Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341358052

Makalah Partial Discharge

Article · May 2020

CITATIONS READS

0 8,444

1 author:

Alvin Navis
Pertamina
4 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Alvin Navis on 13 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Mata Kuliah Dosen Pembimbing
Teknik Tegangan Tinggi Dr. Liliana ST, M.Eng

MAKALAH PARTIAL DISCHARGE (PELUAHAN SEBAGIAN)

OLEH

KELOMPOK 6

AFDAL FIRMAN (11755102199)


ALVIN NAVIES (11755102261)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Partial
Discharge (Peluahan Sebagian).
Makalah Partial Discharge (Peluahan Sebagian) ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki proposal
ini. Harapannya makalah Partial Discharge (Peluahan Sebagian) ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 22 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR RUMUS............................................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................. I-1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. I-2
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................... II-1
2.1 Pengertian Partial Discharge .......................................................................... II-1
2.2 Parameter Kuantitas Partial Discharge ............................................................ II-2
2.3 Perhitungan Partial Discharge ......................................................................... II-3
2.4 Jenis-jenis Partial Discharge ............................................................................ II-5
2.3.1 Pelepasan Muatan Sebagian Internal.................................................. II-5
2.3.2 Pelepasan Muatan Sebagian Permukaan ............................................ II-6
2.3.3 Corona ................................................................................................ II-7
2.3.4 Gejala Treeing .................................................................................... II-7
2.5 Mekanisme Partial Discharge menurut Townsend.......................................... II-8
2.6 Metode Pengukuran Partial Discharge ............................................................ II-8
2.6.1 Dissolved Gas Analysis ...................................................................... II-9
2.6.2 Ultrasonic ........................................................................................... II-10
2.6.3 Deteksi Emisi Akustik........................................................................ II-10
2.6.4 Deteksi Kamera Inframerah ............................................................... II-11
BAB III
PENUTUP ......................................................................................................................... III-1
3.1 Simpulan.......................................................................................................... III-1
3.2 Saran ................................................................................................................ III-1
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Electrical Treeing .......................................................................................... II-5


Gambar 2.2 Corona ........................................................................................................... II-6
Gambar 2.3 Partial Discharge permukaan ....................................................................... II-7
Gambar 2.4 Internal Partial Discharge ............................................................................ II-8

iii
DAFTAR RUMUS

Rumus 2.1 Kapasitanasi bahan dielektrik ......................................................................... II-3


Rumus 2.2 Kapasitanasi void ............................................................................................ II-3
Rumus 2.3 Perhitungan tegangan breakdown ................................................................... II-4
Rumus 2.4 Perhitungan tegangan jatuh pada saat partial discharge ................................ II-4
Rumus 2.5 Perhitungan tegangan jatuh pada sampe pengujian ........................................ II-4
Rumus 2.6 Perhitungan partial discharge yang terjadi pada rangkaian pengganti............ II-4
Rumus 2.7 Perhitungan partial discharge tegangan sinusoidal ......................................... II-4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan manusia terhadap energi listrik semakin meningkat seiring bertambahnya
populasi penduduk di dunia. Energi listrik dibutuhkan sektor rumah tangga dan sektor industri
untuk memenuhi menggerakkan roda ekonomi di dunia. Berbagai pembangkit listrik yang ada
di dunia seperti pembangkit listrik energi fosil dan pembangkit listrik energi terbarukan.
Hampir semua pembangkit listrik membutuhkan generator untuk menghasilkan energi listrik
dengan gaya gerak listrik yang tercipta akibat adanya lilitan dan perubahan medan magnet.
Generator menghasilkan listrik dengan tegangan yang cukup tinggi, bergantung
kepada besarnya beban yang akan dihadapi. Listrik yang dihasilkan generator ditransmisikan
kepada gardu induk menggunakan power lines. Listrik tersebut didistribusikan ke sektor
industri dan rumah tangga melalui power lines. Untuk hal itu sistem tenaga listrik
membutuhkan alat untuk menaikkan tegangan dan alat untuk menurunkan tegangan yang
disebut dengan transformer.
Transformer step up digunakan untuk menaikkan tegangan yang pada tiap power lines
contohnya dari generator menuju gardu induk dan dari gardu induk menuju konsumen. Hal
tersebut dilakukan karena jarak mempengaruhi tegangan listrik karena adanya rugi-rugi daya.
Semakin panjang lintasan jaringan listrik maka semakin besar losses yang terjadi. Untuk itu
diperlukan listrik yang bertegangan tinggi untuk menghadapi rugi-rugi daya dengan
menggunakan transformer.
Listrik tegangan tinggi dilindungi dengan isolator yang bertujuan untuk melindungi
dari peluang adanya hubungan singkat yang dapat merugikan penyuplai listrik dan dapat
membahayakan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, isolator tersebut dapat
mengalami penurunan kualitas karena letaknya di alam terbuka yang mana dapat basah oleh
hujan dan berjemur karena adanya panas matahari. Kerusakan ditandai dengan terjadinya
korsletting dan juga terjadinya peluahan arus listrik sebagian yang dikenal dengan partial
discharge apabila isolator mengalami penurunan kualitas isolasi.
Partial Discharge adalah peristiwa lepasnya bunga api listrik secara lokal pada suatu
bagian isolasi baik pada rongga dalam maupun dipermukaan karena adanya beda potensial
pada isolasi tersebut, hal ini terjadi pada stator pada generator, switchgear dan transformer.

