Anda di halaman 1dari 29

Teori dan Analisis Biaya

Teori Produksi dan Estimasi

Dosen Pengampu: Rizky Dermawan, S.E., M.M.

Disusun oleh Kelompok 3:


1. Fidelio Bintang S (22012010237)
2. Tyaga Tustika M (22012010305)
3. Amirah Cetta Candraningtyas (22012010310)
4. Alfigo Adisari (22012010316)
5. Naia Ayu Farikha (22012010323)
6. Anindia Aulia Syafitri (22012010325)
7. Marina Nora Amanda (22012010328)
8. M. Fayi Raihan (22012020336)

EKONOMI MANAJERIAL B012


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Teori
dan Analisis Biaya & Teori Produksi dan Estimasi" tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rizky
Dermawan, S.E., M.M. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Manajerial
B012. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Surabaya, 12 November 2023

Penulis
TEORI DAN ANALISIS BIAYA

A. Pengertian biaya

Biaya adalah pengorbanan ekonomi yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu barang
atau jasa. Ini bisa mencakup biaya langsung dan tidak langsung yang terkait dengan
produksi atau konsumsi.

Beberapa tokoh ahli ekonomi memiliki pandangan berbeda tentang konsep biaya.
Sebagai contoh:

1. Adam Smith: Salah satu pemikir ekonomi klasik, Smith, membahas biaya dalam
konteks keuntungan dan penawaran. Menurutnya, biaya produksi melibatkan upah
buruh, sewa tanah, dan keuntungan modal.

2. Alfred Marshall: Seorang ekonomis neoklasik, Marshall mengembangkan konsep


biaya kesempatan, yang mengacu pada nilai tertinggi dari alternatif yang diorbankan
ketika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu.

B. Karakteristik biaya

1) Biaya Eksplisit
adalah pengeluaran uang atau sumber daya yang dapat diukur secara langsung dan
terdokumentasi dalam akuntansi. Ini mencakup pembayaran moneter langsung untuk
faktor produksi seperti gaji karyawan, biaya bahan baku, sewa, dan pengeluaran
operasional lainnya yang dapat diidentifikasi dengan jelas dalam catatan keuangan
suatu entitas.

● Accounting cost merujuk pada semua biaya yang dicatat dan diakui dalam
sistem akuntansi suatu entitas. Dalam konteks ini, biaya eksplisit adalah bagian
dari accounting cost. Biaya eksplisit mencakup semua pengeluaran moneter
yang dapat diukur secara langsung, seperti gaji karyawan, biaya bahan baku,
dan biaya sewa yang dikenakan oleh suatu perusahaan.

Jadi, accounting cost adalah total biaya, termasuk biaya eksplisit, yang dicatat
dan dilaporkan oleh suatu entitas dalam rangka mengelola dan menyajikan
informasi keuangan mereka. Biaya eksplisit memberikan gambaran yang jelas
dalam catatan akuntansi karena melibatkan pengeluaran yang dapat diukur
secara langsung dalam bentuk uang atau sumber daya lain yang dapat
diidentifikasi secara spesifik.

2) Biaya Ekonomis (Economic Cost)


Economic cost mencakup total biaya dari perspektif ekonomi, yang melibatkan baik
biaya eksplisit maupun biaya implisit. Selain mencakup pengeluaran moneter yang
terukur (biaya eksplisit), economic cost juga memasukkan nilai peluang terbaik dari
alternatif yang diorbankan dalam pengambilan keputusan (biaya implisit atau
opportunity cost).

Dengan kata lain, economic cost mencerminkan seluruh pengorbanan ekonomi yang
terkait dengan suatu keputusan atau aktivitas, baik yang secara langsung terukur dalam
bentuk uang maupun yang bersifat tidak langsung atau tidak terukur secara langsung.
Ini adalah konsep yang lebih luas daripada accounting cost karena mencakup
aspek-aspek yang tidak selalu tercatat dalam laporan keuangan, seperti opportunity
cost.

● Biaya Implisit
Biaya implisit adalah bagian dari economic cost. Biaya implisit mencakup nilai
peluang terbaik dari alternatif yang diorbankan dalam mengambil suatu
keputusan. Meskipun tidak melibatkan pengeluaran langsung uang, biaya
implisit menggambarkan nilai dari faktor produksi yang dimiliki oleh individu
atau perusahaan dan digunakan dalam kegiatan ekonomi.

Dalam konsep economic cost, biaya implisit bersama dengan biaya eksplisit
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pengorbanan ekonomi yang
terkait dengan suatu tindakan atau keputusan. Economic cost adalah total dari
biaya eksplisit dan biaya implisit, mencakup semua elemen pengorbanan baik
yang terukur secara langsung maupun yang bersifat tidak langsung atau nilai
peluang terbaik yang dikorbankan.

● Biaya oportunitas
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah nilai peluang terbaik yang
diorbankan ketika sumber daya digunakan untuk suatu tujuan tertentu.
Hubungannya dengan economic cost terletak pada kontribusinya terhadap
perhitungan total biaya dalam konteks ekonomi. Economic cost mencakup
biaya eksplisit dan biaya implisit, termasuk opportunity cost.

3) Biaya Relevan (Relevan Cost)


Biaya relevan adalah biaya yang memiliki dampak langsung pada keputusan bisnis
tertentu. Ini mencakup biaya-biaya yang akan berubah sebagai hasil dari suatu
keputusan, sedangkan biaya yang tidak berubah dianggap tidak relevan dalam konteks
tersebut.
● Incremental cost
Incremental cost dan relevant cost adalah konsep yang terkait dalam
pengambilan keputusan bisnis. Incremental cost merujuk pada perubahan biaya
total sebagai hasil dari suatu keputusan, sementara relevant cost adalah biaya
yang benar-benar mempengaruhi pilihan keputusan.
Dalam banyak kasus, incremental cost adalah salah satu jenis relevant cost.
Incremental cost mencakup perubahan biaya yang muncul karena suatu
keputusan, dan hanya biaya-biaya ini yang dianggap relevan dalam konteks
pengambilan keputusan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa hubungan antara incremental cost dan relevant
cost adalah bahwa incremental cost adalah komponen dari relevant cost, dan
keduanya digunakan untuk mengevaluasi konsekuensi finansial dari suatu
keputusan bisnis.

