Makalah EKMAN
Makalah EKMAN
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rizky
Dermawan, S.E., M.M. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Manajerial
B012. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.
Penulis
TEORI DAN ANALISIS BIAYA
A. Pengertian biaya
Biaya adalah pengorbanan ekonomi yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu barang
atau jasa. Ini bisa mencakup biaya langsung dan tidak langsung yang terkait dengan
produksi atau konsumsi.
Beberapa tokoh ahli ekonomi memiliki pandangan berbeda tentang konsep biaya.
Sebagai contoh:
1. Adam Smith: Salah satu pemikir ekonomi klasik, Smith, membahas biaya dalam
konteks keuntungan dan penawaran. Menurutnya, biaya produksi melibatkan upah
buruh, sewa tanah, dan keuntungan modal.
B. Karakteristik biaya
1) Biaya Eksplisit
adalah pengeluaran uang atau sumber daya yang dapat diukur secara langsung dan
terdokumentasi dalam akuntansi. Ini mencakup pembayaran moneter langsung untuk
faktor produksi seperti gaji karyawan, biaya bahan baku, sewa, dan pengeluaran
operasional lainnya yang dapat diidentifikasi dengan jelas dalam catatan keuangan
suatu entitas.
● Accounting cost merujuk pada semua biaya yang dicatat dan diakui dalam
sistem akuntansi suatu entitas. Dalam konteks ini, biaya eksplisit adalah bagian
dari accounting cost. Biaya eksplisit mencakup semua pengeluaran moneter
yang dapat diukur secara langsung, seperti gaji karyawan, biaya bahan baku,
dan biaya sewa yang dikenakan oleh suatu perusahaan.
Jadi, accounting cost adalah total biaya, termasuk biaya eksplisit, yang dicatat
dan dilaporkan oleh suatu entitas dalam rangka mengelola dan menyajikan
informasi keuangan mereka. Biaya eksplisit memberikan gambaran yang jelas
dalam catatan akuntansi karena melibatkan pengeluaran yang dapat diukur
secara langsung dalam bentuk uang atau sumber daya lain yang dapat
diidentifikasi secara spesifik.
Dengan kata lain, economic cost mencerminkan seluruh pengorbanan ekonomi yang
terkait dengan suatu keputusan atau aktivitas, baik yang secara langsung terukur dalam
bentuk uang maupun yang bersifat tidak langsung atau tidak terukur secara langsung.
Ini adalah konsep yang lebih luas daripada accounting cost karena mencakup
aspek-aspek yang tidak selalu tercatat dalam laporan keuangan, seperti opportunity
cost.
● Biaya Implisit
Biaya implisit adalah bagian dari economic cost. Biaya implisit mencakup nilai
peluang terbaik dari alternatif yang diorbankan dalam mengambil suatu
keputusan. Meskipun tidak melibatkan pengeluaran langsung uang, biaya
implisit menggambarkan nilai dari faktor produksi yang dimiliki oleh individu
atau perusahaan dan digunakan dalam kegiatan ekonomi.
Dalam konsep economic cost, biaya implisit bersama dengan biaya eksplisit
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pengorbanan ekonomi yang
terkait dengan suatu tindakan atau keputusan. Economic cost adalah total dari
biaya eksplisit dan biaya implisit, mencakup semua elemen pengorbanan baik
yang terukur secara langsung maupun yang bersifat tidak langsung atau nilai
peluang terbaik yang dikorbankan.
● Biaya oportunitas
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah nilai peluang terbaik yang
diorbankan ketika sumber daya digunakan untuk suatu tujuan tertentu.
Hubungannya dengan economic cost terletak pada kontribusinya terhadap
perhitungan total biaya dalam konteks ekonomi. Economic cost mencakup
biaya eksplisit dan biaya implisit, termasuk opportunity cost.
Jadi, dapat dikatakan bahwa hubungan antara incremental cost dan relevant
cost adalah bahwa incremental cost adalah komponen dari relevant cost, dan
keduanya digunakan untuk mengevaluasi konsekuensi finansial dari suatu
keputusan bisnis.
