Anda di halaman 1dari 13

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN


PEMAHAMAN MATERI PENDISIKAN PANCASILA SISWA
KELAS IV
DI MIS ISLAMIYAH SUBULUSSALAM MEDAN
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2023

Nama Peserta ::Suwarni, S.Pd


Bidang Studi Sertifikasi : Pendidikan Pancasila
Sekolah Asal : MIS Islamiyah Subulussalam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Konsep pendidikan sebagai amanat dalam undang-undang tersebut kemudian dimaknai secara
praktis dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya. Proses pembelajaran yang dapat
mengaktifkan potensi peserta didik inilah yang pada saat ini dikenal dengan istilah model
pembelajaran abad 21.

Pembelajaran abad 21 sangat berbeda dengan pola pembelajaran di era sebelumnya. Pola
pembelajaran masa lalu berorientasi pada guru (teacher centered). Sedangkan pola pembelajaran
di abad 21 ini, menekankan pada model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) (Gunawan dan darmani, 2018: 58). Model pembelajaran abad 21 ini, menekankan
bagaimana pembelajar mampu mengerahkan potensi diri secara optimal, termasuk di dalamnya
adalah pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah kebudayaan Islam.

Secara substansial, mata pelajaran Pendidikan Pancasila memiliki kontribusi dalam


memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Pancasila,
yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan
membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik (PMA 2/2003).

Kenyataannya, pembelajaran Pancasila menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang
disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut
pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan
tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi Pancasila, lebih terfokus pada
pengayaan pengetahuan
(kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) (Rasional Kurikulum 2004 dan 2006:
Modul Sejarah Kebudayaan Islam Program Profesi Guru dalam Jabatan Tahun 2019).

Beberapa kendala yang dipaparkan tersebut inilah, yang juga menjadi kendala dalam proses
pembelajaran Pancasila di kelas IV sekolah MIS Islamiyah Subulussalam. Dalam proses pembelajaran
Pancasila peserta didik masih dihadapkan pada persoalan terbatasnya waktu yang tersedia
dengan banyaknya materi kognitif yang harus dicapai. Siswa cenderung sebagai penerima
informasi pasif, tanpa memberikan kontribusi ide dalam pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, guru dijadikan sebagai satu-satunya sumber informasi dan kurang maksimal
dalam mengelola model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang
bermakna. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman siswa kurang maksimal.

Berdasar pada kondisi riil yang terjadi di kelas IV MIS Islamiyah Subulussalam tersebut, maka
harus ada yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan proses pembelajaran, siswa harus dilibatkan
secara aktif bahkan seoptimal mungkin. Dengan harapan, guru dapat meningkatkan pemahaman
siswa dan siswa dapat belajar dengan aktif penuh semangat dan antusias. Salah satu model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif group
investigation. Model pembalajaran kooperatif group investigation dirancang untuk mendidik
kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.

Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan suatu metode yang menekankan pada
partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informan) pelajaran yang akan di
pelajari melalui sumber yang tersedia. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa. Dengan latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Group Investigation dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV MIS
Islamiyah Subulussalam Medan Tahun Pelajaran 2022/2023"

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dalam


meningkatkan pemahaman materi Pendidikan Pancasila Siswa Kelas IV MIS Islamiyah
Subulussalam Tahun Pelajaran 2022/2023"

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran
Kooperatif Group Investigation dalam meningkatkan pemahaman materi Pendidikan Pancasila
Siswa Kelas IV MIS Islamiyah Subulussalam Tahun Pelajaran 2022/2023"

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kontribusi bagi pengembangan
teori belajar dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif Group
Investigation.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai bahan rujukan lebih lanjut yang terkait dengan pembelajaran Pendidikan Pancasila dalam
meningkatkan pemahaman siswa.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan acuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada Mata
Pelajaran Pendidikan Pancasila melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation
c. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Pancasila melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation.
d. Bagi Madrasah
Sebagai inovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan di sekolah.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasar Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerja sama antar siswa dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dirancang untuk
membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi (Gunawan dan
Darmani, 2018: 40). Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang
menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan
kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar cognitive theory of learning.
Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena
menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran .
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pemelajaran_kooperatif).