● Sunk cost
Sunk cost dan relevant cost adalah dua konsep penting dalam pengambilan
keputusan bisnis. Sunk cost merujuk pada biaya yang sudah dikeluarkan dan
tidak dapat dikembalikan, seperti investasi yang telah dilakukan atau pembelian
aset yang sekarang tidak dapat diubah. Dalam konteks ini, manajer harus
memahami bahwa keputusan di masa depan tidak boleh dipengaruhi oleh sunk
cost, karena biaya tersebut sudah terjadi dan tidak dapat memengaruhi hasil
keputusan yang rasional.

Di sisi lain, relevant cost adalah biaya yang relevan atau memengaruhi
keputusan yang akan diambil. Ini mencakup biaya yang dapat diubah atau
terkait dengan pilihan tertentu. Dalam pengambilan keputusan, fokus pada
relevant cost membantu manajer untuk mengevaluasi konsekuensi keuangan
dari pilihan yang tersedia. Dengan memahami perbedaan antara sunk cost dan
relevant cost, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih efektif dan
berbasis pada informasi yang aktual dan berdampak langsung pada kinerja
keuangan di masa depan.

C. Fungsi Biaya Jangka Pendek

Fungsi Biaya jangka pendek

Jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan dapat menambah salah
satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan perkataan lain,
dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari faktor-faktor produksi yang digunakan
dianggap tetap jumlahnya. Sedangkan jangka panjang adalah jangka waktu dimana
semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah
apabila pertambahan itu diperlukan.

Menurut Karl E. Case & Ray C. Fair dalam jangka pendek, semua perusahaan
(kompetitif maupun non kompetitif) memiliki biaya yang harus mereka tanggung
apapun output mereka. Sebenarnya, beberapa biaya tetap harus dibayar meskipun
berusaha berhenti berproduksi yakni, meskipun outputnya nol. Jenis biaya ini disebut
biaya tetap, biaya tetap adalah segala biaya yang tidak tergantung pada tingkat output
perusahaan. Biaya ini tetap timbul meskipun perusahaan tidak memproduksi apapun.
Tidak ada biaya tetap dalam jangka panjang, dan perusahaan tidak bisa melakukan
apapun dalam jangka pendek untuk menghindarinya atau mengubahnya.

Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek

Beberapa pengertian biaya dalam jangka pendek:

1. Biaya tetap total (total fixed cost)


Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.
Sebagai contoh adalah biaya pemeliharaan pabrik dan asuransi, biaya
abonemen telepon bulanan. Biaya tetap dapat dihitung sama seperti biaya
variabel, yaitu dari penurunan rumus menghitung biaya total. Penurunan rumus
tersebut adalah:
TC = FC + VC
FC = TC – VC
2. Biaya variabel total (total variable cost)
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara linier sesuai dengan
volume output operasi perusahaan. Sebagai contoh adalah biaya pulsa telepon
bulanan, biaya pengeluaran untuk upah dan bahan baku. Biaya variabel dapat
dihitung dari penurunan rumus menghitung biaya total, yaitu:
TC = FC + VC
VC = TC – FC

3. Biaya marjinal (marginal cost)


Biaya marginal dapat juga dikatakan sebagai biaya pertambahan (incremental
cost). Biaya marginal merupakan kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan
untuk menambah produksi sebanyak satu unit keluaran tambahan. Biaya
marginal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
MCn = TCn – TC n-1 atau MCn = ∆TC / ∆Q

4. Biaya tetap rata-rata (per unit) atau average fixed cost


Biaya tetap rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut. Biaya tetap rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
AFC = TFC / Q

5. Biaya variabel rata-rata (per unit) atau average variable cost


Biaya variabel rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya variabel (VC)
untuk memproduksi sejumlah baran (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tertentu. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut, yaitu:
AVC = TVC / Q
6. Biaya total (total cost)
Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TC = TFC + TVC

7. Biaya rata-rata (average cost)


Biaya total rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya total (TC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi oleh
perusahaan. Biaya total rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut, yaitu:
AC = TC / Q atau AC = AFC + AVC

Bentuk Kurva Biaya Jangka Pendek

Dalam gambar di atas digambarkan 3 jenis kurva yang termasuk dalam golongan
kurva-kurva biaya total rata-rata, yaitu:

● Kurva TFC yang menggambarkan biaya tetap total


● Kurva TVC yang menggambarkan biaya berubah total
● Kurva TC yang menggambarkan biaya total

Pada permulaannya apabila jumlah factor berubah adalah sedikit, produksi marginal
meningkat dan menyebabkan TVC berbentuk agak landai (lihat bagian ab) tetapi,
apabila produksi sudah semakin banyak, produksi marjinal semakin berkurang dan
menyebabkan kurva TVC semakin tegak (lihat bagian bc).

D. Fungsi Biaya Jangka Panjang

Fungsi biaya jangka panjang merujuk pada hubungan antara tingkat produksi atau
kapasitas produksi perusahaan dengan biaya produksi dalam jangka waktu yang lebih
panjang. Dalam jangka panjang, perusahaan memiliki fleksibilitas untuk mengubah
semua faktor produksi, termasuk modal, tenaga kerja, dan bahan baku. Oleh karena itu
biaya jangka panjang mencerminkan biaya total produksi perusahaan pada tingkat
produksi atau kapasitas produksi tertentu.

Beberapa fungsi jangka panjang yang penting, yaitu :

1. Biaya Total (TC - Total Cost)


Biaya total merupakan jumlah dari semua biaya produksi, baik biaya tetap
maupun biaya variabel, dalam jangka panjang. Biaya tetap melibatkan elemen
elemen seperti sewa gedung, gaji manager, dan bunga pinjaman, yang tidak
berubah seiring perubahan tingkat produksi. Biaya variabel melibatkan elemen
elemen seperti bahan baku dan tenga kerja langsung, yang berubah seiring
perubahan tingkat produksi.

2. Biaya Rata Rata Total (ATC - Average Total Cost)


Biaya rata rata total adalah biaya total dibagi dengan jumlah output atau tingkat
produksi. ini mencerminkan biaya per unit produk dan memberikan wawasan
tentang efisiensi produksi perusahaan.

ATC = TC/Q

TC merupakan biaya total, dan Q merupakan jumlah output/tingkat produksi

3. Biaya Marginal (MC - Marginal Cost)


Biaya marginal adalah tambahan biaya yang timbul karena memproduksi satu
unit tambahan dari suatu produk. Ini ditemukan dengan mengambil perubahan
biaya total ketika produksi satu unit tambahan.

MC = ΔTC /ΔQ

ΔTC merupakan perubahan biaya total, dan ΔQ merupakan perubahan


perubahan jumlah output.

