Kelompok 5 Ubd
Kelompok 5 Ubd
PEMBAHASAN
Bagaimanapun juga sebagai perancang pembelajaran kita harus juga memahami metode
perancangan yang kita gunakan. Salah satu metode perancangan pembelajaran yang efektif
adalah “perancangan mundur” atau backward design. Seperti yang termakna dari namanya,
desain mundur dimulai dari ‘akhir’ terlebih dahulu – yaitu tujuan yang nyata dari kegiatan
pembelajaran. Kemudian kita akan mundur untuk mengembangkan bahan ajar dan kegiatan yang
memenuhi tujuan pembelajaran tersebut.
Namun cara diatas adalah cara kurang baik untuk merancang pembelajaran. Walaupun dimulai
dari topik, namun tidak ada tujuan yang jelas dari topik tersebut. Karena tidak ada tujuan, guru
dan siswa tidak tahu kemana harus mengarahkan pembelajarannya. Bahkan, guru kemungkinan
tidak memiliki tujuan pembelajaran sampai pelajaran berakhir – saat ia merancang ulangan. Dan
ini terlambat bagi pembelajaran yang baik bagi siswa.
B. Desain Mundur/ Backward Design
Sebaliknya, merancang mundur berarti kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
hasil.Guru mendefinisikan hasil pembelajaran, menentukan teknik yang mendorong pada
pencapaian tujuan, kemudian baru merancang pembelajarannya. Mari kita lihat kembali
pelajaran matematika kita lagi—sekarang menggunakan pendekatan merancang mundur.
Ketika kita memulai perencanaan, identifikasilah satu atau dua tujuan atau hasil
pembelajaran – apa yang akan dapat diketahui oleh siswa sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran yang akan kita rancang.
Apa ide-ide utama yang akan dipelajari oleh siswa?
Misalnya:
Pernyataan seperti: “Siswa akan menggunakan aplikasi Inspiration untuk menciptakan pemetaan
konsep” – merupakan sebuah kegiatan dan bukan tujuan. Namun pernyataan seperti “Siswa
memahami bagaimana peta konsep dapat digunakan dalam proses curah pendapat” – merupakan
sebuah tujuan pembelajaran.
Sekarang, bagaimana para guru akan mengetahui bahwa para siswa telah memenuhi
tujuan-tujuan ini? Ini adalah sebuah asesmen. Biasanya, dalam pembelajaran tradisional,
asesmen ada di akhir pelajaran. Dalam kelas yang berpusat pada siswa, asesmen dilakukan
selama pelajaran berlangsung. Bentuknya adalah formatif (selama pembelajaran berlangsung)
dan sumatif (di akhir pembelajaran). Ada beberapa tipe dari asesmen formatif—tanya jawab,
observasi, esai, bermain peran, proyek, quiz, jurnal, dsb.
Tujuan dari asesmen formatif adalah untuk melihat seberapa jauh siswa telah dapat
mencapai tujuan pembelaran dan membantu memperbaiki kesalahpahaman. Sebagai guru, kita
ingin memastikan seluruh siswa berhasil, dan cara terbaik adalah dengan melakukan
“pengecekan” secara konstan dan melakukan asesmen terhadap pembahaman mereka.
Bentuk-bentuk asesmen yang telah didaftar dalam paragraf sebelumnya juga dapat
menjadi asesmen sumatif. Asesmen sumatif biasanya berbentuk tes atau ujian, dan biasanya
bersifat final. Tujuan dari asesmen formatif adalah untuk memberi sertifikasi kepada siswa atas
penguasaan atas konsep atau ketrampilan.
Apa yang sebenarnya akan diajarkan guru? Seberapa banyak ia harus memberikan kuliah
atau presentasi satu arah? Seberapa banyak harus ditemukan sendiri oleh siswa?
Kegiatan-kegiatan apakah yang akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
dengan cara terbaik?
Materi dan sumber belajar apakah yang akan dibutuhkan siswa?
Berapa banyak waktu yang dibutuhkan?
Bagaimana para siswa akan dikelompokkan?
Yang terpenting adalah, sembari guru merencanakan kegiatannya, menentukkan strategi
pengelompokkan dan merancang bahan ajar, ia selalu perlu untuk mengecek kembali tujuan
pembelajarannya selama ia melakukan perencanaan ini.