Secara lebih jelas, berikut akan dipaparkan pengertian model pembelajaran kooperatif
menurut beberpa ahli. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu modelpembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran (Sunal dan Hans dalam Isjoni, 2009: 15).

Dalam pengertian lain, pembelajaran kooperatif: “Merupakan proses belajar mengajar yang
melibatkanpenggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja
bersama-sama didalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran
satu sama lain. Pembelajaran cooperative menekankan kerja sama antar peserta didik dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Melalui belajar secara kelompok, peserta
didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya.”Menurut
Wina Sanjaya (2008:241)pembelajaran cooperative adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan (Johnson, 2010: 4).

Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
yang telah ditentukan. Selain itu pembelajaran kooperatif untuk mempersiapkan siswa agar
memiliki orientasi untuk bekerja dalam tim. Siswa tidak hanya mempelajari materi ,tetapi harus
mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dimana sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
ditingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota
kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi yang
dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompokmenguasai
bahan pelajaran tersebut.

Kata kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi
seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar
anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hasan, 2007: 4).
Sehubungan dengan pengertian tersebut, cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang berarti siswa belajar danbekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya
yang bersifat heterogen, model pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model
pembelajaran gotong royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam
pendidikan adalah fasafah (Slavin, 2008: 8).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah


rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa berupa pemanfaatan kelompok kecil dalam
pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota
lainnya dalam kelompok tersebut melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya.
(https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran-
kooperatif/).

b. Jenis Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu
diantaranya :
1) Team Game Tournament (TGT)
Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu dalam memahami materi dan
mengerjakan tugas sebagai sebuah kelompok dan dipadu dengan kompetensi antaranggota dalam
bentuk permainan.
2) Student Team Achievement Division (STAD)
Siswa berada dalam kelompok kecil dan mengguanakan lembaran kerja untuk menguasai suatu
materi pelajaran. Mereka saling membantu satu sama lain.
3) Jigsaw
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen.Bahan pelajaran dibagi-
bagi dalam setiap anggota kelompok dan mereka mempelajari dan berdiskusi materi yang sama
kemudian kembali ke kelompok semula untuk mempelajari materi yang telah mereka kuasai
kepada anggota kelompoknya.
4) Group investigation (GI)
Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menanggapi berbagai macam topic di kelas. Setiap
kelompok membagi topic menjadi sub topic- sub topic, kemudian setiap anggota kelompok
menggunakan kegiatan meneliti untuk mencapai tujuan kelompoknya.
(https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran-
kooperatif/).

2. Model Pembelajaran Group Investigation


a. Definisi Model Pembelajaran Group Investigation

Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang
paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran,
yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar
kooperatif.

Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group


investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara
langsung dan aktif dalam proses pembelajaran. Democratic teaching adalah proses pembelajaran
yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung
keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik
(Budimansyah, 2007: 7).
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam
keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills).

Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah
strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan
investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI
mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus
(https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html).
b. Tahapan (Sintak) Model Pembelajaran Group Investigation

Adapun tahapan dalam model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.
3. Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk membagi materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif
dalam kelompoknya.
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah
satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep
dan memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi (Sharan, https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-
group- investigation.html).

3. Pemahaman Siswa

a. Definisi Pemahaman Siswa


Pemahaman siswa adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari (Winkel, 1996). Pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah
pengetahuan (Bloom, 1996). Pengertian pemahaman siswa dapat di urai dari kata ”Faham” yang
memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Disini ada pengertian tentang
pemahaman yaitu: kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan,
menjelaskan atau meringkas aatau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih
tinggi dari pada pengetahuan.
(https://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian- pemahaman-siswa.html).