I-1
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah.
1. Apa itu Partial Discharge?
2. Bagaimana Partial Discharge bekerja?
3. Bagaimana parameter kuantitas Partial Discharge?
4. Bagaimana perhitungan Partial Discharge?
5. Apa saja jenis-jenis Partial Discharge?
6. Bagaimana mekanisme Partial Discharge?
7. Bagaimana metode pengukuran Partial Discharge?

1.3 Tujuan
Pada makalah ini terdapat beberapa tujuan.
1. Untuk mengetahui pengertian Partial Discharge.
2. Untuk mengetahui bagaimana Partial Discharge bekerja.
3. Untuk mengetahui bagaimana parameter kuantitas Partial Discharge.
4. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan Partial Discharge.
5. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Partial Discharge.
6. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme Partial Discharge.
7. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana metode pengukuran Partial Discharge.

I-2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Partial Discharge


IEC Standard, IEC 60270 menyatakan partial discharge adalah “ alocalised electric
discharge that only partially bridges the insulation between conductors and which may or
may not occur adjacent to a conductor”. Partial discharge merupakan peluahan listrik secara
lokal yang menghubungkan secara parsialatau sebagian dari isolasi diantara konduktor dan
yang terjadi baikdipermukaan maupun didalam.
Partial discharge merupakan peristiwa pelepasan/loncatan bunga api listrik (spark)
yang terjadi pada suatu bagian isolasi baik pada rongga dalam atau pada permukaan bahan
isolasi tersebut sebagai akibat adanya beda potensial yang sangat tinggi dalam isolasi tersebut.
Partial discharge juga dapat didefinisikan sebagai akibat dari konsentrasi electrical stress
pada suatu lokasi didalam atau pada permukaan isolasi. Secara umum discharge terlihat
sebagai pulsa atau signal dengan durasi jauh lebih kecil dari 1µs.
Energi yang dibebaskan oleh partial discharge akan menyebabkan penurunan kualitas
(degradasi) dari bahan isolasi. Hal ini dapat berakibat terbentuknya lintasan (track)
menyerupai pohon yang dapat di sepanjang permukaan atau bahkan menembus bahan isolasi
tersebut. Lintasan yang terbentuk ini dapat berubah fungsi menjadi bahan konduksi karena
adanya karbon dari hasil degradasi kualitas isolasi. Jika partial disharge ini terjadi secara
terus menerus, maka tekanan listrik akan selalu terkonsentrasi pada ujung rambatan pohon
sehingga panjang rambatannya akan semakin memanjang. Partial discharge terjadi pada
bahan isolasi yang waktu pemakaiannya sudah lama, isolasi yang cacat atau kualitas yang
buruk dari isolasi dan kegagalan isolasi ini akan terus merambat dan berkembang hingga
isolasi tidak mampu lagi menahan tegangan listrik sehingga berakibat terjadinya flashover dan
kegagalan isolasi total.
Ketika partial discharge terjadi, akan menghasilkan beberapa gejala timbulnya energi
yang dilepaskan, beberapa bentuk dari energi tersebut antara lain :
1. Elektromagnet : radio, cahaya dan panas
2. Akustik : audio dan ultrasonik
3. Gas : ozon dan oksida nitrat
Fenomena Partial discharge apabila terjadi secara terus menerus maka akan

