Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal Matematika
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal Matematika
Mulia Suryani 1*, Lucky Heriyanti Jufri2 dan Tika Artia Putri3
1*,2,3Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gn. Pangilun, Padang Utara, Padang, Sumatera Barat, Indonesia
1* muliasuryani@gmail.com
Abstrak
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menyebabkan siswa kurang
mampu menyelesaikan soal yang bersifat non rutin dan siswa masih kurang mengembangkan
ide dan kemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa melalui model Problem Based Learning berdasarkan
Kemampuan Awal Matematika (KAM) siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui model Problem Based Learning menjadi lebih baik. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII-7 SMP Negeri 12 Padang yang terdiri dari 32 orang. Siswa
yang awalnya berkemampuan rendah meningkat menjadi siswa berkemampuan sedang
dengan peningkatan sebesar 75 %. Siswa yang awalnya tergolong berkemampuan sedang
meningkat menjadi siswa berkemampuan tinggi sebesar 26 %. Siswa sudah mampu 1)
memahami masalah, 2) menyusun rencana penyelesaian, 3) melaksanakan penyelesaian, dan
4) mengecek kembali jawaban.
Kata Kunci : Kemampuan Awal Matematika, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika,
Problem Based Learning.
Abstract
The lack of students' mathematical problem-solving skills causes students to be less able to
solve problems that are non-routine and students are still lacking in developing their ideas and
abilities. This study aims to determine students 'mathematical problem-solving abilities
through the Problem Based Learning model based on students' Early Mathematical Ability
(KAM). The research method used is qualitative. The results of this study indicate that
students' mathematical problem-solving abilities through the Problem Based Learning model
are better. The sample in this study were students of class VIII-7 Middle School 12 Padang
consisting of 32 people. Students who were initially low-skilled increased to moderate-capable
students with an increase of 75%. Students who were initially classified as capable were
increasing to high-ability students by 26%. Students can 1) understand the problem, 2) draw
up a settlement plan, 3) carry out the solution, and 4) re-check the answers.
Keywords: Early Mathematical Ability, Mathematical Problem Solving Ability, Problem Based
Learning.
Riastini, 2014). Jadi, dapat disimpulkan kemampuan awal siswa. Selain itu, guru
bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika tidak melakukan pengajaran
merupakan kemampuan dasar dalam bermakna (Afriansyah, 2014) secara
proses pembelajaran. Pada proses maksimal yang berakibat pola belajar
pembelajaran guru harus mampu siswa cenderung menghafal.
merangsang kreativitas siswa dalam Kemampuan awal siswa merupakan
memecahkan suatu masalah (Afriansyah, kemampuan yang telah ada didalam diri
2016). Kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum ia memulai pembelajaran.
sangat penting bagi siswa karena dengan Kemampuan awal dalam mata pelajaran
siswa mampu menyelesaikan suatu matematika penting untuk diketahui guru
masalah siswa memperoleh pengalaman, sebelum memulai pembelajaran (Gais &
menggunakan pengetahuan dan Afriansyah, 2017). Hal ini berguna untuk
keterampilan yang sudah dimiliki oleh mengetahui apakah siswa mempunyai
siswa untuk diterapkan dalam kehidupan pengetahuan prasyarat (prerequisite)
sehari-hari (Elita, Habibi, Putra, & Ulandari, untuk mengikuti pembelajaran dan sejauh
2019). mana siswa telah mengetahui materi yang
Kenyataannya yang ditemukan akan disajikan, sehingga guru dapat
disekolah menunjukkan kemampuan merancang pembelajaran lebih baik.
pemecahan masalah matematika siswa Branca (Sumarmo, 1994) berpendapat
masih tergolong rendah (Asih & Ramdhani, bahwa pemecahan masalah dapat
2019). Siswa kurang mampu diartikan dengan menggunakan
menyelesaikan soal pemecahan masalah interpretasi umum yaitu pemecahan
(Sopian & Afriansyah, 2017). Pada saat masalah sebagai tujuan, proses, dan
guru meminta siswa untuk menyelesaikan keterampilan dasar. Pemecahan masalah
soal non rutin siswa kurang mampu sebagai tujuan menyangkut alasan
menyelesaikannya. Soal non rutin mengapa matematika itu diajarkan. Dalam
merupakan soal yang untuk interpretasi ini, pemecahan masalah bebas
menyelesaikannya diperlukan pemikiran dari soal, prosedur, metode atau isi khusus
lebih lanjut. Dalam pembelajaran guru yang menjadi pertimbangan utama adalah
tidak pernah mengorientasikan siswa pada bagaimana cara menyelesaikan masalah
suatu masalah sehari-hari yang dekat yang merupakan alasan mengapa
dengan kehidupan siswa dan tidak matematika itu diajarkan. Pemecahan
memperhatikan kemampuan pemecahan masalah sebagai proses merupakan suatu
masalah siswa. Dalam mengajar guru kegiatan yang lebih mengutamakan
cenderung kurang memperhatikan pentingnya prosedur, langkah-langkah
Tabel 1.
Rubrik Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Aspek yang Dinilai Reaksi terhadap Soal/Masalah Skor
rata-rata siswa tersebut berkisar diantara sedang sebelum diberi perlakuan model
98,18. Sedangkan nilai rata-rata siswa yang Problem Based Learning siswa
berkemampuan sedang yaitu 84,60 berkemampuan sedang berjumlah 23
dengan simpangan baku 5,48 artinya nilai orang, setelah diberi perlakuan siswa
siswa yang berkemampuan sedang lebih berkemampuan sedang menjadi 17 orang.
menyebar dari nilai 84,60. Selanjutnya, 5 dari 23 siswa yang berkemampuan
nilai rata-rata siswa yang berkemampaun sedang meningkat menjadi siswa
rendah yaitu 73 dengan simpangan baku berkemampuan tinggi. Sedangkan, 4 orang
2,88 artinya nilai siswa berkisar diantara siswa yang awalnya berkemampuan
73 (lihat tabel 3). sedang menurun menjadi siswa yang
Berdasarkan hasil analisis data terlihat berkemampuan rendah dan 12 orang
jumlah siswa berdasarkan tingkat siswa menempati posisi yang sama. Model
kemampuan siswa sebelum dan sesudah Problem Based Learning juga sangat
diberi perlakuan Model Problem Based berpengaruh terhadap pemecahan
Learning (lihat tabel 4). masalah pada siswa yang berkemampuan
Model Problem Based Learning ini rendah. Dari 4 siswa yang awalnya
terhadap kemampuan pemecahan berkemampuan rendah, 3 orang
masalah paling memberikan pengaruh meningkat menjadi siswa berkemampuan
terhadap siswa yang berkemampuan sedang. Karena siswa berkemampuan
tinggi. Sebelum diberi perlakuan Model rendah juga sangat berpartispasi dan lebih
Problem Based Learning siswa bersemangat ketika diberikan soal
berkemampuan tinggi berjumlah 5 orang, pemecahan masalah ketika berdiskusi
setelah diberi perlakuan siswa kelompok. Tetapi, 1 diantara 4 orang siswa
berkemampuan tinggi menjadi 9 orang. yang awalnya berkemampuan rendah
Sedangkan 2 orang siswa yang awalnya tetap menempati posisi yang sama.
berkemampuan tinggi menurun menjadi a. Siswa Berkemampuan Tinggi
siswa yang berkemampuan sedang dan 3 Berdasarkan nilai Ujian Semester 2,
orang siswa menempati posisi yang sama. siswa yang berkemampuan tinggi
Selanjutnya, siswa yang berkemampuan berjumlah 5 orang. Setelah diberikan tes
akhir siswa yang tergolong berkemampuan
Tabel 4. tinggi menjadi 9 orang. Kemampuan
Jumlah Siswa Berdasarkan KAM sebelum dan
sesudah diberi Perlakuan Model Problem Based pemecahan masalah pada siswa yang
Learning berkemampuan tinggi dalam
Tingkat SEBELUM SESUDAH
menyelesaikan permasalahan tergolong
Kemampuan DIBERI DIBERI
Siswa PERLAKUAN PERLAKUAN baik. Hal ini ditunjukkan dari lembar
TINGGI 5 9 jawaban siswa berkemampuan tinggi,
SEDANG 23 15 mereka dapat menyelesaikan soal sesuai
RENDAH 4 6
rendah. Lembar jawaban salah satu siswa soal nomor 4 ini buk, soalnya terlalu susah.
yang berinisial MR dapat dilihat pada Saya hanya menyalin punya teman buk”.
Gambar 3. Hasil jawaban MR tidak jauh berbeda
Berdasarkan hasil ujian tes akhir salah dengan MS. Jadi dapat disimpulkan bahwa
satu siswa yang berinisial yang awalnya siswa yang awalnya tergolong
tergolong berkemampuan sedang berkemampuan sedang menurun menjadi
menurun menjadi siswa berkemampuan siswa berkemampuan rendah dikarenakan
rendah. Hal ini disebabkan oleh MR tidak siswa tersebut kurang memahami apa
memahami apa permasalahan pada soal. yang dimaksud pada soal, sehingga ia
MR membuat apa yang diketahui dan kesulitan ketika membuat perencanaan
ditanya tetapi tidak tepat. Sehingga ia masalah terlebih dahulu, sehingga ketika ia
tidak dapat menuliskan rencana membuat penyelesaian hasil yang
penyelesaian. Pada langkah penyelesaian, didapatkan salah.
MR langsung saja menuliskan jawaban c. Siswa Berkemampuan Rendah
tanpa menuliskan rumus terlebih dahulu, Berdasarkan nilai ujian semester 2,
sehingga hasil yang didapatkan salah. Pada siswa yang tergolong ke dalam
tahap memeriksa kembali jawaban, ia berkemampuan Rendah ada 4 orang.
tidak menuliskan kesimpulan ataupun Setelah diberikan ujian tes akhir siswa
melakukan pengecekan kembali hasil yang tergolong pada berkemampuan
jawaban. rendah ada 6 orang. Tetapi, 3 diantara 4
Hasil wawancara dengan MR, ia siswa yang awalnya tergolong
mengatakan bahwa “saya tidak mengerti berkemampuan rendah meningkat
menjadi berkemampuan rendah KAM tinggi, KAM sedang dan KAM rendah.
meningkat menjadi siswa berkemampuan Siswa yang awalnya tergolong KAM
sedang. Sebagaimana dapat dilihat dari rendah, 75% meningkat menjadi KAM
jawaban salah satu siswa yang berinisial sedang, 25% tetap menempati posisi yang
DM pada Gambar 4. sama. Siswa yang awalnya tergolong KAM
Berdasarkan Gambar 4 siswa tersebut sedang, 26% diantaranya meningkat
sudah dapat memahami masalah. DM menjadi KAM tinggi. Tetapi, 21% siswa
sudah dapat memahami permasalahan menurun menjadi KAM rendah dan 52%
secara menyeluruh dengan menuliskan tetap menempati posisi yang sama. Lalu,
apa yang diketahui dan apa yang ditanya. siswa yang awalnya tergolong KAM tinggi,
Selanjutnya, DM sudah dapat menyusun 40% menurun menjadi KAM sedang dan
rencana penyelesaian, ia sudah dapat 60% diantaranya menempati posisi yang
menyajikan langkah penyelesaian yang sama. Mereka sudah mampu 1)
benar dengan menuliskan rumus terlebih memahami masalah, 2) menyusun
dahulu. Lalu, pada langkah menyelesaikan rencana penyelesaian, 3) melaksanakan
rencana penyelesaian, DM sudah mampu penyelesaian, dan 4) mengecek kembali
menyelesaikan permasalahan dengan jawaban.
benar. Sehingga, DM dapat menemukan
hasil jawaban yang benar yaitu 690 kursi. DAFTAR PUSTAKA
Lalu, ia menulis kesimpulan dan Afriansyah, E. A. (2014). What Students’
melakukan pengecekan terhadap proses Thinking about Contextual Problems
dengan tepat. Sejalan dengan (Warsono, is. International Seminar on
2013; Rinaldi & Afriansyah, 2019) bahwa Innovation in Mathematics and
problem based learning dapat Mathematics Education. Innovation
meningkatkan kemampuan pemecahan and Technology for Mathematic, 279-
masalah matematis siswa dan juga dapat 288. Department of Mathematics
membuat siswa menjadi lebih aktif. Education Faculty of Mathematics and
Natural Science Yogyakarta State
IV. PENUTUP University.
Berdasarkan dari hasil analisis dan Afriansyah, E. A. (2016). The Use of
pembahasan maka dapat disimpulkan Realistic Approach to Enhance
bahwa kemampuan pemecahan masalah Students' Mathematical Problem
dengan Problem Based Learning menjadi Solving Skills. International Conference
lebih baik. Dalam penelitian ini siswa on Elementary and Teacher Education
dikelompok berdasarkan KAM. KAM ICETE.
merupakan kemampuan awal matematis Afriansyah, E. A., Puspitasari, N.,
siswa yang terbagi dari 3 kategori yaitu Luritawaty, I. P., Mardiani, D.,