Dengan demikian pemahaman siswa dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mengerti serta
mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi pembelajaran yang telah
dipelajari dalam kegiatan pembelajaran, bahkan mampu menerapkan kedalam konsep-konsep
lain.

b. Tingkat Pemahaman Siswa


Tingkat pemahaman siswa dibagi dalam beberapa kategori berikut ini, yaitu:

1. Tingkat Rendah: Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti


sebenarnya semisal, Bahasa asing dan bahasa Indonesia.
2. Tingkat Menangah: Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan
kejadian atau peristiwa.
3. Tingkat Tinggi: Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan
seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi
atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya.
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses
belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagaian
item pemahaman dapat diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik, sedangkan
bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat
dijumpai dalam tes formatif, dan sumatif.
(https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model- pembelajaran-group-investigation.html).

B. Penelitian Terdahulu
Dalam bagian ini akan dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
berkaitan dengan model pembelajaran Group Investigation. Tujuan dari pemaparan penelitian
terdahulu ini adalah untuk membandingan sekaligus mencari titik beda dan kekhasan antara
penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

1. Penerapan Model Kooperatif Group Investigation Bervisi SETS Terhadap


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di
Kelas X MA Subulussalam Tahun Ajaran 2019/2020
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Peserta Didik Kelas IV
SDN 117877 Sumberjo Tahun Ajaran 2020/2021
3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk
meningkatkan aktivitas dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN 117877 Tahun Ajaran
2021/2022.

Adapun yang menjadi perbedaan atau kekhasan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
yang sudah dilakukan adalah selain berbeda setting dan subjek penelitian, penelitian ini juga
menekankan pada penggunanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada
materi pembelajaran Pendidikan Pancasila khususnya materi Perumusan Pancasila

Penggunaan model GI pada pembelajaran Pendidikan Pancasila ini diharapkan mampu


meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perumusan pancasila, dengan situasi belajar
yang aktif, variatif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat
terlibat secara aktif dan mampu bekerjasama dan berinteraksi dalam kelompoknya dalam
menggali informasi terkait materi pembelajaran.

C. Kerangka Konseptual

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan membentuk


kelompok diskusi, dimana dalam model ini siswa diharapkan mampu untuk bekerjasama dan
beristrekasi dalam kelompoknya. Adapun jenis model pembelajaran koopertif yang digunakan
adalah Group Investigation. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa terlibat secara aktif dalam mencari
informasi secara mandiri dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah/topic yang telah
diberikan oleh guru. Dengan penggunanaan model pembelajaran kooperatif group investigation
ini akan mampu meningkatkan pemahaman siswa terkait materi pembelajaran Perumusan
Pancasila.
Adapun yang menjadi indikator pemahaman siswa pada materi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat menyebutkan apa dasar negara kita
2. Siswa dapat mengidentifikasi rumusan-rumusan Pancasila
3. Siswa dapat merumuskan atau menyebutkan tokoh-tokoh dari perumusan Pancasila
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah partisipatori artiya peneliti terlibat secara aktif mulai
dari kegiatan pengumpulan data sampai pengolahan data. Adapun pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif, data bukan skor dengan latar keadaan siswa maupun kondisi
pembelajaran yang sebenarnya.

B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MIS Islamiyah Subulussalam di
Kelas IV dengan jumlah siswa 20 anak. Pemilihan lokasi ini karena peneliti salah satu tenaga
pengajar di Madrasah tersebut, sehingga dapat memudahkan kepada peneliti untuk menggalai data
dan informasi serta akan lebih mudah melakukan tindakan.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli semester Ganjil Tahun Pelajaran
2022/2023, karena menyesuaikan dengan program semester yang telah direncanakan.

3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MIS Islamiyah Subulussalam Tahun Ajaran
2022/2023 dengan jumlah 20 siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila, materi perumusan
Pancasil.

4. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian


Adapun yang menjadi alasan dilakukannya penelitian ini adalah sebaagi berikut:
a. Peneliti sekaligus guru di MA. Annuriyyah Rambupuji Jember sehingga sudah
dikenal dan beradaptasi dengan siswa.
b. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya
c. Terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dilakukannya penelitian

C. Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi dan butir soal tes tulis uraian serta alur penyusunannya
2. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dengan sintaknya
3. Pedoman wawancara dan alur penyusunannya : pedoman wawancara
4. Catatan lapangan : catatan guru (yang keseluruhannya divalidasi)
D. Metode Pengumpulan Data
1. Tes Tulis uraian
Pengumpulan data melalui tes ini meliputi kisi-kisi, jadwal tes, bentuk tes, validator dan
sumber soal.

2. Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara ini berkaitan dengan bagaimana cara peneliti
memperoleh data melalui wawancara, diantaranya berkaitan dengan waktu (kapan dilakukannya
kegiatan wawancara, intensitas wawancara (berapa kali wawancara dilakukan), serta media yang
digunakan dalam kegiatan wawancara misalnya data diperoleh dengan cara direkam dengan
menggunakan media audio visual.

3. Catatan lapangan
Catatan lapangan dalam penelitian ini merupakan catatan peneliti; guru selama dan
setelah berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Pancasila

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yang meliputi:
1. Seleksi data
2. Reduksi data
3. Klaisifikasi data (mengelompokkan dan Codding)
4. Validasi dan Display
5. Analisis data : Data dibandingkan dengan Bab II

F. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang
sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kemmis dan Taggart, 1997). Sebelum masuk
pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Alur Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis dan Mc Taggart, 2006)
Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun


rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya model pembelajaran kooperatif Group Investigation.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, di mana masing putaran dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif di akhir masing masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

G. Trianggulasi Sumber
Trianggulasi sumber merupakan kegiatan menggali kebenaran informai tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena
yang diteliti (https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-
kualitatif.html).

Adapun sumber yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang pertama siswa dan yang kedua
teman sejawat.

Alur Trianggulasi Sumber


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sofyan Fauzan. 2019. Modul Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Profesi Guru dalam
Jabatan. Kementrian Agama Republik Indonesia

Darmani dan Fadliadi. 2018. Tampil Menawan dalam Pembelajaran (Berani, Cerdas, Kreatif dan
Terampil). Ponorogo: Wade Group

Darmani dan Gunawan. Membuat Karya Tulis Ilmiah Mudah & Menyenangkan. Surabaya :
Nizamia Learning Center

Gunawan dan Darmani. 2018. Model dan Strategi Pembelajaran Aktif & Menyenangkan.
Surabaya
: Nizamia Learning Center

Gunawan dan Darmani. 2018. Mengajar di Zaman Now; Pembelajaran dengan Pendekatan Savi,
Saintifik, Literasi, PPK, 4C dan HOTS. Ponorogo : Wade Group

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Menteri
Agama Tahun 2003

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemelajaran_kooperatif, diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul:


16.00 wib

https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran kooperatif/,
diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib

https://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-pemahaman-siswa.html,
diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib

https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html, diaskses
13 Oktober 2019, pukul: 18.00 wib

https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html,
diaskses 13 Oktober 2019, pukul: 18.00 wib

Admin. 2018. “Garuda Pancasila”. https://www.sekolahan.co.id/sejarah-lahirnyapancasila


sebagai- dasar-negara-indonesia/ dan https://www.sekolahan.co.id/makna-burung-
garuda-pancasila- sebagai-lambang-negara-indonesiapaling-lengkap, diakses 16 Agustus
pukul 17:10.
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Jalan Dr. Supomo 23 Solo. 2022. Pendidikan Pancasila
Untuk Kelas IV SD dan MI Penulis : Warsiti Adnan. Pendamping buku teks Utama.
Kemendikbud, BSE. 2014. Bangga sebagai Bangsa Indonesia, Buku Guru Tema 5. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Kemendikbud, BSE. 2017. Indahnya Kebersamaan, Buku Kelas IV Tema 1.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai