Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Rancangan Pembelajaran Pada Umumnya

Bagaimanapun juga sebagai perancang pembelajaran kita harus juga memahami metode
perancangan yang kita gunakan. Salah satu metode perancangan pembelajaran yang efektif
adalah “perancangan mundur” atau backward design. Seperti yang termakna dari namanya,
desain mundur dimulai dari ‘akhir’ terlebih dahulu – yaitu tujuan yang nyata dari kegiatan
pembelajaran. Kemudian kita akan mundur untuk mengembangkan bahan ajar dan kegiatan yang
memenuhi tujuan pembelajaran tersebut.

Sebagian besar rancangan pembelajaran—dengan cara yang kita gunakan untuk


merancang—fokus pada konten dan tidak pada hasil. Misalnya, biasanya seorang guru akan
menentukan topik tertentu, misalnya “teori pitagoras”, kemudian memilih sumber belajar
(misalnya, lembar kerja), memilih metode pembelajaran yang sesuai berdasarkan bahan ajar dan
topik (tanya jawab pendek/isian), dan berharap terjadinya proses belajar. Akhirnya, guru akan
memikirkan soal-soal matermatika untuk menilai pemahaman siswa akan teori Pitagoras. Dalam
pendekatan ini, asesmen dilakukan secara sumatif (dilakukan di akhir pelajaran dan bersifat
menghakimi).

Rancangan Pembelajaran pada umumnya

Namun cara diatas adalah cara kurang baik untuk merancang pembelajaran. Walaupun dimulai
dari topik, namun tidak ada tujuan yang jelas dari topik tersebut. Karena tidak ada tujuan, guru
dan siswa tidak tahu kemana harus mengarahkan pembelajarannya. Bahkan, guru kemungkinan
tidak memiliki tujuan pembelajaran sampai pelajaran berakhir – saat ia merancang ulangan. Dan
ini terlambat bagi pembelajaran yang baik bagi siswa.
B. Desain Mundur/ Backward Design

Langkah-langkah desain mundur

Sebaliknya, merancang mundur berarti kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
hasil.Guru mendefinisikan hasil pembelajaran, menentukan teknik yang mendorong pada
pencapaian tujuan, kemudian baru merancang pembelajarannya. Mari kita lihat kembali
pelajaran matematika kita lagi—sekarang menggunakan pendekatan merancang mundur.

Guru menentukan tujuan pembelajaran sebagai berikut:

1. Siswa akan memahami bagaimana menghitung dengan teori pitagoras


2. Siswa akan memahami bagaimana menerapkan teori Pitagoras dalam kehidupan sehari-
hari
Untuk melakukan asesmen terhadap tujuan-tujuan di atas, guru akan melibatkan siswa dalam
kegiatan asesmen sebagai berikut:

1. Siswa saling melakukan pengajaran sebaya tentang teori Pitagoras


2. Siswa melengkapi lembar kerja individual
3. Guru melakukan tanya jawab untuk berdiskusi dengan seluruh siswa
4. Untuk kegiatan luar kelas, siswa harus menentukan dan menunjukkan yang manakah
yang lebih cepat: berpindah dari sudut lapangan di titik barat daya atau dengan melewati
jalan setapak di luar lapangan – dan mereka harus menentukan jawaban mereka
menggunakan teori Pitagoras
Guru kemudian merencanakan kegiatan:

1. Siswa belajar secara induktif mengenai teori Pitagoras


2. Dalam kelompok kecil, siswa saling mengecek pemahaman
3. Siswa menjelaskan teori pitagoras ke seluruh kelas
4. Kegiatan kelompok kecil – siswa menggunakan teori Pitagoras untuk menghitung jarak
terpendek di antara 2 titik
Mari kita lihat kembali ketiga tahap dari Desain Mundur dan mempelajari bagaimana dapat
membantu para guru menggunakan pendekatan ini.
C. Mengidentifikasi Hasil yang Diharapkan atau Tujuan

Ketika kita memulai perencanaan, identifikasilah satu atau dua tujuan atau hasil
pembelajaran – apa yang akan dapat diketahui oleh siswa sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran yang akan kita rancang.
Apa ide-ide utama yang akan dipelajari oleh siswa?

Tujuan pembelajaran dapat diambil berdasarkan standar kurikulum nasional dari


pemerintah yang berupa KI (Kompetensi Inti), KD (Kompetensi Dasar) dan Indikator dari
masing-masing mata pelajaran.

Misalnya:
Pernyataan seperti: “Siswa akan menggunakan aplikasi Inspiration untuk menciptakan pemetaan
konsep” – merupakan sebuah kegiatan dan bukan tujuan. Namun pernyataan seperti “Siswa
memahami bagaimana peta konsep dapat digunakan dalam proses curah pendapat” – merupakan
sebuah tujuan pembelajaran.

D. Menemukan Bukti yang Dapat Diterima (Asesmen/Penilaian)

Sekarang, bagaimana para guru akan mengetahui bahwa para siswa telah memenuhi
tujuan-tujuan ini? Ini adalah sebuah asesmen. Biasanya, dalam pembelajaran tradisional,
asesmen ada di akhir pelajaran. Dalam kelas yang berpusat pada siswa, asesmen dilakukan
selama pelajaran berlangsung. Bentuknya adalah formatif (selama pembelajaran berlangsung)
dan sumatif (di akhir pembelajaran). Ada beberapa tipe dari asesmen formatif—tanya jawab,
observasi, esai, bermain peran, proyek, quiz, jurnal, dsb.

Tujuan dari asesmen formatif adalah untuk melihat seberapa jauh siswa telah dapat
mencapai tujuan pembelaran dan membantu memperbaiki kesalahpahaman. Sebagai guru, kita
ingin memastikan seluruh siswa berhasil, dan cara terbaik adalah dengan melakukan
“pengecekan” secara konstan dan melakukan asesmen terhadap pembahaman mereka.

Bentuk-bentuk asesmen yang telah didaftar dalam paragraf sebelumnya juga dapat
menjadi asesmen sumatif. Asesmen sumatif biasanya berbentuk tes atau ujian, dan biasanya
bersifat final. Tujuan dari asesmen formatif adalah untuk memberi sertifikasi kepada siswa atas
penguasaan atas konsep atau ketrampilan.

E. Merencanakan Pengalaman Belajar & Pembelajaran


Setelah kita mengidentifikasi tujuan pembelajaran, teknik asesmen untuk mengukur tujuan
pembelajaran ini, kemudian langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah merencanakan
kegiatan pembelajaran.

 Apa yang sebenarnya akan diajarkan guru? Seberapa banyak ia harus memberikan kuliah
atau presentasi satu arah? Seberapa banyak harus ditemukan sendiri oleh siswa?
 Kegiatan-kegiatan apakah yang akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
dengan cara terbaik?
 Materi dan sumber belajar apakah yang akan dibutuhkan siswa?
 Berapa banyak waktu yang dibutuhkan?
 Bagaimana para siswa akan dikelompokkan?
Yang terpenting adalah, sembari guru merencanakan kegiatannya, menentukkan strategi
pengelompokkan dan merancang bahan ajar, ia selalu perlu untuk mengecek kembali tujuan
pembelajarannya selama ia melakukan perencanaan ini.

Sumber: ASCD “Understanding by Design” (Grant Wiggins dan Jay McTighe)

Anda mungkin juga menyukai