Buku Pedoman SKDR PP KLB 2023
Buku Pedoman SKDR PP KLB 2023
NO. ::
PENGIRIM
PENGIRIM : : PEDOMAN
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)
Penyakit Potensial KLB / Wabah
JANGAN
JANGANDIBANTING
DIBANTING
BAB I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang ............................................................................... 1
B . Dasar Hukum ................................................................................. 5
C . Tujuan Pedoman ........................................................................... 5
D . Ruang Lingkup .............................................................................. 6
E . Sasaran ........................................................................................... 6
Pembina
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS; Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengarah
dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M.; Direktur Surveilans dan
Kontributor
Wawang, SKM
1. https://docs.communityhealthtoolkit.org/apps/examples/ebs/
2. https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23779497.2020.178
6431
3. https://www.tandfonline.com/doi/
full/10.1080/23779497.2020.1848444?src=recsys
4. https://www.who.int/csr/labepidemiology/projects/surveillance/
en/
5. Permenkes 949 tahun 2004
6. Permenkes 45 tahun 2014
7. Pedoman Penyelidikan Epidemiologi KLB tahun 2017
8. Early detection, assessment and response to acute public health
events : Implementation of EWARS with a focus on event-based
surveillance https://apps.who.int/iris/handle/10665/112667
A. Latar Belakang
Pada saat ini kemajuan teknologi transportasi dapat membuat
mobilitas manusia, hewan maupun barang menjadi sangat tinggi
dan cepat, kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko penularan
penyakit secara global. Dunia saat ini menghadapi ancaman
munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu timbulnya suatu
kejadian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan atau
kematian melebihi keadaan biasa pada suatu kelompok masyarakat
dalam periode waktu tertentu. Disamping itu ancaman munculnya
penyakit baru (new emerging) dan re-emerging juga menjadi
tantangan global yang harus siap untuk dilakukan antisipasi
pencegahan dan penanggulangannya. Selain itu perubahan iklim
yang disebabkan oleh pemanasan global juga semakin cepat, kondisi
ini akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial KLB baik
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya seperti malaria,
Demam Berdarah Dengue (DBD), maupun penyakit new emerging.
Salah satu contoh tahun 2009 terjadinya pandemi influenza (Swine
flu) yang muncul berawal dari negara Mexico dan dalam jangka
waktu cepat menularkan ke berbagai negara dan lintas benua,
wabah penyakit virus Ebola (EVD) tahun 2014.
Tahun 2014, ebola merupakan KLB/wabah paling luas dalam
sejarah berlangsung di sejumlah negara di Afrika Barat. Wabah
ini menewaskan banyak orang, dengan angka kematian yang
dilaporkan mencapai 71%. Enam negara di Afrika Barat yang
mengalami kejadian luar biasa (KLB) yaitu Liberia, Guinea, Sierra
Leone, Nigeria, Sinegal, dan Mali dengan jumlah kasus sebesar
28.652 orang, dan kematian sebesar 11.325 sebesar, dengan CFR
B. Dasar Hukum
Dasar hukum terkait dengan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
yaitu:
C. Tujuan Pedoman
Tujuan dari Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons
adalah sebagai panduan bagi tenaga surveilans atau tenaga
kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, Kantor
Kesehatan Pelabuhan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat
dalam melaksanakan fungsi kewaspadaan dini dan respon
terhadap penyakit menular yang berpotensi menimbulkan KLB/
wabah.
E. Sasaran
Sasaran dari pedoman SKDR adalah seluruh penyelenggara
kegiatan surveilans dalam rangka deteksi dini dan respons penyakit
menular berpotensi KLB atau wabah.
A. Pengertian SKDR
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau yang biasa
disebut dengan Early Warning Alert Response and System (EWARS)
adalah sebuah sistem yang berfungsi dalam mendeteksi adanya
ancaman indikasi KLB penyakit menular yang dilaporkan secara
mingguan dengan berbasis komputer, yang dapat menampilkan
alert atau sinyal peringatan dini adanya peningkatan kasus
penyakit melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah, dan Alert
atau sinyal peringatan dini yang muncul pada sistem bukan berarti
sudah terjadi KLB tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan
petugas untuk melakukan respon cepat agar tidak terjadi KLB
Respon
Terhubung ke surveilans
Kapasitas Nasional, subnasional untuk merespon alert
C. Populasi
Pelaksanaan SKDR dilakukan rutin secara berjenjang mulai
dari unit pelayanan kesehatan paling bawah sampai ke pusat,
maka yang menjadi sasaran populasi dalam penyelenggaraan
SKDR adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, Rumah
Sakit, Laboratorium. Populasi juga dapat berdasarkan wilayah
administrasi mulai dari kecamatan, kabupaten, provinsi dan
nasional. Populasi digunakan agar dapat membandingkan besaran
masalah (jumlah kasus per jumlah populasi dikali konstanta) dari
penyakit potensial KLB/ wabah dalam SKDR antar wilayah.
D. Definisi Kasus
1. Kasus Baru adalah orang sakit yang datang ke fasilitas
kesehatan dalam periode satu minggu pelaporan dengan
diagnosis baru. Atau, orang yang berkunjung dengan diagnosis
yang sama, dan pernah dinyatakan sembuh sebelumnya.
2. Kasus lama adalah orang sakit dengan penyakit yang sama dan
belum dinyatakan sembuh pada minggu pelaporan
4. Unit Pelapor
Sejak SKDR dibangun sampai 2019 unit pelapornya adalah
semua puskesmas yang ada di Indonesia yang jumlahnya sekitar
10.205 (data semester II 2020, Pusdatin) tetapi mulai 2020 unit
pelapor tidak hanya puskesmas saja tetapi diperluas yaitu rumah
sakit, laboratorium. Oleh karena itu maka ditetapkan tahun 2021
unit pelapor dari sistem ini adalah Puskesmas, Rumah Sakit,
Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Kelengkapan, ketepatan
laporan dan alert yang muncul dari unit pelapor dihitung
berdasarkan jumlah unit pelapor di setiap kabupaten dan di
Provinsi dan secara otomatis dihitung oleh aplikasi (software).
EBS (Event Based surveillance) atau surveilans berbasis kejadian
juga menjadi bagian dalam pedoman ini. Sebagian rumor dapat
ditangkap melalui media cetak, elektronik, media sosial, laporan
dari masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, maupun jajaran
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, kantor kesehatan
pelabuhan, laboratorium kesehatan dan lain-lain.
2. Pengiriman Data
Data aggregate dari unit pelapor dikirimkan melalui SMS
maupun media pengiriman pesan berbasis media sosial
seperti Whatsapp atau WA ke Nomor Server SKDR atau
melalui website SKDR. Laporan dihitung tepat waktu jika
diterima pada hari Senin atau Selasa pada periode minggu
laporan. Bila ada alert atau indikasi KLB maka rumah sakit
maupun puskesmas akan mengirimkan data individu ke dalam
sistem dapat dilakukan secara online atau offline dulu baru
upload ke sistem. Selain data rutin terkait penyakit potensial
KLB, di SKDR ada juga pelaporan terkait EBS (Event Based
Surveillance) yaitu surveilans yang bersumber dari media
seperti media sosial, berita online maupun rumor yang berasal
dari masyarakat. Pelaporan EBS dilaporkan segera oleh Dinas
Kesehatan, Puskesmas, RS, laboratorium, dan KKP (Karantina
PKM,
RS,
Lab
KKP
3. Alur Data
Pelaporan SKDR dilakukan dalam waktu periode mingguan
yaitu hari minggu sampai dengan sabtu.
d. Data Penyakit
Data diisi dan dilengkapi berdasarkan buku registrasi harian
atau sistem pencatatan dan pelaporan di unit pelapor. Khusus
puskesmas datanya berasal dari puskesmas ditambah data
yang berasal dari Pustu/Pusling/Praktik Mandiri/Klinik
Swasta. Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi
kasus (lampiran 3). Hanya kasus baru (konsultasi pertama)
yang harus dilaporkan untuk seluruh usia yang ditemukan.
Jumlah kasus yang dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
kematian dilaporkan melalui web SKDR. Kasus yang dilakukan
pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan daftar
kasus dengan memasukan data melalui web SKDR.
MINGGU#2#A10,B15,H3,T4,X110
Atau
MANUAL#2#A10,B15,H3,T4,X110
Artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, jumlah kasus diare akut=
10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka
Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster penyakit yang tidak
lazim = 4,
Jumlah kunjungan = 110
Atau
MANUAL#2#A10,B15,C0,D0,E0,F0,G0,H0,J0,K0,L0,M0,
N0,P0,Q0,R0,S0,T4,U0,V0,W0,Y0,Z0,AC0,X110
Artinya:
Artinya:
SKDR 2#2022#A10,B15,H3,T4,X110
Artinya:
7. Monitoring Laporan
a. Tingkat Kabupaten/Kota
Setiap Senin siang, petugas melakukan pengecekan semua
format dari unit pelapor yang diterima. Hubungi fasilitas
kesehatan yang belum mengirimkan laporan
b. Tingkat Provinsi
Setiap Selasa siang, petugas melakukan pengecekan semua
format dari kabupaten/kota yang diterima. Hubungi
petugas surveilans kabupaten/kota untuk mendapatkan
informasi yang belum lengkap.
9. Penyaringan (Filtering)
Penyaringan merupakan bagian dari manajemen rumor KLB
yaitu melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim
jam 10 pagi ke petugas surveilans Provinsi. Ringkasan daftar
rumor harian (lampiran 6) berupa informasi sebagai berikut:
a. Kejadian
b. Populasi Resiko
c. Lokasi
d. Waktu Kejadian
e. Tanggal Kejadian diketahui
f. Tanggal Verifikasi
g. Kronologis Kejadian
h. Status (sedang atau sudah verifikasi)
10. Verifikasi
Verifikasi harus dilakukan baik terhadap alert yang muncul dari
laporan rutin maupun dari rumor. Petugas surveilans Provinsi
akan melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi
petugas surveilans kabupaten/kota untuk melakukan klarifikasi
terhadap terhadap alert yang muncul maupun rumor/kejadian
penyakit yang terdeteksi/didapatkan.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium
yang tidak dapat dilakukan oleh puskesmas atau laboratorium
tingkat kabupaten, maka Laboratorium Provinsi berfungsi sebagai
rujukan bagi setiap kabupaten/kota. Stok media transport yang
adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota. Pedoman
2. Kabupaten/Kota
Melakukan analisa data di web SKDR untuk memastikan:
a. Unit pelapor melaporkan data secara baik dan benar
b. Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
c. Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap
penyakit
d. Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare
biasanya banyak tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah
kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya
pastikan bahwa benar ada peningkatan kasus atau hanya
merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada
10 kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi
menulis 100 gigitan)
4. Laboratorium
Melakukan analisa data di web SKDR untuk memastikan:
a. Unit pelapor melaporkan data secara baik dan benar
b. Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
c. Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap
penyakit
d. Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare
biasanya banyak tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah
kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya
pastikan bahwa benar ada peningkatan kasus atau hanya
merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada
10 kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi
menulis 100 gigitan)
J. Monitoring
Setiap bulan Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi/ Kabupaten/
Kota harus melakukan diskusi dengan semua unit pelapor
untuk membahas tentang sistem surveilans (pengumpulan data,
pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain).
Dalam sistem surveilans terdapat indikator kualitatif dan
kuantitatif:
1. Prosentase kelengkapan laporan puskesmas, rumah sakit,
laboratorium menurut kabupaten atau provinsi.
2. Prosentase ketepatan laporan puskesmas, rumah sakit,
laboratorium menurut Kabupaten atau provinsi
3. Jumlah KLB yang terdeteksi
4. Jumlah dan prosentase respon alert menurut kabupaten atau
provinsi.
K. Evaluasi
1. Evaluasi pelaksanaan sistem SKDR.
a. Kelengkapan
b. Ketepatan
c. Alert yang direspon
2. Evaluasi terkait sistem surveilansnya dengan indikator:
a. Keterwakilan: merupakan gambaran representatif per
wilayah seperti kabupatan, provinsi dan nasional.
b. Kemampuan menerima: menggambarkan apakah seluruh
unit pelapor mau melakukan pengiriman laporan seluruh
penyakit yang ada dalam daftar penyakit dalam SKDR dan
sesuai dengan definisi operasional.
L. Keterbatasan
Keterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila:
1. Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang
terlambat akan memberikan dampak terhadap ketepatan dan
kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB.
2. Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium.
Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan peran
laboratorium beserta jejaringnya dalam sistem surveilans dan
pada saat KLB.
3. Kemungkinan adanya duplikasi data apabila kasus berobat di
dua faskes yang berbeda misal berobat di puskesmas dan lanjut
berobat rumah sakit karena penyakitnya tidak sembuh atau
menjadi lebih parah.
4. Alert tidak benar karena adanya kesalahan unit pelapor dalam
menuliskan kode penyakit dalam format SMS atau WA.
M. Penggunaan Data
Data dari SKDR terdiri dari data agregat dan data individu (pribadi).
Muatan data tersebut dapat digunakan secara terbuka dan tertutup.
Data agregat adalah data yang telah diolah secara agregat dan
merupakan data yang dapat digunakan oleh berbagai pemangku
kepentingan termasuk masyarakat. Data tertutup merupakan data
individu dan hanya dapat diakses oleh pihak-pihak tertentu dengan
mempertimbangkan aspek kerahasiaan informasi dan kepentingan
bagi pengguna data individu seperti NIK, nama, tanggal lahir, dan
alamat lengkap.
Muatan data yang memiliki informasi data pribadi merupakan
hal yang harus dilindungi privasinya sehingga data tersebut tidak
disalahgunakan. Informasi pribadi dilindungi dengan pengamanan
yang sesuai dan tidak boleh dibuka atau dari otoritas hukum sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
2. Pusat (Kemenkes)
Ditjen P2P memiliki PHEOC (Public Health Emergency
Operation Center). Dalam kesehariannya PHEOC diopera-
1. Definisi rumor
Rumor penyakit adalah informasi penyakit yang dapat
berpotensi menimbulkan KLB, tetapi belum terverifikasi
kebenarannya. Rumor penyakit didapatkan dari informasi
a. Triase
Triase sangat penting untuk memastikan terdeteksinya
secara efektif kejadian yang berpotensi KLB atau kejadian
yang berpotensi menimbulkan kedarutatan kesehatan
masyarakat dan menghindari sistem intelejen epidemi
yang berlebihan. Tahapan triase terdiri dari menyortir
data dan informasi ke dalam kategori “mungkin
relevan” dan “tidak mungkin relevan” untuk deteksi
dini kejadian kesehatan yang memerlukan respon cepat.
Tidak semua data kejadian yang diterima merupakan
kejadian akut yang dapat mengakibatkan kedaruratan.
Beberapa kejadian mungkin penyakit ringan atau
modifikasi dari trend jangka panjang penyakit endemis
yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Maka
ii. Seleksi
Seleksi adalah pemilahan informasi menurut kriteria
prioritas. “mengeluarkan” informasi dan laporan tentang
penyakit yang tidak diprioritaskan seperti: flu biasa,
d. Karakterisasi risiko
Dengan mempertimbangkan bahaya, paparan dan konteks,
maka dilakukan karakterisasi risiko. Karakterisasi risiko
dapat menggunakan matrik:
Gambar 3. Matrik Karakterisasi Risiko
Consequences
Almost certain
Moderate risk
Likely
High risk
Unlikely Very high risk
Very unlikely
4. Karakterisasi kejadian
Berdasarkan data yang ada dan analisis risiko, maka dapat
dilakukan karaktrisasi risiko untuk menentukan apakah
kejadian tersebut dikeluarkan/ tidak perlu ditindaklanjuti,
dimonitor, direspon atau kejadian tersebut ditutup karena
tidak ada tindakan lebih lanjut.
8. Kriteria KLB.
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila
memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3
(tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun
waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu)
bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam
tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1
(satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
per bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality
Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
2. Evaluasi berkala
Paling tidak setiap tahun dilakukan evaluasi terhadap 2
kejadian, mulai dari pemberitahuan sampai konfirmasi/kajian
dan respons. Disetiap tingkat pelaksana yang terlibat dilakukan
wawancara dan dibuat kajian dan rekomendasi atas kinerja
sistem.
A. Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan merupakan unit teknis yang memonitor
secara langsung jalannya SKDR di daerah (dari tingkat provinsi
sampai unit pelapor).
E. Peran Puskesmas
1. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data kesakitan
dan kematian penyakit berpotensi KLB di Puskesmas dan
jejaringnya
2. Melakukan kajian epidemiologi terus-menerus secara sistematis
terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB yang ada
di wilayah kerja Puskesmas, sehingga dapat mengidentifikasi
adanya ancaman KLB di wilayahnya
3. Melakukan self-assessment (penilaian mandiri) kemampuan
rumah sakit dalam melaksanakan SKD dan penanggulangan
KLB.
4. Memberikan peringatan kewaspadaan dini KLB kepada
program terkait di lingkungan Puskesmas, dan melaporkannya
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Penyelidikan lebih luas terhadap dugaan adanya KLB di wilayah
kerja puskesmas.
6. Melaksanakan penyuluhan terkait penyakit potensi KLB
kepada petugas dan pengunjung maupun di wilayah.
7. Mengaktifkan tim penyelidikan dan penanggulangan KLB di
puskesmas
8. Mengambil spesimen penyakit potensial KLB dan memeriksa
atau merujuk sesuai dengan kemampuannya.
Catatan:
1. List Laboratorium di Indonesia (kemampuan pemeriksaan)
berada di Substansi Mutu dan Akreditasi Fasyankes Lainnya
(Direktorat Mutu dan Akreditasi)
2. Semua kontak person baik petugas surveilans, P2, dan
penyehatan lingkungan terdapat di aplikasi SKDR bila ada
perubahan dapat dilakukan pemutakhiran data.
1. Diare Akut
2. Malaria Konfirmasi
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneumonia
5. Diare Berdarah ATAU Disentri
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut
8. Tersangka Chikungunya
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia
10. Tersangka Campak
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
15. Tersangka Antraks
16. Tersangka Leptospirosis
17. Tersangka Kolera
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
21. Tersangka Tetanus
22. ILI (Influenza Like Illness)
23. Tersangka HFMD (Hand Foot Mouth Disease)
24. Tersangka Covid 19
KODE Diperiksa
PENYAKIT Kasus
SMS Laboratorium
A Diare Akut
B
C Tersangka Demam Dengue
D Pneumonia
E Diare Berdarah ATAU Disentri
F Tersangka Demam Tifoid
G Sindrom Jaundis Akut
H Tersangka Chikungunya
J Tersangka Flu Burung pada Manusia
K Tersangka Campak
L
M Tersangka Pertussis
N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
Q Tersangka Antraks
R Tersangka Leptospirosis
S Tersangka Kolera
T
U
V Tersangka Tetanus Neonatorum
W Tersangka Tetanus
Y ILI ( )
Z Tersangka HFMD
AC Tersangka Covid 19
X TOTAL (JUMLAH KUNJUNGAN)**
* Pilih salah satu (puskesmas atau pustu atau bidan)
** adalah jumlah seluruh kunjungan pada minggu ini di unit pelayanan kesehatan
Pertanyaan:
B. Epidemiologi
1. Distribusi kasus menurut golongan umur dan jenis kelamin:
80
80
FORMULIR REGISTRASI HARIAN PENYAKIT POTENSIAL WABAH
Nama Pelapor : ........................................... Prov/Kab/Kec/Nama unit pelapor : ...........................................
No. Telp Pelapor : ........................................... Tgl Laporan (dd/mm/yyyy)/Minggu Epid : ...........................................
Kasus Baru Jenis Kelamin Umur Status Imunisasi Hasil Lab Keadaan Akhir Tgl
No Epid Nama Umur Bulan Alamat Diagnosa Tgl Sakit
(Y/T) (L/P) Tahun (L/TL/TJ) (TD/P/N) (H/S/M) Meninggal
STATUS:
1) DLM PROSES
KEJADIAN POPULASI WAKTU TGL LAPORAN KRONOLOGIS TGL MULAI
LOKASI VERIFIKASI
PENYAKIT RISIKO KEJADIAN DITERIMA KEJADIAN VERIFIKASI
2) TELAH
VERIFIKASI
82
82
SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB
PROVINSI :
TAHUN :
KAB/KOTA :
BULAN :
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/
Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Kondisi
Pengiriman
Acute flaccid paralysis Isolasi virus polio Stool (tinja) Ambil sample dari Letakan tinja, masukan Hasil tes awal
(Suspected polio) setiap kasus suspek kedalam container/ umumnya tersedian
AFP. wadah yg tdk bocor, beri antara 14-28 hari
label secara jelas. setelah spesime
Ambil specimen Segera tempatkan dalam diterima lab.
pertama waktu kulkas atau coldbox
REFERENCE: investigasi kasus. tdk dignakan untuk Bila virus polio liar
WHO global action menyimpan vaksin atau ditemukan, maka
plan for laboratory Ambil specimen obat. program nasional
containment of Note: Jika tdk ada kedua pada pasien yg Kirim specimen, sampai segera membuat
wild polio viruses. specimen yang sama 24 s/d 48 jam di lab polio dalam waktu rencana aksi yg
WHO/V&B/99.32, dikumpulkan, evaluasi kemudian. kurang dari 72 jam. tepat.
Geneva, 1999 pasien setelah 60 hari Bila tertunda, spesimen
untuk konfirmasi tdk terkirim dlm
Manual for klinis polio (AFP) jangka 72 jam, bekukan
85
or lbh dingin.
85
Diare Berdarah Isolasikan Shigella Stool or rectal swab. Kumpulkan sampel Tempatkan stool swab Hasil kultur
86
86
(Shigella dysenteriae dysenteriae jenis ketika terjadi suspek atau rectal swab dalam biasanya tersedia
jenis 1) dan shigellae 1 (SD1) di dalam KLB. Kumpulkan tinja media transport Cary- 2 sampai 4 hari
lain kultur untuk dari 5-10 pasien yang Blair. Segera kirim ke setelah diterima
mengkonfirmasikan mempunyai diare laboratorium. oleh laboratorium.
Catatan: SD1 infeksi/ KLB shigella berdarah dan: Jika ditemukan
peradangan bersifat Onset di dalam 4 Jika media transport Isolat SD1 lanjutkan
mudah mewabah dan Jika SD1 telah hari yang terakhir, Cary-Blair tidak dengan uji kepekaan
yang dihubungkan konfirmasi, lakukan dan tersedia, kirim sample antibiotik.
dengan tingkat uji kepekaan antibiotik Sebelum ke laboratorium dalam Setelah konfirmasi
tingginya terhadap dengan obat yang pengobatan waktu 2 jam dalam awal 5-10 kasus
ketahanan antibiotik. sesuai. antibiotik wadah yang bersih, dalam KLB, sampel
SD1 adalah shigella diberikan. kering dengan penutup kasus diperiksa
paling signifikan yang kuat. Spesimen hanya dalam
karena dapat Ambil/kumpulkan tidak dipelihara di Cary- jumlah sampai KLB
87
87
CDS/CSR/ISR/99.1 serum: hari.
Ambil/Kumpulkan - Biarkan darah selama Jika sedikitnya 2 dari 5
88
88
spesimen setiap 30 sampai 60 menit kasus suspek campak
ada suspek kasus pada suhu- kamar adalah konfirmasi
campak. supaya terjadi laboratorium,
Kumpulkan serum pemisahan atau maka KLB tersebut
untuk uji antibodi gumpalan darah. ditetapkan sebagai
pada kesempatan Lakukan sentifuge KLB Campak.
pertama atau pada pada kecepatan 2000
kunjungan di rpm selama 10-20 Hindari spesimen
fasilitas kesehatan menit dan tuangkan dari goncangan
serum ke dalam sebelum serum
tabung kaca yang dikumpulkan.
bersih
- Jika tidak ada Untuk mencegah
centrifuge, letakan pertumbuhan
89
89
kepada antigen F1
oleh hemaglutinasi transport Cary Blair antigen F1 Ypestis
90
90
yang pasif yang tidak tersedia, maka 7-10 hari setelah
menggunakan bekukan spesimen dan serangan.
sera yang dikupas. mengirimkannya den-
Serum harus gan kemasan dingin.
digambar/ditarik
di dalam 5 hari
serangan lalu lagi;
kembali setelah 2-3
minggu.
Demam-demam Adanya IgM antibody Untuk ELISA: Kumpulkan spesimen TANGANI DAN KIRIM Jasa diagnostik
hemorrhagic karena terhadap Ebola, suspek kasus pertama. SPESIMEN PASIEN untuk VHF
virus Marburg, CCHF, Lassa Darah utuh, serum SUSPEK VHF WITH tidak secara
atau Demam Dengue atau plasma Untuk Jika lebih dari satu PERINGATAN EXTREME. rutin tersedia.
REFERENSI: PCR: suspek, kumpulkan GUNAKAN PAKAIAN Pengaturan-
Demam Kuning ELISA untuk me- Serum Kumpulkan spesimen Kumpulkan 10 ml darah Spesimen sebaiknya
nentukan adanya dari suspek kasus vena orang dewasa, sampai di laborato-
Referensi: IgM antibodi demam pertama demam kun- 1-5 ml dari anak-anak. rium dalam 3 hari
District guidelines for kuning ing. Jika lebih dari 1 Di suatu tabung reaksi setelah pengum-
Yellow Fever Surveil- suspek, kumpulkan gelas/kaca yang standar, pulan.
lance, WHO/GPVI/ spesimen 5 sampai 10 pipa kapiler atau micro- Hindari goncangan
EPI/98.09 sampel tainer. spesimen sebelum
Sel darah terpisah dari serum dikumpulkan.
Yellow Fever. 1998. serum: Untuk mencegah
WHO/EPI/Gen/98.11 - Gumpal dibiarkan pertumbuhan
menarik kembali bakteri terlalu cepat,
selama 30 sampai 60 pastikan bahwa
menit pada suhu-ka- serum itu dituang-
mar. kan ke dalam suatu
tabung reaksi
Pneumonia Real time PCR Flu Usap tenggorok atau Usap tenggorok atau diambil dan dimasukkan Hasil untuk deteksi
A,B,H5,H3, H1,H7, nasofaring dengan usap nasofarings (bila ke dalam 1 tabung Falcon secara PCR 2 – 4
Sars, MERSCov media transport virus dicurigai penyebabnya steril berisi 1,5-2 ml Virus hari, sementara
91
91
dll (bila dicurigai sputum (pada
penyebabnya bakteri). umumnya mudah diambil
92
92
cryotube untuk dari kasus dewasa),
beberapa pemeriksaan pengambilan spesimen
laboratorium dapat dilakukan dengan
alat nebulizer (dengan NaCI
Spesimen darah 3%)1 expectoran t atau
diambil sebelum dibatukkan secara spontan,
diberikan terapi dimasukkan ke dalam
antibiotika. kontainer steril. Spesimen
langsung dialiquot ke
Urine (bila dicurigai dalam 2-3 5-10 ml darah
penyebabnya vena kasus dewasa
Legionella) dapat menggunakan syringe
diambil atau Vacutainer ™dan 3-5
ml darah vena anak-anak
93
93
gr dalam wadah steril
Sindrome Joundice Serologi Serum (pemeriksaan Pengambilan spesimen Darah vena diambil Hasil bisa
94
94
Akut Imunokroma-tographi HAV IgM) darah diambil pada sebanyak 5-10 ml pada mencapai 2 – 4
PCR kasus dan carrier. kasus dewasa dengan hari
Sampel Lingkungan menggunakan syringe atau
air (pemeriksaan PCR Selain itu spesimen sistem Vacutainer dan 3-5
Virus Hepatitis A) lingkungan dapat ml darah vena anak-anak
diambil berupa air menggunakan wing needle.
Sampel Darah EDTA dalam tabung EDTA dan
(PCR Leptospira) non EDTA
Darah dalam tabung Non
Urine (Leptospira) EDTA langsung diproses
untuk menghasilkan
serum. Serum dialiquot
ke dalam paling sedikit 2
cryotube untuk beberapa
Aspirate nasopharing
menggunakan Vacuum
assisted/syringe/bulb
method
Tersangka Anthrax Mikroskopik pewar- Usap kulit Untuk pemeriksaan Usap kulit dibuat apusan Hasil mikroskopik
naan gram (Anthrax tersangka anthrax pada gelas obyek (2-3 24 jam
cutaneous/kulit) Usap dari lesi di kulit: Diambil usap slide). Usap lesi dimasuk-
orofaring, usap dubur, dari lesi di kulit kan ke dalam medium
Kultur isolasi tinja,) transport amies
pemeriksaan tersang- Tinja segar (5gr) dalam Hasil kultur 7 – 10
Serodiagnostik (uji Untuk pemeriksaan ka anthrax digestive wadah steril hari
ascoli) tersangka anthrax diambil Usap dari Darah diambil Kurang leb-
inhalasi: sputum, lesi di orofaring, usap ih 5 ml, darah vena diambil
Cairan pleura, cairan dubur, tinja dan darah. secara aseptik dengan
Serologi
bronchial 1 ml dalam Spesimen darah diam- syringe atau Vacutainer™
bil sebelum diberikan Hasil serologi 2 hari
wadah steril. Serum sebisa mungkin
terapi antibiotika. langsung dipisahkan dari
darah (whole blood)
95
95
lam 24 jam suhu 2 - 4°C
jika spesimen belum bisa
96
96
langsung dikirimkan pada
hari yang sama, spesimen
harus disimpan di dalam
lemari pendingin paling
lama 2 hari pada suhu 2-8°
kecuali spesimen usap.
Tersangka Leptospi- Rapid diagnostic test Darah Untuk kultur Darah Untuk kultur, darah diam- Kultur 7 – 10 hari
rosis (Lateral Flow) untuk diambil minggu bil 3-5 mL diambil 2 kali
melihat antibodi IgM Serum pertama sakit, diambil pada hari yang sama dalam
dua kali medium sodium polya-
Urine Untuk pemeriksaan methol sulfonate (SPS) à PCR 2-4 hari
PCR darah diambil stabil selama seminggu
kultur bakteri. minggu pertama –
Untuk pemeriksaan PCR,
kedua sakit
97
97
Tersangka Covid 19 PCR, TCM, RDT Usap Tenggorok/ Usap tenggorok dan Usap Oropharing dan usap PCR = 1 x 24 Jam
98
98
Antigen Oropharing usap nasofarings diambil nasopharing dimasukkan (Minimal) atau
Usap Nasopharing dengan menggunakan ke dalam Virus Transport tergantung dengan
Swab Dacron/Rayon Media (VTM), beri label dan kriteria wilayah
steril segera ditutup menggunakan
parafilm, serta disimpan RDT Antigen = 15-30
dalam suhu 4 – 8 °C sebelum Menit
dikirim
Nomer Tanggal Jam Jenis Nama Jenis Umur Alamat Tanggal Jam Petugas Diagnosis
Identitas Pengambilan spesimen Pasien Kelamin Pengiriman Pengambil sementara
Dokter/ Pemeriksa:
Nomor Telepon:
DR. ________________________________
TELEPON: ____________________________
1. Jumlah Kasus
2. Jumlah Kematian
3. Jumlah Kasus Yang Dirawat Di Rumah Sakit
4. Identifikasi Kasus Berdasarkan Orang, Tempat, Dan Waktu
Kejadian
5. Kapan Waktu Awal Kejadian
6. Identifikasi Gejala Utama Yang Timbul
7. Langkah-Langkah Yang Telah Dilakukan
8. Spesimen Apa Yang Telah Diambil Dan Dikirim Ke
Laboratorium
9. Sumber Informasi
10. Mobilisasi Tim Gerak Cepat
TELEPON:………………………..
104
108
Tanggal Status Rumor
Status Formulir
laporan Minggu Jumlah
Kabupaten Puskesmas KLB (Ya/ W1 (Ya/ Kronologi Tindakan Saran
(dd/mm/ epid Kasus Lintas Sektor/
Tidak) Tidak)
yyyy) Dalam Investigasi)
Kepala ……………………..…………………
(……………………………………………….)
NIP. ………………………………………..