II-1
menimbulkan panas berlebih pada daerah tertentu yang nantinya akan merusak bahan isolasi
dan mengarah kepada terjadinya kegagalan sistem. Sebelum semua hal ini terjadi maka sangat
penting dilakukan pendeteksian dan pengidentifikasian awal untuk mencari penyebab
terjadinya peluahan elektrik yang dapat menurunkan kualitas bahan dielektrik dari suatu
sistem yang menggunakannya. Penyebab terjadinya Partial discharge tersebut dapat kita
lakukan dengan melakukan pengujian dan pengukuran pada isolasi dengan memakai alat
pendeteksi terjadinya peluahan sebagian tersebut. Pengujian dan pengukuran PD berkaitan
dengan nilai kualitas dan kuantitas. Nilai kualitas bisa kita dapatkan dari karakteristik saat
melakukan pengujian pada bahan tertentu. Sedangkan nilai kuantitas merupakan nilai nominal
PD yang mempunyai dimensi piko Coloumb (pC). Kedua nilai ini harus memenuhi standar
pada pengujian, sehingga kualitas peralatan tersebut baru bisa dilakukan penilaian. (Bonggas
L.Tobing, 2012).
Pengukuran partial discharge pada peralatan tegangan tinggi merupakan hal yang
penting karena dari pengukuran akan didapatkan data yang dapat menginterpretasikan dan
menentukan reability (kehandalan) suatu peralatan yang disebabkan oleh ageing (penuaan)
dan resiko kegagalan yang selanjutnya dapat dianalisa.
Partial discharge dapat dijadikan indikator awal terjadinya kegagalan isolasi. Cacat
ini kemudian terus berkembang sehingga dapat mengakibatkan kegagalan isolasi secara
keseluruhan. Semakin tinggi tegangan yang diterapkan akan semakin tinggi pula resiko
kegagalan yang akan didapat. Fenomena partial discharge hanya terjadi pada tegangan bolak-
balik (alternating current) dengan tegangan diatas 2000 V atau lebih.

2.2 Parameter Kuantitas Partial Discharge


Kuantitas dari partial discharge menunjukkan seberapa besar kegagalan tersebut
terjadi. Ada beberapa parameter kuantitas partial discharge yang dapat dilihat dari sebuah
pendeteksian :
1. Magnitude partial disharge, dengan satuan milivolt (mV) atau picocoulumb (pC) yaitu
ukuran atau volume kegagalan. Berdasarkan magnitude partial discharge, ada
beberapa bentuk kegagalan yang dapat terjadi, yaitu :
a. 10 – 50 pC belum terjadi kegagalan isolasi,
b. <300 – 500 pC awal terjadinya penurunan kualitas isolasi
c. 1000 – 3000 pC perkembangan kegagalan, pada isolasi kertas sudah terjadi kegagalan

II-2
sempurna
d. 10.000 – 100.000 pC terjadinya kerusakan tahanan isolasi minyak.
2. Pulse count, dengan satuan pulse per second (pps) menunjukkan jumlah atau
pertumbuhan kegagalan
3. Intensitas atau daya partial discharge, dengan satuan miliwatt (mW) yaitu sejumlah
daya perusak yang dihasilkan oleh kegiatan partial discharge
4. Partial discharge signature, yaitu menunjukkan fasa dan tipe dari kegagalan.

2.3 Perhitungan Partial Discharge


Dengan menggunakan analisis sederhana,
𝑄
𝐶=𝑉 (2.1)

Keterangan : C = Kapasitanasi bahan dielektrik


Q = Muatan yang mengalir pada bahan dielektrik
V = Tegangan yang diberikan pada bahan dielektrik
Maka muatan yang mengalir, dalam hal ini discharge akan terjadi dengan pengaruh
kapasitansi dan tegangan yang diaplikasikan. Besarnya kapasitansi merupakan kapasitansi
total dari isolasi, dimana besarnya terdapat pengaruh dari void dan kontaminan lain dalam
isolasi.
Sebagai contoh, suatu kabel dengan suatu isolasi berdiamter d yang memliki void
yang terletak di tengah, dengan bentuk void berupa bola dengan berdiameter t. Secara
sederhana dapat kita gambarkan rangkaian pengganti dengan kondisi tersebut, seperti dibawah
ini.
Dimana, C1 merupakan kapasitansi dari void, C2 merupakan kapasitansi yang terjadi
pada daerah sekitar void, dan C3 kapasitansi dari bahan isolasi itu sendiri. Dengan penjabaran
pada pernyataan sebelumnya dapat diketahui besarnya kapasitansi masing-masing, yaitu :
0  A
C1 =
t
   A
C2 = 0 r
d −t
   A
C3 = 0 r
d −t (2.2)

II-3
Dengan memiliki rangkaian pengganti pada gambar maka kita dapat mengetahui
besarnya nilai partial discharge pada rangkaian tersebut. Dengan mengasumsikan besarnya
tegangan breakdown pada C1 adalah UC1 , maka besar UC1 adalah
c2
U C1 = U T (2.3)
c2 + c1
Sedangkan untuk besarnya tegangan jatuh pada saat partial discharge terjadi adalah
c2
U C1 =  U C1
c2 + c1 (2.4)
Dengan asumsi jika tegangan jatuh pada sampe pengujian adalah UT maka

c22
U T = U T U
(c3 + c2 )(c2 + c1 ) C1 (2.5)

Sehingga dapat diketahui besarnya nilai partial discharge yang terjadi pada rangkaian
pengganti tersebut, yaitu

c 2  c3
qC1 = U C1 C1 +
c 2 + c3
(2.6)
c 22 c c
q = UT C1 + 2 3
(c3 + c2 )(c2 + c1 ) c 2 + c3
Dari rumus di atas diketahui bahwa besarnya partial discharge dipengaruhi oleh
tegangan terapan serta nilai kapasitansi, dalam hal ini nilai kapasitansi dipengaruhi oleh
keberadaan void, ukuran void, serta jenis bahan isolasi yang digunakan.
Jika tegangan sumber adalah sinusoidal, maka tegangan pada C1 adalah :
𝐶2
𝑉1 = 𝐶 𝑉𝑚𝑎𝑥 . sin 𝜔𝑡 (2.7)
1 +𝐶2

Dimana : V1 = Tegangan dalam rongga


C1 = Kapasitansi rongga udara
C2 = Kapasitansi ekivalen dielektrik padat yang terhubung seri
C3 = Kapasitansi ekivalen dielektrik padat yang paralel dengan rongga
Vmaks = Tegangan maksimum yang diterapkan

II-4
2.4 Jenis-jenis Partial Discharge
Berdasarkan perbedaan tempat terjadinya partial discharge, partial discharge terbagi
menjadi 4 jenis antara lain:
1. Internal Partial Discharge
2. Surface Partial Discharge
3. Corona
4. Electrical treeing
2.4.1 Pelepasan Muatan Sebagian Internal
Internal discharge terjadi pada void (rongga) atau permukaan konduktor yang runcing
di dalam volume material isolasi padat atau cair. Pada sistem kelistrikan, bahan isolasi
menjadi pemisah antara konduktor dan ground. Bahan isolasi padat mempunyai permitivitas
relatif sekitar 3, sedangkan udara atau gas biasanya dianggap 1. Dengan demikian bila di
dalam isolasi padat terdapat void yang berisi gas, maka pada saat beroperasi, gas menahan
tekanan medan listrik yang lebih besar dibanding isolasi padat seperti yang gambar 1. Padahal
kekuatan isolasi gas jauh lebih kecil dari isolasi padat. Dengan demikian, pada saat isolasi
padat masih menahan kuat medan listrik jauh di bawah ambang kekuatannya, gas yang berada
di dalam void mungkin sudah tidak mampu lagi menahan kuat medan listrik yang dialaminya.
Akibatnya gas sudah mengalami breakdown, sementara isolasi padat masih dalam kondisi
sehat. Kejadian ini disebut dengan partial discharge yang lokasi dan mekanisme terjadinya
akibat adanya internal discharge.

