Anda di halaman 1dari 9

Penggunaan metode pembelajaran Project based learning untuk

meningkatkan pembelajaran IPA kelas V di SDS Islam Ash


Sholihah Medan-Johor.
Nama :Chayang
Nim :877525606
Email :chayang526@gmail.com

Program study :PGSD

Abstrak

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah mata pelajaran
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). IPA memiliki karakteristik yang tidak sama dengan mata
pelajaran yang lain. Sehingga dalam mengajarkannya dibutuhkan beberapa hal diantaranya
metode, media, perangkat pembelajaran dan keterampilan dalam mengajar yang disesuaikan
dengan mata pelajaran IPA khususnya di sekolah dasar. Salah satu permasalahan yang terjadi
di sekolah dasar yaitu minat belajar siswa yang menurun saat pembelajaran IPA, Dalam
pembelajaran IPA di sekolah dasar guru masih terbiasa mengajarkan siswanya dengan
pembelajaran konvensional melalui metode pembelajaran yang kurang mengajak siswa untuk
berpikir kreatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun dan mendeskripsikan kajian
mengenai pemanfaatan metode project based learning sebagai stimulus kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam pembelajaran IPA sekolah dasar. Jenis penelitian ini adalah studi literatur
dengan menggunakan data dari jurnal atau buku yang relevan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis isi dengan mengambil kesimpulan secara objektif,
sistematis, dan generalis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode project based
learning dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif dan meemberikan stimulus berpikir kreatif siswa, karena metode
project based learning adalah metode pembelajaran yang dapat mengaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA
di sekolah dasar yang mengharuskan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

