Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PEMBAHASAN

A. TELAAH KURIKULUM

Telaah berarti penyelidikan, kajian, pemeriksaan dan penelitian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:
917). Sedangkan arti atau makna kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia
atletik curereyang berarti “berlari” istilah tersebut erat hubungannya dengan curier atau kurir yang
berarti penghubung atau seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain, seorang
kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan. Istilah kurikulum kemudian diartikan
orang sebagai “suatu jarak yang harus ditempuh” (S. Nasution, 1995: 1), atau lazimnya kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajar, serta para
pemilik atau ahli kependidikan.

Secara teknis, pelaksanaan pengembangan KTSP dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan, diawali
dengan tahap pertama, yaitu :

1. Analisis Konteks.

Adapun hal yang dilakukan dalam tahapan pertama ini adalah menganalisa potensi dan kekuatan
maupun kelemahan sekolah, menganalisis peluang dan tantangan di masyarakat dan yang ada di
lingkungan sekitar, kemudian mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai
acuan dalam penyusunan KTSP.

2. Mekanisme Penyusunan.

yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah bagian Tim Penyusun dan Kegiatan. Tim Penyusun
maksudnya yaitu kurikulum dikembangkan berdasarkan relevansi oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite Sekolah/Madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan Dasar dan Menengah. Kegiatan tahap
penyusunan secara umumnya meliputi penyiapan dan penyusunan draf, review, dan revisi, serta
finalisasi.

3. Dokumen masing-masing satuan pendidikan dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta
diketahui oleh komite sekolah dan dinas Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab di bidang
pendidikan[1].

Karateristik KTSP antara lain adalah:

- Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi

- Kepemimpinan yang demokrasi dan professional

- Team work yang kompak dan transparan


- Sistem informasi yang jelas

Pemerintah Republik Indonesia (Dewan Pendidikan) telah menyarankan kepada setiap satuan
pendidikan untuk melaksanakan sistem kurikulum KTSP sejak awal tahun ajaran 2006-2007, dan pada
tahun ajaran 2008-2009 setiap satuan pendidikan diharapkan telah mulai
melaksanakan/mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Berarti saat ini pendidikan dasar dan
pendidikan menengah telah menerapkan KTSP yang diterangkan diatas, potensi setiap satuan
pendidikan dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan kurikulum yang ditetapkan disetiap daerah
atau satuan pendidikan tersebut. Pada bahasan inilah akan terlihat letak perbedaan KTSP dengan
beberapa kurikulum yang sebelumnya.

B. Data Fakta

Data yang penyusun dapatkan antara lain : Silabus, RPP, Standar Kompetensi, Kompetensi dasar,
Program Tahunan, Program Semester, dan Buku Kurikulum lainnya yang menunjang dalam
pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah dan kami jadikan acuan dalam pembahasan tugas tela’ah
kurikulum ini.

Sedangkan Fakta yang penyusun dapatkan dan teliti, data yang ada sudah relevan dengan kurikulum
sekarang ini yang sudah menggunakan KTSP yang telah dikembangkan oleh lembaga pendidikan
tersebut secara berkelanjutan.

C. Dialektika Akademisi

Dalam kurikulum yang ada saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lembaga
pendidikan dan guru memegang peranan penting dalam Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Keikutsertaan guru dalam hal ini meliputi pembuatan RPP, Program tahunan, Program Semester,
Silabus, KKM yang beracuan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah diatur oleh
Pemeritah melalui Undang-Undang Pendidikan.

B. MATERI

Fikih, Akidah akhlak, Al-Qur'an hadist dan SKI

C. Metode-metode yang digunakan

1. Metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan penuturan lisan kepada
siswa atau khalayak ramai. Dalam pembelajaran Fiqih, metode ini sangat lumrah digunakan untuk
menjelaskan definisi fiqih yang belum diketahui oleh siswa dan pengantar suatu pembelajaran yang lain.

2. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa. Di dalam pembelajaran Fiqih MA, metode ini dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar, misalnya : Fiqh MA Semester Genap yang membahas tentang wakaf atau kepemilikan,
maka guru membawa alat bantu baik berupa surat wakaf atau akta tanah agar dapat memudahkan
pembelajaran bagi siswa yang belum faham atau belum pernah melihat surat wakaf.

3. Metode diskusi adalah proses yang melibatkan dua individu atau lebih yang berintegrasi secara verbal
dan berhadapan, saling tukar informasi, saling mempertahankan pendapat dalam memecahkan masalah
tertentu.

4. Metode metode tanya jawab adalah metode yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa
mengetahui suatu materi pelajaran tertentu dan sebagai alat ukur keberhasilan guru dalam
menyampaikan suatu materi kepada siswa.

5. Metode pemberian tugas adalah mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari
buku-buku tertentu, atau yang lebih populer dengan Pekerjaan rumah (PR).

6. Metode karya wisata adalah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak
keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan
pelajaran.

7. Metode kerja kelompok adalah kerja kelompok dari beberapa individu yang bersifat pedagogis yang di
dalamnya terdapat hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu serta saling mempercayai

D. Analisis

Program tahunan, silabus, rencana pelaksannaan pembelajaran (RPP) dan lembar penialian yang kami
dapat dari Madrasah Aliyah merupakan hasil penyusunan dari guru mata pelajaran Fikih, Akidah akhlak,
Al-Qur'an hadist dan SKI yang bersangkutan. Mereka membuatnya dikarenakan syarat dari kurikulum
KTSP itu sendiri yang mengharuskan guru berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
tidak hanya mengajarkan peserta didik tentang mata pelajaran yang diajarkan tetapi guru tersebut juga
berperan aktif dalam meningkatkan kurikulum yang sedang diajarkan dengan cara membuat program
tahunan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar penialian tersebut.

Dengan adanya peran guru dalam mengembangkan kurikulum KTSP dengan cara membuat program
tahunan, silabus, RPP dan lembar penialian agar dapat memudahkan peserta didik lebih memahami
tentang mata pelajaran Fikih, Akidah akhlak, Al-Qur'an hadist dan SKI. Dikarenakan guru yang
bersangkutan telah membuatnya berdasarkan kemampuan dan pengetahuan anak yang ada di
Madrasah Aliyah. Tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran pendidikan agama Islam dan bahasa arab Madrasah Aliyah
berdasarkan kurikulum KTSP untuk mata pelajaran Fikih.

Mata pelajaran Fikih, akidah akhlak, Al-Qur'an hadist dan SKI di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Fikih, Akidah akhlak, Al-Qur'an
hadist dan SKI yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP. Peningkatan
tersebut dilakukan dengan mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Fikih baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah
usul Fikih serta menggali tujuan dan hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan kependidikan
yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata pelajaran Fikih, Akidah
akhlak, Al-Qur'an hadist dan SKI memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia
itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

Metode yang digunakan dalam mata pelajaran Fikih, Akidah akhlak, Al-Qur'an hadist dan SKI di MA
bersifat multi (banyak). Metode yang digunakan harus relevan mengikuti materi pembelajaran per KD,
seperti metode ceramah, penugasan, dan mencatat (kalau diperlukan). Kalau ada materi mata pelajaran
yang mengharuskan praktek maka dipraktekkan. Perbedaan siswa yang selalu berubah tiap tahunnya
juga menuntut agar metode yang digunakan bervariasi dikarenakan belum tentu metode yang
digunakan untuk siswa sekarang efektif digunakan untuk siswa tahun depan.

Pendekatan dalam mata pelajaran Fikih, Akidah akhlak, Al-Qur'an hadist dan SKI yang sesuai adalah
pendekatan emosional. Dikarenakan bersifat penggugahan, memberi contoh dikombinasi dengan
pendekatan keteladanan. Sebagaimana contoh jika kita mengajarkan siswa untuk senyum dikarenakan
senyum adalah ibadah maka guru yang mengajarkan siswa tersebut harus senyum. Pendekatan
intelektual juga mempunyai pengaruh dalam mata pelajaran Fikih, tapi tidak begitu diterapkan
dikarenakan di dalam mata pelajaran Fikih, Akidah akhlak, Al-Qur'an hadist dan SKI itu ilmu terapan
kepribadian yang paling penting.

Persentase keberhasilan metode dan pendekatan mata pelajaran Fikih, Akidah akhlak, Al-Qur'an hadist
dan SKI saat ini mencapai 60%. Kendala utama persentase tidak bisa lebih tinggi dikarenakan waktu yang
hanya dua jam selama satu minggu. Persentase keberhasilan bisa mencapai 80% kalau siswa tersebut
bisa diasramakan. Karena di asrama siswa lebih bisa dipantau.

Kurikulum itu pemerintah yang membuatnya dan diambil sebagai acuan, yang guru buat itu silabus dan
bahan ajar yang akan digunakan untuk membantu proses belajar mengajar.

E.Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang yang diperlukan yang dapat diamati yang dilakukan dalam kehidupan yang nyata dan sebenarnya
(Moleong, 2007: 4). Dalam hal ini penelitian terhadap pelaksanaan kurikulum di Program Khusus
Keagamaan MAN 1 Surakarta yang berlangsung di sekolah tersebut. Yang penting dalam penelitian ini,
bagaimana agar data dapat dihimpun secara menyeluruh dan lengkap sesuai dengan masalah yang
dihadapi.

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenalogis (Moleong, 1993: 9).
Yaitu menggambarkan data dengan apa adanya. Menurut Arikunto, fenomenalogis adalah kebenaran
sesuatu itu diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang
diteliti. Apabila peneliti melakukan penangkapan secara profesional, maksimal dan bertanggung jawab,
maka akan dapat diperoleh variasi refleksi dari objek. Bagi objek manusia, gejala dapat berupa mimik,
pantomimik, ucapan, tingkah laku, perbuatan dan lain-lain. Tugas peneliti adalah memberikan
interpretasi terdapat gejala tersebut (1997: 15). Dalam pendekatan fenomenalogis dari penelitian ini
diharapkan dapat diketahui berbagai permasalahan implementasi kurikulum di Program Khusus
Keagamaan MAN 1 Surakarta.
3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Suharsimi, 1998: 114),
sebagaimana dikemukakan dari awal, penelitian ini adalah kualitatif, maka sumber data dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu data primer/utama dan data sekunder. Menurut Lofland dalam Moleong
(2005: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan. Dalam
penelitian data primer diperoleh dari wawancara dengan responden. Adapun responden yang penulis
wawancarai untuk kelengkapan data2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan fenomenalogis (Moleong, 1993: 9). Yaitu menggambarkan data dengan
apa adanya. Menurut Arikunto, fenomenalogis adalah kebenaran sesuatu itu diperoleh dengan cara
menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti. Apabila peneliti melakukan
penangkapan secara profesional, maksimal dan bertanggung jawab, maka akan dapat diperoleh variasi
refleksi dari objek. Bagi objek manusia,

4. Metode Penentuan Subyek

a. Populasi
Populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama atau seluruh individu yang
dimaksud juga unversum (Muhammad Ali, 1981: 192). Sedang menurut Arikunto adalah keseluruhan
subyek penelitian (1998: 115). Adapun populasi yang dimaksud dalam penelitian ini ialah semua yang
terlibat dalam kegiatan di sekolah Program Khusus Keagamaan MAN 1 Surakarta yaitu kepala sekolah,
wakil-wakilnya, staf pengajar, staf karyawan dan para siswanya.
b. Sample dan Sampling
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998: 117), sample yang diambil
harus reseprentatif artinya dapat mewakili populasinya. Adapun metode penarikan sample yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sample bertujuan. Maksudnya sample disesuaikan
dengan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini yang akan menjadi sample adalah kepala sekolah,
wakil kepala sekolah 1 yang membidangi urusan kurikulum dan kepala tata usaha. Dalam pengambilan
sampel diatas menggunakan teknik purposive sampling yaitu data yang diambil dari orang atau
responden yang dianggap mengetahui bidang kurikulum. Purposive sampling ini bertujuan untuk
menentukan kriteria khusus terhadap sampel, terutama orang-orang yang dianggap ahli (Bambang
Prasetyo, 2005: 134). Yang dianggap ahli atau lebih mengetahui bidang kurikulum, misalnya: kepala
sekolah, wakasek 1 bidang kurikulum, dewan guru atau sebagian guru dan staf karyawan.
5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Interview
Interview atau wawancara yaitu pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan
secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian (Sutrisno, 1983: 193). Adapun interview yang
penulis gunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah wawancara terpimpin (guide
interview), yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawabskripsi ini ialah: kepala
sekolah, wakasek 1 bidang kurikulum, dewan guru atau sebagian guru dan staf karyawan. Data sekunder
ialah data selain primer atau utama yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer. Adapun data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari: dokumen, rekaman, arsip, dan termasuk hasil pengamatan
langsung. Dari kedua sumber data itu, primer dan sekunder, diharapkan penulis skripsi ini dapat
diselesaikan sesuai rencana penulis.

b. Observasi

Metode observasi adalah suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung dengan obyek yang diteliti (Nana Sudjana, 1998: 109). Metode ini digunakan untuk mengambil
data tentang letak geografis, proses pembelajaran struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, sarana
prasarana, fasilitas perpustakaan, dan pelaksanaan kurikulum di Program Khusus Keagamaan
MADRASAH ALIYAH
c. Dokumentasi

Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain sebagainya
(Suharsimi Arikunto, 1998: 149). Dokumentasi ini digunakan untuk pengumpulan data tentang seluruh
komponen pelaksanaan pendidikan di Program Khusus Keagamaan MAN 1 Surakarta yang meliputi:
struktur organisasi, tenaga kependidikan, guru, siswa, beban belajar, fasilitas, sarana prasarana, sejarah
berdirinya Program Khusus Keagamaan MAN 1 Surakarta dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan kurikulum di Program Khusus Keagamaan MAN 1 Surakarta.

6. Metode Analisis Data

Menurut Patton dalam (Moleong, 2005: 280), metode analisis data adalah proses urutan mengatur
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Untuk dapat mengatur
sambil mengahasilkan uraian dasar dipergunakan metode analisis sesuai dengan ciri pendekatan
kualitatif. Metode analisa data dilakukan sejak awal, dan dikembangkan selama proses pengumpulan
data sampai proses penyusunan laporan. Dalam proses analisis data, penulis mengklasifikasikan data
menurut temanya, kemudian dipilah-pilah. Data yang diperlukan dikategorikan menjadi beberapa tema
utama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dianalisis secara deskriptif. Sedangkan
data yang kurang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut disimpan. Setelah itu dicoba dengan
menginterpretasikan melalui metode alur seperti yang disarankan oleh Miles dan Michael Huberman
(1992: 16). Metode ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi
data, penyajian data dan verifikasi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam pembelajaran Fiqh MA semester Genap mempelajari tentang muamalah, baik jual beli,
mukhobarah, dan lain sebagainya.

Metode yang digunakan dalam pengajaran fiqih sangatlah variatif, tergantung materi pelajaran yang
diajarkan kepada siswa.

Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
merupakan peningkatan dari Fikih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP.
Peningkatan tersebut dilakukan dengan mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Fikih baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah-
kaidah usul Fikih serta menggali tujuan dan hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan
kependidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata pelajaran Fikih
memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan
menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

Metode yang digunakan dalam mata pelajaran Fikih di MA bersifat multi (banyak). Metode yang
digunakan harus relevan mengikuti materi pembelajaran per KD, seperti metode ceramah, penugasan,
dan mencatat (kalau diperlukan). Kalau ada materi mata pelajaran yang mengharuskan praktek maka
dipraktekkan. Perbedaan siswa yang selalu berubah tiap tahunnya juga menuntut agar metode yang
digunakan bervariasi dikarenakan belum tentu metode yang digunakan untuk siswa sekarang efektif
digunakan untuk siswa tahun depan.

Pendekatan dalam mata pelajaran Fikih yang sesuai adalah pendekatan emosional. Dikarenakan bersifat
penggugahan, memberi contoh dikombinasi dengan pendekatan keteladanan. Sebagaimana contoh jika
kita mengajarkan siswa untuk senyum dikarenakan senyum adalah ibadah maka guru yang mengajarkan
siswa tersebut harus senyum. Pendekatan intelektual juga mempunyai pengaruh dalam mata pelajaran
Fikih, tapi tidak begitu diterapkan dikarenakan di dalam mata pelajaran Fikih itu ilmu terapan
kepribadian yang paling penting.

B. SARAN-SARAN

Bagi pengajar seharusnya mampu untuk mengembangkan kurikulum sesuai standar isi KTSP yang
berlaku sekarang ini.

Guru juga harus mengetahui metode yang cocok atau sesuai untuk diterapkan dalam proses pengajaran
pada setiap Kompetensi Dasar (KD).

Hendaknya dalam pembelajaran Fiqih, guru tidak hanya memaparkan materi saja, melainkan dengan
praktik dan alat bantu yang dapat memudahkan siswa untuk memahami suatu materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Mansyur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan, Jakarta : PT Pustaka Setia,2008,

Zuharini dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983), cet.ke-8

R. Ibrahim dan nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2010

Anda mungkin juga menyukai