Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR

BIMBINGAN DAN KONSELING POPULASI KHUSUS


(KONSELING BEHAVIOR)

Disusun untuk memenuhi mata kuliah yang diampu oleh Ahmad Muzanni, M.Pd.

Oleh:

Nama : Amriliya Ranjani Oktaviana


NIM : 20171043
Program Studi : Bimbingan dan Konseling

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
TAHUN AKADEMIK 2023/202
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Behaviorisme
ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang
diamati. Pendekatan behavioristik memandang setiap orang memiliki kecenderungan positif
dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan
sosial budayanya. Meskipun berkeyakinan bahwa segenap tingkah laku pada dasarnya
merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan faktor genetik
Corey (2005) mengemukakan bahwa psikoanalisa merupakan sebuah model pengembangan
kepribadian dengan pendekatan psikoterapi. Teori Freud banyak dikembangkan pada model
konseling dan terapi psikologis, sekaligus menjadai salah satu menu wajib dalam memahami dimensi
kepribadian manusia. Bagi yang berminat di bidang helping profession tidak merasa asing dengan
konsep dan kerangka teoretik dari Freud dan Freudian. Psikoanalisa klasik yang kemudian
berkembang dalam psikoanalisa kontemporer tetap menjadi salah satu pertimbangan konselor dan
terapis dalam menentukan pendekatan psikoanalisa modern. Salah satu kritik terhadap psikoanalisa
adalah memandang manusia secara deterministik sehingga dianggap melemahkan martabat
kemanusiaan sebagai individu yang penuh dinamika dan memiliki kebebasan. Perilaku deterministik
disebabkan oleh kekuatan irasional, motivasi ketidaksadaran, dorongan-dorongan biologis dan
insting. Perhatian sentral psikoanalisa adalah dorongan instingtif. Perkembangan manusia ditentukan
pada masa kanak-kanak merupakan salah satu deskripsi dari pandangan pesimisme dan pasivitas
terhadap manusia. Pendekatan psikoanalisa bersifat klinis dan mementingkan energi-energi psikis
dan kurang mengakui aspek kognitif. Posisi individu hanya ditentukan oleh model perkembangan
pada masa kanak-kanak berimplikasi pada munculnya kritik dan teori baru yang memiliki cara
pandang berbeda dengan psikoanalisa. Pada tahun 1950-an banyak eksperimen yang dilakukan oleh
psikolog dan terapis dalam upaya pengembangan potensi manusia, Salah satu temuan baru yang
didapatkan adalah menganggap pentingnya faktor belajar pada manusia, di mana untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan reinforcement sehingga teori ini menekankan
pada dua hal dua hal penting yaitu learning dan reinforcement serta tercapainya suatu perubahan
perilaku (behavior). Dalam perkembangan lebih lanjut teori ini dikenal dengan behavior therapy
dalam kelompok paham behaviorisme, yang dikembangkan melalui penelitian eksperimental.

Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebih atau ia kekurangan
tingkah laku yang pantas, konseler yang mengambil pendekatan behavioral membantu klien
untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk
memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan kata lain, membantu
klien agar tingkah lakunya menjadi lebih adpatif dan menghilangkan yang maladaptif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan behavioral konseling?
2. Apa sajakah tujuan behavioral konseling?
3. Bagaimana metode penanganan masalah konseling behavior?
4. Apa hasil dan pembahasan dari konseling behavioral?

1.3 Tujuan
Pendekatan behavioristik merupakan usaha untuk memanfaatkan secara sistematis
pengetahuan teoritis dan empiris yang dihasilkan dari penggunaan metode eksperimen dalam
psikologi untuk memahami dan menyembuhkan pola tingkah laku abnormal. Untuk
pencegahan dan penyembuhan abnormalitas tersebut dimanfaatkan hasil studi eksperimental
baik secara deskriptif maupun remedial. Pendekatan behavior bertujuan untuk
menghilangkan tingkah laku yang salah suai dan membentuk tingkah laku baru. Pendekatan
tingkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari
yang sederhana hingga yang kompleks, baik individual maupun kelompok. Menurut Corey
(1986) tujuan pendekatan behavioristik adalah sebagai refleksi masalah konseli, dasar
pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan sebagai kerangka untuk menilai hasil
konseling. Karakateristik pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh Eysenck, adalah
pendekatan tingkah laku yang ; a. Didasarkan pada teori yang dirumuskan secara tepat dan
konsisten yang mengarah kepada kesimpulan yang dapat diuji. b. Berasal dari hasil
penelaahan eksperimental yang secara khusus direncanakan untuk menguji teori-teori dan
kesimpulannya. c. Memandang simptom sebagai respons bersyarat yang tidak sesuai (un-
adaptive conditioned responses) d. Memandang simptom sebagai bukti adanya kekeliruan
hasil belajar e. Memandang bahwa simptom-simptom tingkah laku ditentukan berdasarkan
perbedaan individual yang terbentuk secara conditioning dan autonom sesuai dengan
lingkungan masing-masing f. Menganggap penyembuhan gangguan neurotik sebagai
pembentukan kebiasaan (habit) yang baru g. Menyembuhkan simptom secara langsung
dengan jalan menghilangkan respon bersyarat yang keliru dan membentuk respon bersyarat
yang diharapkan h. Menganggap bahwa pertalian pribadi tidaklah esensial bagi
penyembuhan gangguan neurotik, sekalipun untuk hal-hal tertentu yang kadang-kadang
diperlukan.
BAB II
METODE PENANGANAN MASALAH

Konseling Behavior adalah sebuah metode konseling yang menggunakan teori dan prinsip-
prinsip behaviorisme untuk membantu individu menghapuskan perilaku yang tidak mendukung
kebutuhan mereka dan meningkatkan perilaku yang mendukung kebutuhan mereka.
Ada dua metode yang digunakan dalam konseling perilaku (Behavior), yaitu metode untuk
mempromosikan perilaku seperti penguatan positif, pembentukan perilaku (shaping),
pembentukan kontrak (contingency contracting), dan token economy. Perlakuan permusuhan,
sensitisasi sistematis, banjir (flooding), kejenuhan (saturasi), pemadaman (eliminasi), dan time
out adalah metode lain untuk mengurangi perilaku (terapi keengganan).Adapun teknik konseling
behavior yang digunakan dalam penelitian, antara lain:
1) Teknik Reinforcement Positif atau Penguatan Positif Reinforcement positif adalah apa pun
yang memperkuat perilaku dan membuatnya lebih mungkin terjadi lagi dianggap sebagai
penguatan positif. Reward adalah sinonim dari penguatan positif. Makanan atau camilan favorit,
hobi yang disukai, stiker, uang, perhatian, pengakuan sosial, atau hadiah lainnya adalah contoh
penguatan positif dan pada dasarnya segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
mendapatkan itu. Reward berfungsi sebagai motivator perilaku yang diharapkan, dan reward
harus mengikuti terjadinya perilaktu agar pembelajaran awal terjadi dan untuk memperkuat
hubungan yang sebelumnya telah dipelajari agar terus berlanjut.Dalam konseling yang
menggunakan teknik reinforcement positif, memperhatikan seorang prinsip-prinsip konselor
dalam perlu teknik reinforcement positif agar dapat hasil yang maksimal dalam proses konseling,
prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
a) Reinforcement positif tergantung pada penampilan tingkah laku konseli yang diinginkannya.
b) Tingkah laku konseli ketika sudah muncul segera langsung diberikan penguatan positif.
2) Teknik Reinforcement Negatif atau Penguatan Negatif
Reinforcement negatif adalah suatu apa pun yang mengurangi atau menghilangkan stimulus
permusuhan (tidak menyenangkan). Relief adalah kebalikan dari penguatan negatif. Penguatan
dan hukuman negatif sering membingungkan, meskipun banyak reinforcement negatif yang tidak
menguntungkan juga dilihat oleh konseli sebagai hukuman. Namun, ada satu perbedaan penting
antara keduanya: hukuman digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan
penguatan negatif selalu dimaksudkan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Perbedaan
ini kritis untuk untuk memahami perbedaan di antara kedua konsep penting ini. Reinforcement
negatif adalah suatu konsep yang sulit untuk dipahami dan diterapkan, dan teks ini tidak
memasukkan bab tentang penerapannya. Salah satu contoh reinforcement negatif adalah untuk
meningkatkan verbalisasi dalam interaksi konseling kelompok dengan menghilangkan bunyi
yang tidak menyenangkan ketika klien terlibat dalam diskusi verbal, setelah itu
mengintroduksikan bunyi yang tidak menyenangkan itu selama periode diam (tidak bersuara).
Contoh yang kedua adalah untuk memperbaiki perilaku di tempat duduk seorang anak (artinya
pantat Billy harus tetap menempel di kursi) dengan menyingkirkan kursinya selama interval 10
menit tiap kali ia meninggalkan tempat duduknya tanpa izin, dengan memaksanya berdiri, bukan
duduk di bangkunya. Sekali lagi, harus mendengarkan bunyi yang tidak menyenangkan atau
tetap berdiri bukannya duduk mungkin tampak seperti hukuman, tetapi dalam contoh-contoh ini
mereka bukan hukuman selama tujuan konselingnya dimaksudkan untuk meningkatkan frekuensi
perilaku yang diinginkan.