Gambar 2.1 Internal Partial Discharge


(Sumber : Sitorus, Henry. 2009)
Bila di dalam kabel atau peralatan berisolasi polimer padat terdapat tonjolan atau
permukaan konduktor yang runcing menyerupai ujung jarum pada interface antara lapisan
isolasi polimer dan konduktor maka tekanan medan listrik terpusat pada ujung jarum tersebut
sehingga bagian isolasi yang berada pada ujung jarum mengalami tekanan medan listrik yang

II-5
lebih tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa partial discharge. Titik ujung
lancip yang asli biasanya sangat kecil untuk dapat diidentifikasi dan terbentuk dari
ketidakteraturan yang normal dari batas setiap material. Pada medan listrik beberapa ratus
kV/mm, elektron yang terinjeksi tidak dapat menghilangkan energi kinetik yang diperoleh
dari medan listrik dalam interaksi elastis dengan molekul polimer dan lalu meningkatkan
energi elektron hingga elektron tersebut mencapai energi beberapa eV yang cukup tinggi
untuk interaksi tak elastis yang memicu eksitasi molekul, membangkitkan pasangan
elektron/hole atau bahkan gangguan pada ikatan molekul polimer.
2.4.2 Pelepasan Muatan Sebagian Permukaan
Surface discharge atau pelepasan muatan permukaan adalah pelepasan muatan dari
konduktor ke media gas atau cair dan terjadi pada permukaan material isolasi padat yang tidak
tertutupi oleh konduktor.

Gambar 2.2 Partial Discharge permukaan


(Sumber : Ramadan, Farouq. 2011)
Bila pada suatu sistem peralatan berisolasi padat terjadi peristiwa pelepasan muatan
permukaan ini, maka arus akan mengalir pada permukaan isolasi. Besar arus permukaan ini
ditentukan oleh tahanan permukaan sistem isolasi. Arus ini sering juga disebut arus bocor atau
arus yang menyelusuri permukaan isolasi. Arus bocor menimbulkan panas yang
mengakibatkan terjadinya penguraian bahan kimia yang membentuk permukaan isolasi. Efek
nyata dari penguraian ini adalah timbulnya jejak arus atau saluran aliran arus pada permukaan
isolasi sehingga menyebabkan kenaikan tegangan pada daerah sekitarnya yang selanjutnya
akan menimbulkan tekanan dielektrik yang berlebihan pada sistem isolasi. Proses ini berjalan
terus-menerus sehingga akhirnya terjadi suatu kegagalan. Gejala ini dinamakan gejala
tracking.

II-6
2.4.3 Corona
Korona atau corona discharge adalah peristiwa terjadinya suatu pelepasan muatan
yang bermula pada permukaan dari suatu kawat bila nilai medan listrik pada permukaan
kawat itu melampaui nilai tertentu. Korona disifatkan sebagai terjadinya pelepasan muatan
yang bermula dari suatu kawat atau konduktor bila nilai medan listrik pada permukaaan kawat
tersebut melampaui nilai tertentu. Pelepasan muatan ini pada umumnya terjadi pada gas atau
udara. Pelepasan muatan ini terjadi karena adanya ionisasi dalam udara yaitu lepasnya
elektron dari molekul udara akibat radiasi ultraviolet, radiasi radioaktif, radiasi sinar kosmis
dan sebagainya. Oleh karena lepasnya elektron, maka apabila di sekitarnya terdapat medan
listrik maka elektron–elektron bebas ini mengalami gaya yang mempercepat geraknya
sehingga terjadi benturan dengan molekul lain. Akibatnya timbul ion-ion dan elektron-
elektron baru. Proses ini berjalan terus-menerus dan jumlah elektron bebas semakin banyak.
Korona ditandai dengan adanya serbuk-serbuk pada isolator serta bau ozon.
Korona sering terjadi pada kawat transmisi tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi
terutama pada bagian yang kasar, runcing atau kotor. Korona mengeluarkan cahaya berwarna
ungu muda, suara mendesis dan menimbulkan panas.

