Anda di halaman 1dari 3

1.

Komunikasi interpersonal keperawatan


Komunikasi interpersonal keperawatan yang disebut juga komunikasi Terapeutik, merupakan
komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan pasien secara bertatap muka yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien
Proses Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Terapeutik) Menurut Tamsuri (2004:24),
adapun tahapan komunikasi interpersonal (terapeutik) yaitu :
A. Pra-Interaksi Prainteraksi
merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Jika
pasien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa pasien untuk
berbicara atau menungkapkan perasaannya.
B. Perkenalan
Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi
interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan
kepada pasien, memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien dan menanyakan keluhan
pasien, dan lain-lain.
C. Orientasi
Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien, menvalidasi keakuratan data,
rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan.
Pada tahap ini sangat diperlukan sentuhan hangat dari perawat dan perasaan simpati dan
empati agar pasien merasa tenang dan merasa dihargai.
D. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dan pasien yang terkait erat dengan
pelaksanaan komunikasi interpersonal. Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yaitu tentang keaadan pasien, dan keluhankeluhan pasien.
E. Terminasi
Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan
antara perawat dengan pasien.
2. Etika keperawatan
Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat di dalam memberikan asuhan keperawatan
agar segala tindakan yang diambilnya tetap memperhatikan kebaikan untuk klien.
Perbedaan etika dan etiket
Etika merupakan konsep tindakan atau perilaku manusia dalam kehidupannya, yakni tentang
baik dan buruknya suatu hal. Sementara etiket berkaitan dengan sopan santun. Etiket adalah
sikap sopan santun individu dalam kehidupan bermasyarakat, guna menjalin hubungan baik
antarsesama
3. Infeksi Nosokomial
infeksi nosokomial dapat diartikan infeksi yang terjadi di rumah sakit (Salam, 2013). Infeksi
nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan
di rumah sakit.

a. Pencegahan Infeksi Nosokomial


Pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang berada di rumah
sakit, termasuk pasien, pengunjung, serta petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:

1) Cuci tangan

Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara yang
benar sesuai rekomendasi WHO. Ada lima kondisi wajib untuk cuci tangan saat berada di rumah
sakit, yaitu:

 Sebelum memegang pasien


 Sebelum melakukan prosedur dan tindakan kepada pasien
 Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urine, atau feses)
 Setelah menyentuh pasien
 Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien
2. Jaga kebersihan lingkungan rumah sakit

Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan. Lantai
rumah sakit perlu dibersihkan sebanyak 2–3 kali per hari, sementara dindingnya perlu
dibersihkan setiap 2 minggu.

3. Gunakan alat sesuai dengan prosedur

Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel di tubuh, seperti infus, alat
bantu napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai standar operasional
prosedur (SOP) yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit atau sarana kesehatan

4. Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi

Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita. Contohnya, pasien
dengan daya tahan tubuh lemah atau pasien yang berisiko menularkan penyakit ke pasien lain
akan ditempatkan di ruang isolasi.

5. Gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai SOP

Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu menggunakan alat
pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat melayani pasien.

Selain beberapa upaya pencegahan di atas, disarankan bagi bayi, anak-anak, dan lansia untuk
tidak melakukan kunjungan ke rumah sakit guna mengurangi risiko terkena infeksi nosokomial.

Anda mungkin juga menyukai