1. Identifikasi Masalah: Dalam tahap ini, konselor akan membantu individu menentukan dan
memahami masalah yang sedang diajari. Konselor akan meminta individu untuk memberikan
detail tentang masalah dan membantu individu menentukan apa yang harus dilakukan untuk
menghapuskan masalah tersebut.

2. Penggambaran Tujuan: Dalam tahap ini, konselor akan membantu individu menentukan tujuan
yang harus dicapai. Tujuan harus mendukung kebutuhan individu dan harus dapat diukur.
Konselor akan membantu individu membuat tujuan yang realistis dan menggambarkan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Pengembangan Strategi: Dalam tahap ini, konselor akan membantu individu menghasilkan
strategi untuk menghapus masalah dan mencapai tujuan. Strategi harus dibentuk dengan
mengambarkan langkah-langkah yang harus dilakukan dan waktunya. Konselor akan membantu
individu melakukan role-playing untuk menguasai strategi tersebut.

Metode Konseling Behavior berbeda dengan metode psychoanalisis, seperti metode Freud,
dalam hal bahwa metode psychoanalisis lebih fokus pada penyebab masalah di dalam diri
individu, sementara metode Konseling Behavior lebih fokus pada perilaku individu dan cara
untuk mengatasinya secara praktis. Metode Konseling Behavior juga lebih struktural dan tidak
melibatkan interpretasi subjektif seperti dalam metode psychoanalisis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Gavarkovs (2019) diambil untuk dijadikan model dalam pendekatan
konseling behavioral konsep behavioral therapy dalam meningkatkan rasa percaya diri
pada siswa terisolir. Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri serta
rasa percaya diri. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan kita, sebagai
faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Di manapun tujuan dari pendidikan adalah
memanusiakan manusia seutuhnya
Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing dan memiliki budi pekerti luhur serta moral yang baik. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun ia berada, artinya pendidikan
dimanapun sangat penting karena tanpa pendidikan manusia sangat sulit berkembang. Sekolah
adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid dibawah pengawasan
guru. Sekolah itu merupakan lingkungan yang didalamnya terdapat berbagai macam
individu yang memiliki banyak perbedaan karakter. Sekolah sebagai lembaga formal banyak
berperan dalam memberi pengetahuan dan keterampilan melalui berbagai kegiatan baik itu
bidang akademik ataupun non akademik. Siswa-siswi disekolah itu memiliki banyak kegiatan
seperti mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik dan mengikuti pembelajaran
sesuai aturan. Disekolah juga merupakan tempat untuk para siswa-siswi untuk bersosialisasi
serta saling menghargai dengan lingkungan sekitarnya. Akan tetapi akhir- akhir ini banyak
permasalahan yang dihadapi oleh para siswa-siswi disekolah sehingga mereka merasa
kurang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut yaitu rasa percaya diri. Masalah
kepercayaan diri siswa dapat menimbulkan hambatan besar pada bidang kehidupan sosial,
belajar serta karir. Siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah (susah menyesuaikan diri)
dalam kehidupan pribadinya diliputi dengan keraguan untuk menentukkan suatu tindakan atau
sering cemas dan suka menyendiri dan menjauh dengan lingkungan. Salah satu cara untuk
meningkatkan rasa percaya diri kepada siswa yang terisolir adalah dengan menggunakan
behavioral Therapy karena pendekatan ini merupakan hal yang paling penting dalam
merubah tingkah laku manusia. Perubahan tingkah laku manusia itu dapat dipelajari dari
proses belajar dari lingkungan yang ada. Behavioral Therapy ini juga dikenal sebagai
tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan
yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada
tujuan perilaku tingkah laku baru, serta penghapusan tingkah laku yang maladatif serta
memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Penggunaan behavioral
therapy ini juga menekankan pada perubahan tingkah laku manusia dan agar manusia tersebut
bisa menemukan tingkah laku yang baru dan menghilangkan perilaku maladatif. Adapun
jurnal yang menggunakan pendekatan behavioral yang telah penulis temukan dalam
merubah tingkah laku di antaranya yaitu Efektifitas konseling behavioral dengan
teknik positive reinforcement untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data penelitian
dianalisis dengan teknik statistik t-test. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa
konseling behavioral teknik positive reinforcement efektif untuk meningkatkan rasa
percaya diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya turun perilaku membolos
sesudah diberikan tindakan. Penurunan perilaku membolos siswa dipantau dari perubahan
kehadiran di sekolah sangat meningkat yang didukung dari daftar hadir kelas. Selama ini,
pendekatan Behavioral Therapy belum sampai pada aspek inti dari konseli. Behavioral
Islami menjawab kekurangan tersebut dengan membantu konseli Dalam situasi kelompok
belajar dan menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai makhluk Allah yang disebut
manusia. Membantu menemukan hakikat diri ini merupakan bagian terpenting dan tidak
dapat diabaikan. Oleh karena itu, penting dirumuskan konsep behavioral therapy dalam
meningkatkan rasa percaya diri pada siswa terisolir perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam.
Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku.
Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu
dengan lingkungan sekitarnya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari
pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Untuk itu memahami
kepribadian individu tidak lain adalah perilakunya yang tampak (Latipun, 2003). Dari
penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa perilaku merupakan bagian dari kepribadian
manusia yang terbentuk oleh pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dalam
pandangan behaviorisme perilaku bermasalah dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-
kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Perilaku yang salah penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi
dengan lingkunganya. Artinya bahwa perilaku individu itu meskipun secara social adalah
tidak tepat, dalam beberapa saat memperoleh ganjaran dari pihak tertentu. Dari cara
demikian akhirnya perilaku yang tidak diharapkan secara sosial atau perilaku destruktif
dikelas (Gavarkovs, 2019). Sedangkan perilaku bermasalah dalam pandangan
behaviorisme adalah perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau tidak sesuai
dengan norma yang ada. Perilaku bermasalah ini merupakan kebiasaan-kebiasaan negative
yang juga terbentuk dari hasil interaksi dengan lingkungan. Kepercayaan diri terdapat dua
kata yaitu kepercayaan dan diri. Kepercayaan adalah suatu anggapan suatu anggapan atau
keyakinan bahwa sesuatu yang diyakini itu benar adanya. Sedang kata diri berarti orang
atau seorang yang menyatakan tujuannya kepada badan sendiri. Dari penjelasan tersebut
dapat dipahami bahwa kepercayaan diri merupakan anggapan atau keyakinan akan badan
dan kemampuan sendiri. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negative, kurang
percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Rasa percaya diri adalah
sikap positif, baik terhadap dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Onishchuk et al.,
2020). Selain itu, dalam teori tentang belajar sosial, Albert bandura mengemukakan bahwa
individu dengan kepercayaan diri akan mampu menghadapi dan memcahkan masalah
dengan efektif. Individu ini juga memiliki efikasi diri yang tinggi sehingga mudah dalam
menghadapi tantangan karena memiliki kepercayaan penuh akan kemampuan dirinya
(Hidayat, 2018). Pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa percaya diri
merujuk pada beberapa aspek kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki
kompetensi, yakni, mampu, dan percaya bahwa dia bisa melakukan tugas
perkembangannya dan memiliki harapan hidup yang realistik. Anak terisolir adalah anak yang
tidak mempunyai teman dalam pergaulannya karena dia tidak mempunyai minat untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok
sebagai proses bersosial. Siswa seperti ini lebih tertarik untuk melakukan kegiatan seorang
diri dan tidak pandai dalam segi pergaulannya antar sesama teman (Gavarkovs, 2019). Selain itu,
pengertian siswa terisolasi adalah siswa yang terasingkan atau ditolak oleh teman-temannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku terisolir siswa adalah perilaku siswa
yang menarik dirinya dari kehidupan sosial karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan
tuntutan yang ada sehingga diasingkan oleh teman-temannya (Abdollahpour, Khosravi,
Motaghi, Keramat, & Mousavi, 2019). Jadi pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa perilaku terisolir siswa adalah suatu sikap individu yang tidak dapat menyerap dan
menerima norma-norma ke dalam kepribadiannya dan dia juga tidak mampu untuk
berperilaku yang pantas atau menyesuaikan diri menurut tuntutan lingkungan yang ada.
Dalam hal ini untuk meningkatkan percaya diri pada siswa terisolir terisolir menggunakan
layanan konseling behavioral yang bertujuan agar individu bermasalah mampu merubah
tingkah lakunya agar lebih adaptif.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendekatan dalam layanan konseling merupakan suatu strategi untuk memberikan intervensi
kepada konseli. Tujuan yang akan dicapai adalah perubahan pada konseli yang memungkinkan
konseli untuk dapat menerima diri (self-acceptance), memahami diri (self understanding),
menyadari diri (self-awareness), mengarahkan diri (self-directing), dan aktualisasi diri (self-
actualitation). Dalam proses konseling, dimensi perubahan merupakan tujuan yang akan dicapai
oleh konseli-konselor. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan pendekatan dalam
konseling, diantaranya adalah karakteristik personal (konseli), karakteristik problem, hingga
pada tujuan yang hendak dicapai. Behavioristik merupakan salah satu pendekatan teoritis dan
praktis mengenai model pengubahan perilaku konseli dalam proses konseling dan psikoterapi.
Pendekatan behavioristik yang memiliki ciri khas pada makna belajar, conditioning yang
dirangkai dengan reinforcement menjadi pola efektif dalam mengubah perilaku konseli.
Pandangan deterministik behavioristik merupakan elemen yang tidak dapat di hilangkan. Namun
pada perkembangan behavioristik kontemporer, pengakuan pada manusia berada pada tingkat
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan awal-awal munculnya teori ini. Pendekatan
behavioristik menekankan pentingnya lingkungan dalam proses pembentukan perilaku.
Pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku salah suai, tidak sekedar mengganti
simptom yang dimanifestasikan dalam tingkah laku tertentu. Dengan pendekatan behavior,
diharapkan konseli memiliki tingkah laku baru yang terbentuk melalui proses conditioning,
hilangnya simptom dan mampu merespon terhadap stimulus yang dihadapi tanpa menimbulkan
masalah baru. Penerapan Konseling Behavioral dalam penanganan remaja bermasalah,
Dapat membentuk karakter remaja, harga diri remaja, dan membantu remaja untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan untuk menjadi dewasa yang mandiri dan
bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Abdollahpour, S., Khosravi, A., Motaghi, Z., Keramat, A., & Mousavi, S. A. (2019).
Effect of brief cognitive behavioral counseling and debriefing on the prevention of post-
traumatic stress disorder in traumatic birth: a randomized clinical trial. Community mental
health journal, 55(7), 1173-1178.

https://www.neliti.com/publications/439172/pendekatan-konseling-behavioral-dalam-
penanganan-remaja-bermasalah

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1c.Artikel+Ilmiah-
Teori+dan+Aplikasi+Behavioristik+dalam+Konseling.pdf

Anda mungkin juga menyukai