4. Biaya Variabel Rata-rata (AVC - Average Variable Cost)


Biaya variabel rata-rata adalah biaya variabel per unit output dan dihitung
dengan membagi biaya variabel total dengan jumlah output.

AVC = Total Variabel Cost / Q

Biaya variabel mencakup elemen yang berubah seiring perubahan tingkat


produksi.

Pemahaman mengenai fungsi fungsi ini membantu perusahaan dalam membuat


keputusan yang lebih baik terkait dengan tingkat produksi yang optimal, penetapan
harga produk, dan strategi manajemen biaya dalam jangka penjang.

E. Analisis Biaya-Volume-Laba

Analisis Volume Biaya Laba, atau yang lebih dikenal sebagai analisis
biaya-volume-laba (Break-Even Analysis), adalah suatu pendekatan strategis dalam
bidang akuntansi dan manajemen yang bertujuan untuk mengidentifikasi titik impas
atau Break-Even Point suatu entitas usaha. Dalam konteks ini, Break-Even Point
adalah titik di mana total pendapatan usaha setara dengan total biaya yang dikeluarkan,
menghasilkan laba bersih sebesar nol.

Analisis ini mencakup evaluasi komponen-komponen kunci, termasuk Pendapatan


Total, yang merupakan jumlah pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk atau
jasa; Biaya Total, yaitu jumlah biaya yang diperlukan untuk memproduksi atau
menyediakan produk atau jasa; Titik Impas, yang merupakan titik keseimbangan di
mana pendapatan dan biaya total sama; Kontribusi Margin, selisih antara pendapatan
total dan biaya variabel, yang berkontribusi untuk menutupi biaya tetap dan mencapai
laba bersih; dan Margin of Safety, yang menggambarkan sejauh mana penjualan dapat
menurun sebelum mencapai titik impas.

Analisis Volume Biaya Laba memberikan wawasan mendalam kepada manajemen


untuk membuat keputusan strategis terkait penetapan harga produk, perencanaan
produksi, dan strategi penjualan. Dengan memahami titik impas, perusahaan dapat
mengidentifikasi risiko, merencanakan dengan lebih baik, dan membuat keputusan
yang berbasis pada data terkait volume penjualan yang diperlukan untuk mencapai laba
atau mencapai target keuangan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, analisis ini
menjadi alat penting dalam pengambilan keputusan untuk mengoptimalkan kinerja
keuangan suatu perusahaan.

Tujuan dari analisis Biaya Volume Laba yang paling utama adalah sebagai penentu
keputusan bisnis perusahaan untuk jangka waktu pendek.Melalui wawasan yang
diperoleh, manajemen dapat menyusun rencana strategis agar dapat beradaptasi dengan
perubahan pasar pada saat yang bersamaan.Perusahaan juga dapat menentukan BEP
agar dapat menentukan jumlah unit yang harus terjual agar dapat mencapai target
keuntungan.Penyesuaian harga juga telah dipertimbangkan dengan biaya tetap, biaya
variabel, dan volume penjualan yang diharapkan agar dapat mencapai target laba yang
optimal.

Berikut rumus dasar yang sering digunakan dalam menghitung hasil analisa Biaya
Volume Laba:

● Laba (Profit)
Profit = Pendapatan Total – Biaya Total
● Total Pendapatan (Total Revenue)
Total Pendapatan = Harga Jual per Unit × Jumlah Unit yang Terjual
● Biaya Total (Total Cost)
Biaya Total = Biaya Tetap + (Biaya Variabel per Unit × Volume Penjualan)
● Laba Bersih (Net Profit)
Laba Bersih = Total Pendapatan – Biaya Total
● Titik Impas Tingkat Penjualan (Break Even Sales Volume)
Break Even Sales = Biaya Tetap / Contribution Margin
● Kontribusi Margin per Unit (Contribution Margin per Unit)
Kontribusi Margin per Unit = Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit
● Kontribusi Margin Rasio (Contribution Margin Ratio)
Kontribusi Margin Rasio = Kontribusi Margin per Unit / Harga Jual per Unit
● Titik Impas (Break-Even Point)
BEP = Biaya Tetap / Kontribusi Margin per Unit
BEP = Harga Jual per Unit × Volume Penjualan = Biaya Tetap + (Biaya
Variabel per Unit × Volume Penjualan)
● Margin Keamanan (Margin of Safety)
Margin of Safety = Penjualan Aktual – Break-even Sales
● Tingkat Leverage Operasi (Degree of Operating Leverage)
=DOL = Contribution Margin/ Penghasilan Bersih

Analisis Biaya Volume Laba adalah pendekatan sistematis untuk menganalisis dan
memberikan gambaran yang jelas tentang bisnis untuk membantu dalam pengambilan
keputusan.Analisis ini menunjukkan gambaran terperinci tentang bagaimana
perusahaan membelanjakan uang dan bagian mana dari bisnis yang paling
menguntungkan.Selain memberikan gambaran yang menguntungkan, analisis Biaya
Volume laba juga dapat menunjukkan area-area yang dapat dikembangkan atau
ditingkatkan kembali melalui gambaran masalah dalam bidang produksi, pemasaran,
atau penjualan.Sehingga dapat mengungkapkan berapa banyak perusahaan dalam
menghasilkan dan berapa banyak kerugiannya.

F. Contoh Soal

1) Suatu perusahaan akan menjual sebuah sepatu dengan harga jual $50 per unit dengan
biaya variable per unitnya adalah $30 dan biaya tetapnya adalah $10000
Pertanyaan:
A. Tentukan BEP perusahaan itu jika ingin balik modal dalam membuat sepatu?
B. Berapa laba bersih perusahaan itu jika berhasil menjual 1000 sepatu?

Jawaban:
A. BEP = Biaya Tetap/kontribusi Margin Per Unit
Kontribusi Margin Per Unit = Harga Jual Per Unit-Biaya Variable Per Unit
Kontribusi Margin Per Unit = $50-$30=$20(Untung Per Produk)
BEP = 10000/20
BEP = 500
Maka Apabila Sebuah Perusahaan Ingin Break Event Point paling tidak mereka
harus memproduksi/menjual 500 unit sepatu
B. Total Pendapatan = Harga Unit x Jumlah Unit Terjual
Total Pendapatan = $50 x 1000 = $50000(Total Uang Yang didapat)
Biaya Total=Biaya Tetap + (Biaya Variable Unit x Volume Penjualan)
Biaya Total = $10000 + ($30 x 1000)
Biaya Total = $10000+$30000=$40000
Laba Bersih = Total Pendapatan-Biaya Total
Laba Bersih = $50000-$40000
Laba Bersih = $10000

Jadi apabila perusahaan itu memproduksi/menjual sepatunya dengan volume 1000


sepatu maka perusahaan itu akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar $10000

2) Perusahaan di Kota B ingin memproduksi pakaian olahraga dan berencana untuk


mengoptimalkan biaya produksinya dalam jangka pangjang fungsi LTC merek dihitung
2
dengan rumus LTC = 5𝑄 + 200Q + 10.000,dimana Q adalah jumlah pakaian yang
diproduksi
Pertanyaan:
A. Tentukan rumus untuk Long-Run Average Cost (LAC) berdasarkan LTC dan
jumlah produksi (Q).
B. Hitung LAC ketika perusahaan memproduksi 800 pakaian olahraga.
C. Hitung Long-Run Marginal Cost (LMC) ketika jumlah produksi meningkat dari
800 menjadi 850 pakaian olahraga.

Jawaban:
A. Rumus Long-Run Average Cost (LAC) berdasarkan LTC dan Q
LAC=LTC/Q
2
5𝑞 +200𝑄+10.000
LAC= 𝑄

B. LAC ketika perusahaan memproduksi 800 pakaian olahraga


2
5𝑞 +200𝑄+10.000
𝐿𝐴𝐶800= 𝑄

2
5(800) +200(800)+10.000
𝐿𝐴𝐶800= 800
2.400+160.000+10.000
𝐿𝐴𝐶800= 800
2.570.00
𝐿𝐴𝐶800= 800
𝐿𝐴𝐶800=3.212,50

Jadi LAC ketika perusahaan memproduksi 800 pakaian olaharga adalah Rp. 3.212,50
per pakaian

C. LMC ketika produksi meningkat dari 800 menjadi 850 pakaian olahraga
2
I. 𝐿𝑇𝐶800=5𝑞 + 200𝑄 + 10. 000
2
𝐿𝑇𝐶800=5(800) + 200(800) + 10. 000

𝐿𝑇𝐶800=5(640. 000) + 160. 000 + 10. 000


𝐿𝑇𝐶800=3. 200. 000 + 160. 000 + 10. 000
𝐿𝑇𝐶800=3.370.000

2
II. 𝐿𝑇𝐶850=5𝑞 + 200𝑄 + 10. 000
2
𝐿𝑇𝐶850=5(850) + 200(850) + 10. 000

𝐿𝑇𝐶850=5(722. 500) + 170. 000 + 10. 000


𝐿𝑇𝐶850=3. 612. 500 + 170. 000 + 10. 000
𝐿𝑇𝐶850=3.792.500

III. ∆𝐿𝑇𝐶=𝐿𝑇𝐶850- 𝐿𝑇𝐶800


∆𝐿𝑇𝐶=3.792.500-3.370.000
∆𝐿𝑇𝐶=422.500

IV. ∆𝑄=850-800
∆𝑄=50

∆𝐿𝑇𝐶
V. 𝐿𝑀𝐶850= ∆𝑄
422.500
𝐿𝑀𝐶850= 50
𝐿𝑀𝐶850=8.450

Jadi, Long-Run Marginal Cost (LMC) ketika jumlah produksi meningkat dari 800
menjadi 850 pakaian olahraga adalah Rp 8,450 per pakaian.
TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

A. Pengertian Teori Produksi dan Estimasi

Produksi adalah perubahan bentuk dari berbagai input atau sumber daya menjadi
output berupa barang dan jasa. Sebagai contoh, IBM menggaji tenaga kerja untuk
menggunakan mesin-mesin, suku cadang, dan bahan mentah dalam pabrik guna
memproduksi komputer pribadi (personal computer) - PC.Output suatu perusahaan
dapat berupa sebuah komoditas akhir atau berupa produk antara, seperti misalnya
semikonduktor. Perlu diingat bahwa “produksi” merujuk kepada seluruh aktivitas yang
terlibat dalam memproduksi barang dan jasa.

Estimasi merupakan suatu metode dimana kita dapat memperkirakan nilai Populasi
dengan memakai nilai sampel. Misalnya rata-rata sampel digunakan untuk menaksir
rata-rata pupolasi proporsi sampel untuk menaksir proporsi populasi (P), dan jumlah
ciri tertentu sampel untuk menaksir jumlah ciri tertentu populasi. Nilai penduga
disebut dengan estimator, sedangkan hasil estimasi disebut dengan estimasi secara
statistic. Estimasi berkaitan dengan pengiriman barang. Contohnya ketika membeli
barang di marketplace, ada rincian estimasi biaya dan kedatangan. Kata estimasi
memiliki arti berbeda untuk bidang tertentu. Menurut KBBI, estimasi adalah perkiraan,
penilaian, atau pendapat. Istilah estimasi dipakai secara umum untuk menentukan
perkiraan, penilaian, dan pendapat mengenai sesuatu.

B. Input Produksi

Input adalah berbagai sumber daya yang digunakan dalam memproduksi barang dan
jasa. Agar diskusi bisa terorganisasi dengan baik, input diklasifikasikan kedalam
tenaga kerja (Labor) (termasuk bakat kewirausahaan), modal (capital), dan tanah (land)
atau sumber daya alam. Input terbagi menjadi 2, yaitu :

● Input Tetap (Fixed Input) adalah input yang tidak dapat berubah dengan mudah
selama periode waktu tertentu, kecuali dengan mengeluarkan biaya yang sangat
besar.
● Input Variabel (Variable Input) adalah input yang dapat divariasikan atau
diubah secara mudah dan cepat.

C. Periode Waktu Produksi

1) Produksi Jangka Pendek (Short Run)

Jangka pendek merupakan kurun waktu yang terjadi ketika salah satu atau lebih faktor
produksi yang tidak bisa diubah atau tetap. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah
disebut juga fixed input atau masukan tetap. Fixed input dalam jangka waktu ini
umumnya adalah capital atau modal. Modal bersifat tetap karena jumlahnya tetap dan
tidak akan berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi. Sedangkan tenaga kerja
bersifat variabel karena penggunaannya berubah sesuai dengan banyanya hasil
produksi. Misanya saat produsen A ingin meningkatkan banyaknya hasil produksi
perusahaannya dalam jangka pendek, maka yang bisa ia lakukan adalah menambah
jumlah tenaga kerjanya. la tidak bisa menambah alat-alat seperti mesin, karena ini
hanya dalam jangka pendek atau tidak akan selamanya.

2) Produksi jangka panjang (Long Run)

Periode waktu dimana seluruh input adalah variabel disebut dengan periode jangka
panjang. Lamanya periode jangka waktu (yaitu, periode waktu yang dibutuhkan bagi
semua input untuk menjadi variabel) tergantung pada industrinya. Jangka Panjang
suatu proses produksi tidak dapat diperkirakan akan berjalan 10 tahun, 25 tahun, atau
bahkan sampai 50 tahun. Sehingga dalam kurun waktu ini semua faktor produksi yang
digunakan bersifat variabel atau tidak ada faktor produksi tetap.

D. Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan fungsi dalam bentuk persamaan matematika yang


menjelaskan hubungan output dengan input yang dipakai selama proses produksi
berlangsung. Fungsi produksi memberikan prediksi jumlah output yang
memungkinkan yang dihasilkan oleh produsen dengan mengkombinasikan berbagai
macam input yang mungkin untuk terjadi.

Teknologi memiliki peran penting dalam proses produksi yang dapat membantu
mempermudah proses produksi agar lebih efisien. Sebingga dengan fungsi produksi,
produsen dapat merancang harga pokok produksi dan kuantitas produk yang
dihasilkan. Tidak hanya itu, fungsi produksi juga dapat memberikan gambaran
kombinasi input yang harus digunakan.

Misalkan menurut perhitungan fungsi produksi, sebuah perusahaan maksimal dapat


menghasilkan unit X sebesar 500 buah dan 750 unit Y dalam sehari. Maka untuk
mencapai kuantitas tersebut, factor-faktor produksi apa saja yang perlu disiapkan dan
berapa banyak jumlahnya.

Persamaan umum untuk fungsi produksi sederhana :

Q = f (L,K)

Q = Output
L = Labor
K = Capital

E. Fungsi Produksi 2 Input Variabel

Produksi ini merupakan kombinasi antara dua faktor produksi variabel untuk
menghasilkan output atau hasil produksi yang sama. Dalam hal ini, kombinasi yang
paling mudah adalah antara faktor produksi modal (Capital) dengan tenaga kerja
(Labour). Jika terdapat perusahaan yang ingin meningkatkan hasil produksi maka yang
bisa dilakukan adalah dengan menambah dua input variabel dan meningkatkan
produksi atau menambah dua input variabel tersebut yaitu tenaga kerja dan modal. Jika
faktor produksi yang bersifat variabel adalah jumlah tenaga kerja, modal atau
peralatan, maka fungsi persamaan yang dapat ditulis adalah

𝑄 = 𝑓(𝐿, 𝐶)

Dengan Q sebagai output atau jumlah hasil produksi, L sebagai Labour atau tenaga
kerja, dan C sebagai Capital atau modal ataupun peralatan yang mana kedua ini
merupakan input variabel. Dalam teori ini, terdapat kurva isoquant yang menunjukkan
hasil produksi sama dan garis isoqost yang menunjukkan biaya untuk proses produksi
sama.

Menunjukkan bhw output Q yg dpt diprod oleh persh dg berbagai kombinasi tenaga
kerja (L) dan modal (K).

● Tabel Fungsi Produksi 2 Input Variabel

Dg : 1L dan 1K → 3Q

2L “ 1K → 8Q

3L “ 2K → 28Q

4L “ 2K → 30Q

→ L dan K dpt saling menggantikan (substitusi)satu dg lainnyadlm proses prod.

12Q dpt diprod dg menggunakan kombinasi : 3L & 1K, 1L & 4K, 1L & 5K, 6L &
1K.
● Permukaan produksi diskrit

Tinggi batang menunjukkan output maksimum (Q) yang diproduksi pada setiap
kombinasi dari setiap tenaga kerja (L) dan modal (K) seperti yang di tunjukkan dalam
sumbu-sumbu tersebut. Sehingga, puncak dari seluruh batang-batang tersebut
membentuk permukaan produksi (production surface) dari perusahaan.

F. Fungsi Produksi 1 Input Variabel

Dengan mengamsumsikan beberapa input dianggap konstan dalam jangka pendek dan
hanya satu faktor produksi yaitu tenaga yang dapat berubah, maka fungsi produksinya
dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan produksi ini menjadi sangat sederhana kerana hanya melibatkan tenaga
kerja untuk mendapatkan tingkat produksi suatu barang tertentu. Artinya, faktor
produksi yang dapat berubah dan mempengaruhi tingkat produksi adalah hanya jumlah
tenaga kerja. Jika perusahaan berkeinginan untuk menambah Tingkat produksi, maka
perusahaan hanya dapat menambah jumlah tenaga kerja. Jika input produksi adalah
tenaga kerja, maka fungsi produksinya menjelaskan tentang hubungan antara jumlah
output yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dengan kata lain,
fungsi produksi satu input tenaga kerja menjelaskan pengaruh jumlah tenaga kerja
terhadap jumlah output yang dihasilkan dari suatu produksi.

The Law of Diminishing Return.


Jika hanya satu input faktor produksi yang dapat diubah secara terus menerus, maka
akan berlaku suatu kondisi di mana pertambahan outputnya akan semakin berkurang
secara terus menerus. Kondisi ini disebut dengan hukum hasil lebih yang semakin
berkurang atau the law of diminishing return.

The law of diminishing return menyatakan bahwa jika salah satu faktor produksi
ditambah terus menerus, maka produksi total akan bertambah terus (dengan
pertambahan semakin mengecil) sampai total produksi mencapai tingkat maksimum
dan bila ditambah lagi, maka produksi total akan semakin berkurang.
Total Product (TP)
Produk total (TP) adalah jumlah produk yang dihasilkan dengan menggunakan seluruh
input faktor produksi tenaga kerja (L).

Hubungan output dengan tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tahap
pertama, tambahan tenaga kerja akan meningkatkan produk total secara
cepat. Tahap kedua terjadi peningkatan total produksi secara lambat, dan tahap
ketiga, penambahan tenaga kerja akan menurunkan total produksi. Setelah mencapai
titik maksimumnya, penambahan tenaga kerja justru akan mengakibatkan turunnya
jumlah produk total.

Rumus Produk Total Produksi Produk total dengan satu input faktor produksi
tenaga kerja dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus sebagai
berikut :

TP = Q = f(L)

Average Product (AP)


Produk rata rata (AP) adalah rata rata produk yang dihasilkan oleh setiap input tenaga
kerja. Produk rata rata merupakan hasil bagi antara total produk dengan jumlah tenaga
kerja. produk rata rata akan meningkat dengan bertambahnya dengan
tambahan tenaga kerja setelah mencapai titik maksimumnya, penambahan tenaga
kerja akan menyebabkan turunnya produk rata-rata.

Rumus Average Product (AP) Produk rata rata dapat dinyatakan dengan menggunakan
persamaan rumus sebagai berikut :

AP = TP/L

AP = produk rata rata


TP = produk total
L = jumlah tenaga kerja

Marginal Product (MP)


Produk marjinal (MP) adalah tambahan jumlah produk yang diakibatkan oleh
penambahan satu unit input (tenaga kerja) yang digunakan. Produk marginal
merupakan perbandingan antara perubahan produk total dengan perubahan jumlah
tenaga kerja. Rumus Marginal Product (MP) Produk marginal dapat dinyatakan dengan
menggunakan persamaan rumus seperti berikut:

MP = ∆TP/∆L

MP = produk marjinal
∆TP = perubahan / tambahan produk total
∆L = perubahan / tambahan tenaga kerja
Setelah mencapai titik maksimum, tambahan tenaga kerja akan menurunkan produk
marjinal. Produk marginal akan menjadi negatif jika tambahan tenaga kerja terus
dilakukan.

Contoh Perhitungan Fungsi Produksi Satu Input

Sebuah perusahaan memiliki fungsi produksi untuk tenaga kerja dan total produk
seperti ditunjukkan pada tabel di bawah. Tentukan Average produk (AP) dan
Marginal produk (MP) perusahaan tersebut dan gambarkan kurva fungsi produksinya.

Labour Total Product

1 6

2 15

3 27

4 36

5 42

6 45

7 45

8 42

9 36

10 27

Menghitung Produk Rata-Rata, Average Product (AP)

Average product AP dihitung dengan menggunakan rumus berikut : AP = TP/L

Untuk L = 2 dan TP = 15,

maka AP adalah AP = 15/2 = 7,5

Artinya setiap tenaga kerja L menghasilkan 7 produk.

Untuk L = 3 dan TP = 27,

maka AP adalahAP = 27/3 = 9

Artinya setiap tenaga L menghasilkan 9 output produk.


Menghitung Marginal Product (MP)

Marginal produk dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rumus berikut

MP = ∆TP/∆L atau

MP = (TP2-TP )/(L2-L₁)

Untuk TP2 = 15, TP = 6 dan L2 = 2, L₁= 1, maka MP adalah MP = (15-6)/(2-1)

MP = 9/1 = 9

Untuk TP2 = 27, TP = 15 dan L2 = 3, L₁ = 2, maka MP adalah MP = (27-15)/(3-2)

MP = 12/1 = 12 dan seterusnya.

Menghitung Total Produksi Maksimum Total produksi akan mencapai maksimum


ketika marginal product mencapai nilai sama dengan nol. Atau dapat ditulis
sebagai berikut :

TP maksimum ketika MP = 0

Menghitung Average Product Maksimum

Nilai maksimum untuk rata-rata produk AP yang dihasilkan tiap tenaga


kerja L akan tercapai apabila nilai average product AP sama dengan marginal
product MP atau dapat ditulis sebagai berikut

AP maksimum = MP

Tabel Perhitungan Fungsi Produksi Satu Input Variabel Tenaga Kerja

Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungan seluruh hubungan antara Produk Total
(TP), Produk Rata Rata (AP), dan Produk Marginal MP.

Dari tabel dapat diketahui bahwa total produksi. TP mencapai nilai maksimumnya
yaitu 45 ketika nilai marginal product MP nilai nol dengan tenaga kerja
sebanyak 7 tenaga kerja. Sedangkan average product AP mencapai nilai
maksimumnya yaitu 9 ketika nilai marginal product MP sama dengan 9 juga dengan
jumlah tenaga kerja 4 tenaga kerja.
Kurva Fungsi Produksi Satu Input Faktor Produksi Tenaga Kerja

Gambar berikut menunjukkan kurva atau grafik fungsi produksi satu input variabel
tenaga kerja L yang terdiri dari kurva Produk total TP, Produk rata rata AP, dan Kurva
Produk marjinal MP.

Kurva-kurva tersebut menunjukkan bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap


parameter Produk total, Produk rata rata dan marginal produk. Produk total TP
mencapai maksimum ketika nilai produk marjinal MP = 0 mencapai nilai nol. Dari
gambar dapat diketahui bahwa MP = 0

Pada saat tenaga kerja L adalah 7 tenaga kerja dan total produk TP maksimumnya
adalah 45 unit. Produk rata rata AP mencapai nilai maksimumnya ketika
nilainya sama dengan nilai produk marjinal MP. Dari gambar dapat
diketahui bahwa AP maksimum merupakan titik perpotongan antara kurva AP
dengan kurva MP. Nilai maksimum AP adalah 9 ketika jumlah tenaga kerja sama
dengan 4 tenaga kerja.

G. Hukum Hasil yang Semakin Menurun

Hukum hasil yang menurun, juga dikenal sebagai hukum hasil tambahan yang semakin
berkurang, merupakan konsep dalam teori produksi yang menyatakan bahwa jika satu
faktor produksi (seperti tenaga kerja) diterapkan pada suatu faktor produksi lainnya
(seperti modal), dengan faktor produksi lainnya tetap, maka pada suatu titik tambahan,
hasil produksi tambahan dari satu unit faktor produksi tambahan akan semakin
berkurang.

Konsep ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan faktor produksi seperti tenaga
kerja dan kapital. Misalkan seorang petani memiliki sebidang tanah (faktor produksi
tetap) dan mulai menambahkan lebih banyak tenaga kerja ke tanah tersebut. Pada
awalnya, hasil pertanian mungkin meningkat karena tenaga kerja dan tanah bekerja
bersama-sama secara efisien. Namun, pada suatu titik, karena terbatasnya tanah, setiap
penambahan unit tenaga kerja tambahan mungkin menghasilkan hasil tambahan yang
semakin kecil. Inilah yang disebut sebagai hukum hasil yang menurun.

Estimasi yang menurun mencerminkan fakta bahwa saat suatu faktor produksi
ditingkatkan sementara faktor-faktor lainnya tetap, produktivitas tambahan per unit
dari faktor yang ditingkatkan akan semakin berkurang. Ini adalah konsep yang penting
dalam ekonomi dan manajemen, dan pemahaman tentang hukum ini membantu
perusahaan dan pengambil kebijakan dalam pengelolaan sumber daya mereka secara
efisien.

Hukum hasil yang menurun ini sering diterapkan dalam konteks fungsi produksi, di
mana produksi suatu barang atau jasa dijelaskan sebagai fungsi dari input-input
produksi. Salah satu model umum yang digunakan untuk menggambarkan hukum hasil
yang menurun adalah model Cobb-Douglas, di mana fungsi produksi memiliki
karakteristik hukum hasil yang menurun pada faktor produksi tertentu.

H. Penggunaan Input Produksi

Berapa banyak tenaga kerja yang harus digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan
laba atau keuntungan maksimum? Jawabannya adalah bahwa perusahaan harus
mempekerjakan tambahan satu unit tenaga kerja sepanjang tambahan penerimaan yang
dihasilkan dari penjualan output yang diproduksi melebihi tambahan biaya karena
mempekerjakan tenaga kerja tersebut (sampai tambahan penerimaan sama dengan
tambahan biaya).

Tambahan penerimaan yang dihasilkan dengan penggunaan tambahan unit tenaga kerja
disebut produk pendapatan marginal (Marginal Revenue Product) dari tenaga kerja
(MRPL). Dimana,

Disisi lain, tambahan biaya karena menambah unit tenaga kerja atau biaya marginal
sumber daya (marginal resource cost) tenaga kerja adalah sama dengan peningkatan
biaya total perusahaan akibat menambah unit tenaga kerja. Artinya,

Sehingga, suatu perusahaan harus terus mempekerjakan tenaga kerja sepanjang


MRPL > MRCL sampai dengan MRPL=MRCL.

Penggunaan L Optimal saat L = 3,50


Penggunaan yang Optimum dari Tenaga Kerja

Menguntungkan bagi perusahaan untuk mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja


sepanjang produk pendapatan marginal dari tenaga kerja (MPRL) melebihi biaya
sumberdaya marginal dari pekerjakan tenaga kerja (MRCL), sehingga MRPL=MRCL.
Dengan MRCL= w = $20, jumlah optimum dari tenaga kerja yang digunakan
perusahaan adalah 3,5 unit. Pada 3,5L, MRPL = MRCL = $20, dan total laba
perusahaan mencapai maksimum.

I. Isokuan (Isoquant Line)

Isoquant adalah konsep dalam teori produksi yang menggambarkan berbagai


kombinasi input produksi yang dapat menghasilkan jumlah output yang sama.
Secara sederhana, isoquant menggambarkan tingkat produksi yang konstan atau
setara. Terdiri dari dua elemen utama:

1) Input Produksi
● Tenaga Kerja (L): Jumlah pekerja atau jam kerja.
● Modal (K): Faktor produksi lainnya seperti mesin, peralatan, atau
bahan baku.
2) Output (Q)
● Output berupa jumlah produksi yang dihasilkan (Q)

Karakteristik Isoquant:

● Convexity: Isoquant cenderung memiliki bentuk yang cembung ke titik asal,


yang mencerminkan hukum produktivitas yang berkurang. Artinya,
penambahan input produksi tambahan cenderung menghasilkan tambahan
output yang berkurang.
● Tingkat Isoquant: Setiap isoquant mewakili tingkat output tertentu. Isoquant
yang lebih tinggi menunjukkan tingkat produksi yang lebih tinggi.
● Tidak Bersilangan: Isoquant tidak bersilangan satu sama lain karena setiap
kombinasi input menghasilkan tingkat output yang berbeda.
Grafik Isoquant:

Dalam analisis grafis, isoquant digambarkan pada bidang dua dimensi dengan tenaga
kerja di sumbu x dan modal di sumbu y. Kurva isoquant menunjukkan kombinasi input
yang dapat menghasilkan tingkat output yang sama.

Manfaat Analisis Isoquant:

● Pemilihan Optimal Input: Membantu produsen memilih kombinasi input


terbaik untuk mencapai tingkat produksi tertentu dengan biaya minimal.
● Perencanaan Produksi: Berguna dalam perencanaan produksi jangka panjang
dan strategi penggunaan input.

Isoquant membantu memahami hubungan antara input produksi dan output, dan
konsep ini bersifat fundamental dalam ekonomi produksi.

J. Ridge Line

Garis batas yang membatasi antara daerah yang relevan dan daerah yang tidak
relevan dinamakan Ridge Line. Ada dua macam ridge line yaitu : ridge line
atas dan ridge line bawah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

X dan Y adalah input-input variabel yang dibeli oleh produsen. Garis (T1 / Px)
(T1 / Py) adalah Isocost pertama sebesar T1, maka Isoquant yang tertinggi
adalah I1 dengan menggunakan input X sebesar OX1, maka titik A adalah titik
LCC. Titik K adalah titik yang mempunyai MPP dari X dan Y sama dengan
nol. Titik P adalah titik yang mempunyai MPP dari Y dan X sama dengan nol.
Apabila terjadi kenaikan ongkos, ini ditunjukkan oleh bergesernya garis Isocost
ke kanan atas, dan digambarkan oleh berubahnya T1 ke T2, dan ke T3, maka
dengan penjelasan yang sama seperti pada T1,dapat diperleh titik-titik (Q dan
R), (L dan M), (B dan C). Jadi KLM dan seterusnya adalah ridge line pertama
dan titik PQR dan seterusnya adalah ridge line kedua. Kemudian garis yang
terdiri dari titik-titik ABC dan seterusnya inilah yang dinamakan Expantion
Path.

K. Tingkat Substitusi Input Marginal

Tingkat substitusi input marginal (TSIM) mengukur sejauh mana suatu input dapat
digantikan oleh input lain tanpa mengubah output total. Dalam hal ini, kita biasanya
berbicara tentang dua input yang digunakan dalam produksi, seperti tenaga kerja dan
modal.

TSIM dihitung sebagai perbandingan perubahan kecil dalam penggunaan dua input
terhadap perubahan kecil dalam output. Matematisnya, TSIM dapat diungkapkan
sebagai:
TSIM L,K = ΔL/ΔK

Dimana L adalah penggunaan tenaga kerja, K adalah penggunaan modal, dan ΔL serta
ΔK adalah perubahan kecil dalam penggunaan masing-masing input.

TSIM memberi kita wawasan tentang elastisitas substitusi antara dua input. Jika TSIM
tinggi, itu menunjukkan bahwa input satu dapat dengan mudah menggantikan input
lain, dan sebaliknya. Jika TSIM rendah, input tidak dapat dengan mudah digantikan,
menunjukkan ketergantungan pada kombinasi input tersebut.

Dalam pengertian praktis, pemahaman tentang TSIM dapat membantu perusahaan


membuat keputusan terkait alokasi sumber daya dan optimasi input untuk mencapai
efisiensi produksi yang maksimal.

L. Kombinasi Optimum Input

Kombinasi input optimal digunakan untuk memaksimumkan output dan


meminimumkan biaya. Kombinasi input optimal adalah titik singgung isoquant dengan
isocost atau titik MTRS (L/K) = w/r

● Garis Isokos (Isocost Line)

Menunjukkan berbagai kombinasi input yang dapat dibeli oleh perusahaan pada
tingkat biaya tertentu.

C = wL + rK

Dimana:
C = cost (biaya)
w = tingkat upah
L = jumlah labor
K = jumlah capital
r = cost of capital

Perubahan harga input (w atau r) akan mengubah kombinasi input optimal. Pada titik
optimal (titik singgung) berlaku hubungan:
MPL/MPK = w/r
MPL = Marginal Product of Labor
MPK = Marginal Product of Capital

M. Skala Hasil

Skala hasil (returns to scale) adalah derajat sejauh mana output berubah akibat
perubahan tertentu dalam kuantitas semua input yang dipakai dalam produksi. Terdapat
tiga tipe dalam skala hasil :
● Skala hasil tetap (constant returns to scale) jika output meningkat dalam
proporsi yang sama.
● Skala hasil meningkat (increasing returns to scale) jika output
meningkat dalam proporsi yang lebih besar.
● Skala hasil menurun (decreasing returns to scale) jika output menurun
dalam proporsi yang lebih kecil.
Sehingga, dimulai dengan fungsi produksi umum :
Pada seluruh panel dalam gambar ini, kita mulai dimana perusahaan menggunakan 3L
dan 3K serta memproduksi sebanyak 100Q (titik A). Dengan menggandakan input
menjadi 6L dan 6K, panel sebelah kiri menunjukkan bahwa output juga bertambah dua
kali menjadi 200Q (titik B), sehingga kita memperoleh skala hasil tetap; panel tengah
menunjukkan bahwa output meningkat menjadi tiga kali lipat yakni 300Q (titik C),
sehingga kita memperoleh skala hasil meningkat; sementara panel sebelah kanan
menunjukkan bahwa output hanya meningkat menjadi 150Q (titik D), sehingga kita
memperoleh skala hasil menurun.

N. Contoh Soal

1. Suatu proses produksi menggunakan dua macam input, yaitu modal (K) dan tenaga
kerja (L). Jumlah output (Q) yang dapat dihasilkan dalam satu periode produksi
ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:

Q = 4K^½ L^¼

Pertanyaan:

a) Tentukan jumlah input K dan input L yang harus digunakan dalam proses
produksi tersebut agar kombinasi input tersebut merupakan kombinasi dengan
biaya terendah (least cost combination).
b) Tentukan jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination.
c) Jika input modal (K) ditambah 8%, sedangkan input L dan teknologi yang
digunakan dalam proses produksi tidak berubah, tentukan persentase perubahan
jumlah output yang dapat dihasilkan.
Jawab:

Jumlah input K dan input L yang harus digunakan agar biaya produksi yang harus
dikeluarkan paling rendah adalah:

Jumlah input K dan input L masing-masing adalah 4 unit dan 16 unit.

a) Jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination adalah

Q = 4(4)1/2(16)¼ = 4(2)(2) =16

Jadi jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination adalah 16 unit.

b) Besarnya koefisien elastisitas input K adalah ½ artinya jika input K ditambah


1% sedangkan input lain dan teknologi yang digunakan tidak berubah, maka
output meningkat ½%. Jadi jika input modal (K) ditambah 8% sedangkan input
L dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi tidak berubah maka
jumlah output meningkat sebanyak 4%.

c) Besarnya koefisien elastisitas input L adalah ¼. Artinya jika input L ditambah


1% sedangkan input lain dan teknologi yang digunakan tidak berubah maka
output meningkat ¼%. Jadi jika input modal (K) ditambah 10% sedangkan
input K dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi tidak berubah
maka jumlah output meningkat sebanyak 2,5%.

2. Suatu proses produksi yang menggunakan input L dan input K untuk menghasilkan
produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan
input K sebagai input tetap pada tingkat 20 unit. Persamaan produksi total yang
dihasilkan dari proses produksi tersebut ditunjukkan oleh persamaan: Q = 6L + 20.
Berdasarkan informasi tersebut, jika produsen menambah tenaga kerja satu orang,
yakni dari 9 orang menjadi 10 orang, tentukan produksi marjinal L (MPL) pada tingkat
penggunaan input tenaga kerja (L) sebanyak 10 orang.

Jawab:

Produksi total (Q) pada penggunaan input L sebanyak 9 adalah 74 dan penggunaan L
sebanyak 10 unit adalah 80 unit. Produksi marjinal penggunaan input L sebanyak 10
dapat ditentukan dengan memasukkan besarnya Q dan L ke dalam persamaan,
sehingga diperoleh produksi marjinal tenaga kerja (MPL) adalah

MPL =80 - 74/10 - 9 = 6

Produksi marjinal pada penggunaan input L sebanyak 10 unit adalah 6 unit


KESIMPULAN
Pemahaman teori dan analisis biaya dapat membantu perusahaan dalam pengambilan
keputusan yang bijak. Dengan analisis biaya, perusahaan dapat mengidentifikasi dan
memahami struktur biaya perusahaan mereka. Maka, perusahaan dapat
mengoptimalkan penggunaan sumber daya perusahaan, termasuk tenaga kerja, bahan
baku, dan modal. Memahami biaya produksi juga membantu perusahaan menetapkan
harga produk/layanan mereka secara akurat, sehingga dapat memberikan keuntungan
maksimal. Analisis biaya membantu perusahaan dalam mengelola biaya dengan baik
dan perusahaan dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional mereka.

Dengan memahami konsep teori produksi, dapat membantu perusahaan dalam


memproduksi barang dan jasa secara efisien. Teori produksi juga membantu
perusahaan dalam pertimbangan menentukan kombinasi optimal dari faktor produksi
seperti tenaga kerja, modal, dan bahan baku. Dalam hal perluasan atau penggantian
fasilitas produksi, pemahaman teori produksi membantu perusahaan dalam membuat
keputusan investasi yang lebih baik. Intinya, teori produksi memberikan dasar untuk
pengambilan keputusan strategis yang lebih baik di tingkat operasional dan manajerial.

Anda mungkin juga menyukai