Anda di halaman 1dari 8

Review Jurnal

Jurnal Nasional
Judul Judul jurnal ini adalah "Studi Tentang Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyakit Gondok pada Lansia di Desa Arjosari".
Penulisnya adalah Eni Ratih dan Titin Sutriyani dari Program
Studi Diploma IV Bidan Pendidik, Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang. Jurnal ini diterbitkan dalam Volume 1,
Nomor 2, Desember 2013, dengan halaman 19-23. Penelitian ini
mencoba menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
penyakit gondok pada lansia di Desa Arjosari.
Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dan
eksploratif, dilaksanakan di Desa Arjosari pada bulan April-Juli
2013. Populasi terdiri dari 20 orang lansia yang menderita
gondok, dengan seluruh populasi dijadikan sampel menggunakan
teknik total sampling. Variabel penelitian melibatkan tingkat
pengetahuan (X1) dan perilaku masyarakat (X2) sebagai variabel
independen, serta banyaknya angka kejadian gondok (Y) sebagai
variabel dependen. Pengumpulan data dilakukan melalui
kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan teknik
regresi linier berganda untuk memahami hubungan matematis
antara variabel bebas dan variabel terikat. Pendekatan analisis
ragam regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel secara
bersama-sama.

Latar Belakang Latar belakang tersebut membahas pentingnya asupan


yodium dalam mencegah gondok atau kekurangan zat beryodium.
Yodium dibutuhkan untuk pembentukan hormon thyroxin yang
esensial untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental.
Kekurangan yodium dapat menyebabkan dampak serius, terutama
pada ibu hamil, janin, neonatus, anak, remaja, dan dewasa.
Pemakaian garam beryodium menjadi kunci dalam pencegahan
gondok, dan gerakan pembudayaan hidup sehat diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asupan
yodium.

Pembahasan Penelitian di Desa Arjosari mengenai kejadian gondok


menunjukkan mayoritas kasus terjadi pada ibu berusia 25-35
tahun. Pendidikan rendah dominan (85% SD), dan banyak yang
bekerja sebagai buruh tani (65%). Tingkat pengetahuan dan
perilaku masyarakat cenderung rendah. Analisis regresi linier
berganda menunjukkan pengaruh signifikan secara bersama-sama
(R2 = 75.9%), dengan tingkat pengetahuan (X1) dominan. Faktor-
faktor lain mempengaruhi 24.1% kasus gondok. Upaya preventif
dan intervensi perlu difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan
dan perubahan perilaku di Desa Arjosari.

Kesimpulan Studi di Desa Arjosari menunjukkan bahwa Tingkat


Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Banyaknya Kejadian Gondok.
Kontribusi variabel ini terhadap gondok adalah 75.90%,
sementara 24.1% dipengaruhi oleh faktor lain. Tingkat
Pengetahuan dominan memengaruhi kejadian gondok. Upaya
pencegahan dan intervensi perlu difokuskan pada peningkatan
pengetahuan dan perubahan perilaku di Desa Arjosari.

Jurnal Nasional
Judul Jurnal Dorkes ( Dedikasi Olahraga dan Kesehatan)
Volume 01, Nomor 02, Bulan September, Tahun 2023, membahas
Edukasi Hormon Tiroid dan Antitiroid Terhadap Penyakit
Gondok di SMK Wirasaba Karawang. Penulis, Mally Ghinan
Shalih, Marsah Rahmawati Utami, Muhammad Ibnu Adam, dan
Jahra Almas Shadrina dari Universitas Singaperbangsa Karawang.
Metode Metode pelaksanaan penyuluhan melibatkan penyampaian
materi, tanya jawab, dan games untuk siswa, dipilih karena siswa
lebih suka pembelajaran partisipatif. Kuesioner pretest dan
posttest digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa tentang
hormon tiroid dan antitiroid terhadap penyakit gondok. Metode
mixed-method digunakan, menggabungkan analisis kualitatif dan
kuantitatif dari hasil pretest dan posttest. Analisis kuantitatif
menggunakan statistik, sedangkan analisis kualitatif
mengandalkan narasi atau deskripsi dari hasil statistik. Soal
pretest dan posttest disajikan melalui Google Form untuk
kemudahan analisis, termasuk persentase rata-rata hasil. Hasil
dianalisis menggunakan SPSS dengan uji paired samples T-test
untuk menentukan signifikansi peningkatan posttest.
Latar Belakang Gangguan pada kelenjar endokrin, seperti kelenjar tiroid,
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari
gangguan metabolisme hingga pembesaran kelenjar (gondok).
Faktor risiko termasuk perubahan hormonal selama kehamilan
dan menopause, riwayat keluarga, serta penggunaan obat tertentu.
Kelenjar tiroid berperan dalam mengatur metabolisme
tubuh dan menghasilkan hormon penting seperti T3 dan T4.
Gangguan dalam produksi hormon ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, dengan gejala yang berbeda.
Penyakit gondok, atau pembesaran kelenjar tiroid, dapat
disebabkan oleh kekurangan iodium, gangguan fungsi tiroid, atau
pertumbuhan jaringan abnormal. Prevalensi penyakit ini bisa lebih
tinggi pada anak perempuan, terkait dengan kebutuhan tubuh akan
yodium. Penting untuk memahami faktor risiko dan gejala
gangguan kelenjar endokrin serta melakukan pemeriksaan secara
teratur untuk deteksi dini.
Pembahasan Penyuluhan di SMK Wirasaba meningkatkan pengetahuan
dan motivasi siswa tentang hormon tiroid, antitiroid, dan penyakit
gondok. Materi disampaikan melalui metode interaktif seperti
pemberian materi, tanya jawab, dan games, dengan respons aktif
dari siswa.
Pengetahuan diukur melalui pretest dan posttest,
mencakup definisi, gejala, proses terjadinya penyakit,
pencegahan, dan pengobatan gondok. Hasil posttest menunjukkan
peningkatan signifikan, dengan 22 dari 30 siswa mendapatkan
nilai lebih dari 70 poin. Uji paired sample T-test menunjukkan
perbedaan rata-rata antara pretest dan posttest sebesar 24,07%,
menandakan pengaruh positif materi penyuluhan. Hasil signifikan
(Sig. < 0,05) menegaskan penolakan hipotesis nol (Ho) dan
penerimaan hipotesis alternatif (Ha). Kegiatan edukasi ini
berdampak positif dan dapat diperluas ke masyarakat,
meningkatkan kesadaran tentang pencegahan penyakit gondok
untuk mengurangi prevalensi di Indonesia.
Kesimpulan Dengan peningkatan skor sebesar 24,07% dari uji pretest ke
posttest, kegiatan penyuluhan di SMK Wirasaba Karawang pada
siswa kelas 10 Farmasi berhasil meningkatkan pengetahuan
mereka tentang Penyakit Gondok. Harapannya, pengetahuan ini
dapat diaplikasikan oleh siswa untuk mencegah penyakit tersebut
di kalangan mereka.

Jurnal Internasional
Judul Co-occurrence of Amyloid Goiter and Adipose Metaplasia
in a Patient With History of Pulmonary Tuberculosis: A Case
Report Laporan kasus ini membahas kejadian unik di mana
Amyloid Goiter dan Metaplasia Adiposa terjadi bersamaan pada
seorang pasien dengan riwayat Tuberkulosis Paru. Para penulis,
yaitu Zain Ahmed Khan, Sadaf Ahmad, Rajkumar Williams,
Kumaragurubaran Gnanasambandam, dan Mekala
Lakshminarayanan, melakukan penelitian ini dengan afiliasi di
Departemen Bedah Umum di Rumah Sakit Billroth, Chennai, dan
Departemen Histopatologi di Pusat Kanker Apollo, Chennai.
Untuk korespondensi, dapat dihubungi Zain Ahmed Khan.
Emalail, dr.zainahmedkhan.official@gmail.com. Penelitian ini
memberikan wawasan mengenai kombinasi langka kondisi medis,
menekankan perlunya penelitian dan pemahaman lebih lanjut
dalam bidang ini.
Latar Belakang Laporan kasus ini menyoroti kasus langka goiter amiloid, suatu
kondisi di mana amiloid mengumpul di kelenjar tiroid, sering kali
disertai oleh penumpukan lemak. Pasien, seorang wanita berusia
38 tahun dengan riwayat tuberkulosis paru, datang dengan
keluhan heartburn, ketidaknyamanan perut, dan suara serak.
Meskipun mengalami pembengkakan leher secara bertahap
selama dua tahun, tidak terdapat gejala disfungsi tiroid.
Pemeriksaan menunjukkan benjolan yang keras dan tidak nyeri.
Pemeriksaan darah dan pencitraan menunjukkan pembesaran
difus tiroid dengan lesi non-peningkatan. Aspirasi jarum halus
menyarankan tiroiditis (Bethesda II). Total tiroidectomy
mengungkapkan goiter amiloid dengan metaplasia adiposa.
Investigasi lanjutan mengungkapkan gammapati monoklonal.
Pasien tetap tanpa gejala, menjalani pemantauan teratur untuk
menilai sejauh mana penyakit tersebut.
Metode Penelitian Jurnal ini menggunakan metode deskriptif untuk
melaporkan kasus langka goiter amiloid dengan metaplasia
adiposa pada seorang wanita 38 tahun dengan riwayat
tuberkulosis paru. Laporan ini mencakup presentasi klinis,
pemeriksaan awal, CT leher kontras, aspirasi jarum halus tiroid,
total tiroidectomy, dan temuan histopatologis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengaitkan kasus ini dengan tuberkulosis paru
dan mempertimbangkan implikasinya terhadap perkembangan
goiter amiloid.
Pembahasan Amyloid, sejenis protein yang tidak larut, dapat
memengaruhi tiroid pada kasus karsinoma medular. Amyloidosis,
yang terkait dengan diskreasia sel plasma atau peradangan kronis,
menimbulkan tantangan dalam diagnosis, terutama dengan
penumpukan lemak di tiroid. Penumpukan lemak secara simultan
jarang terjadi pada kasus goiter amiloid. FNAC membantu
diagnosis dengan menunjukkan sel-sel atipikal. Total tiroidectomy
adalah metode perawatan yang disukai untuk gejala penekanan.
Pasien dengan riwayat tuberkulosis paru mungkin
mengembangkan amyloidosis ginjal, ditandai oleh proteinuria.
Artritis rematoid umum terjadi di negara maju, sementara
tuberkulosis menjadi penyebab umum amyloidosis ginjal
sekunder di negara berkembang. Kasus yang disajikan, dengan
goiter amiloid dan metaplasia adiposa pada riwayat tuberkulosis,
menawarkan peluang untuk penelitian lebih lanjut.
Kesimpulan Jurnal ini menggambarkan kasus langka dengan kedua
amyloidosis dan penumpukan lemak bersamaan, menekankan
pentingnya evaluasi hati-hati pada individu dengan pembesaran
tiroid dan riwayat kondisi inflamasi kronis atau diskreasia sel
plasma. Diagnosis yang pasti biasanya melibatkan total
tiroidectomy dan pemeriksaan histologis. Langkah-langkah
menyeluruh perlu diambil untuk menilai sejauh mana penyakit
dan menyingkirkan penyebab sekunder yang mendasarinya.
Riwayat tuberkulosis paru pasien memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk menyelidiki korelasi antara tuberkulosis dan
perkembangan goiter amiloid berikutnya, menekankan perlunya
penelitian lanjutan di bidang ini.

Jurnal Internasional
Judul Judul jurnal Submerged Goiter Proven Tobe Metastatic
Infiltration Of A Neuro-Endocrine Merkel Cell Carcinoma Studi
ini mengkonfirmasi bahwa pembengkakan pada kelenjar gondok
disebabkan oleh infiltrasi metastatik dari karsinoma sel Merkel
neuroendokrin, jenis kanker kulit yang langka dan agresif.
Penelitian melibatkan Nikolaos Tsoukalas, Menelaos
Zoulamoglou, Maria Tolia, Evangelos Bournakis, Elin Ronne, dan
Vasileios Barbounis. Temuan ini memiliki signifikansi karena
mengungkapkan hubungan antara karsinoma sel Merkel dan
kelenjar gondok tenggelam.
Latar Belakang Karsinoma Sel Merkel (MCC) adalah karsinoma kulit
neuroendokrin langka dengan tingkat kekambuhan dan metastasis
tinggi (Poulsen 2004). Kasus Presentasi: Wanita 73 tahun,
tonjolan di daerah inguinal kanan (diameter=46mm), dikonfirmasi
melalui CT scan pada November 2009. Setelah pengangkatan
tonjolan, histologi menunjukkan karsinoma sel Merkel, dan CT
scan mengungkapkan gondok tenggelam invasif ke mediastinum
atas (diameter=66mm). Kemoterapi dan radioterapi diterapkan,
dengan nilai serum NSE dan kromogranin normal 3 bulan
kemudian. Pada November 2011, nilai meningkat, CT scan
mengungkapkan pembesaran gondok tenggelam yang invasif.
Pengangkatan lobus kanan tiroid dilakukan tanpa komplikasi.
Histopatologi menunjukkan infiltrasi kelenjar tiroid oleh
karsinoma sel Merkel. Pasien tetap dalam remisi lengkap dengan
pendekatan multidisiplin meskipun sifat metastatik yang agresif.
Metode Penelitian Metode penelitian melibatkan kasus klinis seorang wanita
berusia 73 tahun dengan tonjolan di daerah inguinal kanan.
Setelah pembedahan dan konfirmasi histologi MCC, CT scan
menunjukkan gondok tenggelam invasif. Pasien menjalani
kemoterapi dan radioterapi dengan 10 bulan asimtomatik, namun
kemudian mengalami kenaikan marker dan pembesaran gondok
tenggelam. Eksisi bedah pada lobus kanan tiroid dilakukan tanpa
komplikasi, dengan histopatologi memperlihatkan infiltrasi MCC.
Penekanan pada metode penelitian ini penting untuk memahami
pendekatan diagnostik dan terapeutik dalam mengatasi kasus
langka ini.
Pembahasan Karsinoma Sel Merkel (MCC) adalah tumor kulit
neuroendokrin langka yang berkontribusi kurang dari 1% dari
keganasan kulit. MCC berasal dari sel Merkel atau reseptor
tekanan kulit (Poulsen 2004). Tumor ini tumbuh dengan cepat dan
cenderung metastasis, terutama ke kelenjar getah bening
sekitarnya. Meskipun diobati dengan pendekatan multidisiplin,
termasuk pembedahan, kemoterapi (cisplatin-etoposide), dan
radioterapi, MCC seringkali menyebar ke organ seperti hati,
tulang, paru-paru, atau otak, memengaruhi fungsi organ (Tai et al.
2000a). Dalam konteks ini, metastasis ke kelenjar tiroid, yang
jarang terjadi, menjadi aspek penting dengan tantangan diagnostik
pada spesimen sitologis dan histologis. MCC dapat menyerupai
metastasis ke tiroid dari tumor primer seperti kanker ginjal,
kolorektal, paru-paru, payudara, dan sarkoma (Chung et al. 2012).
Diagnosa metastasis ke kelenjar tiroid dari MCC, terutama
berfokus pada penyakit gondok, didasarkan pada temuan
histologis lobus tiroid kanan yang diangkat secara bedah.
Imunohistokimia dengan penanda CK20, TTF-1, dan
neurofilamen berperan kunci dalam membedakan MCC dari
karsinoma sel kecil paru-paru (Leech et al. 2001; Bobos et al.
2006).
Kesimpulan Dalam kesimpulannya, dilaporkan kasus langka infiltrasi
metastatik kelenjar tiroid oleh karsinoma sel Merkel berdasarkan
temuan histologis dan imunohistokimia. Laporan kasus ini
memiliki signifikansi klinis yang menunjukkan bahwa dengan
adanya temuan abnormal pada kelenjar tiroid pada pasien dengan
penyakit ganas, pendekatan diagnostik selalu harus
mempertimbangkan kemungkinan metastasis dari tumor primer.

Anda mungkin juga menyukai