Anda di halaman 1dari 3

Nama : Claudia Anelsya Widyasari

NIM : 13010123120005

Kelas :A

Mata Kuliah : Pengkajian Kesenian Tradisional

Esai

Tari Warak Ngendog sebagai Trilogi Budaya dan Seni dalam Tradisi
Dugderan Menjelang Hari Lebaran

Lebaran memiliki makna tersendiri bagi setiap orang. Ada sekelompok


orang yang memaknai lebaran sebagai waktunya berkumpul dengan keluarga dan
ada juga yang memaknai bahwa lebaran sebagai momen bermaaf-maafan dengan
sanak saudara dan kerabat. Dengan perayaan hari raya Idul Fitri ini, Umat Islam
akan merayakan kemenangan karena telah berpuasa selama satu bulan.

Dalam suasana lebaran, banyak sekali tradisi di Indonesia yang mengiringi


semarak Ramadhan. Salah satu tradisi yang ada di Kota Semarang adalah tradisi
dugderan. Tradisi Dugderan berasal dari suara ’dug’ dari bedug dan suara ’der’ dari
kembang api yang menandakan awal puasa telah tiba. Tradisi ini sudah
dilaksanakan sejak tahun 1881 M dan diadakan oleh Kanjeng Bupati Raden Mas
Tumenggung Aryo Purboningrat. Dalam Tradisi Dugderan, terdapat maskot yang
khas yaitu Warak Ngendog. Warak Ngendog merupakan hewan bertubuh kambing,
berkepala naga, dan bersisik kertas warna-warni. Arti dari Warak Ngendog sendiri
adalah warak yang sedang bertelur karena pada masa itu, Semarang sedang
mengalami krisis telur dan pangan sehingga hal itu dijadikan makanan mewah saat
Ramadan tiba.

Tari Warak Ngendog akan ditampilkan pada saat pembukaan Tradisi


Dugderan berlangsung. Tari ini merupakan tari trilogi budaya. Tari trilogi budaya
adalah sebuah tari yang diadaptasi atau gabungan dari 3 jenis tarian tradisional yang
mewakili keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Dalam hal ini, Tari Warak
Ngendog mengandung 3 unsur budaya yaitu budaya Cina, Jawa, dan Arab. Hal ini
bisa dilihat dari bentuk penampilan (gerakan tarian), iringan musik, tata busana, tata
rias, serta alah peraga atau properti yang digunakan dalam tari itu. Gerakan tari
yang ditampilkan meliputi gerakan jurus silat dan geol yang membentuk angka
seperti angka delapan. Hal itu mengandung gerakan khas Sunda, Banyuwangi,
Cina, dan Jawa. Properti yang digunakan adalah Manggar atau biasa disebut sebagai
bunga kelapa. Iringan musik yang digunakan adalah iringan Gambang Semarang
yang menggunakan seperangkat alat musik gamelan Jawa. Alat musik yang khas
juga diambil dari budaya Cina berupa suling bambu Cina, triangle, erhu, dan lain-
lain.. Tata rias yang digunakan adalah tata rias korektif serta tata rias cantik. Busana
yang digunakan juga merupakan hasil dari percampuran 2 budaya yaitu budaya
Cina dan Jawa. Jarik yang digunakan berwarna biru motif bunga dan dipadukan
dengan kebaya warna pink.Warna pink dan biru melambangkan Ardhanarissvara.
Busana yang digunakan laki-laki adalah beskap dan iket Jawa berwarna biru.
Namun, pada tahun ini, busana yang digunakan sudah tidak lagi sama pada aturan
warna tersebut.

Tari Warak Ngendog merupakan hasil wujud dari trilogi seni yang berarti
tiga ilmu seni. Trilogi seni mengandung unsur penciptaan, eksistensi, dan kegunaan
seni. Dalam hal ini, Tari Warak Ngendog mengandung filosofi dalam proses
penciptaannya. Seperti pada filosofi maskot warak yang dalam bahasa Arab disebut
”Waro’a” atau ”Wira’I” yang berarti suci. Sedangkan ’ngendog’ merupakan
simbol bertelur yang memiliki makna hasil pahala setelah berpuasa. Warak
Ngendog memiliki mulut yang menganga serta wajah yang seram sebagai simbol
nafsu manusia yang harus dikalahkan saat menjalankan ibadah puasa. Keberadaan
atau eksistensi dari Tari Warak Ngendog sendiri adalah pada saat pertama kali
dipentaskan di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) dalam acara Parade Tari dan
mendapatkan penghargaan sepuluh besar tari hingga sampai saat ini menjadi
populer di masyarakat. Kegunaan Tari Warak Ngendog untuk masyarakat adalah
sebagai penanda datangnya awal puasa dan untuk memeriahkan semarak bulan
Ramadan hingga lebaran tiba.
Tari Warak Ngendog sudah menjadi jantung hati bagi masyarakat Kota
Semarang. Jika sekali saja tari ini tidak ditampilkan, maka masyarakat akan merasa
ada yang kurang dalam perayaan Lebaran. Tari ini juga sangat kental dengan
berbagai kebudayaan, tidak hanya kebudayaan Jawa saja, tetapi juga ada
percampuran dari budaya Cina dan Arab. Tidak hanya umat Islam saja yang ikut
bersuka cita karena adanya perayaan ini, namun umat beragama lain seperti Kristen,
Katolik, Konghucu, Budha, dan Hindu juga turut andil dalam kemeriahan bulan
Ramadan sebagai bentuk dari toleransi antar umat beragama.

Lampiran Dokumentasi diambil dari Youtube Semarang Pemkot :

https://www.youtube.com/live/CIiVT8NPm-A?si=YSO9-3rDVi_59x4F

Maskot Warak Ngendog Tari Warak Ngendog

Tata Busana khas Cina Properti Manggar dan Warak Ngendog

Kostum Warak Ngendog dan Kostum khas


Jawa

Anda mungkin juga menyukai