Kata Kunci: Metode Project Based Learning, Pembelajaran IPA, Sekolah Dasar.
PENDAHULUAN
Berfikir secara kritis merupakan salah satu keterampilan yang secara kognitif
sebagai hal yang paling penting yang saat ini dituntut berkembang oleh sektor
industri. Berfikir secara kritis ini sangatlah diperlukan dalam penyelesaian
permasalahan secara kompeks serta untuk melahirkan suatu inovasi yang digunakan
untuk menciptakan keunggulan di era persaingan global seperti yang terjadi saat ini
(Titu, 2015). Dalam menghadapi persaingan global di era sekarang, para praktisi di
bidang pendidikan secara simultan memulai untuk memfokuskan perhatiannya
terhadap strategi belajar siswa yang dapat membantu untuk menumbuhkan cara
berfikir kritis yang efektif. Negara Indonesia sebagai negara berkembang sudah
seharusnya mengejar ketertinggalannya dan perlu untuk dipastikan bahwa kapasitas
berfikir kritis yang baik haruslah diterapkan sejak dini agar dalam pendidikan
selanjutnya siswa terbiasa dalam kondisi belajar secara kritis, yang mana nantinya
akan lebih siap dalam menghadapi persaingan global(Lesnowati & Hafifi, 2021).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta–fakta, konsep–konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Lebih lanjut Conant (dalam Samatowa, 2011)
mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan
observasi serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. IPA
tidak mungkin dapat berdiri sendiri, karena gejala alam berhubungan satu dengan
yang lainnya yang tersusun dalam suatu sistem yang saling menjelaskan dan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Powler (dalam Winaputra, 1992) menyatakan
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan dari
hasil observasi dan eksperimenyang sistematis yang tersusun dalam suatu sistem,
yang memiliki satu kesatuan. Pengetahuan dalam IPA didasarkan dari gejala yang
terjadi di alam, dapat dicontohkan kejadian Newton mengalami kejatuhan buah dari
pohon. Gejala alam ini membuat Newton merasa penasaran mengapa suatu benda
(apel ) selalu jatuh ke bawah tidak keatas, ataupun kesamping. Dari rasa penasaran
ini, Newton melakukan percobaan atau eksperimen untuk mengetahui alasan
mengapa benda selalu jatuh ke bawah. Kegiatan eksperimen yang dilakukan
Newtonpun tidak serta merta berhasil, namun perlu dilakukan berkali-kali dengan
penuh kesabaran dan dengan prosedur yang tepat, yaitu menggunakan metode ilmiah.
Hasil dari kegiatan eksperimen tersebut, didapatkan suatu pengetahuan yang dapat
digunakan oleh umat manusia yaitu konsep tentang gaya gravitasi yang sampai saat
ini masih bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Salah satu metode pembelajaran
yang bersifat scientific inquiry yaitu Project Based Learning. Project Based Learning
ialah proses pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa untuk
menghasilkan suatu proyek. Pada dasarnya metode pembelajaran ini lebih
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dalam mengerjakan sebuah
proyek yang dapat menghasilkan sesuatu. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas
(dalam Farid dan Pramukantoro 2013: 739) Fokus pembelajaran terletak pada konsep
dan prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan siswa dalam investigasi
pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi
kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri,
dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Keunggulan yang dimiliki
pada metode pembelajaran berbasis proyek yaitu mampu meningkatkan motivasi
siswa, kemampuan pemecahan masalah dan sikap kerjasama, dan keterampilan
mengelola sumber. Proses pembelajaran berbasis proyek dapat membuat siswa lebih
mudah memahami materi, karena siswa langsung menerapkan ilmunya ke dalam
sebuah proyek yang mereka susun. Proyek tersebut akan membuat siswa lebih mudah
mengingat konsep yang telah diperoleh. PjBl merupakan salah satu alternatif
pembelajaran yang bisa digunakan tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi
juga unjuk kerja siswa (Hayati et al., 2020).
Berdasarkan hasil pengambilan data awal, peneliti menemukan bahwa siswa
kelas V SDS Islam Ash Sholihah mengalami beberapa kendala dalam mencapai nilai
ambang batas yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah, khususnya pada mata
pelajaran IPA. Beberapa kendala yang dihadapi yaitu; (1) siswa sulit menjawab soal
yang diberikan sehingga mempengaruhi ketuntasan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA. (2) kurangnya motivasi siswa dalam belajar IPA. (3) siswa cenderung
lebih pasif di dalam kelas. (4) kurangnya kreativitas siswa dalam belajar IPA. dan (5)
guru sering menggunakan metode pembelajaran konvensional dan monoton sehingga
sangat jarang menggunakan metode pembelajaran berkelompok dalam pemecahan
masalah.
Berlandaskan permasalahan yang ditemukan tersebut, peneliti ingin menerapkan metode
pembelajaran Project Based Learning guna meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam
mata pelajaran IPA. Vygotsky menekankan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan
orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Zona of Proximal Development atau
Zona Perkembangan Terdekat didefinisikan sebagai daerah antara tingkat perkembangan
aktual siswa dan tigkat perkembangan potensialnya. Menurut Vygotsky, siswa memiliki dua
tingkat perkembangan yang berbeda yaitu 1) Tingkat perkembangan actual (level of actual
development) yang mendefinisikan tingkat perkembangan intelektual individu saat ini dan
kemampuan mempelajari hal-hal khusus atas upaya individu itu sendiri dan 2) Tingkat
perkembangan potensial (level of potential development) yang didefinisikan sebagai tingkat
perkembangan intelektual yang dapat dicapai individu dengan bantuan orang lain seperti guru
dan orang tua atau teman yang lebih dewasa (Nur, 2008: 22). Penerapan metode PjBl
berbantu diorama ini diharapkan juga dapat membantu siswa dalam mencapai beberapa
tujuan pendidikan IPA di sekolah dasar yaitu untuk mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA. yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, dan masyarakat. Sehingga
peneliti akan melakukan penelitian berjudul “ Penggunaan metode pembelajaran Project
based learning untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V di SDS Islam Ash Sholihah
Medan-Johor.’’

METODE PENELITIAN

Jenis penelitan yang digunakan dalam penelitian ini eksperimen semu. Eksperimen
semu yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada dua kelompok sampel yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian ini yaitu eksperimen semu
menggunakan desain “The matching only pretest-posttest control group design” karena
bertujuan untuk mencari pengaruh. Penelitian ini dilaksanakan di SDS Islam Ash Sholihah
sebagai kelas eksperimen yang bertempat di Jalan Eka Bakti kota Medan dengan jumlah total
sampel penelitian yaitu 34 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tes pemberian soal tentang materi Suhu dan Kalor pada pembelajaran IPA yang
disusun oleh peneliti yang telah divalidasi dan lembar penilaian kualitas proyek Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik tes pilihan ganda yang terdiri dari pretest dan postest.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas projek yang dihasilkan siswa yaitu
Kualitas projek yang dihasilkan siswa setelah penerapan metode pembelajaran PjBL adalah
baik. Berdasarkan indikator tampilan secara keseluruhan, komposisi bagian-bagian dari
ekosistem, projek yang dihasilkan mempunyai estetika tinggi (perpaduan warna, keserasian
dalam penempatan objek, kerapian produk), dan kualitas detail tiaptiap bagian diorama serta
mengukur ranah kognitif yang terbagi dalam 3 level yaitu level pemahaman (C1,C2),
penerapan (C3), dan penalaran (C4,C5,C6). Terdapat 10 butir soal yang termasuk pada level
pemahaman, 10 butir soal pada level penerapan, dan 10 butir soal pada level penalaran.
Kemampuan ranah kognitif hasil belajar IPA dilihat dari kenaikan nilai siswa pada hasil
pretest dan posttest yang diberikan peneliti kepada kedua kelas, baik eksperimen. Selain
kenaikan tersebut, peneliti juga menganalisis dengan menggunakan uji-t untuk menarik
kesimpulan ada atau tidaknya model pembelajaran PjBL terhadap variabel penelitian ini.
Berikut rekap ranah kognitif hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen.

Tabel Hasil Belajar Siswa kelas V SDS Islam Ash – Sholihah

No Nama Siswa Nilai Nilai


Pretest Prottest
1 ABDUL RAHIM 83 90
2 AIDIL FATHANSYAH SARAAN 82 93
3 ALESHA SAFIRA 84 91
4 ALDIAN RAHMADAN 82 89
5 ALIYA AZZURA 83 89
6 ALMIRA DALIMUNTHE 73 86
7 ARFAN WISESA BANCIN 80 90
8 AYU NINDYA PUTRI PRAYETNA 80 90
9 ALNU APRILIANSYAH 84 90
10 ANGGRAINI LUMBAN TOBING 83 93
11 FATHIR IQRAM ALFARIZI 80 93
12 HAFIZURRAHMAN 80 93
13 HIROMASA CASEYA 80 93
14 IBNU RAMADHAN 80 93
15 KHANSA PHALOSA BANCIN 80 90
16 MEISYA AQILA AZAHRA 85 90
17 M RAFA FAZLI 85 92
18 MHD. SATRIA DERMAWAN 85 92
19 MUHAMMAD ARKANSYAH 86 91
20 MUHAMAD AZKA HAMDILLAH 85 90
21 MUHAMMAD ABIZAR 80 90
22 MUHAMMAD ARSYA RABBANI 80 90
23 MUHAMMAD FATIH AL BUKHORI 84 90
24 NADHIRA AZDKIA ABDILLAH 84 90
25 NURUL ZAHIRA 84 90
26 RAFA AL SYAUKI 80 89
27 RABITHA AZZAHRA ANGGRAINI 80 90
28 RAISA SYAKILA HUTAGALUNG 85 90
29 SYAFIRA MUTHMAINAH 85 90
30 SYAIRA MADINA 85 90
31 TIFARA FADILAH 83 89
32 UBAY IBNUL JABBAR 80 89
33 YURIQANI BERLIAN SAYUTI 84 90
34 ZAHARA SYAHFITRI 84 90
Nilai Tertinggi 86 93
Nilai terendah 73 86
Rata-rata 82,29 90,44
Jumlah 2798 3075
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen pada pretest
dan posttest. Rata-rata nilai kelas eksperimen pada pretest yaitu 82,29 sedangkan Protest
90,44. Selanjutnya rata-rata nilai posttest eksperimen lebih tinggi dibanding Nilai Pretest
82,29pada kelas protest dan 90,44 pada kelas eksperimen.

Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Berdasarkan karakteristik pembelajar IPA di sekolah dasar, IPA berhubungan dengan


mempelajari tentang Suhu dan Kalor sistematis, sehingga IPA tidak hanya mempelajari atau
menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta atau konsep-konsep saja tetapi
juga mempelajari bagaimana proses penemuan (Hisbullah & Selvi, 2018). Pembelajaran IPA
di sekolah dasar seharusnya mampu menyajikan konsep-konsep IPA dalam bentuk penemuan
secara langsung, sehingga tidak hanya teori yang diajarkan kepada siswa tetapi juga praktik
tentang konsep-konsep tersebut. Hal ini tidak terlepas dari peran aktif guru dalam
menyampaikan informasi kepada siswa (Kusumaningrum, 2018). Pembelajaran IPA di
sekolah dasar akan berjalan lancar, jika materi pelajaran yang baru dapat beradaptasi dengan
struktur kognitif siswa. Merujuk pada karakteristik pembelajaran IPA di sekolah dasar, maka
ditekankan bahwa peran guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir agar lebih cermat dan berargumen dengan
benar (Astuti, 2019). Pembelajaran IPA di sekolah dasar berorientasi pada penelitian dan
tindakan untuk membantu peserta didik dalam memahami lingkungan alam (Yuliana &
Atmojo, 2019). Oleh sebab itu, guru dalam pembelajaran IPA memiliki kewajiban untuk
menciptakan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
memudahkan siswa dalam memahami secara ilmiah tentang lingkungan alam dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Pembelajaran IPA di sekolah
dasar meliputi materi pengetahuan alam yang umum dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga pembelajaran IPA yang bermakna adalah pembelajaran yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari (Lukman et al., 2019). Kajian IPA memiliki kaitan erat dengan
kehidupan nyata, oleh sebab itu guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan model-model
pembelajaran yang dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kondisi nyata siswa,
sehingga membantu siswa untuk memudahkan dalam memahami materi yang dipelajari dan
dapat mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan proses pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar
memiliki karakteristik, yaitu pembelajaran IPA tidak hanya mempelajari atau mengusai
pengetahuan berupa fakta dan konsep saja, tetapi pembelajaran IPA juga harus mempelajari
proses penemuannya. Dengan melakukan penemuan langsung dapat memudahkan siswa
dalam memahami secara ilmiah mengenai kajian-kajian lingkungan alam. Selain itu, dalam
melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar, guru memiliki peranan penting untuk
menciptakan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan sesuai
dengan kehidupan nya siswa. Oleh karena itu, guru harus cermat dalam memilih model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA, yaitu model pembelajaran
yang mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan kondisi nyata siswa.