Gambar 2.3 Corona


(Sumber : www.electricalengineeringportal.com)
2.4.4 Gejala Treeing
Jika di dalam dielektrik padat atau cairan dari suatu sistem isolasi terdapat rongga
maka kuat medan dalam rongga akan lebih besar daripada suatu medium disekelilingnya. Jika
tegangan dalam rongga melampaui tegangan nyala maka akan terjadi tembus parsial.
Terutama pada tegangan bolak-balik dengan amplitudo yang mencukupi maka terjadi
discharge yang berbentuk pulsa di dalam rongga. Dielektrik disekelilingnya dapat memburuk
dalam jangka panjang akibat partial discharge ini, atau bahkan dengan kondisi tertentu dapat
rusak oleh tembus sempurna akibat mekanisme erosi.

II-7
Jika electrical Treeing menjembatani isolasi maka kegagalan isolasi terjadi, peristiwa
sebelum terjadi kegagalan isolasi dapat dideteksi dengan pengamatan dan pengukuran pulsa
partial discharge yang mengiringi peristiwa electrical treeing.

Gambar 2.4 Electrical Treeing


(Sumber : www.linkedln.com)

2.5 Mekanisme Partial Discharge menurut Townsend


Discharge diawali dengan adanya elektron awal pada katoda, yang diperkuat oleh
energi kinetik dari medan listrik merambat menuju anoda. Jika energi yang dimiliki cukup
tinggi, elektron tersebut menumbuk atom lain sehingga terlepas elektron atom tersebut.
Elektron kedua ini mengalami mekanisme yang sama dengan elektron sebelumnya dan
berulang-berulang sehingga akan terjadi banjiran elektron. Jika aliran elektron sudah
mampu menjembatani katoda dan anoda, maka terjadilah partial discharge.

2.6 Metode Pengukuran Partial Discharge


Adanya partial discharge di dalam bahan isolasi dapat ditentukan oleh banyak metode
seperti :
1. Dissolved Gas Analysis (DGA)
2. Ultrasonic
3. Deteksi Emisi Akustik
4. Deteksi Kamera Infrared
Metode-metode ini digunakan sebagai pendeteksian terjadinya partial discharge
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh partial discharge itu sendiri seperti gelombang
elektromagnet, gelombang akustik, pemanasan lokal dan reaksi kimia.

II-8
2.6.1 Dissolved Gas Analysis
Analisis gas terlarut atau Dissolved Gas Analysis adalah analisis kondisi transformator
yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak transformator, dengan cara
mengekstrak gas-gas tersebut dari suatu sampel minyak yang diambil dari transformator. Gas
yang diekstrak lalu dipisahkan menurut individual gasnya dan dihitung jumlahnya dalam
satuan ppm (part permillion). Dari hasil uji DGA ini dapat diketahui secara dini, mengenai
kegagalan pada transformator yang mungkin timbul.
Ada beberapa standar uji DGA yang telah ditetapkan oleh IEEE antara lain adalah
Duval’s Triangle, Total Dissolved Combustible Gases (TDCG), Key Gas, Roger’s Ratio,
1. Total Dissolved Combustible Gases (TDCG)
Metode TDCG Merupakan metode awal untuk mengetahui sejauh mana tingkat
konsentrasi dari masing – masing fault gas antara lain CO2, CO, H2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6.
Metode ini sering digunakan untuk memprediksi kondisi operasi pada transformator.
2. Key Gas Method
Metode Key Gases digunakan untuk memprediksi kondisi suatu isolasi dengan
membandingkan komposisi combustible gas dan konsentrasi gas yang tinggi sebagai key gas.
Setelah penentuan key gas akan dapat ditemukan diagnosis yang tepat untuk indikasi gas
tersebut seperti terjadinya arcing atau overheating pada minyak. Key gases didefinisikan oleh
IEEE standar C57-104.2008 sebagai gas-gas yang terbentuk pada transformator pendingin
minyak yang secara kualitatif dapat digunakan untuk menentukan jenis kegagalan yang
terjadi, berdasarkan jenis gas yang khas atau lebih dominan yang terbentuk pada berbagai
temperatur.
3. Roger’s Ratio Method
Metode roger’s ratio merupakan salah satu cara untuk menganalisis gas terurai dari
suatu minyak transformator. Metode ini membandingkan nilai-nilai satu gas dengan gas yang
lain. Gas-gas yang digunakan dalam analisis menggunakan roger’s ratio adalah C2H2/C2H4
yang disebut R2 , CH4/H2 yang disebut R1 dan C2H4/C2H6 yang disebut R5. Kemudian ratio
tersebut dimasukkan ke dalam tabel standar.
4. Duval Triangle
Metode segitiga duval diciptakan oleh Michael duval pada 1974. Kondisi khusus yang
diperhatikan adalah konsentrasi metana (CH4), etilen (C2H4) dan asetilen (C2H2). Konsentrasi

II-9
total ketiga gas ini adalah 100%, namun perubahan komposisi dari ketiga jenis gas ini
menunjukkan kondisi fenomena kegagalan yang mungkin terjadi pada unit yang diujikan.
2.6.2 Ultrasonic
Seluruh pengoperasian peralatan tenaga menghasilkan range suara yang luas.
Komponen ultrasonik frekuensi tinggi dari suara yang dihasilkan tersebut pada dasarnya
merupakan gelombang yang sangat pendek dan memiliki frekuensi tinggi dan gelombang
seperti ini cenderung terarah. Oleh karena itu, gelombang ini mudah untuk dipisahkan dari
noise-noise lain dan dapat untuk dideteksi lokasi sumber gelombang tersebut.
Ketika terjadi perubahan pada peralatan listrik dan mekanik, gelombang ultrasonik
alami yang timbul dijadikan sebagai potensi peringatan sebelum terjadi kegagalan.
Gelombang ultrasonik ini kemudian dapat diolah menghasilkan dua informasi berupa
informasi kualitatif dan kuantitatif. Informasi kualitatif menghasilkan informasi berupa suara
ultrasonik yang dapat didengar oleh kita melalui headphone. Sedangkan, informasi kuantitatif
menghasilkan informasi berupa ukuran yang dapat dibaca. Informasi-informasi ini terdapat
pada penerjemah ultrasonik yang didalamnya terjadi proses elektronik yang disebut
“heterodyning”. Didalam proses ini terjadi pengkonversian gelombang ultrasonik kedalam
gelombang suara yang dapat didengar oleh manusia.
2.6.3 Deteksi Emisi Akustik
Emisi akustik mengacu pada pembangkitan gelombang elastik transien pada pelepasan
energi yang sangat cepat dari sumber lokal dalam suatu material. Sumber emisi ini terkait
dengan gerakan dislokasi atas deformasi dan inisiasi dan perluasan cracking dalam struktur
dalam tekanan listrik yang tinggi.
Partial discharge dapat membangkitkan pulsa-pulsa yang mengakibatkan timbulnya
gelombang akustik akibat tekanan mekanik yang sering disebut sebagai emisi akustik yang
dipancarkan keseluruh bagian bushing. Gelombang akustik ini dapat dapat menembus isolasi
minyak dalam bushing dan dapat dideteksi pada dinding bushing. Dengan pengukuran waktu
relatif yang dibutuhkan gelombang akustik terhadap sensor emisi akustik yang diletakkan
pada dinding bushing, lokasi terjadinya partial discharge dapat ditentukan. Dengan alasan ini,
deteksi dengan memanfaatkan emisi akustik dapat memberikan solusi real time berupa
pendeteksian ada atau tidaknya partial discharge serta penentuan lokasi terjadinya partial
discharge.

II-10
2.6.4 Deteksi Kamera Inframerah
Teknologi kamera infrared merupakan salah satu peralatan teknologi yang dapat
digunakan untuk kegiatan preventif pemeliharaan dan memungkinkan pengukuran temperatur
dari jarak tertentu tanpa menyentuh objek yang diukur secara scanning serta mendeteksi
perubahan temperatur hingga 0,10C, sehingga mampu mengkondisikan bahan isolasi yang
mengalami perubahan. Teknologi ini bekerja dengan cara mengukur pancaran panas suatu
bahan.
Semua benda yang memiliki suhu diatas nol absolute (00K atau - 2730C) memancarkan
sinar radiasi dalam rentang panjang gelombang sinar infra merah, sehingga metode infrared
thermography dengan kemampuan deteksi perubahan temperatur hingga 0,10C akan lebih
efisien dan efektif dalam mendeteksi dan melokalisasi daerah anomali dengan cara melihat
langsung peta temparatur yang diperoleh. Hal-hal yang perlu untuk diperhatikan dalam
melaksanakan pengukuran dengan metoda infrared thermography antara lain obyek
permukaan sebagai target, media transmisi antara obyek target dengan instrumen dan lain
sebagainya.
Partial discharge yang merupakan suatu bentuk kegagalan listrik yang menyebabkan
hilangnya tegangan dan mengalirnya arus bocor dalam bahan isolasi tersebut tentunya
menimbulkan panas yang berlebih. Panas ini tentunya dapat ditangkap oleh kamera infrared
dan dapat dilakukan tindakan pencegahan sebelum kegagalan total pada isolasi terjadi.

II-11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Partial Discharge adalah peristiwa lepasnya bunga api listrik secara lokal pada suatu
bagian isolasi baik pada rongga dalam maupun dipermukaan karena adanya beda potensial
pada isolasi tersebut. Adanya partial discharge merupakan suatu bentuk kegagalan isolasi.
Berdasarkan jenisnya partial discharge dibedakan menjadi Internal Partial discharge yaitu
peluahan sebagian yang terjadi di dalam permukaan isolator, Surface Partial Discharge yaitu
peluahan sebagian yang terjadi di permukaan isolator, Corona yaitu partial discharge yang
terjadi karena suatu pelepasan muatan yang bermula pada permukaan dari suatu kawat bila
nilai medan listrik pada permukaan kawat itu melampaui nilai tertentu, Electrical treeing
yaitu partial discharge yang terjadi pada ruang gas yang membentuk pohon seperti akar dan
mengeluarkan bau ozon.
Untuk mengukur partial discharge dapat dengan melakukan metode DGA (Dissolved
gas analysis), metode akustik, kamera infrared dan ultrasonic. Partial discharge penting
dideteksi karena dapat menggagalkan fungsi isolator pada sistem tenaga listrik.

3.2 Saran
Pada penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kekurangan, untuk itu penulis
mempersilakan pembaca untuk mengkritik atau memberikan saran kepada penulis agar
makalah ini dapat dibaca lebih baik lagi.

III-1
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Antonov. Thomas. 2018. “Evaluasi Dan Analisa Partial Discharge Terhadap Isolator
Pada Transformator-Aplikasi Pada PT. Indah Kiat Pulp And Paper Perawang”.
Seminar Nasional Teknik Elektro 2018. Hal. 21-25.
Bandri, Sepannur. 2014. “Analisis Kegagalan Isolasi Akibat Partial Discharge Pada Kabel
Na2xseby 20 Kv Berisolasi Xlpe Dan Pvc”. Jurnal Momentum. Vol.16 No.2. Agustus
2014.
Fitri Kurnia, Rizda. 2015. “Investigasi Karakter Partial Discharge Pada Material Isolasi
Tegangan Tinggi Melalui Pengukuran Tegangan Awal Partial Discharge”. Mikrotiga.
Vol 2, No. 1 Januari 2015.
Jurjani, Firman. 2016. “Analisis Dan Resiko Partial Discharge Pada Kabel Tegangan
Menengah”. Ejournal Kajian Teknik Elektro.
Ramadhan, Farouq. (2011). “Monitoring Partial Discharge pada Bushing Transformator”.
Skripsi. Fakultas Teknik. Program Studi Elektro. Universitas Indonesia. Depok.
Shidiq, Syahril dkk. (2018). Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) Pada Trafo Tenaga
150/20kv 60mva Di Gardu Induk Tambun. JREC Journal of Electrical and
Electronics. 7(1): 43-52.
Sitorus, Henry dkk. 2009. “Analisis Peluahan Sebagian (Partial Discharge) Pada
Transformator Step-Up Tegangan Rendah Dengan Proses Pengisolasian Yang
Bervariasi”. ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. Volume: 3,
No.2. Mei 2009.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai