Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN: 2086-4280

Suryani, Jufri, & Putri e-ISSN: 2527-8827

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa


Berdasarkan Kemampuan Awal Matematika

Mulia Suryani 1*, Lucky Heriyanti Jufri2 dan Tika Artia Putri3
1*,2,3Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gn. Pangilun, Padang Utara, Padang, Sumatera Barat, Indonesia
1* muliasuryani@gmail.com

Artikel diterima: 25-10-2019, direvisi: 28-01-2020, diterbitkan: 31-01-2020

Abstrak
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menyebabkan siswa kurang
mampu menyelesaikan soal yang bersifat non rutin dan siswa masih kurang mengembangkan
ide dan kemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa melalui model Problem Based Learning berdasarkan
Kemampuan Awal Matematika (KAM) siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui model Problem Based Learning menjadi lebih baik. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII-7 SMP Negeri 12 Padang yang terdiri dari 32 orang. Siswa
yang awalnya berkemampuan rendah meningkat menjadi siswa berkemampuan sedang
dengan peningkatan sebesar 75 %. Siswa yang awalnya tergolong berkemampuan sedang
meningkat menjadi siswa berkemampuan tinggi sebesar 26 %. Siswa sudah mampu 1)
memahami masalah, 2) menyusun rencana penyelesaian, 3) melaksanakan penyelesaian, dan
4) mengecek kembali jawaban.
Kata Kunci : Kemampuan Awal Matematika, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika,
Problem Based Learning.

Analysis of Students' Problem Solving Abilities Based on Early


Mathematical Ability

Abstract
The lack of students' mathematical problem-solving skills causes students to be less able to
solve problems that are non-routine and students are still lacking in developing their ideas and
abilities. This study aims to determine students 'mathematical problem-solving abilities
through the Problem Based Learning model based on students' Early Mathematical Ability
(KAM). The research method used is qualitative. The results of this study indicate that
students' mathematical problem-solving abilities through the Problem Based Learning model
are better. The sample in this study were students of class VIII-7 Middle School 12 Padang
consisting of 32 people. Students who were initially low-skilled increased to moderate-capable
students with an increase of 75%. Students who were initially classified as capable were
increasing to high-ability students by 26%. Students can 1) understand the problem, 2) draw
up a settlement plan, 3) carry out the solution, and 4) re-check the answers.
Keywords: Early Mathematical Ability, Mathematical Problem Solving Ability, Problem Based
Learning.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 119


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

I. PENDAHULUAN internalisasi sehingga konsep atau prinsip


Pembelajaran merupakan suatu upaya itu terbangun kembali”.
yang menciptakan kondisi belajara yang Sejalan dengan Permendiknas Nomor
dapat memaksimalkan siswa dalam 58 Tahun 2014 bahwa matematika
mengikuti proses pembelajaran. Menurut merupakan universal yang berguna bagi
(Suprihatiningrum, 2013) “Pembelajaran kehidupan manusia dan juga mendasari
adalah serangkaian kegiatan yang perkembangan teknologi modern, serta
melibatkan informasi dan lingkungan yang mempunyai peran penting dalam berbagai
disusun secara terencana untuk disiplin dan memajukan daya pikir
memudahkan siswa dalam belajar”. Dapat manusia. Salah satu dari kemampuan
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah matematis yang harus dimiliki siswa adalah
upaya guru untuk mendorong siswa atau kemampuan pemecahan masalah
memfasilitasi siswa belajar serta peran matematika. Kemampuan pemecahan
guru sebagai fasilitator untuk masalah merupakan salah satu tujuan
mengkontruksi pengetahuannya. pembelajaran matematika yang harus
Matematika adalah salah satu mata dicapai oleh siswa yang terdapat pada
pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No
(Afriansyah, dkk., 2019). Kualitas 22 Tahun 2006 (Utami & Wutsqa, 2017).
pendidikan sering dijadikan sebagai Kemampuan pemecahan masalah
barometer perkembangan suatu negara. mengacu kepada usaha seseorang untuk
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan mencapai tujuan karena mereka tidak
masalah matematika, sains, dan membaca memiliki solusi otomatis yang langsung
serta aplikasinya dalam kehidupan sehari- dapat memecahkan masalah. Suatu
hari dijadikan sebagai gambaran baik atau masalah memiliki tujuan yaitu apa yang
tidaknya kualitas pendidikan khusus untuk coba didapatkan si pemecah masalah
usia wajib belajar (Johar, 2011). Hal ini untuk mencapai tujuan. (Burton, 1980)
menunjukkan pentingnya pembelajaran mengatakan bahwa pemecahan masalah
matematika untuk diajarkan pada setiap adalah kegiatan individu atau kelompok
jenjang kelas di sekolah agar mencetak kecil yang paling efisien ketika dilakukan
siswa yang handal dalam menghadapi secara kooperatif dengan kesempatan
perubahan zaman melalui penguasaan gratis untuk berdiskusi.
matematika. Nikson dalam (Muliyardi, Kemampuan pemecahan masalah
2002) mengatakan “Pembelajaran adalah suatu kecakapan atau potensi yang
matematika adalah upaya untuk dalam diri siswa sehingga ia dapat
mengkontruksi konsep-konsep atau menyelesaikan permasalahan dan dapat
prinsip-prinsip dalam matematika dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan
kemampuannya sendiri melalui proses sehari-hari (Gunantara, Suarjana, &

120 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. e-ISSN: 2527-8827

Riastini, 2014). Jadi, dapat disimpulkan kemampuan awal siswa. Selain itu, guru
bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika tidak melakukan pengajaran
merupakan kemampuan dasar dalam bermakna (Afriansyah, 2014) secara
proses pembelajaran. Pada proses maksimal yang berakibat pola belajar
pembelajaran guru harus mampu siswa cenderung menghafal.
merangsang kreativitas siswa dalam Kemampuan awal siswa merupakan
memecahkan suatu masalah (Afriansyah, kemampuan yang telah ada didalam diri
2016). Kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum ia memulai pembelajaran.
sangat penting bagi siswa karena dengan Kemampuan awal dalam mata pelajaran
siswa mampu menyelesaikan suatu matematika penting untuk diketahui guru
masalah siswa memperoleh pengalaman, sebelum memulai pembelajaran (Gais &
menggunakan pengetahuan dan Afriansyah, 2017). Hal ini berguna untuk
keterampilan yang sudah dimiliki oleh mengetahui apakah siswa mempunyai
siswa untuk diterapkan dalam kehidupan pengetahuan prasyarat (prerequisite)
sehari-hari (Elita, Habibi, Putra, & Ulandari, untuk mengikuti pembelajaran dan sejauh
2019). mana siswa telah mengetahui materi yang
Kenyataannya yang ditemukan akan disajikan, sehingga guru dapat
disekolah menunjukkan kemampuan merancang pembelajaran lebih baik.
pemecahan masalah matematika siswa Branca (Sumarmo, 1994) berpendapat
masih tergolong rendah (Asih & Ramdhani, bahwa pemecahan masalah dapat
2019). Siswa kurang mampu diartikan dengan menggunakan
menyelesaikan soal pemecahan masalah interpretasi umum yaitu pemecahan
(Sopian & Afriansyah, 2017). Pada saat masalah sebagai tujuan, proses, dan
guru meminta siswa untuk menyelesaikan keterampilan dasar. Pemecahan masalah
soal non rutin siswa kurang mampu sebagai tujuan menyangkut alasan
menyelesaikannya. Soal non rutin mengapa matematika itu diajarkan. Dalam
merupakan soal yang untuk interpretasi ini, pemecahan masalah bebas
menyelesaikannya diperlukan pemikiran dari soal, prosedur, metode atau isi khusus
lebih lanjut. Dalam pembelajaran guru yang menjadi pertimbangan utama adalah
tidak pernah mengorientasikan siswa pada bagaimana cara menyelesaikan masalah
suatu masalah sehari-hari yang dekat yang merupakan alasan mengapa
dengan kehidupan siswa dan tidak matematika itu diajarkan. Pemecahan
memperhatikan kemampuan pemecahan masalah sebagai proses merupakan suatu
masalah siswa. Dalam mengajar guru kegiatan yang lebih mengutamakan
cenderung kurang memperhatikan pentingnya prosedur, langkah-langkah

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 121


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2019Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

strategi yang ditempuh oleh siswa dalam


menyelesaikan masalah dan akhirnya II. METODE
dapat menemukan jawaban soal bukan Metode penelitian yang digunakan
hanya pada jawaban itu sendiri (Sumartini, adalah metode pre-eksperimen. Menurut
1981). (Arikunto, 2010) bahwa “Penelitian Pre-
Berdasarkan beberapa pendapat diatas experimental seringkali dipandang sebagai
maka indikator pemecahan masalah eksperimen yang tidak sebenarnya atau
matematis yang digunakan yaitu menurut sering disebut dengan istilah quasi
Polya dalam (Ariani, Hartono, & experiment”. Penelitian ini merupakan
Hiltrimartin, 2017) adalah: (1) memahami penelitian deskriptif dengan pendekatan
masalah (2) merencanakan pemecahan kualitatif yang di uji cobakan di kelas VIII.7
masalah; (3) menyelesaikan masalah SMP Negeri 12 Padang semester ganjil
sesuai rencana (4) memeriksa kebenaran tahun pelajaran 2019/2020 yang
hasil atau jawaban. berjumlah 32 siswa. Pemilihan subjek

Tabel 1.
Rubrik Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Aspek yang Dinilai Reaksi terhadap Soal/Masalah Skor

Memahami masalah a. Tidak ada jawaban sama sekali 0


b. Menuliskan diketehui/ditanya/model tetapi salah atau 1
tidak memahami sama sekali
c. Memahami informasi atau permasalahan dengan kurang 2
tepat/lengkap
d. Berhasil memahami masalah secara menyeluruh 3
Menyusun rencana a. Tidak ada urutan langkah penyelesaian 0
penyelesaian b. Strategi/langkah penyelesaian ada tetapi tidak relevan 1
atau tidak/belum jelas
c. Strategi/langkah penyelesaian mengarah pada jawaban 2
yang benar tetapi tidak lengkap atau jawaban salah
d. Menyajikan langkah penyelesaian yang benar 3
Melaksanakan a. Tidak ada penyelesaian sama sekali 0
penyelesaian b. Ada penyelesaian, tetapi prosedur tidak jelas/salah 1
c. Menggunakan prosedur tertentu yang benar tetapi 2
perhitungan salah/kurang lengkap
d. Menggunakan prosedur tertentu yang benar 3
Mengecek kembali a. Jika tidak menuliskan kesimpulan dan tidak melakukan 0
jawaban pengecekan terhadap proses juga hasil jawaban
b. Jika menuliskan kesimpulan dan/atau melakukan 1
pengecekan terhadap proses dengan kurang tepat atau
jika hanya menuliskan kesimpulan saja atau melakukan
pengecekan terhadap proses saja dengan tepat
c. Jika menuliskan kesimpulan dan melakukan pengecekan 2
terhadap proses dengan tepat
Sumber: (Adopsi Upu, 2003)

122 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. e-ISSN: 2527-8827

penelitian menggunakan teknik purposive kemampuan pemecahan masalah. Data


sampling. Berdasarkan pertimbangan yang hasil tes kemampuan pemecahan masalah
dilakukan dalam pemilihan sampel, dipilih dianalisis menggunakan rubrik penskoran
kelas VIII.7 karena nilai ketuntasan ujian pemecahan masalah berdasarkan langkah-
semester 2 siswa lebih rendang langkah kemampuan pemecahan masalah
dibandingkan dengan kelas lainya. menurut Polya (lihat tabel 1).
Instrumen penelitian meliputi tes akhir
dan catatan lapangan. Menurut (Moleong, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2010), suatu penelitian kualitatif Berdasarkan hasil ujian tes akhir
mengandalkan pengamatan dan kemampuan pemecahan masalah secara
wawancara dalam pengumpulan data keseluruhan tergolong cukup baik. Dari 32
dilapangan. Pada waktu berada dilapangan siswa yang mengikuti tes akhir 94 % siswa
peneliti membuat catatan, setelah pulang sudah melewati batas nilai Kriteria
ke rumah atau tempat tinggal barulah Ketuntasan Maksimal (KKM) dengan nilai
menyusun catatan lapangan”. Disimpulkan tertinggi yaitu 100. Sedangkan 6 % siswa
bahwa catatan lapangan merupakan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan
catatan tertulis mengenai apa yang Maksimal (lihat tabel 2).
didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan Hal ini juga terlihat dari kemampuan
dalam rangka mengumpulkan data dan siswa. Nilai rata-rata siswa yang
refleksi terhadap data dalam penelitian berkemampuan tinggi yaitu 98,18 dengan
kualitatif. Sedangkan tes akhir digunakan simpangan baku 2,25 artinya sebaran nilai
sebagai alat ukur untuk melihat siswa yang berkemampuan tinggi tidak
kemampuan pemecahan masalah begitu menyebar dibandingkan dengan
matematika siswa. Tes akhir terdiri dari 5 anak yang berkemampuan sedang, nilai
soal, setiap soal merupakan soal
pemecahan masalah. Sebelum soal Tabel 2.
digunakan, soal sudah di uji cobakan Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa
disekolah yang sama dan sudah diukur Tes ̅
𝑿 S 𝑿𝑴𝒂𝒌𝒔 𝑿𝑴𝒊𝒏
tingkat kesukaran, daya pembeda maupun Tes 86,28 9,68 100 67
reabilitas soal untuk melihat soal dapat Akhir

digunakan sebagai alat pengumpulan data. Tabel 3.


Catatan lapangan digunakan untuk Rekapitulasi nilai Tes Akhir Kemampuan
Pemecahan Masalah
memperkuat sumber data yang ada. No Kemampuan Kemampuan Kemampuan
Teknik analisis pada penelitian ini Tinggi Sedang Rendah
menggunakan teknik analisis data ̅
𝑿 98,18 84,60 73
𝑺 2,25 5,48 2,88

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 123


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2019Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

rata-rata siswa tersebut berkisar diantara sedang sebelum diberi perlakuan model
98,18. Sedangkan nilai rata-rata siswa yang Problem Based Learning siswa
berkemampuan sedang yaitu 84,60 berkemampuan sedang berjumlah 23
dengan simpangan baku 5,48 artinya nilai orang, setelah diberi perlakuan siswa
siswa yang berkemampuan sedang lebih berkemampuan sedang menjadi 17 orang.
menyebar dari nilai 84,60. Selanjutnya, 5 dari 23 siswa yang berkemampuan
nilai rata-rata siswa yang berkemampaun sedang meningkat menjadi siswa
rendah yaitu 73 dengan simpangan baku berkemampuan tinggi. Sedangkan, 4 orang
2,88 artinya nilai siswa berkisar diantara siswa yang awalnya berkemampuan
73 (lihat tabel 3). sedang menurun menjadi siswa yang
Berdasarkan hasil analisis data terlihat berkemampuan rendah dan 12 orang
jumlah siswa berdasarkan tingkat siswa menempati posisi yang sama. Model
kemampuan siswa sebelum dan sesudah Problem Based Learning juga sangat
diberi perlakuan Model Problem Based berpengaruh terhadap pemecahan
Learning (lihat tabel 4). masalah pada siswa yang berkemampuan
Model Problem Based Learning ini rendah. Dari 4 siswa yang awalnya
terhadap kemampuan pemecahan berkemampuan rendah, 3 orang
masalah paling memberikan pengaruh meningkat menjadi siswa berkemampuan
terhadap siswa yang berkemampuan sedang. Karena siswa berkemampuan
tinggi. Sebelum diberi perlakuan Model rendah juga sangat berpartispasi dan lebih
Problem Based Learning siswa bersemangat ketika diberikan soal
berkemampuan tinggi berjumlah 5 orang, pemecahan masalah ketika berdiskusi
setelah diberi perlakuan siswa kelompok. Tetapi, 1 diantara 4 orang siswa
berkemampuan tinggi menjadi 9 orang. yang awalnya berkemampuan rendah
Sedangkan 2 orang siswa yang awalnya tetap menempati posisi yang sama.
berkemampuan tinggi menurun menjadi a. Siswa Berkemampuan Tinggi
siswa yang berkemampuan sedang dan 3 Berdasarkan nilai Ujian Semester 2,
orang siswa menempati posisi yang sama. siswa yang berkemampuan tinggi
Selanjutnya, siswa yang berkemampuan berjumlah 5 orang. Setelah diberikan tes
akhir siswa yang tergolong berkemampuan
Tabel 4. tinggi menjadi 9 orang. Kemampuan
Jumlah Siswa Berdasarkan KAM sebelum dan
sesudah diberi Perlakuan Model Problem Based pemecahan masalah pada siswa yang
Learning berkemampuan tinggi dalam
Tingkat SEBELUM SESUDAH
menyelesaikan permasalahan tergolong
Kemampuan DIBERI DIBERI
Siswa PERLAKUAN PERLAKUAN baik. Hal ini ditunjukkan dari lembar
TINGGI 5 9 jawaban siswa berkemampuan tinggi,
SEDANG 23 15 mereka dapat menyelesaikan soal sesuai
RENDAH 4 6

124 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. e-ISSN: 2527-8827

dengan indikator kemampuan pemecahan dahulu. Siswa tersebut langsung saja


masalah. Tetapi, 2 diantara 5 orang yang mencari S6 atau jumlah 6 suku pertama,
tergolong berkemampuan tinggi menurun untuk menyelesaikan soal tersebut,
menjadi berkemampuan sedang. Salah seharusnya dicari dulu r atau rasionya, lalu
satunya siswa yang bernama MS, siswa setelah didapatkan rasionya, siswa harus
tersebut terkendala dibagian mencari U1 atau suku pertamanya terlebih
merencanakan masalah sehingga pada dahulu. Sehingga jawaban yang dibuat
tahap menyelesaikan masalah siswa oleh siswa tersebut mendapatkan hasil
tersebut mendapatkan hasil yang salah. yang salah. Lalu, ia menuliskan kesimpulan
Sebagaimana yang terlihat pada lembar dan melakukan pengecekan terhadap
jawaban siswa yang bernama MS. Lembar proses dengan kurang tepat. Hasil
jawaban siswa dapat dilihat pada wawancara dengan MS, ia mengatakan
Gambar 1. bahwa “saya kurang memahami soal yang
Berdasarkan Gambar 1 siswa tersebut diberikan, dan saya kira dengan
sudah mampu untuk mengindentifikasi memasukkan langsung ke dalam rumus
dan memahami soal secara menyeluruh akan mendapatkan hasil yang benar”. Jadi,
serta menemukan apa yang diketahui dan dapat disimpulkan bahwa siswa yang
ditanya seperti jumlah 2 suku pertama awalnya tergolong berkemampuan tinggi
adalalah 6, jumlah 4 suku pertama adalah menurun menjadi berkemampuan sedang
54. Selanjutnya siswa tersebut tidak dikarenakan siswa tersebut kurang
menyusun rencana penyelesaian. Dimana memahami apa yang dimaksudkan pada
ia langsung saja membuat penyelesaian soal, sehingga ia kesulitan ketika membuat
tanpa membuat perencanaan terlebih perencanaan masalah terlebih dahulu,
sehingga ketika ia membuat penyelesaian
hasil yang didapatkan salah.
b. Siswa Berkemampuan Sedang

Gambar 1. Lembar Jawaban Siswa


Berkemampuan Tinggi.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 125


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2019Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Berdasarkan nilai ujian semester 2, menuliskan variabel tertentu seperti U2 = 6


siswa yang tergolong berkemampuan dan U4 = 54. Selanjutnya siswa
sedang ada 23 orang. Setelah diberikan melanjutkan ke tahap menyusun rencana.
ujian tes akhir terdapat 17 orang siswa DS sudah mampu membuat rencana untuk
yang tergolong kedalam berkemampuan menyelesaikan suatu permasalahan
sedang, 12 diantaranya tetap menempati dengan benar. Seperti yang terlihat pada
posisi yang sama. Tetapi, 6 diantara 17 Gambar 24, awalnya ia mencari r terlebih
siswa yang tergolong berkemampuan dahulu dengan cara membagi U4 dan U2
sedang meningkat menjadi siswa lalu didapatkan r = 3. DS mampu
berkemampuan tinggi. Hasil ujian salah menyajikan langkah penyelesaian dengan
satu siswa yang berinisial DS dapat dilihat benar. DS mampu menyelesaikan soal
pada Gambar 2. menggunakan prosedur dengan benar
Berdasarkan Gambar 2, DS mampu seperti mencari U1 terlebih dahulu barulah
menyelesaikan soal sesuai dengan ia mencari S6. Sehingga DS mendapatkan
indikator kemampuan pemecahan hasil sesuai dengan perhitungan yaitu 728.
masalah. Kemampuan pemecahan Pada langkah berikutnya, DS
masalah siswa tersebut tergolong cukup melanjutkan ke memeriksa kembali
baik. Siswa mampu memahami soal dan jawaban. Berdasarkan Gambar 2 siswa
membuat apa yang diketahui dan ditanya. tersebut telah membuat kesimpulan
DS telah berhasil memahami masalah ataupun memeriksa kembali penyelesaian
secara menyeluruh. DS langsung tersebut. Artinya, terjadi peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa
yang disebabkan karena model Problem
Based Learning memungkinkan siswa
dapat meningkatkan kemandirian dalam
berpikir menganalisa permasalahan.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Gagne (dalam Amir, 2009:45) menyatakan
“kemampuan pemecahan masalah
merupakan seperangkat prosedur atau
strategi yang memugkinkan seseorang
dapat meningkatkan kemandirian dalam
berpikir”.
Terdapat 23 orang siswa yang tergolong
berkemampuan sedang setelah diberi
ujian tes akhir, 5 orang diantaranya
Gambar 2. Lembar Jawaban Siswa menurun menjadi siswa berkemampuan
Berkemampuan Sedang.

126 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. e-ISSN: 2527-8827

rendah. Lembar jawaban salah satu siswa soal nomor 4 ini buk, soalnya terlalu susah.
yang berinisial MR dapat dilihat pada Saya hanya menyalin punya teman buk”.
Gambar 3. Hasil jawaban MR tidak jauh berbeda
Berdasarkan hasil ujian tes akhir salah dengan MS. Jadi dapat disimpulkan bahwa
satu siswa yang berinisial yang awalnya siswa yang awalnya tergolong
tergolong berkemampuan sedang berkemampuan sedang menurun menjadi
menurun menjadi siswa berkemampuan siswa berkemampuan rendah dikarenakan
rendah. Hal ini disebabkan oleh MR tidak siswa tersebut kurang memahami apa
memahami apa permasalahan pada soal. yang dimaksud pada soal, sehingga ia
MR membuat apa yang diketahui dan kesulitan ketika membuat perencanaan
ditanya tetapi tidak tepat. Sehingga ia masalah terlebih dahulu, sehingga ketika ia
tidak dapat menuliskan rencana membuat penyelesaian hasil yang
penyelesaian. Pada langkah penyelesaian, didapatkan salah.
MR langsung saja menuliskan jawaban c. Siswa Berkemampuan Rendah
tanpa menuliskan rumus terlebih dahulu, Berdasarkan nilai ujian semester 2,
sehingga hasil yang didapatkan salah. Pada siswa yang tergolong ke dalam
tahap memeriksa kembali jawaban, ia berkemampuan Rendah ada 4 orang.
tidak menuliskan kesimpulan ataupun Setelah diberikan ujian tes akhir siswa
melakukan pengecekan kembali hasil yang tergolong pada berkemampuan
jawaban. rendah ada 6 orang. Tetapi, 3 diantara 4
Hasil wawancara dengan MR, ia siswa yang awalnya tergolong
mengatakan bahwa “saya tidak mengerti berkemampuan rendah meningkat

Gambar 3. Lembar Jawaban Siswa Gambar 4. Lembar Jawaban Siswa


Berkemampuan Sedang. Berkemampuan Rendah.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 127


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2019Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

menjadi berkemampuan rendah KAM tinggi, KAM sedang dan KAM rendah.
meningkat menjadi siswa berkemampuan Siswa yang awalnya tergolong KAM
sedang. Sebagaimana dapat dilihat dari rendah, 75% meningkat menjadi KAM
jawaban salah satu siswa yang berinisial sedang, 25% tetap menempati posisi yang
DM pada Gambar 4. sama. Siswa yang awalnya tergolong KAM
Berdasarkan Gambar 4 siswa tersebut sedang, 26% diantaranya meningkat
sudah dapat memahami masalah. DM menjadi KAM tinggi. Tetapi, 21% siswa
sudah dapat memahami permasalahan menurun menjadi KAM rendah dan 52%
secara menyeluruh dengan menuliskan tetap menempati posisi yang sama. Lalu,
apa yang diketahui dan apa yang ditanya. siswa yang awalnya tergolong KAM tinggi,
Selanjutnya, DM sudah dapat menyusun 40% menurun menjadi KAM sedang dan
rencana penyelesaian, ia sudah dapat 60% diantaranya menempati posisi yang
menyajikan langkah penyelesaian yang sama. Mereka sudah mampu 1)
benar dengan menuliskan rumus terlebih memahami masalah, 2) menyusun
dahulu. Lalu, pada langkah menyelesaikan rencana penyelesaian, 3) melaksanakan
rencana penyelesaian, DM sudah mampu penyelesaian, dan 4) mengecek kembali
menyelesaikan permasalahan dengan jawaban.
benar. Sehingga, DM dapat menemukan
hasil jawaban yang benar yaitu 690 kursi. DAFTAR PUSTAKA
Lalu, ia menulis kesimpulan dan Afriansyah, E. A. (2014). What Students’
melakukan pengecekan terhadap proses Thinking about Contextual Problems
dengan tepat. Sejalan dengan (Warsono, is. International Seminar on
2013; Rinaldi & Afriansyah, 2019) bahwa Innovation in Mathematics and
problem based learning dapat Mathematics Education. Innovation
meningkatkan kemampuan pemecahan and Technology for Mathematic, 279-
masalah matematis siswa dan juga dapat 288. Department of Mathematics
membuat siswa menjadi lebih aktif. Education Faculty of Mathematics and
Natural Science Yogyakarta State
IV. PENUTUP University.
Berdasarkan dari hasil analisis dan Afriansyah, E. A. (2016). The Use of
pembahasan maka dapat disimpulkan Realistic Approach to Enhance
bahwa kemampuan pemecahan masalah Students' Mathematical Problem
dengan Problem Based Learning menjadi Solving Skills. International Conference
lebih baik. Dalam penelitian ini siswa on Elementary and Teacher Education
dikelompok berdasarkan KAM. KAM ICETE.
merupakan kemampuan awal matematis Afriansyah, E. A., Puspitasari, N.,
siswa yang terbagi dari 3 kategori yaitu Luritawaty, I. P., Mardiani, D.,

128 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. e-ISSN: 2527-8827

Sundayana, R. (2019). The analysis of Kemampuan Pemecahan Masalah


mathematics with ATLAS.ti. Journal of Matematis. Mosharafa: Jurnal
Physics: Conference Series, 1402(7), Pendidikan Matematika, 8(3), 447-
077097. 458.
Ariani, S., Hartono, Y., & Hiltrimartin, C. DOI: https://doi.org/10.31980/moshar
(2017). Kemampuan Pemecahan afa.v8i3.517
Masalah Matematika Siswa Pada Gais, Z., & Afriansyah, E. A. (2017). Analisis
Pembelajaran Matematika Kemampuan Siswa dalam
Menggunakan Strategi Abduktif- Menyelesaikan Soal High Order
Deduktif Di Sma Negeri 1 Indralaya Thinking Ditinjau dari Kemampuan
Utara. 3(1), 25–34. Awal Matematis Siswa. Mosharafa:
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2),
Jakarta: Rineka Cipta. 255-266.
Asih, N., & Ramdhani, S. (2019). Gunantara, G., Suarjana, M., & Riastini, P.
Peningkatan Kemampuan Pemecahan N. (2014). Penerapan Model
Masalah Matematis dan Kemandirian Pembelajaran Problem Based Learning
Belajar Siswa Menggunakan Model untuk Meningkatkan Kemampuan
Pembelajaran Means End Analysis. Pemecahan Masalah Matematika
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD
Matematika, 8(3), 435-446. Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1),
DOI: https://doi.org/10.31980/moshar 1–10.
afa.v8i3.534 https://doi.org/10.1073/pnas.070399
Burton, L. (1980). The teaching of 3104
mathematics to young children using Hidayatullah, A. (2012). Pengaruh
a problem solving approach. Pembelajaran Matematika Dengan
Educational Studies in Mathematics, Promlem Based Learning (PBL)
11(1), 43–58. Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
https://doi.org/10.1007/BF00369159. Siswa. Jakarta.
Depdiknas. (2001). Penyusunan Butir Soal Johar, R. (2011). Domain Soal PISA untuk
dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Literasi Matematika. 1(1), 30–41.
Depdiknas. Lie, A. (2002). Cooperative Learning
Elita, G., Habibi, M., Putra, A., & Ulandari, Mempraktikan Cooperative Learning
N. (2019). Pengaruh Pembelajaran di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT
Problem Based Learning dengan Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pendekatan Metakognisi terhadap

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 129


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2019Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Muliyardi. 2002. Strategi Pembelajaran masalah matematika dan self-efficacy


Matematika. Padang: Universitas siswa SMP negeri di Kabupaten
Negeri Padang Ciamis. Jurnal Riset Pendidikan
Moleong, L . (2010). Metodologi Penlitan Matematika, 4(2), 166.
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda https://doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.14
Karya. 897
Rinaldi, E., & Afriansyah, E. A. (2019). Upu, H. (2003). Problem Posing dan
Perbandingan Kemampuan Problem Solving. Bandung: Pustaka
Pemecahan Masalah Matematis Siswa Ramadhan.
antara Problem Centered Learning
dan Problem Based Learning. RIWAYAT HIDUP PENULIS
NUMERICAL: Jurnal Matematika dan Mulia Suryani, M.Pd.
Pendidikan Matematika, 9-18. Lahir di Padang, 12 November
1987. Dosen tetap yayasan
Sopian, Y., & Afriansyah, E. A. (2017). STKIP PGRI Sumatera Barat.
Kemampuan Proses Pemecahan Menjabat sebagai
Masalah Matematis Siswa Melalui Lektor/Penata di Program Studi
Pendidikan Matematika. Studi S1
Model Pembelajaran Creative Pendidikan Matematika STKIP
Problem Solving Dan Resource Based PGRI Sumatera Barat, lulus
tahun 2009. Studi S2 Konsentrasi Program Studi
Learning. Jurnal Elemen, 3(1), 97-107.
Pendidikan Matematika Pasca Sarjana UNP, lulus
Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif tahun 2012.
untuk Meningkatkan Kemampuan
Lucky Heriyanti Jufri, S.Si., M.Pd.
Pemecahan Masalah Matematika Lahir di Padang, 12 Agustus
pada Guru dan Siswa SMP. Bandung 1987. Dosen tetap yayasan
STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sumartini, T. S. (1981). Peningkatan Studi S1 Matematika di
Kemampuan Penalaran Matematis Universitas Pendidikan
Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Indonesia, Studi S2 Pendidikan
Matematika di Universitas
Masalah. Folia Morphologica, 29(4), Pendidikan Indonesia.
336–338.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.3 Tika Artia Putri
Lahir di Padang, 12 Mei 1997.
1980/mosharafa.v4i1.239.g244
Studi S1 Pendidikan Matematika
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi STKIP PGRI Sumatera Barat,
Pembelajaran (1st ed.; Rose lulus tahun 2019.
Kusumaning Ratri, ed.). Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Utami, R. W., & Wutsqa, D. U. (2017).
Analisis kemampuan pemecahan

130 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Anda mungkin juga menyukai