KESIMPULAN
Pembelajaran berbasis proyek dapat membantu meningkatkan pengembangan
keterampilan abad 21 tertentu, seperti kreativitas dan berpikir kreatif. Melalui aktivitas
melaksanakan kegiatan proyek dalam kelompok mampu meningkatkan motivasi dan
memfasilitasi mahasiswa untuk secara optimal memperoleh pembelajaran yang bermakna
untuk hasil yang lebih baik. Project Based Learning bermaksud membawa siswa belajar lebih
dalam dengan menggunakan inkuiri, peran guru sebagai fasilitator yang membimbing siswa
untuk memperoleh pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa
menemukan prinsip-prinsip dan mengkonstruksi pemahaman secara mandiri. Project Based
Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan penguasaan konsep.
Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara
yang bermakna. Pembelajaran berbasis Project mengembangkan kemampuan berpikir
produktif, melalui belajar kolaboratif siswa saling belajar yang nantinya akan meningkatkan
penguasaan konseptual maupun kecakapan teknikal, holistik dan interdisipliner, realistik,
berorientasi pada belajar aktif memecahkan masalah riil, yang memberi kontribusi pada
pengembangan kecakapan pemecahan masalah dan memberikan reinforcement intrinsik
(umpan balik internal) yang dapat menajamkan kecakapan berpikir produktif. Setelah
melakukan Project Based Learning menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen pada
pretest dan posttest. Rata-rata nilai kelas eksperimen pada pretest yaitu 82,29 sedangkan
Protest 90,44. Selanjutnya rata-rata nilai posttest eksperimen lebih tinggi dibanding Nilai
Pretest 82,29pada kelas protest dan 90,44 pada kelas eksperimen.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran diantaranya:


1. Untuk menghasilkan kualitas projek yang baik, diharapkan guru dituntut untuk a)
Mampu memberikan pengalaman belajar, b) membantu siswa untuk meningkatkan
kreatifitas, c) mengontrol siswa ketika mengerjakan projek yang berkualitas.
2. Untuk meningkatan hasil kognitif level pemahaman, penerapan, dan penalaran guru
memberikan tugas-tugas yang dapat membantu siswa untuk mampu menerapkan
materi yang diberikan melalui model pembelajaran Project Based Learning.
3. Penerapan model PjBL tidak hanya untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif saja,
namun pada ranah afektif seperti sikap kerja sama dalam kelompok dan psikomotor
seperti keterampilan membuat projek dalam belajar kognitif.

DAFTAR PUSTAKA
Wiki Apriany, Endang Widi Winarni & Abdul Muktadir (2020) Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada
Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 5 Kota Bengkulu. Jurnal Pembelajaran Vol. 3
No. 1, 2020

Rodliyah, Mpd Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Penerbit IAIN JAMBER PRESS, ISBN: 978-
602-8716-48-2, Maret (2021)

Farida Nur Kumala, S.Si, M.Pd, Pembelajaran IPA SD , Penerbit Ediide Infografika Cetakan 2018.

Natadadya Puspa Rineksiane, 2022 Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning untuk
Membantu Siswa dalam Berpikir Kritis, Jurnal Pendidikan Manajemen Vol. 7 No. 1,
Januari 2022, Hal. 82-91

Anggraini, P. D., & Wulandari, S. S. (2020). Analisis penggunaan model pembelajaran project
based learning dalam peningkatan keaktifan siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), 9(2), 292-299.

Lesnowati, I., & Hafifi, H. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Smk. Jurnal Inovasi
Pendidikan https://doi.org/10.37012/jipmht.v5i2.652

Alexander Hamonangan Simamora, Nyoman Jampel, I Made Tegeh 2022. E-Book Berdasarkan
Model Pembelajaran Berbasis Proyek pada Mata Kuliah Media Pembelajaran, Jurnal
Pedagogi dan Pembelajaran, Volume 5, Number 1, Tahun 2022, pp. 64-74

Sakti, I., Nirwan, & Swistoro, E. (2021). Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Literasi Sains
Mahasiswa Pendidikan IPA. Jurnal Kumparan Fisika, 4(1), 35–42. https://doi.org/10.33369/jkf.4.1.35-42.

Irfan Rizkiana Raja Nugraha, Udin Supriadi, Mokh. Iman Firmansyah (2023), Efektivitas Strategi
Pembelajaran Project Based Learning dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa, Jurnal
Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) 17 (1): 39-47, 2023
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI.

Zakiah, N. E. 2020. Implementasi Project-Based Learning Untuk Mengeksplorasi Kreativitas dan


Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa. Teorema: Teori dan Riset Matematika, 5(2).
Retrieved Juni 2023, from https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/teorema/article/view/4194.

Anda mungkin juga menyukai