● Sunk cost
Sunk cost dan relevant cost adalah dua konsep penting dalam pengambilan
keputusan bisnis. Sunk cost merujuk pada biaya yang sudah dikeluarkan dan
tidak dapat dikembalikan, seperti investasi yang telah dilakukan atau pembelian
aset yang sekarang tidak dapat diubah. Dalam konteks ini, manajer harus
memahami bahwa keputusan di masa depan tidak boleh dipengaruhi oleh sunk
cost, karena biaya tersebut sudah terjadi dan tidak dapat memengaruhi hasil
keputusan yang rasional.
Di sisi lain, relevant cost adalah biaya yang relevan atau memengaruhi
keputusan yang akan diambil. Ini mencakup biaya yang dapat diubah atau
terkait dengan pilihan tertentu. Dalam pengambilan keputusan, fokus pada
relevant cost membantu manajer untuk mengevaluasi konsekuensi keuangan
dari pilihan yang tersedia. Dengan memahami perbedaan antara sunk cost dan
relevant cost, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih efektif dan
berbasis pada informasi yang aktual dan berdampak langsung pada kinerja
keuangan di masa depan.
Jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan dapat menambah salah
satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan perkataan lain,
dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari faktor-faktor produksi yang digunakan
dianggap tetap jumlahnya. Sedangkan jangka panjang adalah jangka waktu dimana
semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah
apabila pertambahan itu diperlukan.
Menurut Karl E. Case & Ray C. Fair dalam jangka pendek, semua perusahaan
(kompetitif maupun non kompetitif) memiliki biaya yang harus mereka tanggung
apapun output mereka. Sebenarnya, beberapa biaya tetap harus dibayar meskipun
berusaha berhenti berproduksi yakni, meskipun outputnya nol. Jenis biaya ini disebut
biaya tetap, biaya tetap adalah segala biaya yang tidak tergantung pada tingkat output
perusahaan. Biaya ini tetap timbul meskipun perusahaan tidak memproduksi apapun.
Tidak ada biaya tetap dalam jangka panjang, dan perusahaan tidak bisa melakukan
apapun dalam jangka pendek untuk menghindarinya atau mengubahnya.
Dalam gambar di atas digambarkan 3 jenis kurva yang termasuk dalam golongan
kurva-kurva biaya total rata-rata, yaitu:
Pada permulaannya apabila jumlah factor berubah adalah sedikit, produksi marginal
meningkat dan menyebabkan TVC berbentuk agak landai (lihat bagian ab) tetapi,
apabila produksi sudah semakin banyak, produksi marjinal semakin berkurang dan
menyebabkan kurva TVC semakin tegak (lihat bagian bc).
Fungsi biaya jangka panjang merujuk pada hubungan antara tingkat produksi atau
kapasitas produksi perusahaan dengan biaya produksi dalam jangka waktu yang lebih
panjang. Dalam jangka panjang, perusahaan memiliki fleksibilitas untuk mengubah
semua faktor produksi, termasuk modal, tenaga kerja, dan bahan baku. Oleh karena itu
biaya jangka panjang mencerminkan biaya total produksi perusahaan pada tingkat
produksi atau kapasitas produksi tertentu.
ATC = TC/Q
MC = ΔTC /ΔQ
E. Analisis Biaya-Volume-Laba
Analisis Volume Biaya Laba, atau yang lebih dikenal sebagai analisis
biaya-volume-laba (Break-Even Analysis), adalah suatu pendekatan strategis dalam
bidang akuntansi dan manajemen yang bertujuan untuk mengidentifikasi titik impas
atau Break-Even Point suatu entitas usaha. Dalam konteks ini, Break-Even Point
adalah titik di mana total pendapatan usaha setara dengan total biaya yang dikeluarkan,
menghasilkan laba bersih sebesar nol.
Tujuan dari analisis Biaya Volume Laba yang paling utama adalah sebagai penentu
keputusan bisnis perusahaan untuk jangka waktu pendek.Melalui wawasan yang
diperoleh, manajemen dapat menyusun rencana strategis agar dapat beradaptasi dengan
perubahan pasar pada saat yang bersamaan.Perusahaan juga dapat menentukan BEP
agar dapat menentukan jumlah unit yang harus terjual agar dapat mencapai target
keuntungan.Penyesuaian harga juga telah dipertimbangkan dengan biaya tetap, biaya
variabel, dan volume penjualan yang diharapkan agar dapat mencapai target laba yang
optimal.
