Anda di halaman 1dari 24

TUGAS 3

REVIEW VARIABEL PENELITIAN

1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Definisi

Menurut Sumarno (2000), pemecahan masalah adalah suatu proses untuk


mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan.

Menurut Branca (dalam sumarno,1994). Pemecahan masalah dapat


diartikan dengan menggunakan interprestasi umum,yaitu pemecahan masalah
sebagai tujuan,pemecahan masalah sebagai proses, dan pemecahan masalah
sebagai keterampilan dasar

Indikator

Indikator pemecahan masalah dalam Permendikbud nomor 58 tahun 2014,


yaitu.

NO INDIKATOR
1 Memahami masalah
2 Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
mengidentifikasi masalah
3 Menyajikan suatu rumusan masalah secara matematis dalam berbagai
bentuk
4 Memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah
5 Menggunakan atau mengembangkan strategi pemecahan masalah
6 Menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk memecahkan masalah
7 Menyelesaikan masalah
Sedangkan menurut Polya, terdapat 4 indikator pemecahan masalah yaitu.

NO INDIKATOR
1 Memahami
2 Merencanakan pemecahan masalah
3 Melaksanakan pemecahan masalah
4 Memeriksa kembali

Sumber Rujukan

Isnaini, N., Ahied, M., Qomaria, N., & Munawaroh, F. (2021). Kemampuan
Pemecahan Masalah Berdasarkan Teori Polya Pada Siswa Kelas Viii Smp
Ditinjau Dari Gender. Natural Science Education Research, 4(1), 84–92.
https://doi.org/10.21107/nser.v4i1.8489

Supiyati, H., Hidayati, Y., Rosidi, I., & Wulandari, A. Y. R. (2019). Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Menggunakan Model Guided
Inquiry Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Pada Materi
Pencemaran Lingkungan. Natural Science Education Research, 2(1), 59–67.
https://doi.org/10.21107/nser.v2i1.5566

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Definisi

Menurut Polya (1973), pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari


jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak
segera dapat dicapai kesimpulan.
Indikator
Berikut ini adalah penjabaran indikator dari langkah-langkah pemecahan
masalah menurut Polya.

Langkah-langkah Polya Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah


Berdasarkan Langkah-langkah Polya
Memahami masalah Siswa menetapkan apa yang diketahui pada
permasalahan dan apa yang ditanyakan.
Merencanakan penyelesaian Mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan
masalah yang sesuai untuk menyelesaikan
masalah.
Menyelesaikan masalah Melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan
sesuai rencana yang telah direncanakan.
Melakukan pengecekan Mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah
kembali sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi
kotradiksi dengan yang ditanyakan. Ada empat
hal penting yang dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan langkah ini, yaitu: a) Mencocokan
hasil yang diperoleh dengan hal yang
ditanyakan. b) Menginterpretasikan jawaban
yang diperoleh. c) Mengidentifikasi adakah cara
lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah.
d) Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil
lain yang memenuhi.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian yang


dikemukakan oleh Karim dan Normaya (2015), yakni:
1) Menginterpretasi : Memahami masalah yang ditunjukan dengan menulis
diketahui maupun ditanyakan soal dengan tepat.
2) Menganalisis : Mengidentifikasi hubungan–hubungan antara pernyataan-
pernyataan, pertanyaan–pertanyaan, dan konsep–konsep yang diberikan dalam
soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan tepat dan
memberi penjelasan dengan tepat.
3) Mengevaluasi : Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal,
lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan.
4) Menginferensi : Membuat kesimpulan dengan tepat.
Sumber Rujukan

Arif, D. S. F., Zaenuri, Z., & Cahyono, A. N. (2020). Analisis kemampuan


berpikir kritis matematis pada model problem based learning (PBL)
berbantu media pembelajaran interaktif dan google classroom.
In Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS), 3(1), 323-
328.

Konoras, R. S. Chandra, F. E., Afandi, A. (2022). Analisis kemampuan berpikir


kritis matematis siswa dalam pemecahan masalah matematika pada materi
sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Delta-Pi: Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika, 11 (1)

3. Keterampilan Berpikir Kreatif

Definisi

Menurut Sumarmo (2000), pemecahan masalah adalah suatu proses untuk


mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan.

Menurut Branca (dalam Sumarmo, 1994), pemecahan masalah dapat


diartikan dengan menggunakan interpretasi umum, yaitu pemecahan
masalah sebagai tujuan, pemecahan masalah sebagai proses, dan pemecahan
masalah sebagai keterampilan dasar

Indikator

Silver dalam (Mulyaningsih & Ratu, 2017) menyebutkan ada tiga indicator
didalamnya yaitu:

a. Kelancaran (menyelesaikan masalah dengan beragam solusi maupun


jawaban).
b. Fleksibilitas fleksibilitas (siswa dalam memecahkan masalah dengan
satu metode atau cara dan masih bisa memecahkan masalah dengan
menggunakan cara lain lagi).
c. Kebaruan (sebagaimana siswa mampu memeriksa jawaban yang sudah
selesai dengan beragam cara atau metode, kemudian membuat lainnya
lagi yang berbeda).

Menurut Munandar (dalam Rizal Abdurrozak, dkk. 2016, hlm 874)


menyatakan indikator berpikir kreatif yaitu:

a. Kefasihan (Fluency) yaitu, menghasilkan sejumlah besar ide/respons


yang berhubungan, dan berpikir fasih.
b. Berpikir fleksibel yaitu, memanifestasikan satu kesatuan ide, sanggup
mengganti gaya ataupun metode, serta berpikir kearah yang tidak sama.
c. Pemikiran orisinal yaitu, menyampaikan respons yang tidak biasa dan
berbeda pada orang lain, yang sedikit dibagikan oleh kebanyakan orang.
d. Elaborative yaitu, membangun, menambahkan, dan memperbanyak
suatu ide, memperhalus perincian, dan meningkatkan suatu ide.

Sumber Rujukan

Syarifan NU]urjan, 2018. (2018). Pengembangan Berpikir Kreatif. 03(01),


1–26.

Wardani, N. R., Juariah, J., Nuraida, I., & Widiastuti A, T. T. (2021).


Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui penerapan model
pembelajaran JUCAMA. Jurnal Analisa, 7(1), 87–98.
https://doi.org/10.15575/ja.v7i1.9904

4. Kemampuan Literasi

Definisi

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Sistem Perbukuan


dinyatakan bahwa literasi merupakan kemampuan untuk memaknai informasi
secara kritis, sehingga ketika mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.
Menurut pendapat (implementasi_teori_belajar_dalam_pendidikan_literasi,
n.d.) yang menyatakan literasi adalah keberaksaraan, yang mengandung arti
kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi yang dimaksud untuk
melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca,
menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses
kegiatan tersebut akan menciptakan suatu karya, membudayakan atau
membiasakan untuk membaca, menulis perlu adanya proses jika memang
dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada
atau belum terbentuk (Harahap et al., 2022).

Indikator

Indikator Kemampuan Literasi Membaca Siswa

1) Tujuan membaca karya sastra


2) Tujuan membaca untuk memperoleh informasi
3) Mengetahui proses mencari dan menemukan informasi
4) Mengetahui kesimpulan
5) Mengetahui cara menafsirkan dan memadukan gagasan
6) Mengetahui cara menilai konten dan penggunaan Bahasa
a. Kemampuan Literasi Sains

Kemampuan Literasi Sains Siswa Untuk mengetahui kemampuan


literasi sains siswa, peneliti memberikan 15 soal pilihan ganda dengan 3
indikator yang diambil pada PISA (2016) yaitu :

1) Mengidentifikasi bukti ilmiah


2) Menjelaskan fenomena ilmiah
3) Menggunakan bukti ilmiah dalam kehidupan sehari-hari
b. Kemampuan Literasi Matematika Siswa

Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengukur literasi


matematika siswa pada penelitian ini adalah tes yang terdiri dari 5 soal
uraian. Pedoman penilaian kemampuan literasi matematika yang
digunakan peneliti diadaptasi dari aspek kemampuan literasi matematika
NCTM (2000).
1) Memecahkan dan merumuskan masalah
2) Menerapkan konsep atau prosedur matematika
3) Menjelaskan penyelesaian dan menafsirkan kesimpulan

Sumber Rujukan

Arohman, M., dkk. (2016). Kemampuan Literasi Sains Siswa pada


Pembelajaran Ekosistem. Proceeding Biology Education Conference,
13(1) 2016: 90-92.

Carmila, F. R., & Ramadan, Z. H. (2023). Implementasi Literasi Membaca


dalam Pembelajaran di Kelas 5B Pasca Covid-19 di SD Negeri 141
Pekanbaru. Journal on Education, 5(4), 12948-12954.

5. Hasil Belajar

Definisi

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu yang dicapai oleh
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi keterampilan
kognitif, afektif, maupun psikomotor (Wulandari, 2021). Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai peserta didik ketika menjalankan tugas dan
kewajiban dalam kegiatan pembelajaran di sekolah (Rapiadi, 2022).

Indikator

Indikator hasil belajar menurut Ricardo & Meilani (2017) dalam


(Fauhah & Brillian, 2021) terdiri dari:

1. Kognitif (pengetahuan, pemahaman, pengaplikasian, pengkajian,


pengevaluasian);
2. Afektif (penerimaan, menjawab, dan penilaian);
3. Psikomotorik (gerak dasar, gerak generik, gerak kreatif).

Sumber Rujukan

Prihandini, K. L., & Panduwinata, L. F. (2022). Pengaruh Keterampilan Mengajar


Guru terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Kepegawaian di Smk Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 6(2), 13273-13284.

Lestari, P., Yohana, C., & Adha, M. A. (2023). Pengaruh fasilitas belajar, motivasi
belajar, dan disiplin belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran humas
kelas XI OTKP di SMKN Jakarta barat. Jurnal media administrasi, 8(1),
35-47.

6. Prestasi Belajar

Definisi

Menurut Poerwanto (dalam Hamdu, G. Agustina, 2011:3)


mengemukakan pengertian prestasi belajar yaitu merupakan hasil yang
dicapai dalam usaha belajar yang dinyatakan dalam raport.

Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15) yang mengemukakan bahwa


penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.

Indikator

1. Kesesuaian cerita dengan materi pembelajaran

2. Kesesuaian uraian materi dalam komik dengan kompetensi dasar

3. Kesesuaian dengan indikator pembelajaran

4. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran bagi kelas V

5. Kejelasan konsep materi pembelajaran

6. Kelengkapan materi yang disajikan


Sumber rujukan:

Kurniawati, U., & Koeswanti, H. D. (2021). Pengembangan Media


Pembelajaran Kodig Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(2), 1046–1052.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.843

7. Kemampuan pengetahuan awal

Definisi

Saleh Abbas (2006) menyatakan bahwa keterampilan menulis adalah


kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain
dengan melalui bahasa tulis atau karya tulis.
Dapat disimpulkan bahwa Kemampuan pengetahuan awal adalah kemampuan
untuk mengumpulkan, mengorganisir, dan mengerti informasi yang diperlukan
untuk memahami sebuah topik atau konsep.

Indikator

Indikator kemampuan pengetahuan awal yang dikemukakan oleh Sulaeman


dan Notoatmodjo (2010) adalah:
1. Pengetahuan dasar adalah kemampuan untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk memahami sebuah topik atau konsep.
2. Kemampuan pengolahan informasi: adalah kemampuan untuk mengorganisir
informasi yang diperlukan untuk memahami sebuah topik atau konsep.
3. Kemampuan pengertian: adalah kemampuan untuk mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya
sendiri tentang pengetahuan yang pernah diperoleh.
4. Kemampuan pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti dan memahami
sebuah topik atau konsep.
5. Kemampuan pengamalan: adalah kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan yang diperoleh.

Sumber Rujukan

Sulaeman, M. & Notoatmodjo, S. (2010). Pengetahuan awal. In: Sulaeman, M. &


Notoatmodjo, S. (eds). Ensiklopedia Pendidikan. Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Negeri Yogyakarta.

8. Motivas belajar

Definisi

Sardiman (2008: 75) mendefinisikan motivasi belajar sebagai keseluruhan


daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.

Indikator

Sedangkan menurut Sardiman (2008: 83) indikator motivasi belajar adalah


sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas.


2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
6. Dapat mempertahankan pendapatnya
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8. Senang memecahkan masalah soal-soal

Sumber Rujukan

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
9. Motivasi berprestasi

Definisi

Davis & Newstrom (1989) mendefiisikan motivasi berprestasi sebagai


dorongan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi hambatan dalam mencapai
tujuan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi menunjukan adanya
perjuangan untuk meraih tujuan. Heckhausen (dalam Martaniah, 1979)
berpendapat bahwa motivasi berprestasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan
atau mempertahankan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktivitas
dengan menggunakan suatu ukuran keunggulan sebagai pembanding (Kurniawan,
2019).

Indikator

Schunk, dkk. (2008); Wigfield dan Eccles, (2002) mengemukakan bahwa


indikator dari motivasi berprestasi, khususnya dalam setting akademik, meliputi
(Purwanto, 2019):

No Indikator
1 Choice atau memilih terlibat dalam tugas akademik daripada tugas-tugas
non-akademik. Perilaku memilih tugas prestasi ini misalnya memilih
mengerjakan tugas sekolah daripada menonton TV, menelepon teman,
bermain game, ataupun aktivi tas-aktivitas lainnya yang dapat dipilih
untuk mengisi waktu luang
2 Persistence atau persisten (ulet) dalam tugas prestasi, terutama pada waktu
menghadapi rintangan seperti kesulitan, kebosanan, ataupun kelelahan
3 Effort atau mengerahkan usaha baik berupa usaha secara fisik maupun
usaha secara kognitif seperti misalnya menerapkan strategi kognitif
ataupun strategi metakognitif.

Sumber Rujukan
Wardana, D. S. (2013). Motivasi berprestasi dengan kinerja guru yang sudah
disertifikasi. Jurnal ilmiah psikologi terapan, 1(1), 98-109.

Prihandrijani, E. (2016). Pengaruh motivasi berprestasi dan dukungan sosial


terhadap flow akademik pada siswa SMA “X” di Surabaya (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

10. Kemandirian belajar

Definisi

Kemandirian belajar sendiri menurut Nurhayati (2011:151) merupakan hasil


refleksi dari adanya kemandirian dalam bertindak sebagai pembuat keputusan
berdasarkan pertimbangan sendiri dengan penuh rasa percaya diri. Menurut
Moore (Rusman, 2012 : 365) menyatakan bahwa kemandirian belajar siswa
adalah perkembangan diri siswa dalam proses pembelajaran, seperti dalam
menentukan tujuan, bahan, dan pengalaman belajar, serta evaluasi
pembelajarannya.

Indikator

Menurut Diana (2020) terdapat 6 indikator kemandirian belajar diantaranya:

1. Ketidaktergantungan terhadap orang lain,


2. Memiliki kepercayaan diri,
3. Berperilaku disiplin,
4. Memiliki rasa tanggung jawab,
5. Berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri, dan
6. Dapat melakukan kontrol diri.

Sumber Rujukan

Zulaikha, I. N., Maynawati, A. F. R. N., & Hidayati, A. (2022). Meningkatkan


Kemandirian Belajar Melalui Konseling Behavior dengan Teknik
Cognitive Restructuring. JCOSE Jurnal Bimbingan dan Konseling, 5(1),
43-50.
11. Self Efficacy

Definisi

Baron dan Byrne dalam Gufron dan Risnawita (2016:73-74) mendefinisikan


efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi
dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.
Menurut Bandura dalam Gufron dan Risnawita (2016;75) mengatakan bahwa self
efficacy adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan keyakinan, atau
pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya
dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.

Indikator

Sumber Rujukan

Rosmida, R. (2019). Analisis Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa Dalam


Pembelajaran Biologi Kelas X MIPA di Kabupaten Indragiri Hulu (SMA
Negeri 1 Peranap, SMA Negeri 1 Kelayang, SMA Negeri 1 Sungai
Lala) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).

12. Kemampuan metakognitif

Definisi

Metakognisi pada dasarnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk


merefleksikan sesuatu, memahami, dan mengontrol kemampuan belajar seseorang
(Schraw and Dennison, 1994). Menurut Gourgey (Kilinc,2013) metakognisi
adalah kesadaran bagaimana seseorang belajar, kesadaran ketika sesorang
memahami dan tidak dipahami, penegtahuan bagaiman menggunakan informasi
yang tersedia untuk mencapai tujuan, kemampuan untuk menilai kebutuhan
kognitif pada berbagai latihan, pengetahuan tentang strategi yang digunakan untuk
mencapai tujuan, mengukur kemajuan seseorang baik selama atau sesudah
dilakukan.
Indikator

Indikator kemampuan metakognitif menurut para ahli antara lain:

1. Perencanaan: Siswa dapat menunjukkan informasi dan petunjuk awal yang


berkaitan dengan pemecahan masalah, Siswa dapat menyusun hal-hal yang
akan dilakukannya, dan Siswa dapat mengalokasikan waktu.
2. Pemantauan: Siswa dapat menjaga setiap proses agar berjalan sesuai rencana,
Siswa dapat menganalisis setiap informasi penting, Siswa dapat menentukan
langkah yang akan diambil selanjutnya, dan Siswa bersegera untuk membuat
keputusan di saat menemui kendala.
3. Penilaian: Siswa dapat memastikan bahwa proses yang dikerjakannya
berjalan dengan baik sesuai rencana, Siswa dapat mempertimbangkan strategi
yang dipilihnya dalam pemecahan masalah yang lain, dan Siswa dapat
mempertimbangkan strategi lain yang mungkin bisa dikolaborasikan dengan
strategi yang sedang dijalankan.

Sumber Rujukan

Rinaldi. (2017). Kesadaran metakognitif. Jurnal RAP UNP. Volume 8 Nomor


1

13. Gaya Belajar


Definisi
Menurut Ningrat et al. (2018) gaya belajar adalah suatu cara menyerap dan
memahami informasi yang digunakan sebagai indikator untuk bertindak dan
berkaitan dengan lingkungan belajar. Seseorang mungkin akan lebih mudah
belajar dengan cara mencatatnya dengan detail, dengan menyimak penjelasan,
atau dengan mempraktikkannya lansung.

Menurut Bire et al. (2014) gaya belajar sebagai cara termudah


seseorang dalam memperoleh, menyerap, dan menganalisis informasi yang
diperolehnya. Secara umum, gaya belajar dikelompokkan menjadi gaya
belajar visual, auditori, dan kinestetik.
Indikator Gaya Belajar

Indikator gaya belajar dikembangkan berdasarkan ciri gaya belajar yang


dijabarkan Amin & Suardiman (2016) yakni gaya belajar auditori
memiliki ciri:
1. Mudah terdistraksi oleh kegaduhan
2. Lebih cepat mempelajari suatu hal dengan mendengar dan mengingat
3. Menyukai diskusi, tanya jawab, dan menjelaskan hal dengan rinci tentang
permasalahan yang berkaitan dengan visual
4. Menyukai diskusi, tanya jawab, dan menjelaskan hal secara rinci

Sumber rujukan:

LATIFAH, D. N. (2023). Analisis Gaya Belajar Siswa Untuk Pembelajaran


Berdiferensiasi Di Sekolah Dasar. LEARNING : Jurnal Inovasi Penelitian
Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(1), 68–75.
https://doi.org/10.51878/learning.v3i1.2067

14. Kemampuan Representasi Matematik


Definisi
Menurut (Hwang, dkk, 2007) Representasi adalah konfigurasi yang dapat
mewakili sesuatu hal tertentu dalam beberapa cara lainnya (suatu konfigurasi yang
dapat menggambarkan sesuatu objek dalam beberapa cara)(Putri, 2013, hlm. 35).

Menurut (Rosengrant, dkk, 2007) mengemukakan bahwa representasi


adalah suatu proses yang melambangkan atau menyimbolkan suatu obyek
(benda).

Indikator Kemampuan Representasi Matematis

1. Menggunakan representasi (verbal, simbolik dan visual) untuk


memodelkan dan menafsirkan fenomena fisik, sosial, dan matematika
2. Membuat dan menggunakan representasi (verbal, simbolik dan visual)
untuk mengatur, mengkomunikasikan ide-ide matematika

3. Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi (verbal, simbolik


dan visual) matematika untuk memecahkan masalah.

Sumber rujukan:

Suwangsih, E., Indonesia, U. P., Purwakarta, K., & Pendahuluan, A. (2016).


Penelitian Relevan_Misel dan Erna. 10(2), 27–36.

Indikator
15. Kemampuan Komunikasi Matematika
Definisi
Menurut (Susanto, 2013) Komunikasi matematis adalah suatu komunikasi
yang saling berkaitan yang dialami di dalam kelas, yaitu terjadi
pemindahan/penyampaian informasi, dan informasi yang
dipindahkan/disampaikan berisi mengenai materi matematika yang dipelajari oleh
siswa, misalnya berbentuk rancangan, rumus, atau prosedur pemecahan
permasalahan.

Menurut Maudi (2016) mengatakan bahwa kemampuan komunikasi


matematis merupakan kemampuan dalam mencatat, memahami, mendengarkan,
memeriksa, mengklasifikasikan, serta menilai gagasan, lambang, nama, dan
penjelasan matematika.

Indikator Kemampuan Matematis

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan,


dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara virtual

2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide


matematika baik secara lisan, maupun dalam bentuk visual lainnya
3. Kemampuan menggunakan istilah, notasi matematika dan struktur-
strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan model
situasi

Sumber rujukan:

Melinda, V., & Zainil, M. (2020). Penerapan Model Project Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
( Studi Literatur ). Jurnal Pendidikan Tambusai, 4, 1526–1539.
https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/618/545

16. Kemampuan Numerasi


Definisi
Menurut masyarakat (Dantes & Handayani, 2021) literasi numerasi dapat
diartikan sebagai kemampuan menerapkan konsep bilangan dan operasi aritmatika
untuk memecahkan masalah kontekstual, yang dibutuhkan setiap siswa untuk
menggunakan data dan bilangan untuk membuat keputusan dalam kehidupan di
keluarga, sekolah dan masyarakat.

Menurut (Ratna Sari dkk., 2021) Setiap anak memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, siswa dengan kemampuan numerasi yang tinggi mampu
menggunakan berbagai macam angka atau simbol yang terkait matematika dasar
untuk memecahkan masalah matematika, mampu menganalisis informasi dalam
berbagai bentuk baik itu grafik, tabel, bagan dan lainnya dan menggunakan
informasi tersebut dalam menyelesaikan masalah.
Indikator Kemampuan Numerisasi

1. Mampu menggunakan berbagai angka dan juga simbol-simbol yang


berhubungan dengan matematika dasar yang digunakan sebagai salah satu
cara untuk memecahkan permasalaha.
2. Mampu menganalisis berbagai information yang yang berhubungan
dengan grafik, tabel, bagan, ilustration diagram, dan lain sebagainya.
Sumber rujukan:

Lestari, F., Agung Muttaqien, & Fauziyatul Hamamy. (2023). Upaya Guru
dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Pada Siswa Kelas
V di SDN Lebaksari Sukabumi. Indo-MathEdu Intellectuals Journal,
4(2), 705–713. https://doi.org/10.54373/imeij.v4i2.257

17. Kompetensi Guru (Profesional, Pedagogik, Sosial dan Kepribadian)


Definisi
Menurut (Rina Febriana, 2021) Kompetensi guru berarti seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan profesinya.
Menurut (Somantri, 2021) peningkatan kompetensi dan profesionalisme
guru dapat meningkatkan mutu Pendidikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa kompetensi guru merupakan kumpulan pengetahuan, kemampuan, dan
sikap yang muncul sebagai perilaku bijaksana dan bertanggung jawab yang
dilakukan oleh guru dalam menjalankan kewajibannya sebagai pendidik
profesional.
a. Kompetensi Professional yaitu merujuk pada kemampuan seorang guru
untuk memahami secara menyeluruh dan luas materi pelajaran yang
diajarkannya.

b. Kompetensi pedagogik yaitu bagaimana guru memahami sistem


pendidikan, mengembangkan atau menganalisis kemampuan dan
karakteristik belajar siswa, memahami interaksi dalam dunia pendidikan,
mempunyai inovasi dalam sistem pendidikan, menggunakan TIK dalam
pembelajaran, serta memahami konsep dan teori yang dipelajari saat
proses belajar-mengajar (Somantri, 2021).
c. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien
dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
siswa, dan masyarakat sekitar (Ahmad, 2019).

d. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian mengacu pada


kemampuan seorang guru yang solid, dewasa, cerdas, dan berwibawa serta
berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi siswanya sehingga dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara penuh (Susanto, 2016).

Indikator

1. Indikator Kompetensi Guru: Kemampuan seorang guru untuk


melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya secara etis dan bertanggung
jawab.

2. Indikator Kompetensi pedagogik: Kemampuan guru dalam mengelola


siswa dan memahami pertumbuhannya secara mendalam dari berbagai
segi, termasuk moral, emosional, dan intelektual, dalam rangka
melaksanakan proses pembelajaran dan pendidikan disebut dengan
kompetensi pedagogik.

3. Indikator Kompetensi kepribadian: Kemampuan seorang guru berperilaku


sesuai dengan norma-norma sosial, hukum, agama, dan budaya di
Indonesia. Kepribadian seseorang dapat dipahami dengan mengamati
penampilan, tindakan, dan ucapannya saat ia mengalami masa sulit

4. Indikator Kompetensi sosial: Kemampuan guru menjalin komunikasi


sosial yang baik dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata
usaha, bahkan dengan anggota masyarakat yang ada di lingkungan sekolah
ataupun lingkungan tempat tinggalnya.

5. Indikator Kompetensi professional: Kemampuan guru dalam menjalankan


perannya sebagai pendidik, meliputi penguasaan pedagogi, pengetahuan,
metodologi, manajemen, dan keterampilan lain yang tercermin dalam
kinerjanya di lingkungan pendidikan, dikenal dengan kompetensi
profesional guru.

Sumber rujukan:

Aulia, D., & Murni, I. (2023). Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar
melalui Platform Merdeka Mengajar ( PMM ). 8.

18. Keterampilan Berbicara

Definisi

Azizah (2013, hlm. 51) keterampilan berbicara merupakan sebagai alat


komunikasi yang datang secara alami pada setiap orang termasuk anak-anak.
Brown dan Yule dalam (Tambunan, 2016) berpendapat bahwa,
“Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau
perasaan secara lisan (Rayhan et al., 2023). Menurut Retno dkk. (2012),
keterampilan berbicara adalah keterampilan berbahasa produktif yang
digunakan untuk mengungkapkan secara lisan pikiran dan perasaan.

Indikator

Indikator keterampilan berbicara menurut Tarigan (2021, hlm. 28) bahwa


terdapat lima aspek yaitu sebagai berikut (Fauziah, 2021):

No Indikator
1 Ketepatan vocal. Meliputi ucapan konsonan dan vocal dengan benar,
pengaruh bahasa asing tidak terlihat dan ucapannya lancar.
2 Intonasi yang jelas. Meliputi kata/jeda yang jelas, tinggi rendahnya nada
dalam berbicara, dan kecepatan berbicara.
3 Ketepatan ucapan. Meliputi pilihan kata dan penggunaan kalimat dalam
berbicara.
4 Urutan kata yang benar. Meliputi kata-kata diucapkan dengan benar dan
urutan serta kata-kata yang dicapkan tidak diulang.
5 Kelancaran. Meliputi percakapan tidak terputus-putus atau diam terlalu
lama dan percakapan dalam pembicaraan mengalir secara lancar dan tidak
terkesan artifisial (alami)

Sumber Rujukan

Carliyan, Y., & Nisa, D. (2023). Speaking Skills Analysis of 4th Grade Students in
Indonesian Language Object. Al-Aulad: Journal of Islamic Primary
Education, 6(1), 57-71.

Kurniawan, D., dkk. (2018). Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri 1


Margamulya Lampung Selatan. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan
Pembelajaran).

19. Keterampilan Menulis

Definisi

Menurut pendapat Saleh Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah


kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak
lain dengan melalui bahasa tulis. Menurut Hastuti (1992:26), keterampilan
menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks karena melibatkan
cara berpikir dan kemampuan mengungkapkan dalam bentuk bahasa tertulis
dengan memperhatikan beberapa ketentuan.

Indikator

Indikator keterampilan menulis menurut Halim (2004: 23), yaitu:

1. Kemampuan memilih ide yang akan dipaparkan,


2. Kemampuan menata atau mengorganisasikan ide pilihannya secara sistematis,
3. Kemampuan menggunakan bahasa menurut kaidah-kaidah serta kebiasaan
pemakaian bahasa yang telah umum sifatnya,
4. Kemampuan menggunakan gaya bahasa, yaitu pilihan struktur dan kosakata
untuk memberikan nada atau makna terhadap karangan itu,
5. Kemampuan mengatur mekanisme tulisan, yaitu tata cara penulisan lambang-
lambang bahasa tertulis (ejaan) yang dipaparkan dalam bahasa tersebut
(Halim, 2004: 23).

Sumber Rujukan

Dahliah, S. (2019). Kemampuan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 10 parepare. Jurnal Pendidikan Biharul Ulum Ma'Arif, 3(1), 767-
782.

20. Keterampilan Menyimak


Definisi

Utami (2019) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu


bentukaktivitas mendengarkan dengan aktif serta kreatif dalam mendapatkan
sebuah informasi, memahami makna isi serta pesan yang disampaikan secara
langsung. Menurut Tarigan (2015:31) Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara atau melalaui ujaran atau bahasa lisan.

Indicator

Indikator kemampuan menyimak menurut Wilson (2019) adalah sebagai


berikut:
1. Meningkatkan kemampuan berkominikasi

2. Mengalami informasi secara langsung

3. Meningkatkan prestasi akademik


4. Meningkatkan kualitas pembelajaran

Sumber Rujukan

Fatimah, T., Nadar, W., & Chairunnisa, C. (2019). Upaya Meningkatkan


Kemampuan Menyimak melalui Metode Bercerita. In Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara.

Wilson, J. (2019). The Importance of Listening Skills in the Classroom.


Journal of Education and Learning, 8(3).

Anda mungkin juga menyukai