Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN II

“MERANCANG PRODUK JASA”

OLEH

KELOMPOK

7:

NAMA NIM DOSEN PA


Virna Indriani Kitu Mira 2103020219 Emilia Gie,S.E.,M.A
Welmince P. F. Kore 2103020220 Emilia Gie,S.E.,M.A
Yosualdus L. Gandu 2103020158 Struce Adriayani,s.sos,MM
Elsa Forry M. Taimenas 2103020180 Struce Adriayani,s.sos,MM

PRODI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas RahmatNya Kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘MARANCANG PRODUK JASA’ yang
bertujuan untuk memenuhi Tugas kelompok Mata kuliah Manajemen Pemasaran II. Dalam
pembuatan makalah kami menyadari adanya kekurangan dalam penulisan makalah, untuk itu
kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca, dan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan..........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Penawaran Jasa...........................................................................................................

2.2 Presepsi Konsumen Terhadap Atribut Jasa ............................................................

2.3 Service Branding.........................................................................................................

2.4 Strategi Produk Jasa...................................................................................................

2.5 Pengembangan Jasa baru ..........................................................................................

2.6 Service Deletion ...........................................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap organisasi (baik profit maupun non-profit) didirikan dengan tujuan-tujuan tertentu, di
antaranya meraih laba, mendapatkan pangsa pasar spesifik, mempertahankan eksistensi,
meraih tingkat penjualan deya tentu, mencapai tingkat pertumbuhan tertentu, memberikan
pelayanan sosial, dan sebagainya. Dalam rangka merealisasikan tujuan tersebut, organisasi
atau produsen berupaya menghasilkan suatu produk (baik yang bersifat konkrit maupun
abstrak) yang kemudian ditawarkan kepada pasar individual maupun organisasional. Jenis,
kuantitas, maupun kualitas produk tersebut sangat tergantung pada kompetensi inti,
ketersediaan sum ber daya, dan kapasitas produktif organisasi.

Di lain pihak, konsumen memiliki beraneka ragam kebutuhan dan keinginan yang dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi produk tertentu. Hanya saja keterbatasan daya beli, akses,
dan kesediaan untuk membeli membuat tidak semua kebutuhan dan keinginan bisa
direalisasikan. Oleh sebab itu, konsumen biasanya mem- buat skala prioritas dan berusaha
mencari dan membeli produk yang dinilai paling sesuai dan memuaskan.

Transaksi akan terjadi apabila kedua belah pihak (produsen dan konsumen) terlibat dalam
kegiatan per- tukaran nilai, di mana masing-masing pihak memberikan sesuatu yang bernilai
(seperti, barang, jasa, uang, dan seterusnya) Kunci keberhasilan terjadinya transaksi ini (dan
juga transaksi ulang) terletak pada keselarasan antara kepentingan, tujuan, dan prioritas
kedua belah pihak. Gambar 4.1 menunjukkan skema lingkup definisi produk dalam konteks
relasi antara produsen dan konsumen.
Pencapaian Tujuan Pemenuhan Kebutuhan
Penciptaan Kepuasan Pelanggan
Organisasi dan Keinginan

PRODUSEN KONSUMEN
Penawaran PRODUK Permintaan

Kompetensi,Sumber Daya Beli, Akses, dan


Daya, dan Kapasitas Proses Pertukaran Kesediaan untuk Membeli
Produktif

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penawaran jasa?
2. Bagaimana presepsi konsumen terhadap atribut jasa?
3. Apakah service brandingsangat penting dalam merancang produk jasa?
4. Bagaiamana strategi yang dilakukan produk jasa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penawaran jasa.
2. Untuk mengetahui bagaimana presepsi konsumen terhadap atribut jasa.
3. Untuk mengetahui apakah service brandingsangat penting dalam merancang produk jasa.
4. Untuk mengetahui bagaiamana strategi yang dilakukan produk jasa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penawaran Jasa

Istilah produk dapat didefinisikan sebagai "serangkaian atribut tangible dan intangible,
termasuk manfa akou outras fungsional sosialisasikan sebagai serangkaian atribute & Gilmore
(1998) membedakan lima macamn bentuk produk : komoditas,barang,jasa,pengalaman,dan
transformasi. (lihat tabel 4.1)

Kotler & Keller (2012) mendefinisikan produk sebagai "segala sesuatu yang bisa ditawarkant
Jabel memenuhi kebutuhan dan keingir in". Dengan demikian, cakupan produk relatif luas,
karena bisa berupa barang, jasa, gagasan, tempat, orang/pribadi, organisasi, maupun
kombinasinya. Meskipun definisi di atas bersifat universal dan luas cakupannya. Kotler (2000)
mengidentifikası adanya keragaman dalam penawaran produk Menurutnya, ada lima macam
kategori penawaran produk :

1. Produk fisik murni. Penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk fisik, misalnya
pasta gigi, sabun mandi, bumbu masak, dan sabun cuci, tanpa ada jasa atau pelayanan
yang melengkapinya.
2. Produk fisik dengan jasa pendukung. Kategori ini berupa produk fisik yang disertai
dengan satu atau beberapa jasa pelengkap untuk meningkatkan daya tarik produk bagi
para konsumen. Contohnya, produ sen mobil melengkapi produknya dengan berbagai
jasa pendukung, seperti jasa pemeliharaan dan reparasi, penggantian dan pemasangan
suku cadang, dan lain-lain.
3. Hybrid. Dalam kategori ini, komponen jasa dan barang sama besar porsinya. Jasa utama
yang dilengkapi dengan barang dan jasa minor. Penawaran terdiri atas suatu jasa pokok
bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap) dan/atau barang-barang pendukung
Sebagai contoh sekalipun penawaran utama perusahaan penerbangan adalah jasa
transportasi, produk fisik tetap dibutuhkan (misalnya pesawat, makanan dan minuman,
serta bahan bacaan selama penerbangan).
4. Jasa utama yang dilengkapi dengan barang dan jasa minor. Penawaran terdiri atas suatu
jasa pokok bersama – sama dengan jasa tambahan (pelengkap) dan atau barang – barang
pendukung.
5. Jasa murni. Penawaran hampir seluruhnya berupa jasa. Misalnya fisioterapi, konsultası
psikolog, Jasa tukang pijat, dan lain-lain
Tabel 4.1 Perbedaan Ekonomik Antara Komoditas, Barang, Jasa, Pengalaman dan Transformasi

Gambar 4.2 menunjukkan skala kontinum antara barang murni dan jasa murma berdasarkan
sejumlah kn tena, seperti tangibilitas, heterogenitas, inseparabilitas, dan perishability Sementara
itu. Bebko (2000) menyusun kategorisasi produk jasa berdasarkan karakteristik intangibilicas
proses dan hasil (outcomes) jasa lihat Tabel 4.2. Berdasarkan tipologi tersebut sebuah proses
disebut intangible apabila tidak ada bukti fisik.
Sesungguhnya, yang dibeli konsumen bukanlah produk semata-mata dalam wujud fisiknya,
melaikan manfaat pemenuhan kebutuhan dan keinginan komumen yang ditawarkan produk
tersebut. Dalam praktik sebagian besar produk berupa kombinasi antara barang dan jasa. Di
dalam penawaran jasa terdapat dua macam tipe barang, yakni support goods dan fooliting goods.

Tipe support goods merupakan aspek tangibile dalam suatu jasa yang membantu, penyediaan
jasa (misalnya buku teks dalam jasa pendidikan), sedangkan foolitting good merupakan barang
yang harus tersedia sebagai syarat penyediaan suatu jasa contohnya. ada dalam rangka
penyediaan jasa penyewaan mobil). Sebaliknya, di dalam penawaran produk fisik kerapkali juga
tidak bisa terlepas dari unsur layanan pelengkap (supplementary senices) yang bisa
diklasifikasikan kedalam delapan kelompok yang deebot "The Flower of Services" (Lovelock,
1994, lihat Gambar 4.3):

1. Informasi, misalnya jalan raya menuju tempat produsen, jadwal atau skedul
penyampaian produk, harga, instruksi mengenai cara menggunakan produk inti atau
layanan pelengkap, peringatan (warming), persyaratan penjualan layanan, pemberitahuan
tentang adanya perubahan, dokumentasi, konfirmasi reservasi,rekapitulasi rekening,
tanda terima, dan tiket.
2. Konsultasi, seperti pemberian saran, auditing, konseling pribadi, dan konsultasi
manajermen teknis.
3. Order zaking, meliputi aplikasi (keanggotaan di klub atau program tertentu), jasa
langganan jasa berbasis kualifikası (misalnya perguruan tinggi), ander entry, dan
reservasi (tempat duduk, meja, ruang, profefional,appointments,dan admisi untuk fasilitas
yang terbatas seperti pameran).
4. Hospitality, di antaranya sambutan: food and beverages, toilet dan kamar kecil,
perlengkapan kamar mandi fasilitas menunggu (majalah, hiburan, koran, ruang tunggu),
transportasi, dan jasa keamanan.
5. oretaking, terdiri dari perhatian dan perlindungan atas barang milik pelangan yang
mereka hawa (parkir kendaraan roda dua dan roda empat penanganan bagasi: titipan tas,
dan lain-lan), serta perhatian dan nperlindungan atas barang yang dibeli pelanggan
(pengemasan, transportasi, pengantaran, instalas, pembersihan, inspeksi dan diagnosis,
pemeliharaan preventil, reparasi dan inovasi, dan upgrades)
6. Exceptions, meliputi permintaan khusus sebelum penyampaian produk, menangani
komplain/puas/saran penyelesaian masalah (jaminan dan garansi atas kegagalan
pemakaian produk, kesulitan yang muncul da lam pemakaian produk, kesulitan yang
disebabkan kegagalan produk, termasuk masalah dengan suf atau pelanggan lainnya, dan
restitusi (pengembalian uang, kompensasi atau ganti rugi, dan sebagainya).
7. Billing, meliputi laporan rekening periodik, faktur untuk transaksi indindual, laporan
verbal mengenai jumlah rekening, mesin yang memperlihatkan jumlah rekening, dan self-
billing.
8. Pembayaran, dalam bentuk pembayaran swalayan oleh pelanggan, pelanggan berinteraksi
dengan personill perusahaan yang memerima pembayaran, pengurangan otomatis atas
rekening pelanggan, serta kontrol dan verifikasi.
Penawan jasa bisa dibekan dari barang barang atas jasa karakterisrik inseparability jasa.
Fakta bahwa suatu jawa biasanya tidak terpisah dari orang menyediakannya atau tempat
penyediannya, menyebabkan jasa dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan saat
produksinya.

Lebih lanjut, unsur-unsur penawaran jasa dapat diuraikan lebih rinci menjadi unsur
fundamental dan unsur diferensiasi. Berdasarkan pendekatan multi-level yang dikembangkan
Kotler & Andreasen (1991 Conech aplikasinya dalam penawaran mobil dapat dilihat pada
Gambar 4.4A dan aplikasi & perusahaan penerbangan Qantas ditampilkan pada Gambar
4.4B), terdapat tiga level produk individual;

 Core product level, berupa kebutuhan dasar yang dipuaskan oleh suatu produk.
 Tangbleie product level. Produk inti (care product) direalisasikan dan ditawarkan
kepada konsumen dalam berbagai bentuk fisik, yang tercermin dalam karakteristik,
model, kemasan, narna merek, dan tingkat kualitas produk.
 Augmented product level, yaitu produk fisik, jasa dan manfaat tambahan yang
disertakan pada penawaran produk untuk memuaskan kebutuhan tambahan dan/atau
untuk mendiferensiasikan produk dari produk.
1. Level Jasa Inti
Level jasa inti atau dikenal pula dengan istilah substantive service atau service concept,
merupakan fungsi esensial dari suatu jasa. Fungsi tersebut bisa umum (contohnya, solusi
atas masalah transportasi pada perusahaan penyewaan mobil), bisa pula spesifik
(misalnya, restoran yang menyajikan masakan Thailand)
Pada prinsipnya tidak banyak perbedaan antara jasa dan barang fisik dalam hal level inti
penawaran perusahaan ini. Kebutuhan dan keinginan pelanggan bersifat intangible (tidak
dapat dilihat atau disentuh) Penawaran harus dikembangkan, diproduksi, dan dikelola
atas dasar manfaat bagi pelanggan, sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
mereka. Penawaran tersebut bisa berupa barang, jasa, maupun kombinasi keduanya.
2. Level Jasa Sekunder
Sebagaimana telah dikemukakan, level jasa sekunder mencerminkan tangible dan
augmented product level Meskipun tidak ada tangible pproduk level pada jasa seperti
halnya dalam konteks produk fisik, tidaklah lantas berarti bahwa tidak mungkin servis
level ditentukan. Pada ougmented service level,penyedia jasa menawarkan manfaat
tambahan untuk memenuhi keinginan tambahan direnakan bahan dan/atau untuk
mendiferensiasikan produk dari produk pesaing. Manfaat ini tercermin pada aspek-aspek
yang berkaitan dengan cara mendistribusikan atau menyampaikan produk,misalnya
instalasi,pengiriman,penyediaan kredit,dan layanan purna jual.

Karakteristik intongibity pada jasa berimplikasi bahwa sebuah jasa baru dapat di
alami(didengar, dilihat, atau dirasakan) setelah jasa jasa yang bersangkutan dibeli. Akan
tetapi, ini tidak berarti bahwa semua jasa 100% tidak berwujud.
Meskipun demikian, pads prinsipnya level jass sekunder dapat dianalisa berdasarkan
sejumlah elemen se perti features, styling, pengemasan, mirek, buks fisik, penyampaian
jasa (server delivery), proses, sumber daya manusia, dan kualitas. Gambar 4.5 merupakan
gambar aplikasi level sekuder jasa asuransi.

1. Fitur (Features) Dalam produk fisik, fitur merupakan komponen-komponen spesifik


produk yang dapat ditambahkan atau dikurangi tanpa mengubah karakteristik esensial
produk bersangkutan. Fitur ditambah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga
perusahaan bisa menghasilkan serangkaian produk yang berdaya tarik berbeda.
2. Styling. Styling berarti memberikan penampilan unik pada produk. Styling pada jasa
tidak hanya mencakup unsur- untur berwujud, tapi termasuk pula unsur tak berwujud.
Dalam kaitan dengan karakteristik inseparability, relasi dan interaksi antara pelangan
dan penyedia jasa sengat penting dalam menentukan kesuksesan pemasaran jasa.
3. Kemasan. Unsur tak terwujud dalam jasa tidak bisa dikemas seperti halnya produk
fisik yang menggunakan pembungkus fisik untuk melindungi produk dan sekaligus
menciptakan identitas unik.
4. Kemasan. Pada prinsipnya tujuan penggunaan merek adalah untuk mengidentifikasi
produk sebagai hak milik atau kepunyaan organisasi tertentun dan untuk
memfasilitasi diferensiasi suatu produk dari produk-produk pesaingnya.
5. Bukti fisik(tangibles). Bila para produsen barang cenderung memasukkan
jasa/layanan tambahan dalam augmented product mereka,maka sebaliknya tidak
sedikit pemasar jasa yang justru mendiferensiasi jasanya dari para pesaingdengan
jalan menambahkan karakteristik fisik,seperti desain brosur,seragam karyawan,dan
gerai jasa yang eksklusif dan unik.
6. Penyampaian Jasa. Seperti halnya pada pemasaran barang,faktor pengiriman atau
penyampaian produk juga merupakan diferensiator penting dalam jasa.
7. Proses. Selain hasil akhir,proses produksi atau operasi juga merupakan faktor kritis
dalam sebagian besar jasa. Terlebih lagi bila konsumenn berperan sebagai co-
producers dalm proses proksi jasa bersangkutan.

8. Sumber daya manusia. Sumber daya manusia menjadi unsur penting dalam
penawaran jasa. Konsekuensinya,pihak manajemen harus menetapkan secara jelas
ekspetasi terhadap peranan setiap karyawan dan mendukungnya dengan pelatihan
bilamana diperlukan.
9. Kualitas. Tingkat kualitas jasa merupakan asppek krusial dalam penawaran jasa total.
Kualitas merupakan salah satu faktor penting yang digunakan pelanggan untuk
mengevaluasi jasa suatu organisasi dibandingkan penawaran dari organisasi lainnya.
2.2 Presepsi Konsumen Terhadap Atribut Jasa

Ketidakberwujudan dan kompleksitas jasa berpengaruh terhadap cara konsumen


mengevaluasi jasa yang mereka beli dan memberikan wawasan (insights) mengenai cara
memasarkan berbagai tipe penawaran jasa, lihat Gambar 46), Kualitas jasa yang sangat bersifat
tangible umumnya lebih mudah dievaluasi ketimbang kualitas jasa yang sangat intangible.
Atribut yang digunakan konsumen untuk mengevaluasi barang fisik sehugun besar adalah search
qualites, yaitu atribut atau karakteristik yang bisa dievaluasi pelanggan sebelum pembelian
dilakukan contohnya harga Jasa yang lebih bersifat intangible memiliki lebih banyak komponen
nperence qualities, yaitu karakteristik atau atribut yang hanya bisa dievaluasi setelah pembelian
atau konsumsi (seperti ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapian hasil). Hal is
mempengaruhi risiko pembeli dan akibatnya, pemasar hurus memberikan berbagai macam
jaminan. Dalam kasus tertentu, ada atribut-atribut yang mungkin tetap tidak bisa dievaluasi
pembeli sekalipun setelah pembelian.
2.3 Service Branding

American Marketing Association mendefinisikan merek (brand) sebagai tanda simbol atas
desain, atau kombinasi antaranya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari
satu penjual atau sekelompok penjual dari barang dan jasa pasar pesaingnya. Akan tetapi merek
tidak hanya berperan sebagai sumber identitat atau diferensiasi Chernatony mengidentifikasi
setidaknya 14 interpretasi terhadap merek, yaitu merek sebagai instrumen hukum, perusahaan,
shorthand, riks reducer, positioning, kepribadian, sekelompok nilai,visi,penambah
nilai,identitas,citra, relasi dan evlolving entity. Berdasarkan wawancaranya dengan 20 Konsultan
merek terkemuka Chernitory al Riley (1998) mendrfinisikan merek sebagai "mata rantai" antara
aktivitas para perusahaan dan persepsi konsumen terhadap unsur-unsur fungsional dan emosional
dalam pengalaman mereka dengan suatu produk dan cara produk tersebut dipresentasikan kepada
mereka Sebuah merek lebih dari sekedar produk. Produk adalah sesuatu yang diproduksi alah
sesuatu yang dibeli konsumen). Konsumen biasanya tidak meruin dengan barang atau jasa
tertentu, namun sebaliknys membina hubungan yang kuat dengan merek spesi Secara ringkas,
merek merupakan salah satu aser terpenting perusahaan (Aaker 1991, Davis, 2002 Shraman, et
al, 2001), bahkan Wiurwell, et al. (2003) menegaskan bahwa merek adalah intongible asset
organisasi yang paling penting.

Secara garis besar, terdapat tiga tipe utama merek, di mana masing-masing memiliki citra
merek yang Berbedi Kenga tipe tersebut meliputi: attribute brands, aspirational brands, dan
experience brands (Whitwell,et al 2003)

1. Aarbute Brand, yakini merek-merek yang memiliki citra yang mampu


mengkomunikasikan keyakinan kepercayaan terhadap atribut fungsional produk.
Kerapkali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara obyektil
atas begitu banyak tipe produk, sehingga mereka cenderung memilih merekmerek yang
kelihatannya sesuai dengan kualitasnya. Contohnya, proposisi merek Holden adalah
mobil Australia yang diproduksi sesuai dengan standar kualitas tinggi:merek MCkinsey
menjanjikan konsultasi staretegi berkualitas tinggi dan seterusnya.
2. Asperational brands, yaitu merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang
yang membeli merek bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak menyangkut produknya,
tetapi justru lebih banyak berkaitan citra dengan gaya hidup yang didambakan.
Keyakinan yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki merek semacam ini
akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirati tertentu
(manfaatnya, golongan kaya,prestisius dan terkenal).
3. Experience brands, mencerminkan merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan
emosi bersama (shared asocistors and emotorn). Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar
aspirasi dan lebih berkenaan dengan kesamaan filosofi antara merek, dan konsumen
individual. Experience brands yang sukses mengekspresikan individualitas dan
pertumbuhan personal. Contoh-contohnya meliputi: Nike dengan "Just Do It" attrade
yang dikomunikasikan secara konsisten, Quntas dengan slogan "The Spint of Australa",
dan Marlboro mencerminkan pengalaman nilai-nilai maskulinnya. Ketiga contoh merek
ini tidak membuat klaim tentang superioricas atau fitur khusus dalam produknya, namun
lebih mengkomunikasikan pengala man dan asosiasi bersama yang ingin diwujudkan.

2.4 Strategi Produk Jasa

Jarang ada organisasi jasa yang bisa bertahan lama dengan hanya menawarkan satu jasa
terspesialisasi. Biasanya, bauran produk ditawarkan dalam rangka memuaskan berbagai
macam kebutuhan dan keinginan pelanggan. Rentang jasa (service range) yang ditawarkan
sebuah organisasi jasa tendiri dari beberapa komponen. Unit output yang paing dasar (biasa
disebut item produk) merupakan versi spesifik dari suatu produk semacam itu biasanya
merupakan bagian dari lini produk (product line), yang merupakan kelompok atau
sekumpulan item produk yang saling terkait. Sedangkan bauran produk (product mix)
merupakan kombinas berbagai produk yang ditawarkan organisati jasa kepada para
pelanggan. Bauran produk bervariasi dalam hal kedalaman (depth) dan keluasannya (width).
Product depth mengacu pada jumlah variasil jenis produk yang ada pada sebuah lini produk
Sdangkan produk widht berkaitan dengan jumlah lini produk yg ditawarkan organisasi jasa
tertentu.

Sebagai contoh, deposito 1 bulan bisa dianggap sebagai item jasa individual yang ditawarkan
sebuah bank dalam sebuah lini jasa tabungan, di mana kedalaman lini jasa ini tergantung
pada banyaknya jenis tabungan (seperti giro, deposito, tabungan) yang ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan akan kemudahan akses, bunga simpanan tingge,
fleksibilitas, dan seterusnya. Selanjutnya, lini jasa tabungan ini mencerminkan salah satu dan
sejumlah lini jasa yang ditawarkan oleh bank bank. Lin-lini lannya bisa termasok kredit,
kartu kredit, mortgage, dan sebagainya.
Masing-masing strategi di atas memiliki tingkat resiko yang berbeda. Biasanya Tingkat resiko
paling rendah dijumpai pada strategi penetrasi pasar,karna perushaan jasa menangani jasa dan
pelanggan yang sudah dipahaminya dengan baik.

2.5 Pengembangan Jasa Baru

Salah satu kemungkinan hasil analisis dan evaluasi terhadap bauran produk yang sudah ada
adalah kebutuhan untuk memperluas rentang jasa guna merespon dinamika lingkungan bisnis
organisasi jasa. Perluasan tentang jasa ini dilakukan dengan mengembangkan jasa baru. Situasi-
situasi yang menuntut dikembangkannyaj asa baru meliputi;

 Bila jasa utama telah mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya dan
kemungkinan besar bakal masuk tahap penurunan, sehingga jasa baru dibutuhkan untuk
mempertahankan tingkat penjualan.
 Jasa baru dikembangkan sebagai wahana untuk memanfaatkan kapasitas menganggur.
Sebagai contoh, ma najemen hotel bisa saja merancang jasa baru (seperti tempat retret
dan konferensi/seminar/rapat/loka- karya) untuk mengisi kamar hotel yang kosong
selama periode sepi.
 Jasa baru bisa berguna untuk menyeimbangkan portofolio penjualan organisasi saat ini
dan pada gilirannya menekan risiko ketergantungan pada hanya sedikit jasa yang
ditawarkan dalam rentang jasa.
 Dalam rangka menjalin dan mempertahankan relasi dengan para pelanggan, organisasi
jasa harus melun- curkan jasa-jasa baru agar dapat menyediakan portofolio jasa yang
komprehensif.
 Ada peluang bagi organisasi untuk memuaskan kebutuhan yang belum terpenuhi melalui
suatu jasa baru Peluang ini bisa muncul sebagai akibat pesaing meninggalkan pasar
tersebut atau karena adanya perminta an laten tertentu yang berpotensi besar untuk
direalisasikan.

2.6 Service Deletion

Manajemen produk jasa membutuhkan informasi pemasaran yang akurat, relevan, dan tepat
waktu me gerberhuslankegagalan setup jasa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
Selain mempertahankan jasa yang sukses dan berinvestasi pada jasa baru, organisasi jasa juga
harus memilai keberanan angelinasi jasa-jasa yang sudah tidak lagi memberikan kontribusi
sebagaimana yang diharapkan. Hal ini menunjukan kebutuhan akan lima keputusan penting
Pertama, penetapan sasaran bagi setiap jasa. Kedua penilaian periodik terhadap kinerja setiap
jasa. Ketiga, moddikasi jasa yang sudah ada bilamana diperlukan Kompat, mengeleriinasi jata-
jasa tertentu, bilamana perlu Dan kelima, pengembangan jasa baru. Dalam praktik, portofolio
produk/jasa organisasi terbentuk sebagai hasil dari (1) respon khusus terhadap tantangan
persaingan (2) sejarah dan budaya organisasi , (3) permintaan dari pelanggan: (4) respon
terhadap peluang teknologi baru dan (5) merger dan akusisi. Pada umunya,ada kecendurungan
bahwa organisasi- organisasi jasa lebih suka’menambah’ ‘ketimbang’ mengurangi’ bauran
jasanya.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Merancang produk jasa adalah proses yang kompleks dan menantang. Diperlukan
pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan keinginan konsumen, serta strategi
yang tepat untuk mendefinisikan, merancang, dan memasarkan produk jasa yang sukses.

Anda mungkin juga menyukai