Berikut rumus dasar yang sering digunakan dalam menghitung hasil analisa Biaya
Volume Laba:
● Laba (Profit)
Profit = Pendapatan Total – Biaya Total
● Total Pendapatan (Total Revenue)
Total Pendapatan = Harga Jual per Unit × Jumlah Unit yang Terjual
● Biaya Total (Total Cost)
Biaya Total = Biaya Tetap + (Biaya Variabel per Unit × Volume Penjualan)
● Laba Bersih (Net Profit)
Laba Bersih = Total Pendapatan – Biaya Total
● Titik Impas Tingkat Penjualan (Break Even Sales Volume)
Break Even Sales = Biaya Tetap / Contribution Margin
● Kontribusi Margin per Unit (Contribution Margin per Unit)
Kontribusi Margin per Unit = Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit
● Kontribusi Margin Rasio (Contribution Margin Ratio)
Kontribusi Margin Rasio = Kontribusi Margin per Unit / Harga Jual per Unit
● Titik Impas (Break-Even Point)
BEP = Biaya Tetap / Kontribusi Margin per Unit
BEP = Harga Jual per Unit × Volume Penjualan = Biaya Tetap + (Biaya
Variabel per Unit × Volume Penjualan)
● Margin Keamanan (Margin of Safety)
Margin of Safety = Penjualan Aktual – Break-even Sales
● Tingkat Leverage Operasi (Degree of Operating Leverage)
=DOL = Contribution Margin/ Penghasilan Bersih
Analisis Biaya Volume Laba adalah pendekatan sistematis untuk menganalisis dan
memberikan gambaran yang jelas tentang bisnis untuk membantu dalam pengambilan
keputusan.Analisis ini menunjukkan gambaran terperinci tentang bagaimana
perusahaan membelanjakan uang dan bagian mana dari bisnis yang paling
menguntungkan.Selain memberikan gambaran yang menguntungkan, analisis Biaya
Volume laba juga dapat menunjukkan area-area yang dapat dikembangkan atau
ditingkatkan kembali melalui gambaran masalah dalam bidang produksi, pemasaran,
atau penjualan.Sehingga dapat mengungkapkan berapa banyak perusahaan dalam
menghasilkan dan berapa banyak kerugiannya.
F. Contoh Soal
1) Suatu perusahaan akan menjual sebuah sepatu dengan harga jual $50 per unit dengan
biaya variable per unitnya adalah $30 dan biaya tetapnya adalah $10000
Pertanyaan:
A. Tentukan BEP perusahaan itu jika ingin balik modal dalam membuat sepatu?
B. Berapa laba bersih perusahaan itu jika berhasil menjual 1000 sepatu?
Jawaban:
A. BEP = Biaya Tetap/kontribusi Margin Per Unit
Kontribusi Margin Per Unit = Harga Jual Per Unit-Biaya Variable Per Unit
Kontribusi Margin Per Unit = $50-$30=$20(Untung Per Produk)
BEP = 10000/20
BEP = 500
Maka Apabila Sebuah Perusahaan Ingin Break Event Point paling tidak mereka
harus memproduksi/menjual 500 unit sepatu
B. Total Pendapatan = Harga Unit x Jumlah Unit Terjual
Total Pendapatan = $50 x 1000 = $50000(Total Uang Yang didapat)
Biaya Total=Biaya Tetap + (Biaya Variable Unit x Volume Penjualan)
Biaya Total = $10000 + ($30 x 1000)
Biaya Total = $10000+$30000=$40000
Laba Bersih = Total Pendapatan-Biaya Total
Laba Bersih = $50000-$40000
Laba Bersih = $10000
Jawaban:
A. Rumus Long-Run Average Cost (LAC) berdasarkan LTC dan Q
LAC=LTC/Q
2
5𝑞 +200𝑄+10.000
LAC= 𝑄
2
5(800) +200(800)+10.000
𝐿𝐴𝐶800= 800
2.400+160.000+10.000
𝐿𝐴𝐶800= 800
2.570.00
𝐿𝐴𝐶800= 800
𝐿𝐴𝐶800=3.212,50
Jadi LAC ketika perusahaan memproduksi 800 pakaian olaharga adalah Rp. 3.212,50
per pakaian
C. LMC ketika produksi meningkat dari 800 menjadi 850 pakaian olahraga
2
I. 𝐿𝑇𝐶800=5𝑞 + 200𝑄 + 10. 000
2
𝐿𝑇𝐶800=5(800) + 200(800) + 10. 000
2
II. 𝐿𝑇𝐶850=5𝑞 + 200𝑄 + 10. 000
2
𝐿𝑇𝐶850=5(850) + 200(850) + 10. 000
IV. ∆𝑄=850-800
∆𝑄=50
∆𝐿𝑇𝐶
V. 𝐿𝑀𝐶850= ∆𝑄
422.500
𝐿𝑀𝐶850= 50
𝐿𝑀𝐶850=8.450
Jadi, Long-Run Marginal Cost (LMC) ketika jumlah produksi meningkat dari 800
menjadi 850 pakaian olahraga adalah Rp 8,450 per pakaian.
TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI
Produksi adalah perubahan bentuk dari berbagai input atau sumber daya menjadi
output berupa barang dan jasa. Sebagai contoh, IBM menggaji tenaga kerja untuk
menggunakan mesin-mesin, suku cadang, dan bahan mentah dalam pabrik guna
memproduksi komputer pribadi (personal computer) - PC.Output suatu perusahaan
dapat berupa sebuah komoditas akhir atau berupa produk antara, seperti misalnya
semikonduktor. Perlu diingat bahwa “produksi” merujuk kepada seluruh aktivitas yang
terlibat dalam memproduksi barang dan jasa.
Estimasi merupakan suatu metode dimana kita dapat memperkirakan nilai Populasi
dengan memakai nilai sampel. Misalnya rata-rata sampel digunakan untuk menaksir
rata-rata pupolasi proporsi sampel untuk menaksir proporsi populasi (P), dan jumlah
ciri tertentu sampel untuk menaksir jumlah ciri tertentu populasi. Nilai penduga
disebut dengan estimator, sedangkan hasil estimasi disebut dengan estimasi secara
statistic. Estimasi berkaitan dengan pengiriman barang. Contohnya ketika membeli
barang di marketplace, ada rincian estimasi biaya dan kedatangan. Kata estimasi
memiliki arti berbeda untuk bidang tertentu. Menurut KBBI, estimasi adalah perkiraan,
penilaian, atau pendapat. Istilah estimasi dipakai secara umum untuk menentukan
perkiraan, penilaian, dan pendapat mengenai sesuatu.
B. Input Produksi
Input adalah berbagai sumber daya yang digunakan dalam memproduksi barang dan
jasa. Agar diskusi bisa terorganisasi dengan baik, input diklasifikasikan kedalam
tenaga kerja (Labor) (termasuk bakat kewirausahaan), modal (capital), dan tanah (land)
atau sumber daya alam. Input terbagi menjadi 2, yaitu :
● Input Tetap (Fixed Input) adalah input yang tidak dapat berubah dengan mudah
selama periode waktu tertentu, kecuali dengan mengeluarkan biaya yang sangat
besar.
● Input Variabel (Variable Input) adalah input yang dapat divariasikan atau
diubah secara mudah dan cepat.
Jangka pendek merupakan kurun waktu yang terjadi ketika salah satu atau lebih faktor
produksi yang tidak bisa diubah atau tetap. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah
disebut juga fixed input atau masukan tetap. Fixed input dalam jangka waktu ini
umumnya adalah capital atau modal. Modal bersifat tetap karena jumlahnya tetap dan
tidak akan berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi. Sedangkan tenaga kerja
bersifat variabel karena penggunaannya berubah sesuai dengan banyanya hasil
produksi. Misanya saat produsen A ingin meningkatkan banyaknya hasil produksi
perusahaannya dalam jangka pendek, maka yang bisa ia lakukan adalah menambah
jumlah tenaga kerjanya. la tidak bisa menambah alat-alat seperti mesin, karena ini
hanya dalam jangka pendek atau tidak akan selamanya.
Periode waktu dimana seluruh input adalah variabel disebut dengan periode jangka
panjang. Lamanya periode jangka waktu (yaitu, periode waktu yang dibutuhkan bagi
semua input untuk menjadi variabel) tergantung pada industrinya. Jangka Panjang
suatu proses produksi tidak dapat diperkirakan akan berjalan 10 tahun, 25 tahun, atau
bahkan sampai 50 tahun. Sehingga dalam kurun waktu ini semua faktor produksi yang
digunakan bersifat variabel atau tidak ada faktor produksi tetap.
D. Fungsi Produksi
Teknologi memiliki peran penting dalam proses produksi yang dapat membantu
mempermudah proses produksi agar lebih efisien. Sebingga dengan fungsi produksi,
produsen dapat merancang harga pokok produksi dan kuantitas produk yang
dihasilkan. Tidak hanya itu, fungsi produksi juga dapat memberikan gambaran
kombinasi input yang harus digunakan.
Q = f (L,K)
Q = Output
L = Labor
K = Capital
Produksi ini merupakan kombinasi antara dua faktor produksi variabel untuk
menghasilkan output atau hasil produksi yang sama. Dalam hal ini, kombinasi yang
paling mudah adalah antara faktor produksi modal (Capital) dengan tenaga kerja
(Labour). Jika terdapat perusahaan yang ingin meningkatkan hasil produksi maka yang
bisa dilakukan adalah dengan menambah dua input variabel dan meningkatkan
produksi atau menambah dua input variabel tersebut yaitu tenaga kerja dan modal. Jika
faktor produksi yang bersifat variabel adalah jumlah tenaga kerja, modal atau
peralatan, maka fungsi persamaan yang dapat ditulis adalah
𝑄 = 𝑓(𝐿, 𝐶)
Dengan Q sebagai output atau jumlah hasil produksi, L sebagai Labour atau tenaga
kerja, dan C sebagai Capital atau modal ataupun peralatan yang mana kedua ini
merupakan input variabel. Dalam teori ini, terdapat kurva isoquant yang menunjukkan
hasil produksi sama dan garis isoqost yang menunjukkan biaya untuk proses produksi
sama.
Menunjukkan bhw output Q yg dpt diprod oleh persh dg berbagai kombinasi tenaga
kerja (L) dan modal (K).
Dg : 1L dan 1K → 3Q
2L “ 1K → 8Q
3L “ 2K → 28Q
4L “ 2K → 30Q
12Q dpt diprod dg menggunakan kombinasi : 3L & 1K, 1L & 4K, 1L & 5K, 6L &
1K.
● Permukaan produksi diskrit
Tinggi batang menunjukkan output maksimum (Q) yang diproduksi pada setiap
kombinasi dari setiap tenaga kerja (L) dan modal (K) seperti yang di tunjukkan dalam
sumbu-sumbu tersebut. Sehingga, puncak dari seluruh batang-batang tersebut
membentuk permukaan produksi (production surface) dari perusahaan.
Dengan mengamsumsikan beberapa input dianggap konstan dalam jangka pendek dan
hanya satu faktor produksi yaitu tenaga yang dapat berubah, maka fungsi produksinya
dapat ditulis sebagai berikut :
Persamaan produksi ini menjadi sangat sederhana kerana hanya melibatkan tenaga
kerja untuk mendapatkan tingkat produksi suatu barang tertentu. Artinya, faktor
produksi yang dapat berubah dan mempengaruhi tingkat produksi adalah hanya jumlah
tenaga kerja. Jika perusahaan berkeinginan untuk menambah Tingkat produksi, maka
perusahaan hanya dapat menambah jumlah tenaga kerja. Jika input produksi adalah
tenaga kerja, maka fungsi produksinya menjelaskan tentang hubungan antara jumlah
output yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dengan kata lain,
fungsi produksi satu input tenaga kerja menjelaskan pengaruh jumlah tenaga kerja
terhadap jumlah output yang dihasilkan dari suatu produksi.
The law of diminishing return menyatakan bahwa jika salah satu faktor produksi
ditambah terus menerus, maka produksi total akan bertambah terus (dengan
pertambahan semakin mengecil) sampai total produksi mencapai tingkat maksimum
dan bila ditambah lagi, maka produksi total akan semakin berkurang.
Total Product (TP)
Produk total (TP) adalah jumlah produk yang dihasilkan dengan menggunakan seluruh
input faktor produksi tenaga kerja (L).
