada pada citra hitam putih. dengan alasan dalam tahapan
kedua ini saya hanya dapat mengenali tiga objek berupa apakah tiga objek yang saya
pilih pada citra hitam putih ini,yang terakhir yaitu tahap analisis dalam tahap ini
mengacu pada proses penjelasan lebih lanjut mengenai tiga objek yang saya pilih.
Jadi dari tiga tahapan yang saya lakukan dalam intrepertasi citra hitam putih
membuahkan hasil yaitu tiga objek pada citra hitam putih.objek yang pertama yaitu
hutan sebagaimana terdapat pada gambar diatas yang telah saya beri nomor dan
keterangan objek,saya menyatakan objek tersebut adalah hutan karena objek tersebut
utuh tidak menyebar selain itu warnnya lebih gelap dari bagian citra hitam putih lainnya
yang saya rasa ciri tersebut membuktikan bahwa objek tersebut adalah hutan,objek yang
kedua adalah rumah sebagaimana terdapat pada gambar diatas yang telah saya beri
nomor dan keterangan objek saya menyatakan objek tersebut adalah rumah karena
objek tersebut dalam keadaan posisi tersusun dan terdiri dari beberapa yang berkumpul
rumah objek yang ketiga yaitu sawah sebagaimana terdapat pada gambar diatas yang
telah saya beri nomor dan keterangan objek saya menyatakan objek tersebut adalah
sawah karena objek itu bentuknya tidak jelas apakah objek itu bulat,lingkaran atau
persegi.biasanya sawah memang tidak mempunyai bentuk yang jelas selain itu pada
objek tersebut terlihat seperti tumbuhan yang tersusun saya rasa ciri tersebut
membuktikan bahwa objek tersebut adalah sawah.
ACARA III

IDENTIFIKASI OBJEK PADA CITRA


BERWARNA

I. KAJIAN TEORI
A. Citra Pankromatik Berwarna

foto udara pankromatik berwarna dibuat dengan menggunakan panjang gelombang


0,4 – 0,7 𝜇m dan bersifat hampir sama dengan foto pankromatik hitam putih. Akan
tetapi, pengenalan objek lebih mudah dilakukan pada foto pankromatik berwarna
karena warna pada fotoo mirip dengan warna asli objeknya. pankromatik berwarna
yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak. Pemanfaatan
foto udara pankromatik berwarna antara lain :

1. .Dalam bidang penggunaan lahan : kondisi tanaman, jenis pohon.


2. Dalam bidang ekologi : pencacahan hewan, perbedaan jenis kelamin.
3. Dalam bidang pertanian / kehutanan : jenis tanah, pemetaan vegetasi.
4. .Dalam bidang geologi : pemetaan geologi, mendeteksi lokasi anomali
geobotani.
5. .Dalam bidang hidrologi : garis batas daratan dan air, pemetaan daerah banjir.
6. Dalam bidang oseanografi : penentuan garis pantai, pendugaan kedalaman air.
7. Dalam bidang kekotaan : wujud bangunan, taman kota, lapangan olahraga.
B. Pengertian Citra
Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau
tampak langsung pada hasil cetakan. Benda yang tergambar pada citra dapat dikenali
berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor. Tiga ciri yang terekam oleh sensor adalah
ciri spasial, ciri temporal dan ciri spektral.
Ciri spasial adalah ciri yang berkaitan dengan ruang yang meliputi : bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur situs dan asosiasi. Misalnya ruang yang terekam pada lembaran
citra foto berupa areal hutan maka dapat ditafsirkan ciri – ciri keruangannya sebagai
berikut :
a. Bentuk

Objek yang sejenis dimuka bumi memiliki bentuk sejenis pada citra, apakah bentuk
wilayah itu tersebar atau beraturan.

b. Ukuran

Setelah bentuk suatau objek pada citra foto sudah diketahu seperti apa, maka ciri lain
yang mudah diketahui adalah ukuranya apakah berbentuk belah ketupat, empat
persegi panjang atau segitiga, luas benda tersebut kemudian dihitung dengan skala
tertentu.
c. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada didaerah gelap . bayangan


merupakan kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek, dengan adanya
bayangan objek akan tampak lebih jelas. Contoh : lereng terjal tampak lebih jelas
dengan adanya bayangan.
d. Pola

Merupan ciri yang menandai banyaknya objek buatan manusia dan beberapa objek
alamiah. Contoh: areal hutan umumnya mempunyai pola tidak beraturan sedangkan
areal sawah dan perkebunan umumnya punya pola beraturan.

e. Tekstur

Merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dan biasanya tekstur dinyatakan
sebagai halus, sedang dan kasar. Contoh : hutan yang bervegetasi beraneka ragam
punya teksturnya kasar sedangkan tanaman padi yang seragam teksturnya akan
tampak halus.

f. Situs

Situs adalah tempat, kedudukan atau letak suatu objek dalam hubunganya dengan
objek lain berdasarkan proses terjadinya.

g. Asosiasi / ciri – ciri tertentu


Dapat diartikan adanya keterkaitan langsung antara objek yang satu dengan yang
lainnya. Contoh: hutan hujan tropis berciri lebat dan industri berasosiasi dengan
cerobong asap.

Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan umur benda dan waktu perekaman.
Contoh
 Umur : Daerah aliran sungai yang rusak dapat dibedakan dengan DAS yang belum
rusak.
 Waktu: Air pada citra foto tampak gelap pada musim kemarau, tetapi akan cerah
pada musim hujan.

Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda
yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona (tone) adalah tingkat kecerahan objek
yang tergambar pada citra. Pada foto udara hitam putih rona objek dapat beragam dari
putih hingga hitamdengan berbagai wujud peralihan seperti putih ke abu-abuan atau
kelabu kehitam – hitaman. Foto udara berwarna akan lebih mudah diinterpretasikan
berdasarkan ketampakan warna objek. Dengan menggunakan band (saluran)
inframerah, tumbuh-tumbuhan hijau akan tampak kemerah – merahan.

C. Jenis Citra
Citra dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Citra Foto dan Citra NonFoto,
1.Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan lewat kamera. Output dari citra foto yaitu
klise foto. Citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Foto ultraviolet: memiliki panjang gelombang 0,02-0,04 mikrometer. Ciri dari


ultraviolet dapat mengenali berbagai objek karena warna kontras. Contohnya
mendeteksi tumpahan minyak, batuan kapur, atap logam, dsb.

b. Foto ortokromatik: panjang gelombang 0,4 – 0,56 mikrometer. Dapat melihat


objek di bawah permukaan air atau untuk studi pantai.
c. .Foto pankromatik: panjang gelombang 0,36 – 0,72 mikrometer. Kepekaan film
menyerupai mata manusia. Bisa terlihat hitam putih atau pankromatik berwarna.

Foto inframerah adalah citra foto yang proses pembuatanya menggunakan spektrum
inframerah.bisa berupa foto inframerah asli: panjang gelombang 0,4 – 1,2 mikrometer
ataupun Foto inframerah modifikasi: panjang gelombang 0,5 – 0,9 mikrometer.

2. Citra Non Foto

citra non foto adalah melakukan perekaman gambar dengan sensor tanpa kamera
melainkan dari spektrum elektromagnetik. Berdasarkan wahana yang digunakan, citra
non foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Citra dirgantara yaitu citra yang ditangkap dengan menggunakan wahana yang ada
di udara. Contohnya adalah citra MSS dan inframerah termal.

b. Citra satelit, yaitu citra yang berasal dari antariksa.

Sedangkan berdasarkan banyaknya foto, citra terbagi menjadi Citra tunggal: foto
yang dihasilkan menggunakan sensor tunggal. Citra multispektral: citra yang dihasilkan
dengan sensor jamak, contohnya adalah cirtra RBV (Return Beam Vidicon) dan Mss
(Multi Spectral Scanner)
D. Unsur Interpretasi Citra
Dalam proses interpretasi citra, para penafsir citra akan berusaha untuk mengkaji citra
dengan tujuan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya sebuah
objek yang tergambar pada citra. Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada
beberapa unsur yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi
untuk mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki
menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah ini

Unsur interpretasi citra


terdiri dari sembilan butir,
yaitu rona atau warna,
ukuran, bentuk tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi. Sembilan unsur
interpretasi citra disusun secara berjenjang atau secara hirarkhik.

Berikut ialah unsur- unsur interpretasi citra, antara lain (Sutatanto, 1994: 121-142):

1. Rona dan Warna

Rona (tone/color tune/grey tune) ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan
obyek pada citra. Rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna ialah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak.

2.. Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka


suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang
dikenali berdasarkan bentuknya saja.

3. Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam
memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.

4.Tekstur

Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dalam Lilesand dan Kiefer
(1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk membedakan
secara individual dalam Estes dan Simonet (1975). Tekstur sering. dinyatakan
dengan kasar, halus seperti beledu dan belang-belang.
5.. Pola

Pola tinggi, dan bayangan dikelompokan ke dalam tingkat kerumitan tersier. Tigkat
kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan
tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Meskipun tinggi dikelompokkan ke dalam
tingkat kerumitan tersier, ia tidak dibincangkan secara eksplisit karena sebenarnya
telah tercakup ke dalam ukuran sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan
bagi beberapa obyek alamiah.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah. gelap.
Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak
sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian,
bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek
yang justru lebih tampak dari bayangannya.

7. Situs

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih


tinggi. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan.dalam kaitannya
dengan lingkungan sekitar.

8. Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan. obyek
lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain
I .ALAT DAN BAHAN
1.Citra Pankromatik Berwarna
2. Plastik Transparan
3. Drawing Pen
4. Penggaris
5. Penghapus
6. Buku Tulis

II. TEKNIK PELAKSANAAN


1.Menyiiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.Menempelkan plastik transparan yang telah digunting di atas citra pankromatik
berwarna.
3. Melakukan interpretasi citra yaitu dengan mengidentifikasikan objek pada citra.
4. Mengisi tabel yang telah di siapkan.

III. HASIL
Lampiran 1. Hasil objek

NO Rona Warna Tekstur Ukuran Bentuk Pola Asosiasi Situs Bayangan


Dugaan
1 Hitam\gelap Sangat _ memanjang Horizontal mobil Aspal _ Jalan
kasar dan vertikal

2 Hijau tua Sedikit _ Persegi horizontal jalan tanah _ kebun


kasar panjang

3 Hitam Bertekstur _ Persegi horizontal Handayani Genteng ada


kecoklatan panjang resto museum
kasar \atap

V. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah saya lakukan pada saat berlangsungnya mata kuliah
pengindraan jauh Dengan mengamati cita berwarna yang mana tentunya ada beberapa
objek dalam citra tersebut saya memilih untuk mengidentifikasi 3 objek.Dalam
pengidentikasian objek pada citra hitam putih ini merukapan proses yang biasa disebut
intrepertasi citra yang juga menggunakan suatu alat selain itu intrepertasi citra
dilaakukan berdasarkan unsur intrepertasi peta yang telah kita ketahui.Adapun tahapan
yang saya lakukan pertama yaitu pendeteksian yaitu dengan mengamati citra guna
menemukan objek yang ada didalamnya yang kedua yaitu pengidentifikaisian objek
pada citra hitam putih sebagaimana tadi dijelaskan bahwa saya memilih tiga objek dari
beberapa objek yang ada pada citra hitam putih. dengan alasan dalam tahapan kedua ini
saya hanya dapat mengenali tiga objek berupa apakah tiga objek yang saya pilih pada
citra hitam putih ini,yang terakhir yaitu tahap analisis dalam tahap ini mengacu pada
proses penjelasan lebih lanjut mengenai tiga objek yang saya pilih.

