NIM : M1C119022 Matkul : Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Etika Prodi : Teknik Sipil Dosen : Dr. Hermes, M.T.
TUGAS: Resume Permen PUPERA Tentang SMK2
Berdasarkan Permen PUPR No 10 Tahun 2021 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan konstruksi, sistem manajemen keselamatan konstruksi atau SMKK adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya keselamatan konstruksi. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi pada setiap pekerjaan konstruksi. Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat SMKK adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Adanya lingkup Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi, yaitu gabungan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Konstruksi. Adanya Analisis Keselamatan Konstruksi (AKK) yaitu metode dalam mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya berdasarkan rangkaian pekerjaan dalam metode pelaksanaan kerja (work method statement). Penjabaran penjaminan keselamatan pada bangunan dan aset konstruksi, peralatan dan material, objek keselamatan pemilik atau pemberi pekerjaan, tenaga kerja konstruksi, pemasok, tamu dan Subpenyedia Jasa, masyarakat di sekitar proyek, masyarakat terpapar, lingkungan kerja, lingkungan terdampak proyek, lingkungan alam dan lingkungan terbangun. Adanya pendetailan dokumen SMKK yang terdiri dari rancangan konseptual SMKK, RKK, RMPK, Program Mutu, RKPPL, dan RMLLP. Adanya penjelasan pekerjaan bersifat khusus yang wajib dilengkapi AKK, antara lain pekerjaan di malam hari, pekerjaan di ketinggian 1,8 m, pekerjaan menggunakan perancah, pekerjaan bertegangan listrik dan pekerjaan penggalian. Rancangan Konseptual SMKK dilengkapi dengan standar pemeriksaan dan pengujian, rekomendasi rencana pengelolaan lingkungan hidup, rencana manajemen lalu lintas, dan pernyataan penetapan tingkat risiko Keselamatan Konstruksi. Biaya penerapan SMKK dibagi menjadi dua lingkup, yaitu Biaya untuk Pekerjaan Konstruksi dan Biaya untuk Jasa Konsultansi Konstruksi. Permen 10/2021 memiliki 11 lampiran, dimana terdapat beberapa tambahan seperti Program Mutu, RKPPL, RMLLP, Kriteria Penerapan Risiko, dan Komponen Kegiatan. Definisi Keselamatan Konstruksi yaitu untuk mewujudkan 4 K (Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan) dan ada 4 komponen yang dijamin yaitu keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan keselamatan lingkungan. Adanya Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) yaitu unit pada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi. Tahapan penerapan SMKK yaitu pada tahap pemilihan penyedia jasa, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan serah terima pekerjaan. Pembagian risiko Keselamatan Konstruksi 3, yaitu kecil, sedang dan besar, dimana risiko kecil merupakan pekerjaan bernilai di bawah 10 miliar atau 25 orang, risiko sedang, pekerjan dengan nilai di atas 10 miliar di bawah 100 miliar dengan tenaga 26 sampai dengan 100 orang, sedangkan risiko besar adalah pekerjaan dengan nilai di atas 100 miliar atau tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang. SMKK diterapkan pada tahapan pemilihan, pelaksanaan, dan serah terima pekerjaan. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian ,pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka menjamin terwujudnya “keselamatan konstruksi”, yaitu pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan yang menjamin keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan lingkungan. Konsultan manajemen konstruksi, konsultan pengawasan konstruksi, dan kontraktor harus menerapkan SMKK yang memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan. SMKK diterapkan pada tahapan pemilihan, pelaksanaan, dan serah terima pekerjaan. Permen ini terdiri dari 6 bab, yaitu: 1. Umum 2. Standar K4 a. Umum b. Rancangan Konseptual SMKK c. Elemen SMKK d. Penerapan SMKK e. Unit Keselamatan Konstruksi f. Risiko Keselamatan Konstruksi 3. Biaya Penerapan SMKK 4. Pembinaan dan Pengawasan 5. Peralihan 6. Penutup Permen ini memiliki 6 lampiran yaitu: 1. Penerapan SMKK 2. Tugas, Tanggung Jawab, Wewenang Pengguna dan Penyedia 3. Tata Cara Penjaminan dan Pengendalian Mutu 4. Format RKK dan Penilaian RKK 5. Format Pelaporan Pelaksanaan RKK 6. Komponen Kegiatan dan Format Audit Internal Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi yang selanjutnya disebut PMPM Pekerjaan Konstruksi adalah bagian dari SMKK yang menjamin terlaksananya keselamatan keteknikan konstruksi guna mewujudkan proses dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas. Elemen SMKK, meliputi: 1. Kepemimpinan dan Partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi 2. Perencanaan Keselamatan Konstruksi 3. Dukungan Keselamatan konstruksi 4. Operasi Keselamatan Konstruksi 5. Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi. Petugas Keselamatan Konstruksi adalah orang yang memiliki kompetensi khusus di bidang Keselamatan Konstruksi dalam melaksanakan dan mengawasi penerapan SMKK yang dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 memuat 7 lampiran, maka pedoman SMKK baru ini memuat 11 lampiran. 1. Tugas, tanggung jawab dan wewenang pengguna dan penyedia 2. Tata cara Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu (PMPM) Pekerjaan Konstruksi 3. Rancangan konseptual SMKK 4. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) 5. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) 6. Program Mutu 7. Rencana Kerja Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKPPL) 8. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP) 9. Laporan pelaksanaan 10. Kriteria penentuan tingkat risiko Keselamatan Konstruksi 11. Komponen kegiatan dan format audit internal penerapan SMKK Peraturan Menteri PUPR No. 21 Tahun 2019, Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), bahwa Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum wajib menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan Permen PUPR No. 21 tahun 2019, telah memperjelas aturan-aturan sebelumnya untuk menerapkan sistem K3 dan khusus untuk Pokja diwajibkan bersertifikat atau melibatkan Petugas atau Ahli K3 pada proses Evaluasi Dokumen Penawaran peserta tender pekerjaan konstruksi. Bagi pelaku usaha pun wajib mencantumkan biaya K3 dalam dokumen Penawarannya, hal ini tentunya berorientasi Value For Money dan tetap memperhatikan unsur K3 dalam pelaksanaannya.