1 PB
1 PB
Abstract. Street Vendors are one of the informal sectors that are found in urban areas.
The existence of street vendors does not always require formal education and high skills
and does not require a large capital. This study aims to determine the factors that affect
the income of street vendors in Talasalapang Street, Rappocini Regency, Makassar City.
The population in this study was not greater than 100 people, so the census technique was
used by taking the overall population of 60 street vendors. The analysis technique used is
Multiple Linear Regression using a partial hypothesis test (t-test) and simultaneous (F
test), using SPSS 21. The results showed that capital, business experience, and time
allocation of trying to jointly affect street vendors' income. Partially shows that capital
and time allocation try to have a positive and significant effect on street vendors 'income,
while the experience of trying not to affect street vendors' income on Talasalapang Street,
Rappocini Regency, Makassar City.
Abstrak. Pedagang Kaki Lima merupakan salah satu dari sektor informal yang banyak
ditemukan di perkotaan. Keberadaan Pedagang Kaki Lima tidak selalu memerlukan
pendidikan formal dan ketrampilan yang tinggi dan tidak mensyaratkan modal yang
besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang memengaruhi
pendapatan pedagang kaki lima di Jalan Talasalapang Kecamatan Rappocini Kota
Makassar. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak lebih besar dari 100 orang, maka
digunakan teknik sensus dengan mengambil secara keseluruhan populasi yaitu sebanyak
60 orang pedagang kaki lima. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier
Berganda menggunakan uji hipotesis secara parsial (uji t) dan simultan (uji F), dengan
menggunakan SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal, pengalaman
berusaha dan alokasi waktu berusaha berpengaruh secara bersama-sama terhadap
pendapatan pedagang kaki lima. Secara parsial menunjukkan bahwa modal dan alokasi
waktu berusaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki
lima, sedangkan pengalaman berusaha tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang
kaki lima di Jalan Talasalapang Kecamatan Rappocini Kota Makassar.
Kata Kunci: Pedagang Kaki Lima; Modal; Lama Berusaha; Alokasi Waktu Berusaha
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 69
Mudah jika masuk ke pekerjaan informal ; 5) sandal, serta pakaian. Jalan Talasalapang adalah
Penghasilan rendah; 6) Terlihat sedikit relasi salah satu ruas jalan raya di kota Makassar yang
terhadap bidang lain; 7) Bidang usaha sektor merupakan jalan yang menghubungkan antara
informal sangat beraneka ragam. Faktor utama jalan Sultan Alauddin menuju kawasan
dalam meningkatnya pertumbuhan sektor permukiman warga. Di Jalan Talasalapang ini
informal adalah karena kurangnya penyerapan juga terdapat salah satu universitas swasta yaitu
tenaga kerja pada sektor formal. Ditambah Universitas Muhammadiyah Makassar yang
dengan adanya pertambahan angkatan kerja di mayoritas mahasiswa dan mahasiswinya
perkotaan yang disebabkan oleh migrasi dari bertempat tinggal sementara atau kost di sekitar
desa ke kota. Pesatnya jumlah penduduk yang Jalan Talasalapang. Ini merupakan salah satu
melakukan migrasi mengalahkan jumlah faktor yang mempengaruhi pendapatan
kesempatan kerja di kota. Akibatnya, terjadi pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang
pengangguran di kota-kota besar sehingga Jalan Talasalapang.
memicu munculnya sektor-sektor informal di Berdasarkan observasi awal yang
perkotaan (Fernando, 2016). dilakukan bahwa pedagang kaki lima yang
Persaingan dalam dunia bisnis sudah berjualan sampai empat tahun
khususnya dalam bidang usaha memiliki daya menyatakan memperoleh pendapatan yang
saing yang cukup tinggi. Dalam aktivitas menurut mereka dapat memenuhi kebutuhan
perkotaan yang serba gemerlap, keberadaan hidup, serta bagi pedagang kaki lima yang
Pedagang Kaki Lima terasa terasingkan. Harus berjualan satu atau dua tahun juga memperoleh
diakui bahwa keadaan ini timbul karena adanya pendapatan, akan tetapi masih terdapat
ketimpangan sosial dan pembangunan serta pedagang kaki lima yang tidak bertahan atau
pendidikan yang tidak merata. Padahal peran tidak berdagang lagi yang disebabkan
Pedagang Kaki Lima sangatlah penting karena mengalami kerugian, kekurangan modal dan
dapat mendatangkan sisi positif pada sektor waktu berdagang yang terlalu sedikit.
usaha informal. Pilihan masyarakat untuk Berdasarkan latar belakang penelitian
bekerja di sektor informal dianggap merupakan di atas maka yang menjadi rumusan masalah
langkah terbaik saat menghadapi tekanan dalam penelitian ini adalah: Apakah Modal,
ekonomi. Usaha pada sektor informal yang Alokasi Waktu Berusaha dan Pengalaman
dilakukan oleh masyarakat di sekitar kota. Berusaha berpengaruh secara parsial dan
Pilihan masyarakat tersebut dikarenakan simultan terhadap pendapatan pedagang kaki
bekerja di sektor informal khususnya Pedagang lima sektor informal di Jalan Talasalapang Kota
Kaki Lima yang hanya memerlukan modal Makassar. Penelitian ini dilakukan dengan
serta keterampilan yang minim. Pekerjaan tujuan sebagai berikut: Untuk mengetahui
sebagai Pedagang Kaki Lima telah seberapa besar pengaruh modal, Alokasi Waktu
dimanfaatkan sebagai pekerjaan utama ataupun Berusaha dan Pengalaman Berusaha secara
sebagai pekerjaan sampingan untuk menambah parsial dan simultan terhadap pendapatan
penghasilan. Keadaan tersebut membuktikan pedagang kaki lima sektor informal di Jalan
bahwa Pedagang Kaki Lima merupakan salah Talasalapang Kota Makassar.
satu alternatif lapangan pekerjaan untuk
mengatasi pengangguran yang ada di perkotaan METODE PENELITIAN
(Firdausa & Arianti, 2013).
Populasi dan Sampel
Pedagang kaki lima merupakan salah
Populasi dalam penelitian ini adalah
satu dari sektor informal yang banyak
seluruh Pedagang Kaki Lima yang berjualan di
ditemukan di perkotaan. Pedagang ini sering
sepanjang Jalan Talasalapang yang menjual
menggunakan tempat yang digunakan yang
barang dagangannya sendiri dan merupakan
menjadi pusat kegiatan umum, seperti di depan
sebagai mata pencaharian pokok sehari hari
toko-toko, trotoar, dekat pusat pendidikan
sebanyak 60 orang. Dalam menentukan sampel
karena menurut mereka tempat- tempat seperti
kita dapat mengacu pada pendapat yang
itu adalah tempat yang strategis untuk mereka
dikemukakan oleh Arikunto (2013:104)
berdagang. Tidak terkecuali kota Makassar,
menyatakan bahwa: “jika jumlah populasinya
khususnya Pedangang kaki lima di Jalan
kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya
Talasalapang yang menjual berbagai jenis
diambil keseluruhan, tetapi jika populasinya
barang dagangan seperti makanan, minuman,
lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil
pulsa, bengkel, assesories, campuran sepatu dan
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 70
10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya. dalam menjelaskan variasi variabel tidak bebas
Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak lebih sangat terbatas.
besar dari 100 orang responden, maka - Nilai R2 yang mendekati satu, berarti
digunakan teknik sensus dengan mengambil variabel-variabel bebas memberikan hampir
secara keseluruhan populasi yaitu sebanyak 60 semua informasi yang dibutuhkan untuk
orang pedagang kaki lima di Jalan Talasalapang memprediksi variasi variabel tidak bebas.
Kota Makassar Kriteria pengujian :
1. Apabila nilai R2 mendekati satu maka
Teknik Analisis Data
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
Analisis Regresi Linear Berganda
terikat adalah positif, artinya apabila ada
Analisis data yang digunakan dalam
kenaikan dalam variabel bebas akan
penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda,
menyebabkan kenaikkan pada variabel terikat.
hal tersebut dikarenakan penggunaan variabel
2. Apabila nilai R2 mendekati nol maka
yang lebih dari satu (multivariable) dengan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
rumus sebagai berikut : Y = F (X1,X2,X3).
terikat adalah lemah atau tidak ada hubungan,
Kemudian di sesuaikan dengan kebutuhan
artinya apabila ada kenaikan atau penurunan
penelitian dengan bantuan program SPSS 21
pada variabel bebas tidak akan menyebabkan
dan diformulasikan sesuai dengan rumus
kenaikan pada variabel terikat.
persamaan oleh Gujarati (2003:28) sebagai
3. Apabila nilai R2 mendekati minus maka
berikut :
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat adalah sempurna dan negatif, artinya
Y = β0 +β1X1+β2X2+β3X3+e
apabila ada kenaikan variabel bebas akan
menyebabkan penurunan pada variabel terikat.
Dimana:
Y = Pendapatan Responden (pedagang kaki Pengujian Secara Bersama-sama (Uji F)
lima) Uji F pada dasarnya menunjukkan
α = Konstanta apakah semua variabel independen yang
X1= Modal (Rp) dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
X2= Pengalaman Berusaha (Tahun) secara bersama-sama terhadap variabel
X3 = Alokasi Waktu Berusaha (jam) dependen.
Β1, β2, β3, = Koefisien Regresi Hipotesisnya adalah:
μ = Error Terms/ Kesalahan Pengganggu H0 : β1 = β2 = β3 = 0, semua variabel bebas
tidak mempengaruhi variabel terikat secara
Pengujian Hipotesis
simultan dengan signifikan.
Uji statistik dilakukan untuk
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, semua variabel bebas
mengetahui besarnya masing-masing koefisien
mampu mempengaruhi variabel terikat secara
dari variabel-variabel bebas baik secara parsial
simultan dengan signifikan.
maupun secara bersama terhadap variabel
Kriteria pengujian:
terikat yaitu dengan menggunakan uji parsial
1. Jika probabilitas F hitung ≤ α(0.05), di mana
(uji-t), uji secara serentak (uji-F) dan koefisien
α merupakan besarnya kesalahan yang ditolerir
determinasi berganda (R2).
di dalam pengambilan keputusan maka H0
Koefisien Determinasi (R2) ditolak dan H1 diterima.
R2 bertujuan untuk mengetahui 2. Jika probabilitas F hitung > α(0.05), di mana
seberapa jauh variasi variabel independen dapat α merupakan besarnya kesalahan yang ditolerir
menerangkan dengan baik variasi variabel di dalam pengambilan keputusan maka H0
dependen. Konsep OLS adalah meminimumkan diterima dan H1 ditolak.
residual, sehingga diperoleh korelasi yang
tinggi antara variabel dependen dan variabel Pengujian Secara Parsial (Uji-t)
independen. Nilai R2 yang sempurna dapat Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen seberapa jauh pengaruh satu variabel
yang dimasukkan dalam model. Dimana independen secara individual dalam
0<R2<1 sehingga kesimpulan yang dapat menerangkan variasi variabel dependen (Imam
diambil adalah Ghozali, 2006). Kriteria pengambilan
- Nilai R2 yang lebih kecil atau mendekati nol, keputusan:
berarti kemampuan variabel-variabel bebas
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 71
1. H1-H3 diterima jika t hitung > t tabel dan sig Gambaran Umum Responden
< α = 5% Adapun jenis jualan dan jumlah
2. H1-H3 tidak dapat diterima jika t hitung < t pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang
tabel dan sig >α = 5% jalan Tallasalapang dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Jumlah Pedagang Kaki Lima dan Jenis Jualannyadi Jalan Tallasalapang, Kecamatan
Rappocini, Kota Makassar, 2019.
No Jenis Jualan /Usaha Jumlah (org) Persentase (%)
1 Bengkel Motor 2 3,33
2 Assesoris Handphone 3 5
3 Es Kelapa Muda 2 3,33
4 Terang Bulan / Martabak 3 5
5 Barang Campuran 6 10
6 Pakaian 3 3,33
7 Asesories/hiasan 1 1,67
8 Pulsa 6 10
9 Café 2 3,33
10 Boneka 2 3,33
11 Aneka Minuman dingin 2 3,33
12 Warung Makan Sari Laut 5 8,33
13 Warung Kopi 2 3,33
14 Stiker 2 3,33
15 Jilbab 2 3,33
16 Kacamata 2 3,33
17 Baju/Celana 5 8,33
18 Aneka Gorengan 3 5
19 Helm 2 3,33
20 Sepatu 3 5
21 Kaos Kaki 2 3,33
Jumlah 60 100,00
Sumber : Data Primer,diolah, 2019
Pedagang kaki lima yang berjualan di baju/celana, helm, boneka dan lain-lain. Untuk
jalan Talasalapang Kecamatan Rappocini Kota penggunaan modal sebesar Rp 3.500.000,
Makassar di dominasi oleh pedagang sampai Rp 5.000.000,- sebanyak 10 orang atau
perempuan yaitu sebanyak 40 orang atau 16,67% untuk usaha bengkel,cafe, pakaian dan
66,67%, dan laki-laki sebanyak 20 orang atau sepatu.
33,33% lebih sedikit dibandingkan dengan Pedagang Kaki Lima yang
pedagang yang berjenis kelamin perempuan, menggunakan modal usaha yang berasal dari
kebanyakan dari mereka selain sebagai ibu modal pribadi atau keluarga sebanyak 34 orang
rumah tangga mereka juga berdagang untuk responden atau sebesar 56,67% karena sebagian
membantu menopang ekonomi keluarga. pedagang memilki modal usahanya sendiri
Modal awal yang digunakan oleh sehingga belum membutuhkan bantuan modal
responden mulai dari Rp 500.000 sampai dari pihak bank atau sejenisnya, untuk usaha
dengan Rp 5.000.000. Pedagang yang yang sumber modalnya berasal dari pinjaman
menggunakan modal sebesar Rp 500.000 bukan bank yakni sebesar 20 orang responden
sampai Rp 1.500.000,- sebanyak 22 orang atau atau sebesar 33,33%. Sisanya sebesar 6
36,67% untuk dagangan jenis asesories, stiker, responden atau 10 % menggunakan pinjaman
pulsa, kacamata, aneka gorengan, kaos kaki, kredit dari bank.
aneka minuman dingin, boneka dan lain-lain.
Karakteristik Responden
Selanjutnya untuk penggunaan modal sebesar
Karakteristik responden adalah ciri-ciri
Rp 2.000.000, sampai Rp 3.000.000,- sebanyak
yang melekat pada individu yang dapat
28 orang atau 46,67% untuk dagangan warung
membedakannya dengan individu lainnya.
kopi, barang campuran, asesories handphone,
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 72
Masing-masing individu memiliki karakteristik internalnya antara lain umur, tingkat pendidikan
sendiri-sendiri yang berbeda antara satu sama formal, jumlah tanggungan keluarga dan
lain. Karakteristik ini merupakan beberapa pengalaman dalam berdagang, alokasi waktu
aspek yang mempengaruhi ketrampilan yang digunakan untuk berdagang dan
pedagang dalam mengelola usahanya. pendapatan yang diperoleh. Untuk lebih
Karakteristik responden dalam kajian ini jelasnya dapat dilihat pada tabel be
meliputi berbagai informasi tentang kondisi
rikut ini.
Tabel 2. Karakteristik pedagang yang berjualan di Jalan Talasalapang Kecamatan Rappocini Kota
Makassar
Nomor Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Umur Pedagang
< 30 tahun 2 3,33
a. 30 – 50 tahun 33 55
b. > 50 tahun 25 41,67
2. Tingkat Pendidikan
a. Tamat SD 22 36,67
b. Tamat SMP 20 33,33
c. Tamat SLTA 17 28,33
d. Tamat PT 1 1,67
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
a. < 3 jiwa 24 40
b. 3 – 6 jiwa 35 58,33
c. > 6 jiwa 1 1,67
4. Lama Berusaha/dagang
a. < 10 tahun 40 66,67
b. 10 – 15 tahun 15 25
c. > 15 tahun 5 8,33
5. Alokasi Waktu/Jam Berdagang
a. < 8 jam 8 13,33
b. 8 – 10 jam 30 50
c. > 10 jam 22 36,67
6. Pendapatan
a. < Rp 250.000 25 41,67
b. Rp 250.000 – Rp 1000.000 30 50
c. > Rp 1.000.000 5 8,33
Sumber : Data Primer, diolah, 2019.
dan ketrampilan manusia. Tingkat pendidikan
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
juga berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
tingkat umur berpengaruh terhadap
mengelola suatu usaha yang digelutinya.
produktivitas pedagang karena secara fisik
Semakin tinggi tingkat pendidikan membuat
masih memiliki kemampuan yang cukup baik
pedagang semakin responsif dalam menerima
untuk melakukan aktivitas usahanya. Rata-rata
dan menerapkan inovasi baru. Dengan demikian
responden berumur 41,5 tahun dengan umur
dengan meningkatnya pendidikan akan lebih
minimal 27 tahun dan maksimal 56 tahun. Dari
berhasil dalam mengelola usahanya. Dari segi
segi umur dapat disimpulkan bahwa pedagang
pendidikan formal pedagang sebagian besar
pada umumnya produktif, masih mempunyai
(36,67%) hanya berpendidikan Sekolah Dasar.
fisik dan tenaga yang prima dalam melakukan
Lama pendidikan petani rata-rata 7,56 tahun
usaha dagangnya. Dengan usia produktif
dengan lama minimal 0 tahun dan maksimal 18
pedagang diharapkan mampu membaca pasar
tahun. Pendidikan yang rendah akan
dan memanfaatkan peluang untuk
mempengaruhi pola pikir pedagang dalam
meningkatkan pendapatannya.
menjalankan kegiatan usahanya dan
Pendidikan mempunyai peranan
pengambilan keputusan dalam memasarkan
penting dalam upaya meningkatkan kecerdasan
dagangannya.
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 73
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 74
Konstanta 2,523
F Hitung 26,731
Sig 0,000
R Square 0,626
N 60
Sumber: Data primer diolah, 2019
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 75
lima di Jalan Talasalapang Kecamatan pada satu jenis usaha. Hasil penelitian ini
Rappocini Kota Makassar, hal ini ditunjukkan sejalan dengan Dinda Suci Sari Dewi (2017)
nilai t hitung sebesar 5,609 dengan nilai bahwa variable lama usaha tidak berpengaruh
signifikan 0,000 jauh lebih kecil dari taraf positif terhadap pendapatan Pedagang Kaki
siginifikan yang digunakan yaitu 0,05. Dengan Lima di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
tersedianya modal memungkinkan bagi
3. Alokasi Waktu Berusaha
pedagang untuk menyediakan berbagai
Variabel alokasi waktu berusaha berpengaruh
alternatif kebutuhan konsumen baik dari sisi
positif dan signifikan terhadap pendapatan
kuantitas maupun kualitasnya. Hasil penelitian
pedagang kaki lima di Jalan Talasalapang
ini sejalan dengan penelitian dari Sutrisno
Kecamatan Rappocini Kota Makassar, hal ini
(2005) Fitria (2014), Muryati (2015), Antara
ditunjukkan nilai t hitung sebesar 2,400 dengan
(2016), Firdausa (2013), Efendi (2003), Atun
nilai signifikan 0,020 jauh lebih kecil dari taraf
(2016), bahwa modal akan mempengaruhi
siginifikan yang digunakan yaitu 0,05. Hal ini
pendapatan para PKL/ pengusaha. Semakin
dimugkinkan karena dengan semakin lama
banyak modal yang digunakan maka semakin
waktu berjualan tentu membuka peluang bagi
banyak pendapatan yang diperoleh.
konsumen untuk melihat, datang dan membeli
2. Pengalaman Berusaha barang dagangannya. Temuan ini sesuai dengan
Variabel pengalaman berusaha penelitian Muryati (2015), Hariningsih (2008),
berpengaruh negatif dan tidak signifikan Fitria (2014) dan Adhikari (2017) yang
terhadap pendapatan pedagang kaki lima di menyatakan bahwa jam kerja berpengaruh
Jalan Talasalapang Kecamatan Rappocini Kota secara signifikan terhadap pendapatan
Makassar, hal ini ditunjukkan nilai t hitung pedagang, semakin lama seseorang berdagang
sebesar -1,933 dengan nilai signifikan 0,06 jauh akan memiliki lebih banyak waktu untuk
lebih besar dari taraf siginifikan yang berinteraksi dengan pembeli sehingga dapat
digunakan yaitu 0,05. Hal ini dikarenakan meningkatkan pendapatan.
Pedagang Kaki Lima merupakan salah satu
jenis usaha sektor informal. Dalam sektor Koefisien Determinasi
formal, dikenal istilah mengenai tingkatan, Koefisien determinasi pada intinya
golongan, atau grade dalam bekerja. Sehingga, mengukur seberapa jauh kemampuan model
semakin lama orang bekerja jenis usaha tersebut dalam menerangkan variasi variabel dependen.
maka semakin tinggi pula tingkatan, golongan Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
atau grade seseorang dimana akan dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti
meningkatkan pendapatan yang diperolehnya. variabel-variabel bebas (modal,pengalaman
Namun dalam sektor informal, hampir tidak berusaha, alokasi waktu berusaha) memberikan
mengenal istilah tersebut. Dimana dalam sektor hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
informal khususnya Pedagang Kaki Lima, memprediksi variabel terikat. (pendapatan
tingkat pendapatan salah satunya ditentukan pedagang kaki lima). Untuk lebih jelasnya
oleh seberapa banyak seseorang mendapatkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
konsumen atau pembeli, tidak ditentukan oleh Tabel 5 Koefesien Determinasi (R2)
seberapa lama Pedagang Kaki Lima berusaha
Model Summaryb
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 ,791a ,626 ,602 .83753
a. Predictors: (Constant), Alokasi Waktu Usaha, Modal, Lama Usaha
b. Dependent Variable: Pendapatan pedagang kaki lima
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2019.
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374
Marhawati, Analisis Pendapatan Pedagang... | 76
waktu berusaha (X3), sebesar 62,6%, Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol.
sedangkan sisanya yaitu sebesar 37,4% yakni XXI No. 2
variabel-variabel diluar penelitian. Dewi, Dinda Suci Sari. 2017. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pendapatan
KESIMPULAN DAN SARAN Pedagang Kaki Lima di Kota Medan
Berdasarkan hasil penelitian dan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Baru .
pembahasan yang dilakukan dapat ditarik http://repositori.usu.ac.id
beberapa kesimpulan: Fernando, Yandhi dan M. Pudjihardjo, SE,
1. Faktor produksi modal, lama usaha, alokasi 2016. Faktor-Faktor Yang
waktu usaha berpengaruh secara simultan Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
(bersama-sama) terhadap pendapatan Kaki Lima (Studi Kasus Di Pasar Besar
pedagang kaki lima di Jalan Tallasalapang Kota Malang). Jurnal Universitas
Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Brawijaya.
2. Secara parsial, variabel yang berpengaruh Firdausa, R. A., & Arianti, F. 2013. Pengaruh
signifikan terhadap pendapatan pedagang Modal Awal , Lama Usaha, dan Jam
kaki lima di Jalan Tallasalapang Kecamatan Kerja terhadap Pendapatan Pedagang
Rappocini Kota Makassar adalah modal dan Kios di Pasar Bintoro Demak.
alokasi waktu berusaha sedangkan variabel DIPONEGORO JOURNAL OF
yang tidak berpengaruh adalah pengalaman ECONOMICS, 2, 1–6.
berusaha Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
SARAN
Semarang: Badan Penerbit Universitas
1. Untuk meningkatkan pendapatan usaha
Diponegoro.
Pedagang Kaki Lima khususnya di sekitar
Gujarati, Damordar N. 2007. Dasar-Dasar
Jalan Talasalapang Kecamatan Rappocini
Ekonometrika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kota Makassar maka perlu ditunjang
Hanum, N.2017. Analisis Faktor-faktor Yang
berbagai faktor terutama modal.
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
Diharapkan Bank atau instansi terkait untuk
Kaki Lima di Kota Kuala Simpang,
memperbanyak program Kredit Usaha
Jurnal Samudra Ekonomika, Volume 1,
Rakyat (KUR) agar para PKL yang akan
No 1.
memulai usaha dapat melakukan
I Komang Adi Antara, Luh Putu Aswitari.
peminjaman modal dengan mudah tanpa
2016. Beberapa Faktor Yang
persyaratan-persyaratan yang menyulitkan
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
para pedagang dalam meminjam modal.
Kaki Lima Di Kecamatan Denpasar
2. Diharapkan untuk pemerintah memberi
Barat. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
dukungan terhadap PKL dengan cara
Universitas Udayana Vol.5, No.11
mengadakan pelatihan berwirausaha, dan
Kuncoro, M. 2012. Perencanaan Daerah
menyediakan tempat/pasar yang layak agar
"Bagaimana membangun ekonomi lokal,
PKL tidak menggunakan trotoar jalan
kota dan kawasan". Jakarta: Salemba
sehingga tidak menimbulkan kesemrawutan
Empat.
di jalanan.
Muhammad Ammar A, Dijan Rahajuni, Abdul
3. Diharapkan para PKL dapat menambah jam
Aziz A, Goro B, 2019. Faktor Yang
kerja mereka agar pendapatan juga
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
bertambah serta terus berinovasi dan
Kaki Lima (PKL) di Pasar Sunday
melakukan diferensiasi terhadap produk
Morning Purwokerto. Jurnal Ekonomi,
yang mereka jual agar dapat terus bersaing.
Bisnis, dan Akuntansi (JEBA) Volume
DAFTAR PUSTAKA 21 Nomor 02
Arikunto.,S. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Simanjuntak, P. 2001. Pengantar Ekonomi
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Sumber Daya Manusia. . Jakarta:
Cipta. LPFEUI
Christina Menuk S, Tony Susilo Wibowo.
2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Kaki Lima Studi
Kasus PKL di Surabaya, Majalah
DOI: 10.26858/jekpend.v3i1.12374