Jadi dari tiga tahapan yang saya lakukan dalam intrepertasi citra hitam putih
membuahkan hasil yaitu tiga objek pada citra berwarna.objek yang pertama yaitu jalan
sebagaimana terdapat pada gambar diatas yang telah saya beri nomor dan keterangan
objek,saya menyatakan objek tersebut adalah jalan karena memiliki warna gelap atau
hitam serta tekstur yang sangat kasar serta polanya ada yang meanjang horizontal dan
vertikal saya rasa ciri tersebut membuktikan bahwa objek tersebut adalah jalan objek
yang kedua yaitu kebun sebagaimana terdapat pada gambar diatas yang telah saya beri
nomor dan keterangan objek,saya menyatakan objek tersebut adalah kebun karena
memiliki warna hijau tua namun objek tersebut memiliki warna yang lebih muda dari
pada objek lain yang juga berwarna hijau serta tekstur yang sedikit kasar dan objek itu
dalam keadaan utuh yang berkumpul saya rasa ciri tersebut membuktikan bahwa objek
tersebut adalah kebun objek yang ketiga yaitu museum kebun sebagaimana terdapat
pada gambar diatas yang telah saya beri nomor dan keterangan objek,saya menyatakan
objek tersebut adalah meseum karena memang memiliki bentuk persegi
panjang ,sebenarya dengan berbentuk persegi panjang bukan berarti itu sudah pasti
museum namun ketika diamati lebih seksama bentuknya tidak benar benar persegi
panjang akan tetapi terlihat seperti sebuah bangunan yang sesuai apabila bangunan
tersebut adalah sebuah museum selain itu pada citra berwarna tersebut memang
terdapat keterangan mengenai objek no tiga tersebut saya rasa hal tersebut
membuktikan bahwa objek tersebut adalah museum.
ACARA IV

IDENTIFIKASI OBJEK PADA CITRA

INFLA MERAH
A.PENGERTIAN CITRA INFLA MERAH

Foto inframerah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat
dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9
mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan inframerah modifikasi (infra merah dekat)
dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.Cirinya dapat
mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto infra merah daun tidak
ditentukan berdasarkan warna tetapi oleh sifat jaringannya.

Secara umum Foto inframerah berwarna dipergunakan bagi keperluan untuk


membedakan tanaman yang sehat dan tanaman yang terserang penyakit dengan jelas
hanya dengan membedakan perbedaan warnanya. Citra Foto ini baik sekali untuk
mendeteksi air permukaan dan membedakan batas antara air dan daratan, ini disebabkan
karena air menyerap sebagian besar infra merah sehingga air akan tampak gelap.

Keungulan Foto inframerah mempunyai sifat pantulan khusus bagi vegetasi, daya
tembusnya yang besar terhadap kabut tipis, dan daya serap yang besar terhadap air.
infra merah berwarna mempunyai keunggulan pada warnanya yang tidak serupa dengan
warna aslinya. Dengan warna semu itu banyak objek pada foto ini menjadi mudah
dikenali.Kelemahan foto inframerah adanya efek bayangan gelap karena saluran infra
merah dekat, tidak peka terhadap sinar baur dan sinar yang dipolarisasikan. sifat
tembusnya kecil terhadap air. kecepatan yang rendah dalam pemotretan.

B. Pengertian Citra

Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau
tampak langsung pada hasil cetakan. Benda yang tergambar pada citra dapat dikenali
berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor. Tiga ciri yang terekam oleh sensor adalah
ciri spasial, ciri temporal dan ciri spektral.
Ciri spasial adalah ciri yang berkaitan dengan ruang yang meliputi : bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur situs dan asosiasi. Misalnya ruang yang terekam pada lembaran
citra foto berupa areal hutan maka dapat ditafsirkan ciri – ciri keruangannya sebagai
berikut :
a. Bentuk

Objek yang sejenis dimuka bumi memiliki bentuk sejenis pada citra, apakah bentuk
wilayah itu tersebar atau beraturan.
b. Ukuran

Setelah bentuk suatau objek pada citra foto sudah diketahu seperti apa, maka ciri lain
yang mudah diketahui adalah ukuranya apakah berbentuk belah ketupat, empat
persegi panjang atau segitiga, luas benda tersebut kemudian dihitung dengan skala
tertentu.
c. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada didaerah gelap . bayangan


merupakan kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek, dengan adanya
bayangan objek akan tampak lebih jelas. Contoh : lereng terjal tampak lebih jelas
dengan adanya bayangan.
d. Pola

Merupan ciri yang menandai banyaknya objek buatan manusia dan beberapa objek
alamiah. Contoh: areal hutan umumnya mempunyai pola tidak beraturan sedangkan
areal sawah dan perkebunan umumnya punya pola beraturan.

e. Tekstur

Merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dan biasanya tekstur dinyatakan
sebagai halus, sedang dan kasar. Contoh : hutan yang bervegetasi beraneka ragam
punya teksturnya kasar sedangkan tanaman padi yang seragam teksturnya akan
tampak halus.

f. Situs
Situs adalah tempat, kedudukan atau letak suatu objek dalam hubunganya dengan
objek lain berdasarkan proses terjadinya.

g. Asosiasi / ciri – ciri tertentu

Dapat diartikan adanya keterkaitan langsung antara objek yang satu dengan yang
lainnya. Contoh: hutan hujan tropis berciri lebat dan industri berasosiasi dengan
cerobong asap.

Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan umur benda dan waktu perekaman.
Contoh
 Umur : Daerah aliran sungai yang rusak dapat dibedakan dengan DAS yang belum
rusak.
 Waktu: Air pada citra foto tampak gelap pada musim kemarau, tetapi akan
cerah pada musim hujan.

Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda
yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona (tone) adalah tingkat kecerahan objek
yang tergambar pada citra. Pada foto udara hitam putih rona objek dapat beragam dari
putih hingga hitamdengan berbagai wujud peralihan seperti putih ke abu-abuan atau
kelabu kehitam – hitaman. Foto udara berwarna akan lebih mudah diinterpretasikan
berdasarkan ketampakan warna objek. Dengan menggunakan band (saluran)
inframerah, tumbuh-tumbuhan hijau akan tampak kemerah – merahan.

C. Jenis Citra
Citra dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Citra Foto dan Citra NonFoto,
1.Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan lewat kamera. Output dari citra foto yaitu
klise foto. Citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Foto ultraviolet: memiliki panjang gelombang 0,02-0,04 mikrometer. Ciri dari


ultraviolet dapat mengenali berbagai objek karena warna kontras. Contohnya
mendeteksi tumpahan minyak, batuan kapur, atap logam, dsb.
b. Foto ortokromatik: panjang gelombang 0,4 – 0,56 mikrometer. Dapat melihat objek
di bawah permukaan air atau untuk studi pantai.

c. .Foto pankromatik: panjang gelombang 0,36 – 0,72 mikrometer. Kepekaan film


menyerupai mata manusia. Bisa terlihat hitam putih atau pankromatik berwarna.

Foto inframerah adalah citra foto yang proses pembuatanya menggunakan spektrum
inframerah.bisa berupa foto inframerah asli: panjang gelombang 0,4 – 1,2 mikrometer
ataupun Foto inframerah modifikasi: panjang gelombang 0,5 – 0,9 mikrometer.

2. Citra Non Foto

citra non foto adalah melakukan perekaman gambar dengan sensor tanpa kamera
melainkan dari spektrum elektromagnetik. Berdasarkan wahana yang digunakan, citra
non foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Citra dirgantara yaitu citra yang ditangkap dengan menggunakan wahana yang ada di
udara. Contohnya adalah citra MSS dan inframerah termal.

b. Citra satelit, yaitu citra yang berasal dari antariksa.

Sedangkan berdasarkan banyaknya foto, citra terbagi menjadi Citra tunggal: foto yang
dihasilkan menggunakan sensor tunggal. Citra multispektral: citra yang dihasilkan
dengan sensor jamak, contohnya adalah cirtra RBV (Return Beam Vidicon) dan Mss
(Multi Spectral Scanner).
D. Unsur Interpretasi Citra
Dalam proses interpretasi citra, para penafsir citra akan berusaha untuk mengkaji citra
dengan tujuan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya sebuah
objek yang tergambar pada citra. Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada
beberapa unsur yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi
untuk mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki
menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah ini
Unsur interpretasi citra
terdiri dari sembilan butir,
yaitu rona atau warna,
ukuran, bentuk tekstur,
pola, tinggi, bayangan,
situs, dan asosiasi.
Sembilan unsur
interpretasi citra disusun
secara berjenjang atau
secara hirarkhik.

Berikut ialah unsur- unsur interpretasi citra, antara lain (Sutatanto, 1994: 121-142):

1. Rona dan Warna

Rona (tone/color tune/grey tune) ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan
obyek pada citra. Rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna ialah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak.

2.. Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka


suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang
dikenali berdasarkan bentuknya saja.

3. Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam
memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.
4.Tekstur

Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dalam Lilesand dan Kiefer
(1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk membedakan
secara individual dalam Estes dan Simonet (1975). Tekstur sering. dinyatakan
dengan kasar, halus seperti beledu dan belang-belang.

5.. Pola

Pola tinggi, dan bayangan dikelompokan ke dalam tingkat kerumitan tersier. Tigkat
kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan
tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Meskipun tinggi dikelompokkan ke dalam
tingkat kerumitan tersier, ia tidak dibincangkan secara eksplisit karena sebenarnya
telah tercakup ke dalam ukuran sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan
bagi beberapa obyek alamiah.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah. gelap.
Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak
sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian,
bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek
yang justru lebih tampak dari bayangannya.

7. Situs

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih


tinggi. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan.dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitar.
8. Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan. obyek
lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain

I. ALAT DAN BAHAN


1.Citra Pankromatik Berwarna
2.Plastik Transparan
3.Drawing Pen
3.Penggaris
4. Penghapus
5 .Buku Tulis

II. TEKNIK PELAKSANAAN


1.Menyiiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2 Menempelkan plastik transparan yang telah digunting di atas citra pankromatik
berwarna.
3 Melakukan interpretasi citra yaitu dengan mengidentifikasikan objek pada citra.

III. HASIL
Lampiran 1. Hasil objek
V. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah saya lakukan pada saat berlangsungnya mata kuliah
pengindraan jauh Dengan mengamati cita Iinfla merah yang mana tentunya ada
beberapa objek dalam citra tersebut saya memilih untuk mengidentifikasi 3
objek.Dalam pengidentikasian objek pada citra infla merah ini merukapan proses yang
biasa disebut intrepertasi citra yang juga menggunakan suatu alat selain itu intrepertasi
citra dilakukan berdasarkan unsur intrepertasi yang telah kita ketahui.Adapun tahapan
yang saya lakukan pertama yaitu pendeteksian yaitu dengan mengamati citra guna
menemukan objek yang ada didalamnya yang kedua yaitu pengidentifikaisian objek
pada citra infla merah sebagaimana tadi dijelaskan bahwa saya memilih tiga objek dari
beberapa objek yang ada pada citra infla merah. dengan alasan dalam tahapan kedua ini
saya hanya dapat mengenali tiga objek berupa apakah tiga objek yang saya pilih pada
citra infla merah ini,yang terakhir yaitu tahap analisis dalam tahap ini mengacu pada
proses penjelasan lebih lanjut mengenai tiga objek yang saya pilih.
Jadi dari tiga tahapan yang saya lakukan dalam intrepertasi citra infla merah
membuahkan hasil yaitu tiga objek pada citra hitam putih.objek yang pertama yaitu
sungai sebagaimana terdapat pada gambar diatas yang telah saya beri nomor dan
keterangan objek karena objek tersebut mempunyai pola seperti aliran sunagai saya rasa
ciri tersebut membuktikan bahwa objek tersebut adalah sungai objek yang kedua yaitu
dataran rendah karena objek tersebut berada dekat dengan objek yang saya kenali
sebagai gunung biasanya disekitar pegunungan memang terdapat dataran rendah selain
itu objek tersebut dari pengamatan saya objek tersebut memang terlihat seperti dataran
rendah objek yang ketiga dataran tinggi atau pegunungan sebagaimana terdapat pada
gambar diatas yang telah saya beri nomor dan keterangan objek karena objek tersebut
mempunyai garis garis yang tergambarkan seperti dataran tinggi dengan garis yang
berada ditengah antara dua sisi dengan warna yang berbeda salah satunya lebih gelap
dari yang lain maka dari itu terlihat seperti gunung yang terkena sinar mata hari dari
satu sisi saja saya rasa ciri tersebut membuktikan bahwa objek tersebut adalah dataran
tinggi atau pegunungan
.
ACARA IV
TOPONiMI
I. KAJIAN TEORI
A. Toponimi

Toponimi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penamaan tempat


(toponym), yang meliputi aspek sejarah, arti, dan tipologi (penulisan dan pengucapan)
1. Toponimi berasal dari dua kata Yunani, yaitu topos yang berarti tempat dan onoma
yang berarti nama. Sedangkan toponim adalah nama yang diberikan kepada suatu
tempat atau objek geografis.

Toponim dapat dilekatkan pada unsur alam maupun buatan manusia, seperti gunung,
sungai, laut, pulau, kota, desa, jalan, jembatan, bandara, dan sebagainya. Toponim
terdiri dari dua bagian, yaitu generic name (nama generik) dan specific name (nama
spesifik). Generic name adalah nama yang menggambarkan bentuk atau jenis objek
geografis, seperti gunung, sungai, atau jalan. Specific name adalah nama asli yang
melekat pada objek tersebut, seperti Merapi, Brantas, atau Sudirman.
Toponimi memiliki fungsi dan arti penting dalam proses pemetaan. Toponimi
berfungsi sebagai label yang mengidentifikasi objek-objek geografis pada suatu lokasi
tertentu, sekaligus sebagai penunjuk arah secara implisit. Toponimi juga dapat
merefleksikan budaya, sejarah, dan karakteristik suatu tempat.

Toponim atau Nama-nama geografis diberilkan untuk semua kenampakan alami


maupun buatan manusia, sebgai berikut :Kenampakan alami, meliputi obyek yang ada
di darat, laut ,maupun dasar laut, misalnya:Sunga ,
Laut ,Samudera ,Gunung ,Lembah ,Teluk ,Tanjung ,Palung ,Pulau ,Kenampakan buatan
manusia seperti Infrastruktur: Bandara, pelabuhan, jembatan, terowongan, jalan
Permukiman, perumahan, real estate Perkebunan, pertambangan, daerah konsensi
minyak Daerah koservasi dan kawasan lindung Daerah adminitratif; provinsi,kabupaten,
kecamatan, desa.
Generic Name Dan Specific Name ,Nama-nama geografi terdiri dari dua bagian,yaitu

a. generic name ( nama generik, penamaan sesuai dengan bentuk obyek)


b. specific name ( nama spesifik, nama sebenarnya yang melekat pada obyek
tersebut).
I .ALAT DAN BAHAN
1. Laptop
2. Smartphone
3. Software AutoCAD
4. Buku dan Alat Tulis

II .TEKNIK PELAKSANAAN
1.Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Buka alat perangkat untuk mencari suatu objek seperti dari smartphone maupun
laptop.
3.Pilihlah objek yang akan ditentukan.
4. Setelah menentukan suatu objek, langkah selanjutnya yaitu carilah data-data dari
objek tersebut.
5.Jika data-data sudah terkumpul analisis lah objek tersebut.

III .HASIL
Berikut lampiran gambar daerah hasil laporan praktikum saya yaitu yang berjudul
Toponimi, objek yang saya amati yaitujembatan suramadu, jawa timur. Jembatan
Suramadu pertama kali dicetuskan seorang insinyur sipil bernama Prof Dr Sedyatmo
tahun 1960-an. Ia merancang desain Jembatan Suramadu dan desa tlooh
Asal usul nama Suramadu diambil dari dua titik penghubungnya, yakni Surabaya (Sura)
dan Bangkalan yang berada di Pulau Madura (Madu). Jembatan yang menghubungkan
dua pulau ini sangat bermanfaat bagi yang hendak menyeberang.Sebelumnya, jika ingin
ke Madura dari Surabaya harus menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh sekitar
30 menit. Kini dengan adanya Jembatan Suramadu hanya membutuhkan waktu 5 menit.
asal usul dari Desa Tlokoh menurut keterangan dari sesepuh setempat berasal dari kata
"Tiga Tokoh dan Tiga Kuku" yakni dalam Bahasa Madura "Tello' Tokoh dan Tello'
Kokoh" gampangnya Tlokoh..
V. KESIMPULAN

pembangunan Jembatan Suramadu dilakukan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20


Agustus 2003. Butuh waktu 6 tahun untuk menyelesaikan jembatan tersebut.Pembuatan
jembatan dilakukan dari tiga sisi. Baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya.
Pembangunan jembatan ini untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura
Pembangunan yang dimaksud meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura. Di
mana relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Provinsi Jawa Timur. Maka
menurut saya penamaan ini merupakan jenis penamaan Generic name yang mana
sebagaimana terdapat pada hasil laporan bahwa jembatan diberi nama suramadu karena
merupakan singakatan dari surabaya madura karena jembatan ini merupakan
penghubung surabaya dan bangkalan yang berada dipulau madura selain itu toponimi
yang saya ambil untuk bahan laporan merupakan toponimi buatan manusia bukan
toponimi alami.
Sedangkan Desa Tlokoh Pada jaman dahulu kala di Kerajaan Bangkalan tersebutlah 3
orang tokoh yang sedang berguru. Sang guru memberikan suatu ilmu kepada ke 3 tokoh
tersebut, namun untuk menjadi sempurna ilmu tersebut, syaratnya ketiga tokoh tersebut
harus mendapatkan kuku harimau. Karena dengan kuku harimau tersebut maka ilmu
yang diperoleh menjadi sempurna. Atas kemauan ketiga tokoh tersebut, maka
berangkatlah 3 tokoh itu mencari harimau. Setelah sekian lama mencari, ke 3 tokoh
tersebut mendengar kabar ada seekor harimau yang sedang mengamuk di subuah desa.
Maka berangkatlah ke tiga tokoh tersebut ke desa yang dimaksud untuk membunuh
harimau tersebut demi kesempurnaan ilmu yang mereka punya.

Akhirnya 3 tokoh tersebut melihat seekor harimau mengamuk dan kelaparan masuk ke
wilayah pemukiman yang letaknya dikelilingi hutan yang lebat, kemudian tiga orang
tokoh tersebut saat itu coba mengusir harirnau tetapi tidak berhasil malahan terjadi
pertarungan sengit antara tiga orang tokoh tersebut dengan harimau. Perlawanan dari
tiga tokoh tersebut sangat sengit tetapi belum juga bisa mengalahkan harimau itu dan
saat itu tidak sengaja salah satu tokoh ingin menebas tangan harimau tetapi malah yang
kena tiga kuku (tello' kokoh) harirnau yang patah sekaligus merupakan kelemahan dari
si harimau, sehingga harimau itu mati.

Tiga Tokoh tersebut akhirnya memotong kuku harimau tersebut sehingga ke tiga tokoh
tersebut bisa menyempurnakan ilmu yang diberikan oleh gurunya. Maka menurut saya
penamaan ini merupakan jenis penamaan Generic name yang mana sebagaimana
terdapat pada hasil laporan bahwa berasal dari kata "Tiga Tokoh dan Tiga Kuku" yakni
dalam Bahasa Madura "Tello' Tokoh dan Tello' Kokoh" gampangnya Tlokoh..
ACARA V

MENGHITUNG LUAS PADA PETA

I. KAJIAN TEORI
A.Pengertian Peta

Suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan area (poligon). Poligon
merupakan garis tertutup yang kedua ujungnya saling bertemu dan membentuk area.
Area yang terbentuk ini akan membentuk luasan yang dapat kita ukur/hitung berapa
besarnya. Menghitung luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara manual
dengan menggunakan Sistem Grid.
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Didalam peta terdapat banyak
komponen-komponen pendukung nya seperti skala, judul peta, legenda, tanda arah, peta
inset, simbol, lettering, sumber dan tahun pembuatan peta.
Komponen-komponen tersebut lah yang menjadikan sebuah peta dapat dimanfaat kan dan
dapat memberikan informasi kepada pengguna peta. Jika berbicara tentang fungsi dari
suatu peta dizaman modern ini peta tidak lagi hanya berfungsi sebagai melihat lokasi
suatu wilayah atau menentukan jarak antar wilayah, tetapi peta juga sudah bisa
digunakan untuk menghitung luas suatu wilayah.

B.Skala Dan Skala peta

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak sebenarnya dengan jarak
pada peta. Saat kartografer menggambar peta wilayah, mereka tidak akan memakai
ukuran jarak sebenarnya sehingga muncul skala. Sementara itu, skala peta adalah
perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Untuk menghitung
skala peta, rasio yang tertulis pada peta bisa dijadikan sebagai acuan.

Skala peta yang menggunakan angka-angka. Di jenis ini terdapat skala angka, skala
numerik, skala perbandingan, dan skala pecahan. Misalnya skala peta 1 : 25.000, 1 :
50.000, 1 : 100.000, dan lainnya. Skala peta yang menggunakan garis dengan ukuran
perbandingan. Di jenis ini, ada skala grafik, skala batang, dan skala garis. Skala peta
yang menggunakan kata-kata di dalam representasi ukuran jarak peta. Dalam jenis ini,
terdapat skala verbal, skala pernyataan, skala kalimat. Misalnya, tiap 1 cm berbanding 1
km, atau inch to mile.
C.Menghitung Luas Dengan Menggunakan Metode Grid

Sistem grid adalah dengan membuat petak-petak pada gambar peta dalam bentuk bujur sangkar
yang berukuran sama. Penentuan panjang sisi bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm, tetapi
dapat dimodifikasi tergantung kebutuhan. Didalam sistem grid ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :

1.Kotak yang penuh: Kotak yang penuh atau tertutupi oleh seluruh wilayah itu
dihitung satu.

2. Kotak yang tidak penuh


Kotak yang tidak penuh memiliki aturan nya sendiri, apabila wilayah menutupi kotak lebih
dari 60 % maka kotak dihitung satu tetapi apabila wilayah nya menutupu kotak kurang
dari 60 % maka itu tidak masuk dalam hitungan.

Contoh perhitungan jumlah kotak seperti pada gambar berikut :


Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan
rumus berikut :

II. ALAT DAN BAHAN

1. Peta RBI
2.Kertas Kalkir
3. Pensil
4. Penghapus
5. Ballpoint
6. Plaster/Isolasi
7. Drwaing Pen
8. Kertas Milimeter Blok

III. TEKNIK PELAKSANAAN


1. Siapkan alat dan bahan praktikum sesuai kebutuhan.
2. Tentukan Wilayah yang akan di jadikan sebagai objek kajian/pengamatan.
3. Gambarlah wilayah yang akan dijadikan objek pengamatan pada kertas Kalkir.
4. Berdasarkan objek kajian atau pengamatan yang telah digambar, maka hitunglah
luas wilayah nya pada citra dengan menyiapkan kertas milimeter blok kemudian
tempelkan/timpa kertas milimeter blok dengan hasil objek.
5. Hitunglah luas objek tersebut berdasarkan kotak dari kertas milimeter blok.
V. HASIL

Lampiran 1. Menghitung luas dengan menggunakan metode grid.

Hasil :

A. Menghitung luas Desa jabres menggunakan metode grid.


Diketahui Luas: = (Skala¿2 x (Jumlah Kotak) x (1cm¿2
= (85.000¿2 x 57 x ( 1cm¿2
= 7.225.000 x 57 x 1cm2
= 411.825.000.000 cm2
= 411,825k m2

B. Menghitung luas Desa Banjar sari menggunakan metode grid.


Diketahui Luas: = (Skala¿2 x (Jumlah Kotak) x (1cm¿2
= (85.000¿2 x 67 x ( 1cm¿2
= 7.225.000 x 67 x 1cm2
=484.075.000.000 cm2
= 484,075k m2
C. Menghitung luas Desa kliwon menggunakan metode grid.
Diketahui Luas: = (Skala¿2 x (Jumlah Kotak) x (1cm¿2
= (85.000¿2 x18 x ( 1cm¿2
= 7.225.000 x18 x 1cm2
=130.050.000.000 cm2
= 13.005k m2

D. Menghitung luas Desa sarengan menggunakan metode grid.


Diketahui Luas: = (Skala¿2 x (Jumlah Kotak) x (1cm¿2
= (85.000¿2 x8 x ( 1cm¿2
= 7.225.000 x8 x 1cm2
=57.800.000.000 cm2
= 57,8k m2
E. Menghitung luas desa laweyan menggunakan metode grid.
Diketahui Luas: = (Skala¿2 x (Jumlah Kotak) x (1cm¿2
= (85.000¿2 x31 x ( 1cm¿2
= 7.225.000 x31 x 1cm2
=223.975.000.000 cm2
= 223,975k m2
V. KESIMPULAN
Dari hasil laporan saya yaitu yang berjudul menghitung luas pada peta dapat saya simpulkan
dan paparkan ulang bahwa Peta yang saya gunakan untuk menghitung luas wilayah adalah
Peta RBI (Peta Rupabumi Digital Indonesia1:85.000 )kodaya surakaarta yang terdiri dari
lima kecamatan yaitu jabres,banjarsari,sarengan,kliwon,laweyan yang mana kecamatan
jabres sebgaimana terdapat pada hasil penghitungan luasnya adalah 411,825k m2,kecamatan
banjarsari sebgaimana terdapat pada hasil penghitungan luasnya adalah 484,075k m2,
kecamatan kliwon sebgaimana terdapat pada hasil penghitungan luasnya adalah 13.005k m2,
kecamatan sarengan sebagaimana terdapat pada hasil penghitungan luasnya adalah 57,8k m2,
kecamatan laweyan sebagaimana terdapat pada hasil penghitungan luasnya adalah 223,975
2
k m maka dari itu total luas seluruhannya yaitu……….
ACARA VI

MENGHITUNG JARAK PADA PETA

I. KAJIAN TEORI
A. pengertian peta

Suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan area (poligon). Poligon
merupakan garis tertutup yang kedua ujungnya saling bertemu dan membentuk area.
Area yang terbentuk ini akan membentuk luasan yang dapat kita ukur/hitung berapa
besarnya. Menghitung luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara manual
dengan menggunakan Sistem Grid.
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Didalam peta terdapat banyak
komponen-komponen pendukung nya seperti skala, judul peta, legenda, tanda arah, peta
inset, simbol, lettering, sumber dan tahun pembuatan peta.
Komponen-komponen tersebut lah yang menjadikan sebuah peta dapat dimanfaat kan dan
dapat memberikan informasi kepada pengguna peta. Jika berbicara tentang fungsi dari
suatu peta dizaman modern ini peta tidak lagi hanya berfungsi sebagai melihat lokasi
suatu wilayah atau menentukan jarak antar wilayah, tetapi peta juga sudah bisa
digunakan untuk menghitung luas suatu wilayah.

B.Skala Dan Skala peta

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak sebenarnya dengan jarak
pada peta. Saat kartografer menggambar peta wilayah, mereka tidak akan memakai
ukuran jarak sebenarnya sehingga muncul skala. Sementara itu, skala peta adalah
perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Untuk menghitung
skala peta, rasio yang tertulis pada peta bisa dijadikan sebagai acuan.

Skala peta yang menggunakan angka-angka. Di jenis ini terdapat skala angka, skala
numerik, skala perbandingan, dan skala pecahan. Misalnya skala peta 1 : 25.000, 1 :
50.000, 1 : 100.000, dan lainnya. Skala peta yang menggunakan garis dengan ukuran
perbandingan. Di jenis ini, ada skala grafik, skala batang, dan skala garis. Skala peta
yang menggunakan kata-kata di dalam representasi ukuran jarak peta. Dalam jenis ini,
terdapat skala verbal, skala pernyataan, skala kalimat. Misalnya, tiap 1 cm berbanding 1
km, atau inch to mile.

C.Menghitung Jarak A Ke B

Berikut gambar Rumus Skala, menghitung jarak, dan menghitung jarak sebenarnya :

Coontoh soal
Jarak antara kota A dan B pada peta adalah 6 cm. Jika skala pada peta yang digunakan
adalah 1:500.000, bagaimana cara mencari jarak sebenarnya kedua kota tersebut?
Jawaban:
Jarak sebenarnya= Jarak Peta : Skala
Jarak sebenarnya= 6 : (1:500.000) = 6 x 500.000 = 3.000.000 cm
Jadi, jarak sebenarnya antara kota A dan B adalah 3.000.000 cm atau 30 km.
Cara mencari jarak pada peta

Contoh soal:
Diketahui jarak sebenarnya dari kota A ke kota B adalah 120 km, jika terdapat sebuah
peta dengan skala 1: 400.000, maka jarak pada peta dari kota A ke kota B adalah?
Jawaban:
Jarak Peta = Skala x Jarak Sebenarnya
Jarak Peta = 1 berbanding 400.000 x 120 km
Jarak Peta = 1/400.000 x 12.000.000 cm
Jarak Peta = 30 cm

II. ALAT DAN BAHAN

1. Peta RBI
2.Kertas Kalkir
3. Pensil
4. Penghapus
5. Ballpoint
6. Plaster/Isolasi
7. Drwaing Pen
8. Kertas Milimeter Blok

III. TEKNIK PELAKSANAAN


1. Siapkan alat dan bahan praktikum sesuai kebutuhan.
2. Tentukan Wilayah yang akan di jadikan sebagai objek kajian/pengamatan.
3. Gambarlah wilayah yang akan dijadikan objek pengamatan pada kertas Kalkir.
4. Berdasarkan objek kajian atau pengamatan yang telah digambar, maka hitunglah
luas wilayah nya pada citra dengan menyiapkan kertas milimeter blok kemudian
tempelkan/timpa kertas milimeter blok dengan hasil objek.
5. Hitunglah luas objek tersebut berdasarkan kotak dari kertas milimeter blok.
V. HASIL
Lampiran 1. Menghitung luas dengan menggunakan metode grid.

Hasil :
Diketahui : Ukuran jarak dari Desa Sumberejo ke Desa Padureso adalah 6, 2 cm.
Diketahui :
JP = 4 Cm
Skala = 1: 85.000 cm
Hitung Js = JP X Skala
= 4 x 25.000 cm
=340.000 cm
= 3, 400 km.

V. KESIMPULAN

Dari hasil laporan saya yaitu yang berjudul menghitung jarak A ke B pada peta dapat saya
simpulkan dan paparkan ulang bahwa Peta yang saya gunakan untuk menghitung luas
wilayah adalah Peta RBI (Peta Rupabumi Digital Indonesia1:85.000 )kodaya surakaarta
yang terdiri dari lima kecamatan yaitu jabres banjarsari,sarengan,kliwon ,laweyan yang
mana saya memilih untuk menghitung jarak antara kecamatan sarengan dan kliwon
sebgaimana terdapat pada hasil penghitungan jarak maka jarak antara keduanya yaitu 3,
400 km.
ACARA VIII

CEK LAPANGAN

I. KAJIAN TEORI
A. Cek Lapangan/Survei
Penelitian Survei didefinisikan sebagai proses melakukan penelitian dengan
menggunakan survei yang peneliti kirimkan kepada responden survei. Data yang
dikumpulkan dari survei kemudian dianalisis secara statistik untuk menarik kesimpulan
penelitian yang berarti.
Di abad ke-21, setiap organisasi ingin memahami apa yang pelanggan pikirkan tentang
produk atau layanan mereka dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Peneliti
dapat melakukan penelitian dengan berbagai cara, tetapi survei terbukti menjadi salah
satu metode penelitian yang paling efektif dan dapat dipercaya. Survei online adalah
metode untuk mengekstrak informasi tentang masalah bisnis yang signifikan dari
individu atau sekelompok individu. Ini terdiri dari pertanyaan survei terstruktur yang
memotivasi peserta untuk merespon,
Penelitian survei yang dapat dikreditkan dapat memberi bisnis ini akses ke bank
informasi yang luas. Organisasi di media, perusahaan lain, dan bahkan pemerintah
mengandalkan penelitian survei untuk mendapatkan data yang akurat.
Definisi tradisional penelitian survei adalah metode kuantitatif untuk mengumpulkan
informasi dari sekelompok responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan survei.
Jenis penelitian ini meliputi rekrutmen individu, pengumpulan, dan analisis data. Ini
berguna bagi peneliti yang bertujuan untuk mengkomunikasikan fitur atau tren baru
kepada responden mereka.
Secara umum, ini adalah langkah utama untuk memperoleh informasi cepat tentang
topik arus utama dan melakukan metode penelitian kuantitatif yang lebih ketat dan
terperinci seperti survei/jajak pendapat atau metode penelitian kualitatif seperti
kelompok fokus/wawancara panggilan dapat mengikuti. Ada banyak situasi di mana
peneliti dapat melakukan penelitian dengan menggunakan perpaduan antara strategi
kualitatif dan kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai