Skripsi Artika Anggraini (1501196181)
Skripsi Artika Anggraini (1501196181)
SKRIPSI
Oleh:
ARTIKA ANGGRAINI
NIM: 1501196181
SKRIPSI
Oleh:
ARTIKA ANGGRAINI
NIM: 1501196181
Medan, ........................................
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(H. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt) (Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt)
Mengetahui:
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik Sarjana Farmasi (S.Farm), di Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukkan
tim penelaah/tim penguji.
3. Isi Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan,
I. Identitas Diri
Nama : Artika Anggraini
Tempat/Tanggal Lahir: Sambirejo Timur, 29 Desember 1985
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 3 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara
ARTIKA ANGGRAINI
1501196181
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Salep
Gambir (Uncaria Gambir Roxb) Terhadap Luka Gores Pada Tikus” yang
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan programS1
Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Selama Proses penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bentuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes., M.Sc., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helvetia.
3. Drs. Dr. Ismail Efendi, M.si., selaku rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan dan sekaligus Dosen
Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan
Skripsi.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
6. Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing II
yang memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.
7. Drs. Jacob Tarigan, M.Kes., Apt., selaku Dosen Penguji yang memberikan
masukan yang bermanfaat untuk perbaikan Skripsi ini.
8. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan Ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
pendidikan.
9. Teristimewa kepada Ayahanda Juhari dan Ibunda Nursiah serta Abang,
Kakak serta Suami tercinta Zulkifly Pulungan yang telah memberikan
dukungan baik dari segi moril, material, dan Doa sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
10. Bagi teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Farmasi yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian Skripsi ini.
Penulis menyadari baik dari segi penggunaan bahasa, cara menyusun
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk kesempurnaan Skripsi ini.
iii
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Medan,
Penulis,
Artika Anggraini
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITA PENGUJI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
v
3.4. Alat dan Bahan ................................................................. 27
3.4.1. Alat ....................................................................... 27
3.4.2. Bahan .................................................................... 28
3.5. Prosedur Kerja .................................................................. 28
3.5.1. Identifikasi Tumbuhan ......................................... 28
3.5.2. Pengumpulan Sampel ........................................... 28
3.5.3. Pembuatan Salep .................................................. 28
3.5.4. Karakteristik Simplisia Gambir ............................ 28
3.5.5. Skrining Fitokimia ............................................... 30
3.5.6. Pembuatan Ekstrak ............................................... 32
3.5.7. Pembuatan Salep .................................................. 33
3.5.8. Uji Sifat Fisik Sediaan .......................................... 34
3.5.9. Penyiapan Hewan Uji ........................................... 35
3.5.10. Pembautan Luka Gores ........................................ 35
3.5.11. Uji Aktivitas Ekstrak Gambir (Uncaria gambir
Roxb) Pada Punggung Tikus ............................... 35
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
sekitar
38.000 jenis. apabila potensi bahan alam Indonesia dapat dikembangkan dengan
baik oleh para ahli kesehatan Indonesia, sehingga suatu saat, Indonesia akan dapat
menjadi negara pengekspor terbesar bahan obat alami yang saat ini dipegang oleh
Cina. Indonesia dapat mengurangi impor bahan baku obat, dimana pada saat ini
indonesia masih mengimpor bahan baku obat sekitar 90% dari berbagai negara.
Dan sekitar 80% obat - obat yang digunakan saat ini bersumber dari bahan
alam(1).
terapeutik dari bahan alam bersifat konstruktif, efek samping yang ditimbulkan
sangat kecil sehingga bahan alam relatif lebih aman daripada bahan kimiawi.
seperti luka terbakar, luka, sariawan, radang gusi (getahnya), radang tenggorokan,
diare, disentri, batuk, haid banyak, demam kuning, dan suara parau(2).
1
2
digunakan sebagai obat luka. Dugaan ini dimungkinkan karena senyawa yang
antiradang dan mampu mencegah kekakuan dan nyeri. Selain itu gambir
sebagian komponen dari jaringan tubuh, sehingga terdapat substansi jaringan yang
rusak atau hilang. Luka tersebut dapat disebabkan oleh fisik dan mekanik.
yaitu: luka insisi, luka memar, luka lecet, luka tusuk, luka gores, luka tembus dan
luka bakar. Proses penyembuhan luka pada umumnya dibagi atas beberapa fase
proliferasi, sampai fase maturasi. Segera setelah terjadi luka, lingkungan sekitar
suatu
3
trauma atau disebabkan ”highoxygen consumption ” akibat dari akitifitas sel pada
obat amoxillin sebagai obat antibiotik. Namun secara umum penggunaan obat
tradisional dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini
berada dipekarangan rumah (4). Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti gambir
b. Apakah ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam sediaan salep dapat
1.3 Hipotesis
salep.
4
TINJAUAN PUSTAKA
pemasok utama gambir dunia (80%) secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan
sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna, sebagai bahan campuran dalam
menyirih dan telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, diantaranya untuk
luka bakar, obat diare dan disentri serta obat kumur-kumur pada sakit
tenggorokan. Pemanfaatan gambir pada produk pangan selama ini masih terbatas
Varietas gambir yang palinh banyak ditanam petani dan memiliki kadar polifenol
gambir diduga memiliki aktifitas sebagai anti bakteri. Oleh karena itu dibutuhkan
Sumatera Barat,
5
6
gambir dapat dijadikan sebagai campuran obat, untuk luka bakar, sakit kepala,
diare, disentri, obat sariawan, obat sakit kulit dan pelengkap untuk mengkonsumsi
sirih. Saat ini penggunaan gambir berkembang menjadi bahan kebutuhan berbagai
jenis industri, seperti industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit,
sebagai imunomodulator. Selain itu, gambir juga terbukti sebagai obat analgetik,
antiinflamasi, hipoglikemik(6).
Kerajaan : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa : Rubiaceae
Suku : Rubiacea
Marga : Uncaria
katechu merah 3- 5%, quersetin 2-4 %, fixed oil 1-2% dan wax 1-2 % (7).
Kalimantan dikenal sebagai gamelo, gambit, game, gambiri, gata, dan gaber. Di
gambiri, gata, dan gaber. Di Maluku dikenal sebagai kampir, kambir, ngamir,
bulat, ujung meruncing, panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau.
ketiak daun, panjang lebih kurang 5 cm, mempunyai mahkota sebanyak 5 helai
yang berbentuk lonjong, dan berwarna ungu. Buahnya berbentuk bulat telur,
panjang
8
lebih kurang 1.5 cm, dan berwarna hitam. Tanaman gambir dapat tumbuh
cahaya matahari yang banyak dan merata sepanjang tahun. Tanaman ini dapat
juga tumbuh dengan baik di daerah tebing dengan aliran air yang baik. Tanaman
gambir dapat tumbuh dengan baik di daerah khatulistiwa dengan curah hujan
bulat ujung meruncing panjang 8-13cm,lebar 4-7cm dan berwarna hijau. Bunga
majemuk berbentuk lonceng muncul diketiak daun panjang 5cm. Mahkota bunga
berjumlah 5helai berbentuk lonjong dan berwarna ungu. Buah berbentuk bulat
1) Perebusan daun
waktu perebusan untuk setiap tahap antara 30menit sampai 60 menit. Pada
dandang berkurang.
9
2) Pengempaan daun
diletakkan diantara dua buah kayu. Kedua buah kayu tersebut disatukan
3) Pengendapan
Cairan getah dari proses perebusan daun tahap pertama dan tahap kedua
4) Penirisan endapan
penirisan 12 jam.
5) Pencetakan
6) Pengeringan
Gambir yang sudah dicetak, disususn diatas rak pengering yang terbuat
pemasakan.
1
Tanaman gambir ini merupakan tanaman perdu yang berasal dari daerah
Sumatera dan Kalimantan. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan dan ditempat-
tempat lain yang tingginya 200-900 m dari permukaan laut, tanahnya agak miring
dan cukup mendapat sinar matahari. Di daerah Sumatera dan Kalimantan tanaman
Gambir tumbuh pada area terbuka di dalam hutan. Kawasan hutan yang
adalah katekin sekitar 7-33%,dan. Selain katekin ekstrak Gambir mengandung ber
pyrokatechol 20-30 %, gambir floresen 1-3 %, katechu merah 3-5%, quersetin 2-4
dan obat-obatan, seperti di Malaysia gambir digunakan sebagai obat luka bakar, di
samping rebusan daun muda dan tunasnya digunakan sebagai obat diare dan
gambir banyak digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan, di
antaranya bahan baku obat penyakit hati dengan paten “catergen”, bahan baku
gambir mampu
1
2.2. Ekstrak
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai
, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sedikit mungkin terkena
panas.
diantaranya(10).
struktural.
tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya
dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam
sebagai berikut :
1
b) Pemilihan pelarut
Ekstraksi
1. Maserasi
digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri.
(Ekstraksi,pemisahan senyawa).
yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses
dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi,
pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode
maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup
banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa
senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala
industri.
frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi serbuk sampel ditempatkan dalam
wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan
mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat
hasil ekstraksi.
1. Perkolasi
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan
menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel
senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel
dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area.
Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak
waktu.
2. Soxhletasi
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas
labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan
suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah
proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
1
terdegradasi karena ekstrak yang di peroleh terus-menerus berada pada titik didih.
didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki
dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini
2.3. Kulit
melindungi tubuh dari patogen luar yang menyerang. Kulit terdiri dari jutaan sel
kulit, sel kulit manusia dapat mengalami kematian dan selanjutnya mengelupas
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan peka. Masalah pada kulit yang sering dijumpai adalah luka(12).
1
semi solid yang dapat digunakan pada kulit maupun mukosa. Kelebihan dari
sediaan salep ini adalah mempunyai bentuk yang lunak, halus, homogen, dan
mudah dioleskan, sehingga dapat digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi
dan ekskoriasi, sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit,
sebagai bahan pelumas pada kulit, sebagai pelindung untuk kulit (mencegah
kontak permukaan kulit dengan larutan berair) dan sebagai obat luar(13).
lingkungan (14).
1. Fungsi proteksi
berikut:
kimia.
b) Lipid yang dilepaskan mencegah masuknya air dari permukaan kulit dan
dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar
c) Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut
keganasan.
e) Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang
2. Fungsi Absorpsi.
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid
merkuri. Beberapa obat untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu
melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang
3. Fungsi Ekskresi
b) Kelenjar keringat
Walupun stratum korneum kedap air ,namun sekitar 400ml air dapat keluar
dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang
orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan
pubis,serta aktif pada usia pubertas dan manghasilkan sekret yang kental
dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal
dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang adadi
metabolism. Kadar pH-nya berkisar 4,0 -6,8 dan fungsi dari kelenjar
4. Fungsi persepsi
dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan,
kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah
terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah tubuh akan
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu
sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan
emosi karena adanya pembuluh darah kelenjar keringat dan otot-otot di bawah
kulit.
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan yaitu epidermis dan dermis .
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda beda: 400-600 µm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki)
2
75-150 µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut
2. Sel langerhans yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang
yang merangsang sel limfosit T. Sel langerhans juga mengikat, mengolah dan
3. Sel merkel yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensorik dan
4. Keratinosid yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam.
2.4 Luka
Luka adalah putusnya keseimbangan kulit dan jaringan dibawah kult oleh
karena trauma (15). Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau mukosa
yang terjadi akibat kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus bisa
mengakibatkan hilangnya lapisan dari epidermis, bagian dari dermis, dna bahkan
lemak subkutan. Suatu ulkus yang muncul pada kulit sering terlihat sebagai
Proses penyembuhan luka pada saat sel dan jaringan sedang mengalami
cedera, terjadi peristiwa perusakan sekaligus penyiapan sel yang bertahan hidup
beberapa sel dapat memicu pengaktifan jalur replikasi pada sel lainnya; sel radang
yang direkrut tidak hanya membersihkan debris nekrotik, tetapi juga menghasilkan
2
mediator yang merangsang sintesis matriks ekstraselular yang baru. Oleh karena
itu, pada proses peradangan, pemulihan dimulai sangat dini dan melibatkan dua
a. Regenerasi jaringan yang mengalami jejas oleh sel parenkim dari jenis
yang sama
diferensiasi sel, serta sintesis matriks . Oleh karena itu, walaupun keempat
1. Hemostasi
fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah
sekitar tempat
2
cedera menjadi suatu gel yang tidak mengalir. Sebagian besar faktor yang
mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Fibroblas ini nantinya akan
dengan ini terjadi pula fase inflamasi. Fase ini berlangsung sejak
2. Inflamasi
pembuluh darah saling melengket, dan bersama jala fibrin yang terbentuk
membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah sementara itu terjadi
reaksi inflamasi. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas
mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian
muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri ini
(fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan
kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat
lemah.
tempat dan fase yang sudah ditentukan yang disebut siklus sel. sel tersebut
terdiri atas
2
DNA, atau S; fase pertumbuhan pramitosis 2, atau G2; dan fase mitosis,
atau
dari sel-sel dalam G0 (yang secara berkala memasuki siklus sel), terdapat
juga kombinasi sel-sel yang selalu membelah, sel- sel yang mengadakan
diferensiasi akhir, dan sel-sel induk, jaringan tubuh dibagi menjadi tiga
untuk berdiferensiasi.
2) Sel inaktif (stabil): Sel-sel tersebut berada pada fase G0 pada waktu
rangsangan (misalnya, sel-sel hati, ginjal, fibroblast, otot polos dan sel-
sel endotel.
sel-sel neuron, otot skeletal, dan otot jantung). Tidak terjadi regenerasi
bFGF), dan TGF-β. Sumber dari berbagai faktor ini antara lain: endotel
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini
radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan
sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan
parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar.
Pengerutan maksimal terlihat pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka
Hal ini tercapai kira-kira tiga sampai enam bulan setelah penyembuhan
(15).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1. Lokasi
tumbuhan serupa lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gambir
(Uncaria gambir Roxb) yang diperoleh dari Pasar MMTC Jl. Pancing Medan,
3.4.1. Alat
lumpang dan stemper, batang pengaduk, sudip, pipet tetes, timbangan listrik,
pisau scalpel, kapas, kamera digital, pot plastik, blender, kandang tikus, mistar,
27
2
3.4.2. Bahan
Dasar salep yang digunakan adalah dasar salep berminyak (dasar salep
hidrokarbon).
a. Kadar air
adalah sebagai berikut: Tabung penampung dan kondensor dibilas dengan air,
kemudian dikeringkan dalam oven dan dimasukkan 200-300 ml toluen yang telah
air tersuling,
2
didinginkan sampai suhu kamar. Tetesan air yang menempel pada dinding tabung
penerima dihilangkan. Air dan toluen dibiarkan memisah dalam tabung penerima,
mengamati volume air dalam tabung penerima dan menghitung kadar air dalam
persen.
Kadar air % = mL x Bj air (g/mL) x 100%
Berat bahan awal (g)
yang telah ditimbang dengan seksama seberat kurang lebih 2 gram dimasukkan ke
dalam krus dan ditimbang kembali. Cawan platina tersebut kemudian dipijar
pada oven (tanur pemanas) pada suhu 600 derajat celcius hingga diperoleh isi
asam klorida P, dicuci dengan air panas, pijar hingga bobot tetap. Kadar abu yang
penetapan tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat simplisia dinyatakan
dalam % b/b.
sekali-
3
filtrate diuapkan dalam cawan berdasar rata (yang telah ditara) diatas penangas air
hingga kering, panas kansisa pada suhu 105 ºC hingga bobot tetap.
cawan dangkal berdasar rata (yang telah ditara) diatas penangas air hingga kering,
sisa dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen
1. Uji alkaloid
klorida 2N, lalu disaring. Filtrat dibasakan dengan larutan amonia 10%, kemudian
kemudian ditambahkan asam klorida 2N lalu dikocok kuat - kuat sampai terdapat
dua lapisan kembali. Lapisan asam dipipet dan dibagi kedalam tiga tabung, pada
2. Uji flavonoid
Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,
kemudian dicampur dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2N, pasif larutan
dicampur dan dipanaskan diatas penangas air selama 5-10 menit kemudian
disaring. Filtrat yang didapat ditambahkan amil alkohol lalu dikocok kuat-kuat.
Apabila timbul warna merah, kuning, jingga pada lapisan alkohol menandakan
positif flavonoid.
3. Uji saponin
Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,
kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit, lalu disaring. Filtrat
dibiarkan sampai dingin, lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik dengan arah
vertikal. Apabila muncul busa setinggi ± 1 cm yang bertahan selama 10 menit dan
4. Uji fenol
5. Uji tanin
Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,
positif tannin.
3
Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap dan dibiarkan menguap sampai kering,
pelarut yang sesuai menurut Farmakope Herbal Edisi I Tahun 2013adalah sebagai
berikut: (17).
selama 18 jam.
sama dan jumlah volume pelarut sebanyak setengah kali jumlah volume pelarut
7. Uapkan dengan penguap vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh
ekstrak kental.
8. Hitung rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara rendemen
R/ Malam putih 50
Bahan F1 F2 F3 F0
Ekstrak 5 gram 7 gram 9 gram 20 gram
gambir
Cera Alba 1 gram 1 gram 1 gram -
Vaselin Alba 14gram 12 gram 10 gram -
diperlukan sesuai perhitungan. Dimasukkan cera flavum dan vaselin flavum lebur
kedalam cawan porselen yang telah dilapisi kain kassa, lalu dilebur diatas
penangas air. Setelah meleleh hasil leburan diserkai dan dimasukkan dalam
lumpang, digerus hingga homogen dan dingin dan ditambahkan ekstrak gambir
sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen dan menjadi massa setengah
padat. Keluarkan massa (salep) dari lumpang lalu timbang sebanyak 20 g dan
a. Organoleptik
b. Daya Sebar
antara beban dan luas salep yang menyebar dengan, pengulangan masing-
c. Daya Lekat
Salep sebanyak 0,5g diletakkan diatas gelas objek yang telah diketahui
luasnya dan gelas objek yang lain diletakkan di atas salep tersebut.
pada alat tes, beban seberat 80g kemudian dilepaskan dan dicatat
waktunya hingga kedua gelas objek ini terlepas. Tes dilakukan untuk
d. Uji pH.
Tikus putih yang digunakan pada pengujian terlebih dahulu disiapkan dan
sekali setiap hari sebelum pengujian, misalnya berat tikus per ekor adalah 180 -
200
g. Penyiapan hewan uji dilakukan agar hewan uji dapat beradaptasi dengan
agar tikus tidak merasakan sakit dan menghindari gerak berlebihan yang akan
ditimbulkan oleh tikus,luka gores yang dibuat pada punggung tikus menggunakan
pisau skalpel, sesuai luas area yang diinginkan yaitu dengan panjang luka 2cm dan
3.5.11. Uji Aktivitas Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb )Pada Punggung
Tikus
Disiapkan sediaan uji yaitu salep Betadin, dasar salep dan ekstrak gambir,
kemudian 5 hewan uji yang terdiri dari 5 tikus tiap kelompok yaitu :
salep sebanyak 5mg sehari 2 kalisampai luka sembuh. Luka gores dirawat secara
terbuka hingga sembuh yang ditandai dengan merapat dan tertutupnya luka
selama 14 hari(19).
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Determinasi
Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang terdapat pada lampiran 1 halaman 53.
4.1.2 Ekstraksi
dengan pelarut etanol 96% sebanyak 10 liter. Filtrat yang diperoleh kemudian
sejumlah 110.858 gram. Rendemen yang didapat adalah 11, 0858%. Perhitungan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi
larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar.
dalam dan diluar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol,
37
3
Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang meliputi : Kadar air, Kadar Abu Total,
Kadar Abu Tidak Larut Asam, Kadar Sari Larut Etanol, Kadar Sari Larut
Hasil penetapan kadar air serbuk gambir yang dilakukan sebanyak 3 kali
didapatkan rata-rata 2,26%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah air dalam sampel
didapatkan rata-rata 0,47%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu dalam sampel
Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam yang dilakukan sebanyak 3 kali
didapatkan rata – rata 2,07%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kadar abu tidak
larut asam dalam sampel memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 5%(21).
Hasil penetapan kadar sari larut air yang dilakukan sebanyak 3 kali
didapatkan rata-rata 12, 80% , penetapan kadar sari larut etanol yang dilakukan
sebanyak 3 kali didapatkan rata-rata 8,9%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
simplisia gambir
3
pada tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil penapisan Fitokimia ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb)
Hasil Pengujian
Jenis Pengujian Serbuk Simplisia Ekstrak
Alkaloid + +
Flavonoid + +
Saponin + +
Tanin + +
Steroid & Triterpenoid - -
Minyak atsiri - -
Kumarin - -
Keterangan :
(+) Memberikan reaksi positif.
(-) Memberikan reaksi negatif
merah, kuning atau jingga pada amil alkohol, dalam identifikasi alkaloid reaksi
positif ditunjukkan dengan endapan merah bata, dalam identifikasi saponin reaksi
positif ditunjukkan buih atau busa yang selama tidak kurang selama 10 menit
setinggi 1-10 cm, dan dalam identifikasi tannin reaksi positif ditunjukkan terjadi
organoleptis. Hasil evaluasi salep ekstrak gambir dapat dilihat pada tabel 4.3.
yangdiberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan kaca objek glass
yang diberi beban 1g dan dibiarkan selama 60 detik, pertambahan luas yang
dan 5 g. Rata – rata hasil evaluasi pengukuran daya sebar dapat dilihat pada tabel
salep pada saat dioleskan ke kulit, sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan
4
luas permukaan yang dihasilkan berbanding lurus dengan kenaikan beban yang
ditambahkan. Daya sebar salep yang baik antara 5-7 cm. Gambar pengukuran uji
antara 4,5 - 6,5.Rata - ratahasil evaluasi uji pH dapat dilihat pada tabel 4.5.
digunakan, jika sediaan salep memiliki sediaan yang rendah atau asam dapat
bersisik, sebaliknya jika pH kulit terlalu asam dapat terjadi iritasi pada kulit.
Gambar rata – rata hasil uji pH dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 61.
4
panjang luka pada setiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
4
2
0
1234567891011121314
Hari
Pengamatan penyembuhan luka dilakukan dari hari ke-1 hingga hari ke-14
dilakukan setiap hari, pengukuran panjang luka gores tikus menggunakan jangka
sorong. Dari rata- rata panjang luka dapat dilihat bahwa penutupan luka gores
pada K1 luka menutup paling cepat pada hari ke-8. Pada K2 luka menutup paling
cepat pada hari ke-10. Pada K3 luka menutup paling cepat pada hari ke-9. Pada
K4 luka menutup paling cepat pada hari ke-9. Sedangkan pada K5 luka menutup
4.1.9 Hasil persentase penyembuhan luka gores dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
penyembuhan
Persentase
K1K2K3K4K5
Gambar 4.2 Persentase Penyembuhan Luka Gores Tikus
penyembuhan luka gores pada tikus lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif(K5) yang hanya diberi Dasar salep. Pada kelompok K1 proses
penyembuhan luka gores pada tikus terlihat berbeda dengan kelompok K5.
4.2 Pembahasan
senyawa anorganik yang terkandung. Nilai kadar air yang melewati batas dapat
mikroba sehingga sediaan menjadi tidak tahan lama. Dari tabel diatas dilihat hasil
penetapan kadar air pada ekstrak Gambir yaitu 2,26 %. Hasil yang didapat tidak
4
melewati batas nilaikadar air yang sesuai dengan (Depkes 2008), maka nilai kadar
Pada kadar abu, kadar abu total yang diperoleh tidak boleh memiliki nilai
yang tinggi. Apabila kadar abu total tinggi maka sediaan yang dibuat dapat
berbahaya karena kadar abu total menunjukkan jumlah logam- logam alkali dan
logam – logam tanah serta silikat yang terkandung dalam simplisia. Hasil kadar
abu total yang didadapat pada pengujian ini adalah 0,47 % , nilai tersebut masih
Alkaloid, Saponin, Tannin, Kuinolon. Menurut jurnal the key to medicinal plants
pengaruh ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap panjang luka gores,
waktu penyembuhan luka pada tikus dan persentase penyembuhan luka gores(23).
tanaman untuk memastikan kebenaran tanaman ini yaitu Gambir (Uncaria gambir
etanol 96%. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk Gambir selama 6
jam pertama sambil diaduk sekali- kali kemudian didiamkan selama 18 jam pada
suhu kamar. Maserasi dipilih karena baik untuk senyawa-senyawa yang tidak
sederhana dan proses pengerjaan yang mudah. Penggunaan etanol sebagai pelarut
yang mempunyai sifat selektif, dapat bercampur dengan air dengan segala
perbandingan
dalam simplisia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, fenol, tannin, steroid dan
triterpenoid (24).
salep itu sendiri. Warna coklat kemerahan berasal dari ekstrak Gambir. Hal ini
tampak dari perubahan warna basis salep yang semula berwarna putih menjadi
warna akan semakin coklat, begitu pula dengan aroma khas ekstrak Gambir yang
tercium dari salep dengan konsentrasi 25%, 35%, dan 45%. Semakin tinggi
bahan – bahan dalam sediaan salep yang menunjukkan susunan yang homogen .
Pengujian dilakukan dengan basis salep (K5) dan salep dengan konsentrasi 25
(K2),
4
35% (K3), dan 45% (K4). Uji I yang mengandung ekstrak 25%, uji II yang
mengandung ekstrak 35% menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya butiran halus. Uji III yang mengandung ekstrak 45% terlihat tidak
Berdasarkan hasil penelitian dari 25 ekor tikus putih, luka gores terlihat
eritema pada hari ke -1 sampai hari ke– 4. Setelah dilakukan perlakuan dengan
salep Betadin (K1),salep dengan konsentrasi 25% (K2), 35% (K3), 45% (K4) dan
dasar salep (K5). Akan tetapi pada hari ke- 9 dosis salep K2 dan K3,kelima tikus
sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah
ke jaringan interstitial.
Pada penelitian ini luka menutup terlihat dari hari ke 7 pada perlakuan K1
pada tikus ke 1 dan 4 dan pada perlakuan K4 tikus ke 5, sedangkan ke empat tikus
dan K3 luka gores sudah ada yang mengalami penutupan luka akan tetapi belum
pada hari ke 8 pada tikus ke tiga. Pada perlakuan K5luka gores menutup sempurna
pada hari ke 11 pada tikus 2 dan 3. Dan pada perlakuan K4 adalah salah satu tikus
yang sudah menutup sempurna yaitu pada hari ke 7 pada tikus ke lima.Menurut
proses lepasnya keropeng. Hal ini menandakan sudah terjadi pertumbuhan sel-sel
baru dengan merapatnya tepi luka. Proses keropeng terlepas dimana jaringan
dibawahnya sudah kering dan tepi-tepi luka mulai tertarik ke tengah (25).
4
masing formula juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara masing-masing konsentrasi. Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik
Annova secara Rancangan Acak Lengkap (RAL) hubungan antara formula dan
kecepatan luka tertutup dimana Fhitung > dari F table. Fhitung = 0,073 dan nilai
F tabel = 0,05. Hasil data analisis statistik Annova ini terdapat pada lampiran 10
halaman 73.
gambir Roxb) yang diberi perlakuan dengan mengoleskan 2 x sehari pada bagian
penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih baik dengan ditemukannya aktifitas
antioksidan pada dosis yang lebih tinggi dari dosis yang digunakan pada
uji, yakni kontrol positif, kontrol negatif, dan dosis uji isolat katekin gambir 10
Hal ini yang membedakan pada penelitian ini yaitu digunakannya dosis
bertingkat yang akan memperlihatkan potensi isolat katekin gambir secara lebih
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan dosis K2, K3, K4 salep
gores pada tikus putih. Hal ini dikarenakan ekstrak Gambir mengandung tannin
5.1 Kesimpulan
2. Gambir (Uncaria gambir Roxb) memiliki efek penyembuhan luka gores pada
5.2 Saran
sebagai berikut :
50
DAFTAR PUSTAKA
51
5
15. Dewi SP. Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica) Dan
Gel BioplacentonTMTerhadap. 2010.
16. Aisyahni M. Formulasi Sediaan Krim Wajah Ekstrak Daun Gambir (Uncaria
Gambir Roxb.) Dengan Basis Virgin Coconut Oil (VCO). 2012;
17. kemetrian kesehatan Ri. farmakope herbal. jakarta; 2013.
18. Jantan T, Wistar G. Uji Aktivitas Salep Fase Minyak Ekstrak Ikan Toman (
Channa micropeltes) Terhadap Luka Sayat Pada Tikus Jantan Galur Wistar
123. :1–10.
19. Pemberian P, Salep K, Kesembuhan P, Insisi L. Skripsi Oleh : Anang Masrur.
Vol. 6. 2018.
20. Putri DEAA. Dea alvicha putri a1f010005. 2014;
21. kupdf.net_farmakope-herbal-indonesia-edisi-pertama.pdf.
22. Lingkungan JB, Etanol E, Uncaria G, Hunter W, Hunter GW, By R. BioLink
Secara Perkolasi Phytochemical Screening And Formulation Of Peel-Off
Mask Spring Formulation Of Ethanol Extract Of Gambir ( Uncaria Berbagai
bahan alami dari tumbuhan yang mempunyai aktivitas antioksidan ,
November 2016 sampai Februari 2017 suatu memerlukan mendapatkan
khasiat yang efektif . Maka terjadinya kerusakan senyawa kimia yang
mengekstraksi gambir secara perkolasi menggunakan kemudian.
2019;5(2):114–22.
23. Sari GP, Farmasi PS, Kedokteran F, Ilmu DAN, Islam U, Syarif N. Uji efek
analgetik dan antiinflamasi ekstrak kering air gambir secara. 2010;
24. uji aktifitas antibakteri ekstrak daun jarak pagar dan gambir terhadap bakteri
staphylococcus dan ecoli. 2018;1–109.
25. Biologi J, Matematika F, Ilmu DAN, Alam P, Semarang UN. (Euphorbia
tirucalli) Pada Penyembuhan Luka Sayat Tikus Putih (Rattus norvegicus)
skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains Biologi Oleh Siti Qomariah. 2014;
26. Cordifolia A, Steenis T. Muhammadiyah Journal of Nursing. 2011;27–39.
5
110,858 gramx100%
= 1000 gram
= 11,0858 %.
5
a. Pengukuran 1
b. Pengukuran 2
c. Pengukuran 3
=12, 80%.
=0, 47%.
=2, 07%.
=8,9%.
5
Konsentrasi 25%.
II = 4,8 cm
Konsentrasi 35%
I = 3,5 cm
II = 3,8 cm
= 11,5 cm
3
= 3,8 cm
6
Konsentrasi 45%
Lampira 5. Uji pH
Konsentrasi 25%
pH I = 6, 4
pH II = 6,5
pH III = 6,4
= 6,4
6
Konsentrasi 35%
pH I = 6,4
pH II = 6,5
pH III = 6, 9
= 198
3
= 6,6
6
Konsentrasi 45%
pH I = 6,4
pH II = 6,5
pH III = 6,4
=198
3
= 6,6
6
1. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus Pada Kontrol Positif (Betadine salep)
Hari 1 Hari 2
Hari 3 Hari 4
Hari 5 Hari 6
Hari 7
6
Hari 1 Hari 2
Hari 3 Hari 4
Hari 5 Hari 6
Hari 7 Hari 8
Hari 9 Hari 10
6
Hari 1 Hari 2
Hari 3 Hari 4
Hari 5 Hari 6
Hari 7 Hari 8
6
Hari 1 Hari 2
Hari 3 Hari 4
Hari 5 Hari 6
Hari 7
6
5. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus Pada Kontrol Negatif (Dasar Salep)
Hari 1 Hari 2
Hari 3 Hari 4
Hari 5 Hari 6
Hari 7 Hari 8
7
Hari 9 Hari 10
Hari 11
7
3. Konsentrasi 25%
Panjang luka (cm)
Tikus Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 1,8 1,6 1,6 1,4 0,8 0,6 0,4 0,1 0 - - -
2 2 1,8 1,5 1,2 0,8 0,6 0,3 0,1 0 - - - -
3 2 2 1,8 1,7 1,4 0,7 0,5 0,5 0,2 0 - - -
4 2 1,8 1,8 1,4 1,0 0,8 0,6 0,4 0,1 0 - - -
5 2 2 1,7 1,6 1,0 0,7 0,4 0,1 0 - - - -
Rerata 2 1,88 1,68 1,5 1,12 0,72 0,48 0,3 0,08 - - - -
7
4. Konsentrasi 35%
Panjang luka (cm)
Tikus Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 1,9 1,6 1,5 1,0 0,7 0,4 0,1 0 - - - -
2 2 1,8 1,6 1,4 1,2 0,8 0,5 0,2 0 - - - -
3 2 1,6 1,5 1,0 0,7 0,4 0,1 0 - - - - -
4 2 2 1,6 1,4 0,8 0,6 0,4 0,1 0 - - - -
5 2 1,7 1,5 1,3 1,0 0,8 0,5 0,2 0 - - - -
Rerata 2 1,8 1,56 1,32 0,94 0,66 0,38 0,12 - - - - -
5. Konsentrasi 45%
Panjang luka (cm)
Tkus Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 1,7 1,5 1,0 0,8 0,4 0,1 0 - - - - -
2 2 1,6 1,2 0,9 0,6 0,5 0,4 0,2 0 - - - -
3 2 1,8 1,6 1,4 1,0 0,7 0,5 0,1 0 - - - -
4 2 1,9 1,5 1,2 0,9 0,4 0,1 0 - - - - -
5 2 1,6 1,1 0,8 0,4 0,1 0 - - - - - -
Rerata 2 1,72 1,38 1,06 0,74 0,42 0,22 0,06 - - - - -
7
Blender
Gambir Halus
Ekstraksi
Ekstrak Gambir
Dasar Salep
Evaluasi
Organoleptis
pH
Daya sebar
Daya lekat
Lampiran 10. Data Analisis Statistik Pengukuran Panjang Luka Gores Tikus
a. Uji Homogenitas
Hipotesis
Keputusan
ANOVA
Panjang_Luka
Keterangan :
Jika F hitung >F tabel = Tolak Ho artinya signifikan
Jika F hitung <Ftabel =Terima Ho artinya tidak signifikan
Dimana nilai F hitung =0,073 dan nilai F tabel 0,05
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara masing – masing konsentrasi.
Dimana nilai F hitung =0,073 dan nilai Ftabel 0,05
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Panjang_Luka
Tukey HSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Std. Sig. 95%
Difference Error Confidence
(I-J) Interval
Lower
Bound
Kontrol -.07833 .33853 .999 -1.0421
Negatif
Konsentrasi -.13600 .35181 .995 -1.1376
25%
Kontrol positif
Konsentrasi -.13556 .36039 .996 -1.1615
35%
Konsentrasi -.00444 .36039 1.000 -1.0304
45%
Kontrol positif .07833 .33853 .999 -.8854
Konsentrasi -.05767 .31757 1.000 -.9617
25%
Kontrol
Konsentrasi -.05722 .32705 1.000 -.9883
Negatif
35%
Konsentrasi .07389 .32705 .999 -.8572
45%
Kontrol positif .13600 .35181 .995 -.8656
Kontrol .05767 .31757 1.000 -.8464
Negatif
Konsentrasi
Konsentrasi .00044 .34078 1.000 -.9697
25%
35%
Konsentrasi .13156 .34078 .995 -.8386
45%
Kontrol positif .13556 .36039 .996 -.8904
Kontrol .05722 .32705 1.000 -.8738
Konsentrasi Negatif
35%
Konsentrasi -.00044 .34078 1.000 -.9706
25%
7
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Panjang_Luka
Tukey HSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan 95% Confidence Interval
Upper Bound
Kontrol Negatif .8854
Konsentrasi 25% .8656
Kontrol positif
Konsentrasi 35% .8904
Konsentrasi 45% 1.0215
Kontrol positif 1.0421
Konsentrasi 25% .8464
Kontrol Negatif
Konsentrasi 35% .8738
Konsentrasi 45% 1.0050
Kontrol positif 1.1376
Kontrol Negatif .9617
Konsentrasi 25%
Konsentrasi 35% .9706
Konsentrasi 45% 1.1017
Kontrol positif 1.1615
Kontrol Negatif .9883
Konsentrasi 35%
Konsentrasi 25% .9697
Konsentrasi 45% 1.1265
Kontrol positif 1.0304
Kontrol Negatif .8572
Konsentrasi 45%
Konsentrasi 25% .8386
Konsentrasi 35% .8642
7
Descriptives
Panjang_Luka
Minimum Maximum