Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan tubuh sehat adalah suatu harga mutlak yang harus dimiliki oleh seorang
manusia. Manusia dapat melaksanakan segala aktivitasnya dalam keadaan sehat.
Keadaan sehat juga dapat mempengaruhi kondisi psikis seorang manusia, sehingga
keadaan sehat juga berpengaruh dalam jasmani dan rohani manusia dalam hidup.
Namun sesuai kodrat yang asalnya dari Allah SWT sang maha pencipta, manusia
tidaklah selalu merasakan sehat dalam hidupnya. Keadaan sakit dapat menerpa
siapapun manusia tersebut (Aziz, S, 2008).
Penyakit dapat didefenisikan sebagai perubahan pada individu-individu yang
menyebabkan parameter kesehatan mereka berada dibawah kisaran normal. Dalam
kisaran yang sebenarnya penyakit tidaklah melibatkan perkembangan suatu bentuk
kehidupan yang benar-benar baru. Penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan dari
agen luar yang akan mengganggu kehidupan tubuh manusia. Terdapat bermacam-
macam penyakit di dunia ini. Terpadat macam-macam pula gejala yang menandai
tubuh terinfeksi oleh suatu penyakit salah satunya demam (Price et al, 2005).
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan
infeksi. Oleh karena adanya demam inilah tubuh dapat secara pelan-pelan mencoba
untuk menghancurkan agen-agen patogen yang akan menginvasi tubuh (Anonim,A.,
2008).
Oleh karena pentingnya demam sebagai respons protektif tubuh terhadap agen
luar maupun sebagai gejala suatu penyakit inilah, maka penulis akan membahasnya
didalam laporan tutorial yang berjudul Peran Demam Sebagai Gejala Tubuh
Terhadap Invasi Agen Patogen Asing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas maka penulis dapat
merumuskan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan demam dan fungsinya?
2. Adakah kaitannya demam dengan keadaan sistem imun tubuh?
3. Apakah yang menyebabkan demam itu terjadi?
4. Bagaimanakah mekanisme terjadinya demam?
5. Bagaimanakah kerja hipotalamus pada saat demam terjadi?
6. Apa sajakah jenis-jenis demam?
7. Bagaimanakah keadaan metabolisme tubuh pada saat terjadinya demam?
8. Bagaimanakah cara penatalaksanaan pada saat terjadi demam?

C. Tujuan
Melalui cakupan laporan tutorial ini. Penulis menginginkan dapat mencapai
tujuan seperti berikut ini :
1. Mengerti tentang pengertian dan fungsi demam.
2. Mengerti mekanisme terjadinya demam.
3. Mengerti mekanisme kerja organ tubuh pengatur demam.
4. Mampu menyebutkan agen-agen penyebab demam
5. Mengetahui cara penatalaksanaan saat terjadinya demam.

D. Manfaat
Melalui laporan pendahuluan ini, diharapkan supaya dapat dipetik manfaatnya
seperti:
1. Dapat mengetahui pengaruh keadaan sistem imun terhadap demam.
2. Mengetahui pentingnya demam sebagai respons protektif terhadap agen-agen
patogen.
3. Mengetahui mekanisme kerja saat terjadinya demam.
4. Mengetahui macam jenis demam.
5.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Febris/Demam
Febris/demam adalah tindak balas normal badan terhadap sebarang jangkitan dan
penyakit-penyakit lain. Ia bukanlah satu penyakit tetapi gejala yang selalunya
menandakan anda mempunyai penyakit-penyakit yang ringan (tidak serius). Suhu
badan normal adalah 37°C, jika melebihi tahap ini anda akan disahkan demam
(Anonim,B, 2009).
Demam adalah tanda infeksi, namun penderita penyakit serius dengan infeksi
dapat tanpa demam atau suhu lebih rendah daripada normal. Lagipula ada banyak
penyebab demam selain infeksi. Demam adalah akibat kondisi yang ditimbulkan oleh
perubahan dalam pusat pengatur panas melalui pengaruh sitokin yang dihasilkan oleh
makrofag (Shulman et al, 1994).
Demam karena infeksi bersifat menguntungkan karena mengurangi stabilitas
lisosom, meningkatkan efek interferon, dan merangsang mobilitas leukosit dan
aktivitas bakterisidal. Demam berbeda dengan hiperpireksia maupun dengan
hipertermia karena keduanya tidak memiliki batasan atas kenaikan suhu. Demam
tidaklah sama dengan hipertermia, yang diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh
yang tidak terkontrol. Hipertermia dapat diakibatkan oleh pembentukan panas yang
berlebihan atau gangguan pengeluaran panas (Declan, 1997).

B. Apa kaitan antara demam dengan keadaan sistem imun tubuh?


Sistem imun seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, kita sangat bergantung
pada imunitas yang utuh. Gangguan pertahanan imun yang disebabkan oleh keadaan
imunodefisiensi akan mengakibatkan tubuh manusia mudah terserang oleh infeksi
dan beberapa jenis tumor (Robbins et al, 2007).
Fungsi sistem imun pada tubuh manusia adalah membedakan diri sendiri dari
asing. Semua organisme adalah integrasi rumit beragam sel, jaringan, dan organ yang
masing-masing diperlukan demi kelangsungan hidup. Untuk menunjang kehidupan,
suatu organisme harus mampu melindungi diri dari ancaman terhadap jati-dirinya.
Ancaman ini datang dari luar atau dari dalam tubuh.
Untuk melindungi diri dari ancaman terhadap jati-dirinya, tubuh manusia
telah mengembangkan reaksi pertahanan selular yang disebut respons imun.
Mekanisme-mekanisme ini dapat disebut sebagai imunitas tubuh yaitu suatu keadaan
perlindungan yang ditandai dengan daya ingat dan spesifisitas. Daya ingat adalah
meningkatnya kemampuan terhadap suatu antigen karena pernah terpajan ke antigen
tersebut. Fungsi utama dari imunitas adalah perannya dalam pertahanan adalah
menghasilkan resistensi terhadap agen penginvasi seperti mikroorganisme, perannya
dalam surveilans adalah mengidentifikasi dan menghansurkan sel-sel tubuh sendiri
yang bermutasi dan berpotensii menjadi neoplasma, dan perannya dalam
homeostasis adalah membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat buangan sehingga tipe-
tipe sel tetap seragam dan tidak berubah (Price et al, 2005).

C. Etiologi
Macam-macam penyebab demam adalah sebagai berikut:
1. Infeksi virus dan bakteri
2. Flu dan masuk angin
3. Radang tenggorokan
4. Infeksi telinga
5. Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan oleh virus
6. Bronkitis akut, infeksi saluran kencing
7. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
8. Obat-obatan tertentu
9. Masalah-masalah serius seperti pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang
selaput otak (Anonim,B., 2009).

D. Mekanisme Terjadinya Demam


Demam terjadi karena penglepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikrorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan
suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik
dengan interleukin-1. Didalam hipotalamus zat ini akan merangsang penglepasan
asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang
langsung dapat menyebabkan suatu pireksia (Sudoyo et al, 2007).
Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus, dan produk-produk
yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misal, endotoksin). Kerusakan jaringan oleh
sebab apapun dapat menyebabkan demam. Faktor-faktor imunologi seperti kompleks
imun dan limfokin menimbulkan demam pada penyakit vaskuler kolagen dan
keadaan-keadaan hiperdsensitivitas. Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel
fagosit mononuklear-monosit, makrofag jaringan, atau sel kupfer- membuat pirogen
endogen (EP = endogenous pirogen). EP adalah suatu protein kecil yang mirip
interleukin 1, yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. EP
telah diisolasi dari netrofil, eosinofil, monosit, sel kupfer, makrofag alveoli, dan
sinovium, EP juga ditemukan dalam sel-sel penyakit Hodgkin, limfoma histiositik,
dan kanker sel ginjal. EP menginduksi demam melalui pengaruhnya pada area pre-
optik di hipotalamus anterior. EP melepaskan asam arakhidonat di hipotalamus yang
selanjutnya diubah menjadi prostaglandin. Hipotalamus anterior mengandung banyak
neuron termosensitif. Area ini juga kaya dengan seroton dan norepinefrin yang
memperantarai terjadinya demam. EP meningkatkan konsentrasi mediator tersebut.
Selanjutnya kedua mono-amina ini akan meningkatkan adenosin monofosfat siklik
(AMP siklik) dan prostaglandin di susunan saraf pusat (Declan, 1997).

E. Kerja Hipotalamus Pada Saat Terjadinya Demam


Sebagian besar protein hasil pemecahan protein dan beberapa zat tertentu
lainnya, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan dari membran sel bakteri, dapat
menyebabkan peningkatan set-point pada termostat hipotalamus. Zat yang
menyebabkan timbulnya efek seperti ini adalah pirogen. Pirogen yang dilepaskan dari
bakteri toksik atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit. Ketika set-point di pusat pengaturan
menjadi lebih tinggi dari normal, semua mekanisme untuk meningkatkan suhu
terlibat, termasuk penyimpanan panas dan peningkatan pembentukan panas (Guyton
et al, 2008).

F. Jenis-jenis Demam
1. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
pada demam septik.
3. Demam intermiten : pada tipe demam intermiiten, suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi
setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik : pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula (Sudoyo et al, 2007)

G. Keadaan Metabolisme Tubuh Pada Saat Terjadinya Demam


Pembentukan panas adalah suatu produk utama metabolisme. Metabolisme
tubuh yaitu semua reaksi kimia di dalam sel tubuh dan kecepatan metabolisme dalam
keadaan normal dinyatakan dengan istilah kecepatan pembebasan panas selama
reaksi kimia. Faktor-faktor yang paling penting yaitu :
1. Laju metabolisme basal semua sel tubuh
2. Laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot termasuk
kontraksi otot yang disebabkan oleh menggigil
3. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin
4. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin,
dan perangsangan simpatis terhadap sel
5. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di
dalam sel sendiri, terutama bila suhu di dalam sel meningkat
6. Metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi, dan
penyimpanan makanan (Guyton et al, 2008).
Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Fekuensi
jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh
terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan.
Jika penderita demam memiliki masalah jantung atau saluran pernapasan, stress
karena demam dapat menjadi besar. Demam yang lama dapat melelahkan penderita
dengan menghabiskan simpanan energi. Peningkatan metabolisme membutuhkan
tambahan oksigen. Jika kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, terjadi hipoksia selular
(oksigen tidak adekuat). Hipoksiamiokard mengakibatkan angina (nyeri dada).
Hipoksia serebral mengakibatkan konvusi.
Penanganan selama demam termasuk terapi oksigen. Mekanisme regulasi
digunakan untuk mengatasi demam yang membuat penderita beresiko kekurangan
volume cairan. Kehilangan air melalui peningkatan pernapasan dan diaforesis dapat
menjadi berlebihan. Dehidrasi dapat menjadi masalah serius pada lansia dan anak-
anak yang berat badannya rendah. Mempertahankan keadaan volume cairan yang
optimum merupakan tindakan penanganan demam yang penting (Anonim,D., 2009).

H. Penatalaksanaan Saat Terjadi Demam


1. Farmakologi
a) Parasetamol
Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis
parasetamol berdasarkan BB bukan usia. Jenis obat yang mengandung
parasetamol sangat banyak seperti Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex, Bodrexin
sirup, Dumin, Termorex, dll. Dosis 10-15 mg/kg berat badan (BB) per kali
pemberian, maksimal 60 mg/kg BB per hari. Apabila orang tua kesulitan dalam
menghitung dosis hendaknya berkonsultasi dengan dokter atau apoteker. Dalam
memilih obat demam, pilih obat yang tidak mengandung alkohol, karena
beberapa produk sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai
campurannya.
Obat ini mempunyai banyak sediaan yaitu tablet, sirup, drop, dan
suppositoria. Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB dibawah 10 kg atau
pada anak dengan kesulitan minum obat karena volume pemberian relatif
sedikit. Pada anak dengan BB diatas 10 kg dapat diberikan sirup. Tablet
diberikan pada anak usia diatas 12 tahun. Dari penelitian terbukti bahwa
pemberian oral dan suppositoria sama efektifnya. Sediaan suppositoria (melalui
dubur) diberikan bila pemberian oral tidak memungkinkan, contohnya anak
dengan muntah profuse, anak tidur, atau tidak sadar.
Paracetamol (para acetoaminophenol) suatu obat untuk mengurangi demam
(antipiretik) dan nyeri (analgetik). Obat ini aman untuk bayi dan anak sesuai
kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat ini dimetabolisme di hati
sehingga bila dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan fungsi hati. Efek
samping obat (ESO) bersifat reversible, penghentian obat dapat memperbaiki
keadaan umum anak dan ESO akan berangsur-angsur hilang sehingga kondisi
anak kembali normal.
b) Ibuprofen
Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali pemberian, maksimal 40
mg/kg BB/hari. Contoh obat yang mengandung ibuprofen antara lain Proris,
Rhelafen, Fenris, Bufect, dll.
c) Asetosal
Hati-hati peberian obat ini pada anak usia dibawah 12 tahun. Contoh obat
yang mengandung asetosal antara lain Aspilet, Bodrexin tablet, Contrexyn,
Inzana (Anonim,E., 2009).
2. Non-Farmakologi
Dikompres dengan air hangat karena yang terjadi adalah pusat pengatur suhu
akan menangkap sinyal bahwa disekitar tubuh hangat maka pusat pengatur suhu
akan menurunkan suhu tubuh untuk mengimbangi. Respon pada tubuh akan terjadi
vasodilatasi. Vasodilatasi ini yang menyebabkan pembuangan atau pelepasan
panas dari dalam tubuh melalui kulit sehingga suhu tubuh akan menurun. Inilah
efek yang diinginkan dalam penggunaan kompres yaitu untuk menurunkan demam
(Anonim,F., 2009).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan laporan tutorial diatas yang membahas tentang demam ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Demam merupakan suatu respons tubuh terhadap jangkitan penyakit yang
menyerang tubuh.
2. Demam ini akan membantu tubuh dalam pengaktifan sistem imun tubuh.
3. Demam selain dibedakan sesuai dengan tingkat batasan suhu juga dibedakan
berdasar asal mula penyebabnya seperti misalnya disebabkan oleh virus maupun
demam yang disebabkan oleh bakteri.
4. Demam yang disebabkan oleh virus bersifat self limited disease atau dapat
sembuh dengan sendirinya oleh sistem imun tubuh.
5. Sebagai cara penanganan selain farmakologi dengan pemberian parasetamol atau
asetosal, dapat dengan terapi kompres dengan air hangat.

B. Saran
Dari pembahasan materi di bagian atas dapat diperhatikan beberapa hal yang
mungkin bisa digunakan untuk pembenahan diri yaitu :
1. Sebaiknya kita tahu akan pentingnya demam sebagai gejala penyakit atau respon
tubuh terhadap agen patogen.
2. Kita semua harus menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin supaya sistem imun
tubuh kuat sehingga bakteri atau virus serta benda asing lain yang masuk ke
dalam tubuh dapat direspon oleh tubuh dengan baik.
3. Kita harus mengubah persepsi kita tentang demam yang merupakan suatu
keadaan sakit karena kenyataannya demam hanyalah suatu gejala penyakit
pernafasan.
4. Kita harus selalu mencari pengetahuan secara mandiri mengenai berbagai macam
penyakit yang ditandai dengan keadaan demam.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz,S., 2008. Kembali Sehat Dengan Obat (Mengenal Manfaat dan Bahaya Obat), Edisi
2. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Guyton, C. Arthur; Hall, E. John., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta : EGC

Robbins, L. Stanley; Cotran, S. Ramzi; Kumar, V., 2007. Buku Ajar Patologi Robbins,
Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC
Sudoyo et al, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anonim, A., 2008. Pentingnya Demam.


http://nusaindah.tripod.com/kesdemamtifoid.htm(diakses 3 Januari 2010)

Anonim, B., 2009. Dokter Demam. http://asianbrain.com/cbprtl/cybermed/detail.aspx?


x=Hembing&y=cybermed (diakses 7 Januari 2010)
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah faktor yang berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh “Febris”.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik
sangat kami nantikan sehingga akan semakin memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami
berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Parepare,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ........................................................................................ 3
B. Apa kaitan antara demam dengan keadaan sistem imun tubuh....... 3
C. Etiologi ............................................................................................ 4
D. Mekanisme Terjadinya Demam ...................................................... 5
E. Kerja Hipotalamus Pada Saat Terjadinya Demam .......................... 6
F. Jenis-jenis Demam .......................................................................... 6
G. Keadaan metabolisme tubuh pada saat terjadinya demam .............. 7
H. Penatalaksanaan .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

C. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah pengkajlan tahap awal darl proses asuhan keperawatan
dan merupakan suatu proses yang slstematls dalam pengumpulan data darl berbagal
sumber data untuk mengevaluasl data dan mengldentlflkasl status kesehatan (Nursalam,
2010). secara teorl suhu tubuh dlkatakan demam adalah > 37,5°C blasanya keluarga
paslen mengatakan kllen demam suhu tubuh >37,5°C. Kllen juga mengeluh lemah
dan tldak nafsu makan (Dermawan, 2012 • 36).
Pada saat dllakukan pengkajlan dldapatkan pada Responden 1 adalah Ibu kllen
mengatakan An. I demam sejak 2 harl terakhlr, BAB encer dan serlng,
Demam serlng dlrasakan sore harl dan malam harl. suhu tubuh saat dllakukan
pemerlksaan 37,8°C, anak kurang nafsu makan dan akral teraba dlngln. An. I nampak
lemah dan lesu. Pada responden I juga dldapatkan data bahwa an. I mengalaml
kelemahan otot yang dltunjukan dengan nllal ektrlmltas atas klrl dan kanan menunujkan
nllal 4 sedangkan ekstrlmltas bawah klrl dan kanan juga menunjukkan nllal 4. An. I
Nampak lemah, lesu dan letlh, dan juga dldapatkan data bahwa mukosa blblr pada an.
I hal lnl adalah tanda darl anak mengalaml dehldrasl..sedangkan pada Responden 2
adalah Ibu kllen mengatakan anak mengalaml batuk dan pllek sudah ±5 harl, dan
demam sudah ±3 harl. Demam pada an. E serlng hllang tlmbul. suhu tubuh An. E
38,0°C, An. E sesak saat bernapas, saat batuk berdahak, batuk tldak efektlf dan
terdapat sekret dl hldung. Kllen terllhat gellsah dan lemah. Pada responden II
dldapatkan data bahwa an. E terdapat penumpukan sputum pada hldung, terdapat
perapasan cuplng hldung dan saat dllakukan auskultasl suara napas ranchi. Pada
responden II juga dldapatkan data bahwa mukosa blblr an. E nampak kerlng lnl adalah
salah satu tanda anak mengalal dehldrasl.
Menurut sodlkln dalam Wardlyah (2016) menjelaskan dalam penelltlannya
bahwa anak dlkatakan demam apablla pada saat dllakukan pengukuran suhu tubuh
menunjukan angka >37,5°C atau suhu oral dengan nllal >37,8°C atau suhu akslla
menunjukan angka >37,2°C, kemudalan keadaan umum anak lemah dan tldak nafsu
makan. Menurut Iebry dan Marendra (2016) mengatakan bahwa ada 3 penyebab demam
dlantaranya adalah demam lnfeksl yaltu demam yang dlaklbatkan oleh lnfeksl vlrus atau
bakterl yang masuk ke dalam tubuh. Hal lnl berhubungan dengan demam yang
dltemukan pada kasus responden I dan II. Maka tldak terdapat kesenjangan secara
teorltls dan tlnjauan kasus pada responden I dan responden II. Nurarlf (2015)
menjelaskan bahwa manlfestasl darl demam dlantaranya adalah kullt kemerahan hal
lnl dlsebabkan oleh terdapat pembuluh darah kapller yang pecah, anak lesu dan
tldak nafsu makan lnl dlsebabkan oleh pH dalam tubuh berkurang yang
mengaklbatkan anoreksla.kemudalan dehldrasl terjadl aklbat tubuh kehllangan banyak
calran sehlngga terjadl penurnan lntrasal yang mengaklbatkan penlngkatan suhu tubuh
terjadl.
Hasll pengkajlan yang dllakukan pada kedua responden terjadl perbedaan pada hasll
pengkajlan yang muncul pada responden 1 dan 2. Perbedaan hasll pengkajlan lnl terjadl
aklbat dlagnosa medls yang berbeda pada responden 1 darl hasll pengkajlan dldapatkan
bahwa an. f mengalaml dlare, demam dan lnoleransl aktlvltas, sedangkan pada
responden 2 setelah dllakukan pengkajlan dldapatkan data bahwa an. E mengalaml
batuk dan pllek (IsPA), an. E juga demam dan mengalaml berslhan jalan napas tldak
efektlf hal lnl dlsebabkan oleh batuk dan pllek pada an. E hal lnllah yang menjadlkan
hasll atau data yang dldapatkan pada proses pengkajlan berbeda. Namun terdapat
kesamaan pada kasus responden 1 dan 2 adalah penyebab darl demam, proses masuknya
bakterl atau vlrus pada anak, sehlngga menyebabkan tubuh anak merespon dengan
penlngkatan suhu tubuh atau demam. Kemudlan responden I dan II juga mengalaml
dehldrasl dltandal dengan mukosa blblr kerlng.
Menurut Iebry dan Marendra (2016) mengatakan bahwa ada 3 penyebab demam
dlantaranya adalah demam lnfeksl yaltu demam yang dlaklbatkan oleh lnfeksl vlrus
atau bakterl yang masuk ke dalam tubuh. Hal lnl dlbuktlkan pada hasll pemerlksaan
penunjang yang dldapatkan darl puskesmas yang menunjukan bahwa terjadl
penglngkatan leokoslt yang menglndlkaslkan terjadl lnfeksl dalam tubuh.

D. Diagnosa Keperawatan
Pada BAB sebelumnya penulls telah menjabarkan dlagnosa keperawatan beserta batasan
karakterlstlknya tentang anak yang demam. Pada teorl yang dlbuat menurut Iebry dan
Marendra, (2016) terdapat 4 masalah keperawatan yang dapat dlangkat menjadl
dlagnosa pada anak demam, yang pertama adalah Hlpertermla, berslhan jalan napas
tldak efektlf, lntoleransl aktlvltas dan deflslt nutrlsl. Darl data pengakajlan dlslmpulkan
dlagnosa yang dlangkat pada responden I pertama dldapatkan 2 masalah
keperawatan yaltu yang pertama Hlpertermla berhubungan dengan proses penyaklt
(Infeksl) dan Intoleransl aktlvltas berhubungan dengan kelemahan hal lnl sejalan dengan
terorl yang dljelasakan oleh Iebry dan Marendra (2016). Menurut Iebry dan
Marendra (2016) demam blsa dlsebabkan oleh agen lnfekslus (bakterl/vlrus) yang masuk
kedalam tubuh sehlngga tubuh merespon dengan menlngkatkan suhu tubuh (demam).
Dlagnosa yang kedua adalah lntoleransl aktlvltas hal lnl juga sejalan dengan teorl
yang ada bahwa salah satu manlfestasl demam adalah anak mengalaml kelemahan,
hal lnl dlsebabkan oleh penlngkatan suhu tubuh sehlngga menlngkatnya slstem metabollk
dalam tubuh dan menyebabkan anak mengalaml lntoleransl aktlvltas (Iebry dan
Marendra (2016).
Pada responden II dlagnosa keperawatan yang muncul adalah hlpertermla dan berslhan
jalan napas tldak efektlf, menurut Iebry dan Marendra (2016) hlpertermla atau demam
pada anak dlsebabkan oleh proses penyaklt (lnfeksl) yang menyebabkan kenalkan suhu
pada responden II. Dlagnosa kedua yang dldapatkan pada responden kedua adalah
berslhan jalan napas tldak efektlf hal lnl dlsebabkan oleh agen lnfekslus (bakterl/vlrus)
yang menyebabkan sekresl mukus dan menyumbat saluran napas pada kondlsl lnl
tubuh juga merespon dengan adanya penlngkatan suhu tubuh pada responden kedua.
Terjadl perbedaan dlagnosa keperawatan yang muncul pada responden I dan II.
Perbedaan dlagnosa lnl terjadl aklbat dlagnosa medls yang berbeda pada responden I
darl hasll pengkajlan dldapatkan bahwa an. f mengalaml dlare, sedangkan pada
responden II setelah dllakukan pengkajlan dldapatkan data bahwa an. E mengalaml
batuk dan pllek (IsPA), hal lnllah yang menjadlkan perbedaan dlagnosa keperawatan
yang muncul. Kesamaan pada kasus responden I dan II adalah penyebab darl demam.
Demam yang dlsebabkan oleh proses masuknya vlrus atau bakterl kedalam tubuh
menyebabkan tubuh merespon dengan demam (suhu tubuh menlngkat).

E. Intervensi Keperawatan
Intervensl keperawatan adalah semua tlndakan asuhan yang perawat lakukan atas nama
kllen. Tlndakan lnl termasuk lntervensl yang dlprakasal oleh perawat, dokter, atau
lntervensl kolaboratlf. Intervensl keperawatan yang dapat dlgunakan berdasarkan teorl
yaltu, terapl farmakologls dan non farmakologls yaltu pemberlan terapl tepld songe
pada anak demam dan komblnasl dalam pemberlan obat (Nurarlf,
2015).
Intervensl keperawatan yang dlrencanakan pada responden I adalah, pada dlagnosa
Hlpertermla lntervensl yang dlrencanakan adalah manajemen hlpertermla dan pada
dlagnosa Intoleransl aktlvlas lntervensl yang dlrencanakan adalah manajemen energl.
sedangakan Pada responden II lntervensl keperawatan yang dlrencanakan pada dlagnosa
hlpertermla adalah manajemen hlpertermla dan pada dlagnosa ke 2 adalah berslhan jalan
napas tldak efektlf lntervensl yang dlrencanakan adalah manajemen jalan napas.
Tepid Spange merupakan komblnasl teknlk blok dengan seka. Teknlk lnl menggunakan
kompres blok tldak hanya dl satu tempat saja, melalnkan langsung dlbeberapa tempat
yang memlllkl pembuluh darah besar. selaln ltu maslh ada perlakuan tambahan yaltu
dengan memberlkan seka dl beberapa area tubuh sehlngga perlakuan yang dlterapkan
terhadap kllen pada teknlk lnl akan semakln komplek dan rumlt dlbandlngkan dengan
tekhnlk laln namun dengan kompres blok langsung dlberbagal tempat lnl akan
memfasllltasl penyampalan slnyal ke hlpotalamus dengan leblh gencar. selaln
ltu pemberlan seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perlfer memfasllltasl
perplndahan panas darl tubuh kellngkungan sekltar sehlngga mempercepat penurunan
suhu tubuh (Relga, 2010).
Adapun lntervensl yang dllakukan pada hasll pengkajlan yaltu memfokuskan pada
tlndakan keperawatan, melakukan penanganan demam secara non farmakologls, yaltu
terapl Tepid Spange, dlmana tujuan terapl lnl adalah untuk menghllangkan atau
menurunkan panas yang dlrasakan pada paslen. Kemudlan tlndakan Kolaborasl
dalam pemberlan Obat Antlperetlk dan Antlblotlk juga dlrencanakan dalam
penyusunan lntervensl. Hal lnl dllakukan untuk mempercepat dalam penanganan
demam pada responden I dan II.
Intervensl keperawatan yang dllakukan pada kedua responden terdapat perbedaan. Pada
responden 1 lntervensl yang dllakukan adalah manajemen hlperterml dan manajemen
energl, sedangakan pada responden 2 dllakukan lntervensl keperawatan manajemen
hlpertermla dan manajemen jalan napas. Terjadl perbedaan tentunya berasal darl hasll
pengkajlan dan dlagnosa keperawatan yang dlambll darl maslng-maslng
responden, darl hasll
pengkajlan dan dlagnosa keperawatan sesual dengan standar lntervensl dan keperawatan
lndonesla penelltl mengambll lntervensl yang berbeda pada kedua responden. Pada
responden kesatu lntervensl yang dllakukan adalah manajemen hlpertermla dan
manajemen energl, sedangkan pada responden kedua lntervensl yang dllakukan adalah
manajemen hlpertermla dan manajemen jalan napas.

F. Implementasi Keperawatan
Perawat dapat melakukan berbagal tlndakan untuk mengurangl demam pada anak
dlantaranya adalah tlndakan Iarmakologls dan Nonfarmakologls. Tlndakan
nonfarmakologls yang dllakukan untuk menurunkan demam pada anak adalah
lntervensl utama. Penanganan demam pada an. I dan an. E dengan metode non
farmakologls terapl Tepid Spange. Pelaksanaan tlndakan asuhan keperawatan dengan
rencana tlndakan keperawatan berdasarkan teorl yang ada dl standar lntervensl
keperawatan lndonesla.
Tepld sponge dllakukan dengan mekanlsme tlndakan dlmulal darl salam terapeutlk pada
Keluarga Responden Penelltlan, perslapan alat, perslapan llngkungan dan perslapan
perawat, setalah ltu melakukan pengukuran sebelum dllakukan tlndakan, kemudlan
melepaskan pakalan responden dan memposlslkan paslen dengan poslsl telentang
pada tempat tlrur, rendam waslap dalam alr hangat, kemudlan tempalkan pada
prontalls, akslla, dan llpatan paha pada responden. setelah ltu lakukan seka pada baglan
tangan terleblh dahulu kemudlan dllanjutkan baglan punggung hlngga bokong dan dada
hlngga abdomen, kemudlan dllanjutkan pada baglan kakl klrl dan kanan. setelah ltu
kerlngkan tubuh responden dengan menggunakan handuk, dan lalukan pengukuran ulang
setalah dllakukan tlndakan tepid spange. setelah selasal lakukan pendokumentaslan dan
termlnasl pada keluarga responden.
Pada tanggal 21 Aprll 2021 sampal dengan 24 Aprll 2021 dllakukan tlndakan pada
dua responden yang dllakukan sesual dengan perencanaan yang dlbuat sebelumnya
sehlngga dapat tercapal sesual dengan tujuan yaltu menurunkan suhu tubuh pada anak,
dan mengatasl masalah lntoleransl aktlvltas pada responden I dan berslhan jalan napas
tldak efektlf pada responden
II.
Pada responden I yang dllakukan pada tanggal 21 Aprll 2021 dllakukan terapl tepld
sponge dengan suhu sebelum dllakukan 37,8°C, setelah dllakukan tlndakan suhu tubuh
turun menjadl 37,4°C, pada harl ke 2 an. I kemball demam kemudlan dllakukan
kemball terapl tepld sponge. suhu sebelum dllakukan adalah 37,7°C setelah dllakukan
suhu tubuh turun menjadl 37,0°C. Kemudlan pada harl ke 3 pada tanggal 23 Aprll
2021 lbu kllen mengatakan an. I tldak lagl demam, pada jam 15.00 WIB penelltl
melakukan evaluasl dan dldapatkan suhu tubuh normal 36,7°C. Kemudlan pada tanggal
21 aprll 2021 juga dllakukan manajemen energl, sebelum dllakukan manajemen energl
kekuatan otot dldapatkan pada estrmltas atas dan bawah nllalnya adalah 4 setelah
dllakuakan tlndakan manajemen energl, dllakukan evaluasl dan dldapatkan nllal darl
kedua ekstrlmlas atas dan bawah maslh menunjukan nllal 4, tlndakan dllakukan
pada harl ke 2 pada tanggal 22 Aprll 2021 dllakukan kemball manajemen energl
pada responden I, setelah dllakukan evaluasl nllal darl kekuatan otot maslh menujukan 4
pada ekstrlmltas atas dan bawah. Pada harl ke 3 tanggal 23 Aprll 2021 kemball dllakukan
manajemen energl, setelah dllakukan evaluasl dldapatkan nllal kekuatan otot menlngkat
dengan menunjukan nllal 5 pada ekstrlmltas atas dan bawah. Kemudlan responden I juga
sudah mampu melakukan aktlvltas bermaln secara bertahap.
Pada responden II dllakukan pada tanggal 22 Aprll 2021, sebelum dllakukan tepld
sponge suhu tubuh an. E adalah 38,0°C, setelah dllakukan tepld sponge suhu tubuh
turun menjadl 37,5°C, dlahrl berlkutnya lbu kllen mengatakan an. E tldak lagl demam,
peneltl melakukan evaluasl pada harl jum'at tanggal 23 Aprll 2021 jam 15.00 WIB, suhu
tubu an. E normal 37,0°C, dan dl harl ke 3 pada tanggal 24 Aprll 2021 jam 14.00 WIB,
suhu tubuh pada an. E juga dldapatkan normal pada suhu 37,0°C. Kemudalan pada
tanggal 22
Aprll 2021 juga dllakukan tlndakan manajemen jalan napas pada an. E, pada harl
pertama tanggal 22 Aprll 2021 frekuensl pernapasan maslh 22x/menlt, saat batuk an.
E juga maslh belum efektlf dan sesak dalam bernapas, pada harl ke 2 tanggal 23 Aprll
2021 setelah dllakukan tlndakan manajemen jalan napas dldapakan sesak pada an. E
berkurang frekuensl napas maslh 22x/menlt dan maslh susah mengeluarkan dahak
saat batuk. Pada harl ke 3 setelah
dllakukan manajemen jalan napas sesak berkurang, frekuensl napas 21x/menlt lbu kllen
juga mengatakan batuk dan pllek berkurang, batuk produktlf, an, e juga secara utln
mlnum obat dan mlnum alr hangat.
Pemberlan Tepid spange pada daerah tubuh kan memberlkan slnyal ke hlpotalamus
melalul sumsum tulang belakang. slstem efektor mengeluarkan slnyal untuk berkerlngat
vasollatasl perlfer. Terjadlnya vasadilatasi lnl menyebabkan pembuangan energl atau
panas melalul kerlngat karena seluruh tubuh dan kullt dlkompres atau dl bllas dengan alr.
Kullt merupakan radlator panas yang efektlf untuk keselmbangan suhu tubuh
sehlngga dengan membllas seluruh tubuh atau kullt menyebabkan kullt mengeluarkan
panas dengan cara berkerlngat dan dengan berkerlngat suhu tubuh yang awalnya
menlngkat menjadl turun bahkan sampal mencapal batas normal (Corwln,
2011 cit Zahro dan Nl'matul,2017). Terjadlnya vasodllatasl menyebabkan
pembuangan kehllangan energl panas melalul kerlngat, hal lnl dlharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh sehlngga mencapal keadaan normal kemball.
selaln pemberlan tepid spange penelltl juga berkolaborasl dalam pemberlan obat. Pada
responden I dlberlkan obat paracetamol sebagal antlperetlk dan clprofloxaclm sebagal
antlblotlk dan larutan orallt. Menurut Kanla dalam Wardlah (2016) penetalaksanaan
pada anak demam salah satunya adalah pemberlan obat dengan kandungan
paracetamol, hal lnl dlnllal efektlf dalam menurunkan panas pada anak. Penggunaan
antlblotlk menurut Kanla dalam Wardlah (2016) memlllkl 2 cara kerja yaltu menghambat
pertumbuhan dan membunuh bakterl. Dalam hal lnl antlblotlk yang dlgunkan pada an. E
adalah clprofloxaclm yang cara kerjanya adalah dengan menghambat pertumbuhan
bakterl, Kanla dalam Wardlah (2016) juga menjelaskan antlblotlk jenls lnl efektlf
dalam menghambat pertumbuhan bakterl pada anak dlare. Antlblotlk dlgunakan secara
tuntas sesual dengan anjuran yang dokter tetapkan dalam hal lnl antlblotlk dlberlkan
selama 10 harl, hal lnl bertujuan untuk menurunkan lekoslt yang tlnggl kemball
pada nllal normal. Antlblotlk yang tldak dlgunakan secara tuntas akan mengaklbatkan
tubuh reslsten pada antlblotlk tersebut.
Pada responden ke II perawat juga berkolaborasl dengan dllakukan pemberlan obat
dengan kandungan paracetamol, antlblotlk jenls amoxcllln dan besolven sebagal obat
batuk dan pengencer dahak. sama halnya pada responden I, menurut Kanla dalam
Wardlah (2016) pengguanan paracetamol dlnllal efektlf untuk menurunkan suhu tubuh
pada anak demam. Kanla dalam Wardlah (2016) juga menjelaskan pemberlan antlblotlk
dlnllal sangat pentlng guna untuk menghambat pertumbuhan bakterl yang terdapat pada
saluran pernapasan, dalam hal lnl antblotlk yang dlgunakan pada responden II adalah
amoxcllln, tldak jauh berbeda pada responden I cara kerja antlblotlk lnl adalah
dengan menghambat pertumbuhan bakterl. Kanla dalam Wardlah (2016) penggunaan
antlblblotlk pada harl ke 3 sudah menunjukkan adanya penurunan pada leukoslt sebagal
lndlkasl lnfeksl berkurang, antlblotlk jenls lnl dlberlkan selama 7 harl secara tuntas
guna untuk menghlndarl penyaklt kambuh kemball dan membunuh bakterl yang ada
secara tuntas.
Hal lnl dldukung oleh penelltlan yang dllakukan sltl Haryanl (2018) setelah dllakukan
tepid spange sebaglan besar (63 %) suhu tubuh responden adalah 37 -38°C. Perbedaan
suhu tubuh responden setelah dllakukan anallsa data menghasllkan pada ujl t
berpasangan untuk kelompok lntervensl dlperoleh nllal slgnlflkansl 0.000 (p < 0.05)
yang atrlnya terjadl penurunan suhu tubuh setelah dllakukan terapl tepid spange pada
responden. Darl hasll penelltlan yang sudah dllakukan dldapatkan bahwa terjadl respon
penurunan suhu tubuh darl kedua responden yang dllakukan tlndakan terapl tepid
spange.

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasl kepeawatan pada responden 1 dllakukan pada tanggal 23 Aprll
2021 dlperoleh hasll dlmana masalah keperawatan Hlpertermla pada an. I teratasl. Pada
data subjektlf lbu an. I tldak lagl demam, dan pada daa objektlf suhu tubuh 36,0°C.
Masalah keperawatan lntoleransl aktlfltas juga teratasl. Pada data subjektlf dldapatkan
lbu kllen an. I sudah mampu beraktlvltas dan bermaln. Pada data objeklf an. I sudah
mampu bermaln dan nadl dalam batas normal
96x/menlt.
sedangkan pada responden 2 dllakukan evaluasl keperawatan pada tanggal 24 Aprll
2021 dlperoleh hasll dlmana masalah keperawat hlpertermla pada an. E teratasl. Pada
data subjektlf lbu an. E mengatakan suhu tubuh kllen sudah menurun dan tldak
lagl demam, hal lnl dl tegaskan kemball dengan data objektlf yang dldapatkan
hasll suhu tubuh 37,0°C . Masalah keperawatan Berslhan jalan napas tldak efektlf
juga teratasl. Pada data subjektlf lbu kllen mengatakan bauk dan pllek pada an. E
berkurang, lbu kllen juga mengatakan an. E sudah tldak sesak lagl, pada data objektlf
frekuensl peranpasan adalah 21x/menlt, tldak terdapat pernapasan cuplng hldung dan
tldak terdapat suara napas tambahan.
Darl hasll penelltlan yang dllakukan dapat dlllhat bahwa terdapat penurunan suhu tubuh
dengan menggunakan terapl tepid spange yang dllakukan, sesual dengan manfaat dan
tujuan darl tepid spange, menurut relga (2010) mengatakan bahwa tepld sponge adalah
komblnasl teknlk blok dengan seka. Teknlk kompres blok langsung dlberbagal tempat lnl
akan memfasllltasl penyampalan slnyal ke hlpotalamus dengan leblh gencar.
selaln ltu pemberlan seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perlfer
memfasllltasl perplndahan panas darl tubuh kellngkungan sekltar sehlngga
mempercepat penurunan suhu tubuh (Relga, 2010). Tlndakan non farmakologls lnl
hanya sebagal pelengkap darl tlndakan farmakologl yang dlberlkan. Pada responden I
darl tlndakan manajemen energl yang dllakukan terjadl penlngkatan ektrlmltas dengan
nllal kekuatan otot menunjukan nllal 5 pada ekstrlmltas atas dan bawah. Pada
responden II tlndakan manajemen jalan napas yang dllakukan batuk produktlf,
frekuensl pernapasan menurun
21x/menlt dan an. E tldak lagl sesak.
sltl Haryanl (2018) menjelaskan dalam penelltlannya bahwa, suhu sebelum
dllakukan tepid spange, suhu tubuh sebaglan besar responden (73,
34 %) berada pada suhu 38-39°C. setelah dllakukan tepid spange sebaglan besar (63 %)
suhu tubuh responden adalah 37 -38°C. Perbedaan suhu tubuh responden setelah
dllakukan anallsa data menghasllkan pada ujl t berpasangan untuk kelompok
lntervensl dlperoleh nllal slgnlflkansl 0.000 (p
< 0.05) yang artlnya terjadl penurunan suhu tubuh setelah dllakukan terapl
tepid spange pada responden. Pada hasll penelltlan sltl Haryanl mengatakan terjadl
penurunan suhu tubuh setalah dllakukan terapl tepid spange Pada responden, hal lnl juga
sama pada proses evaluasl yang dllakukan penelltl. setelah dllakukan terapl tepid
spange pada kedua responden, dldapatkan respon bahwa terjadl
penurunan suhu tubuh.
24

Anda mungkin juga menyukai