Hubungan output dengan tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tahap
pertama, tambahan tenaga kerja akan meningkatkan produk total secara
cepat. Tahap kedua terjadi peningkatan total produksi secara lambat, dan tahap
ketiga, penambahan tenaga kerja akan menurunkan total produksi. Setelah mencapai
titik maksimumnya, penambahan tenaga kerja justru akan mengakibatkan turunnya
jumlah produk total.
Rumus Produk Total Produksi Produk total dengan satu input faktor produksi
tenaga kerja dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus sebagai
berikut :
TP = Q = f(L)
Rumus Average Product (AP) Produk rata rata dapat dinyatakan dengan menggunakan
persamaan rumus sebagai berikut :
AP = TP/L
MP = ∆TP/∆L
MP = produk marjinal
∆TP = perubahan / tambahan produk total
∆L = perubahan / tambahan tenaga kerja
Setelah mencapai titik maksimum, tambahan tenaga kerja akan menurunkan produk
marjinal. Produk marginal akan menjadi negatif jika tambahan tenaga kerja terus
dilakukan.
Sebuah perusahaan memiliki fungsi produksi untuk tenaga kerja dan total produk
seperti ditunjukkan pada tabel di bawah. Tentukan Average produk (AP) dan
Marginal produk (MP) perusahaan tersebut dan gambarkan kurva fungsi produksinya.
1 6
2 15
3 27
4 36
5 42
6 45
7 45
8 42
9 36
10 27
MP = ∆TP/∆L atau
MP = (TP2-TP )/(L2-L₁)
MP = 9/1 = 9
TP maksimum ketika MP = 0
AP maksimum = MP
Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungan seluruh hubungan antara Produk Total
(TP), Produk Rata Rata (AP), dan Produk Marginal MP.
Dari tabel dapat diketahui bahwa total produksi. TP mencapai nilai maksimumnya
yaitu 45 ketika nilai marginal product MP nilai nol dengan tenaga kerja
sebanyak 7 tenaga kerja. Sedangkan average product AP mencapai nilai
maksimumnya yaitu 9 ketika nilai marginal product MP sama dengan 9 juga dengan
jumlah tenaga kerja 4 tenaga kerja.
Kurva Fungsi Produksi Satu Input Faktor Produksi Tenaga Kerja
Gambar berikut menunjukkan kurva atau grafik fungsi produksi satu input variabel
tenaga kerja L yang terdiri dari kurva Produk total TP, Produk rata rata AP, dan Kurva
Produk marjinal MP.
Pada saat tenaga kerja L adalah 7 tenaga kerja dan total produk TP maksimumnya
adalah 45 unit. Produk rata rata AP mencapai nilai maksimumnya ketika
nilainya sama dengan nilai produk marjinal MP. Dari gambar dapat
diketahui bahwa AP maksimum merupakan titik perpotongan antara kurva AP
dengan kurva MP. Nilai maksimum AP adalah 9 ketika jumlah tenaga kerja sama
dengan 4 tenaga kerja.
Hukum hasil yang menurun, juga dikenal sebagai hukum hasil tambahan yang semakin
berkurang, merupakan konsep dalam teori produksi yang menyatakan bahwa jika satu
faktor produksi (seperti tenaga kerja) diterapkan pada suatu faktor produksi lainnya
(seperti modal), dengan faktor produksi lainnya tetap, maka pada suatu titik tambahan,
hasil produksi tambahan dari satu unit faktor produksi tambahan akan semakin
berkurang.
Konsep ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan faktor produksi seperti tenaga
kerja dan kapital. Misalkan seorang petani memiliki sebidang tanah (faktor produksi
tetap) dan mulai menambahkan lebih banyak tenaga kerja ke tanah tersebut. Pada
awalnya, hasil pertanian mungkin meningkat karena tenaga kerja dan tanah bekerja
bersama-sama secara efisien. Namun, pada suatu titik, karena terbatasnya tanah, setiap
penambahan unit tenaga kerja tambahan mungkin menghasilkan hasil tambahan yang
semakin kecil. Inilah yang disebut sebagai hukum hasil yang menurun.
Estimasi yang menurun mencerminkan fakta bahwa saat suatu faktor produksi
ditingkatkan sementara faktor-faktor lainnya tetap, produktivitas tambahan per unit
dari faktor yang ditingkatkan akan semakin berkurang. Ini adalah konsep yang penting
dalam ekonomi dan manajemen, dan pemahaman tentang hukum ini membantu
perusahaan dan pengambil kebijakan dalam pengelolaan sumber daya mereka secara
efisien.
Hukum hasil yang menurun ini sering diterapkan dalam konteks fungsi produksi, di
mana produksi suatu barang atau jasa dijelaskan sebagai fungsi dari input-input
produksi. Salah satu model umum yang digunakan untuk menggambarkan hukum hasil
yang menurun adalah model Cobb-Douglas, di mana fungsi produksi memiliki
karakteristik hukum hasil yang menurun pada faktor produksi tertentu.
Berapa banyak tenaga kerja yang harus digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan
laba atau keuntungan maksimum? Jawabannya adalah bahwa perusahaan harus
mempekerjakan tambahan satu unit tenaga kerja sepanjang tambahan penerimaan yang
dihasilkan dari penjualan output yang diproduksi melebihi tambahan biaya karena
mempekerjakan tenaga kerja tersebut (sampai tambahan penerimaan sama dengan
tambahan biaya).
Tambahan penerimaan yang dihasilkan dengan penggunaan tambahan unit tenaga kerja
disebut produk pendapatan marginal (Marginal Revenue Product) dari tenaga kerja
(MRPL). Dimana,
Disisi lain, tambahan biaya karena menambah unit tenaga kerja atau biaya marginal
sumber daya (marginal resource cost) tenaga kerja adalah sama dengan peningkatan
biaya total perusahaan akibat menambah unit tenaga kerja. Artinya,
1) Input Produksi
● Tenaga Kerja (L): Jumlah pekerja atau jam kerja.
● Modal (K): Faktor produksi lainnya seperti mesin, peralatan, atau
bahan baku.
2) Output (Q)
● Output berupa jumlah produksi yang dihasilkan (Q)
Karakteristik Isoquant:
Dalam analisis grafis, isoquant digambarkan pada bidang dua dimensi dengan tenaga
kerja di sumbu x dan modal di sumbu y. Kurva isoquant menunjukkan kombinasi input
yang dapat menghasilkan tingkat output yang sama.
Isoquant membantu memahami hubungan antara input produksi dan output, dan
konsep ini bersifat fundamental dalam ekonomi produksi.
J. Ridge Line
Garis batas yang membatasi antara daerah yang relevan dan daerah yang tidak
relevan dinamakan Ridge Line. Ada dua macam ridge line yaitu : ridge line
atas dan ridge line bawah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
X dan Y adalah input-input variabel yang dibeli oleh produsen. Garis (T1 / Px)
(T1 / Py) adalah Isocost pertama sebesar T1, maka Isoquant yang tertinggi
adalah I1 dengan menggunakan input X sebesar OX1, maka titik A adalah titik
LCC. Titik K adalah titik yang mempunyai MPP dari X dan Y sama dengan
nol. Titik P adalah titik yang mempunyai MPP dari Y dan X sama dengan nol.
Apabila terjadi kenaikan ongkos, ini ditunjukkan oleh bergesernya garis Isocost
ke kanan atas, dan digambarkan oleh berubahnya T1 ke T2, dan ke T3, maka
dengan penjelasan yang sama seperti pada T1,dapat diperleh titik-titik (Q dan
R), (L dan M), (B dan C). Jadi KLM dan seterusnya adalah ridge line pertama
dan titik PQR dan seterusnya adalah ridge line kedua. Kemudian garis yang
terdiri dari titik-titik ABC dan seterusnya inilah yang dinamakan Expantion
Path.
Tingkat substitusi input marginal (TSIM) mengukur sejauh mana suatu input dapat
digantikan oleh input lain tanpa mengubah output total. Dalam hal ini, kita biasanya
berbicara tentang dua input yang digunakan dalam produksi, seperti tenaga kerja dan
modal.
TSIM dihitung sebagai perbandingan perubahan kecil dalam penggunaan dua input
terhadap perubahan kecil dalam output. Matematisnya, TSIM dapat diungkapkan
sebagai:
TSIM L,K = ΔL/ΔK
Dimana L adalah penggunaan tenaga kerja, K adalah penggunaan modal, dan ΔL serta
ΔK adalah perubahan kecil dalam penggunaan masing-masing input.
TSIM memberi kita wawasan tentang elastisitas substitusi antara dua input. Jika TSIM
tinggi, itu menunjukkan bahwa input satu dapat dengan mudah menggantikan input
lain, dan sebaliknya. Jika TSIM rendah, input tidak dapat dengan mudah digantikan,
menunjukkan ketergantungan pada kombinasi input tersebut.
Menunjukkan berbagai kombinasi input yang dapat dibeli oleh perusahaan pada
tingkat biaya tertentu.
C = wL + rK
Dimana:
C = cost (biaya)
w = tingkat upah
L = jumlah labor
K = jumlah capital
r = cost of capital
Perubahan harga input (w atau r) akan mengubah kombinasi input optimal. Pada titik
optimal (titik singgung) berlaku hubungan:
MPL/MPK = w/r
MPL = Marginal Product of Labor
MPK = Marginal Product of Capital
M. Skala Hasil
Skala hasil (returns to scale) adalah derajat sejauh mana output berubah akibat
perubahan tertentu dalam kuantitas semua input yang dipakai dalam produksi. Terdapat
tiga tipe dalam skala hasil :
● Skala hasil tetap (constant returns to scale) jika output meningkat dalam
proporsi yang sama.
● Skala hasil meningkat (increasing returns to scale) jika output
meningkat dalam proporsi yang lebih besar.
● Skala hasil menurun (decreasing returns to scale) jika output menurun
dalam proporsi yang lebih kecil.
Sehingga, dimulai dengan fungsi produksi umum :
Pada seluruh panel dalam gambar ini, kita mulai dimana perusahaan menggunakan 3L
dan 3K serta memproduksi sebanyak 100Q (titik A). Dengan menggandakan input
menjadi 6L dan 6K, panel sebelah kiri menunjukkan bahwa output juga bertambah dua
kali menjadi 200Q (titik B), sehingga kita memperoleh skala hasil tetap; panel tengah
menunjukkan bahwa output meningkat menjadi tiga kali lipat yakni 300Q (titik C),
sehingga kita memperoleh skala hasil meningkat; sementara panel sebelah kanan
menunjukkan bahwa output hanya meningkat menjadi 150Q (titik D), sehingga kita
memperoleh skala hasil menurun.
N. Contoh Soal
1. Suatu proses produksi menggunakan dua macam input, yaitu modal (K) dan tenaga
kerja (L). Jumlah output (Q) yang dapat dihasilkan dalam satu periode produksi
ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
Q = 4K^½ L^¼
Pertanyaan:
a) Tentukan jumlah input K dan input L yang harus digunakan dalam proses
produksi tersebut agar kombinasi input tersebut merupakan kombinasi dengan
biaya terendah (least cost combination).
b) Tentukan jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination.
c) Jika input modal (K) ditambah 8%, sedangkan input L dan teknologi yang
digunakan dalam proses produksi tidak berubah, tentukan persentase perubahan
jumlah output yang dapat dihasilkan.
Jawab:
Jumlah input K dan input L yang harus digunakan agar biaya produksi yang harus
dikeluarkan paling rendah adalah:
a) Jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination adalah
Jadi jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination adalah 16 unit.
2. Suatu proses produksi yang menggunakan input L dan input K untuk menghasilkan
produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan
input K sebagai input tetap pada tingkat 20 unit. Persamaan produksi total yang
dihasilkan dari proses produksi tersebut ditunjukkan oleh persamaan: Q = 6L + 20.
Berdasarkan informasi tersebut, jika produsen menambah tenaga kerja satu orang,
yakni dari 9 orang menjadi 10 orang, tentukan produksi marjinal L (MPL) pada tingkat
penggunaan input tenaga kerja (L) sebanyak 10 orang.
Jawab:
Produksi total (Q) pada penggunaan input L sebanyak 9 adalah 74 dan penggunaan L
sebanyak 10 unit adalah 80 unit. Produksi marjinal penggunaan input L sebanyak 10
dapat ditentukan dengan memasukkan besarnya Q dan L ke dalam persamaan,
sehingga diperoleh produksi marjinal tenaga kerja (MPL) adalah