Anda di halaman 1dari 17

Definisi Teori dan Teori Keperawatan

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau definisi yang memberikan suatu
pandangan sistematis terhadap gejala gejala atau fenomena fenomena dengan menentukan hubungan
spesifik antara konsep konsep tersebut.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan
berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan
dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,menjelaskan, memperkirakan dan
mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Karakteristik Dasar Teori Keperawatan
Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik dasar teori keperawatan :
-Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-
konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan
keperawatan
-Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau rasional yang
jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis
-Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah
sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan
-Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui
penelitian
-Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek keperawatan
Faktor yang mempengaruhi teori keperawatan
 Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui
filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar
manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang
dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga membuat standar pada pendidikan
keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan
praktek keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang
sehat.
 Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan diantaranya
dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan
oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi
perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan sebagai
profesi yang mandiri, demikian juga yang dahulu budaya perawat dibawah pengawasan langsung
dokter, dengan berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi
keperawatan telah ada sehingga peran perawat dan dokter bukan di bawah pengawasan langsung akan
tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.
 Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori keperawatan. Dahulu
pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi
sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada
pelayanan keperawatan.
Falsafah, Paradigma dan Paradigma Keperawatan

 Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan
yang dipakai sebagai pedoman hidup.
 Falsafah Keperwatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan, baik kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
 Falsafah Keperwatan adalah Model konsep atau kerangka yang memberikan batasan yang ditujukan
sebagai dasar bagi perawat dalam berpikir, mengobservasi, menginterpretasikan dan bertindak
 Falsafah Keperawatan adalah Pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang
menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan
 Paradigma adalah Pandangan fundamental tentang persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan,
serta dapat pula diartikan sebagai suatu diagram atau kerangka berpikir seseorang dalam menjelaskan
suatu masalah atau fenomena dari suatu kejadian.
 Paradigma keperawatan ≈ cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi
makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan 
ACUAN ATAU DASAR DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIK KEPERAWATAN
PROFESIONAL
1. Manusia atau klien sebagai penerima asuhan keperawatan (individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat)
2. Linkungan yakni keadaan internal dan eksternal yang mempengaruhi klien. Hal ini meliputi
lingkungan fisik.
3. Kesehatan meliputi derajat kesehatan dan kesejahteraan klien.
4. Keperawatan, atribut, karakteristik dan tindakan dari perawat yang memberiakan asuhan bersama
sama dengan klien

Hubungan falsafah keperawatan dan paradigma keperawatan


Falsafah keperawatan  keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan, baik kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
Paradigma keperawatan  cara pandang perawat melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi serta memilih
tindakan atas fenomena yang ada, sehingga dikatakan bahwa paradigma merupakan suatu diagram atau
kerangka berpikir yang menjelaskan suatu fenomena

A. Komponen Suatu Teori


1. Konsep
Formulasi tentang obyek/kejadian yang dapat diaamtai, dirasakan karena konsep itu abstrak, harus
dijabarkan dalam bentuk variabel. Variabel adalah konsep yang bisa diukur atau di analisis. Contoh konsep
mengenai pengetahuan politik.
2. Definisi
Menjelaskan atau menggambarkan teori, konsep, ataupun komponen-komponen yang menyusun teori
tersebut. Tidak dapat dikatakan salah atau benar. Intinya definisi yaitu suatu pernyataan mengenai ciri-ciri
penting suatu hal dan biasanya lebih kompleks.
3. Asumsi
Pernyataan-pernyataan yang menjelaskan konsep-konsep atau menggabungkan konsep-konsep. Asumsi
merupakan suatu kenyataan, diterima sebagai kebenaran. Contohnya manusia adalah makhluk sosial.
Pernyataan ini memang sautu kenyataan diterima sebagai kebenaran. Dalam teori Peplau terdapat asumsi
eksplisit dan implisit. Asumsi eksplisit memberikan pandangan bahwa:
a. Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penaganan perawatan
b. Menjalankan fungsi keperawatn dan pendidikan keperawatan dengan membantu perkembangan pasien
ke arah kedewasaan.
c. Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing proses ke resolusi
dari masalah interpersonal.
Asumsi implisit yaitu mempertegas profesi keperawatan, memiliki tanggung jawab legal dalam
penggunaan keperawatan secara efektif dan dan segala konsekuensinya kepada pasien.
4. Fenomena
Kejadian-kejadian yang ada di dalam obyek/ aspek-aspek yang dirasakan/alami. Sesuatu yang dapat
dirasakan/dilihat dengan panca indra, kenyataan-kenyataan yang ada, tanda-tanda, gejala-gejala, sesuatu yang
luar biasa, keajaiban, fakta (KBBI,2008). Contoh : fenomena bunuh diri, pembunuhan, pencurian. Bisa kita
simpulkan bahwa konsepnya merupakan perilaku menyimpang.
Fenomena yang terjadi pada teori Peplau merupakan fenomena individu dan dieksplorasi dalam
hubungan perawat-pasien. Thomas, Baker, dan Estes menggunakan konsep kecemasan Peplau sebagai
suatu makna untuk memecahkan perasaan marah secara konstruktif melalui proses pembelajaran pada
hubungan perawat-pasien (Tomey & Alligood,1998).

B. Komponen Model Teori Keperawatan Dalam Paradigma Keperawatan


Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memaknai,
menyikapi, serta memilih tindakan atas fenomena yang ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau
kerangka berpikir yang menjelaskan suatu fenomena. Paradigma mengandung berbagai konsep yang terkait
dengan fokus keilmuannya. Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh
mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang
mengatur hubungan di antara teori tersebut guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori
keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.
Paradigma keperawatan terdiri atas empat unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-sakit, dan
lingkungan. Keempat unsur inilah yang membedakan paradigma keperawatan dengan teori lain. Teori
keperawatan didasarkan pada keempat konsep tersebut, yakni konsep manusia, konsep sehatsakit, konsep
lingkungan, dan konsep keperawatan sebagai intinya.
Model konseptual dan teori keperawatan menggambarkan bermacam- macam paradigma yang berasal
dari metaparadigma disiplin keperawatan. Oleh karena itu, meskipun masing-masing tokoh teori keperawatan
memiliki pendapat atau konsep yang berbeda tentang metaparadigma, namun dalam teori mereka empat konsep
metaparadigma ada di masing- masing teori model. Perbedaan ini hanya disebabkan karena adanya sudut
pandang yang berbeda dan penekanan pada salah satu komponen metaparadigma.
Definisi metaparadigma menurut Fawcett adalah perspektif global dari sebuah disiplin ilmu, konsep
global mengenai fenomena yang menjadi pusat perhatian dari disiplin ilmu, global proposisi yang menjelaskan
konsep dan global proposisi yang menetapkan hubungan diantara beberapa konsep (Masters, 2016) Komponen
paradigma keperawatan terdiri dari empat, yaitu:
1. Manusia
Merupakan penerima asuhan keperawatan, termasuk klien, keluarga dan komunitas. Manusia
merupakan sentral asuhan keperawatan yang dilakukan perawat. Karena kebutuhan manusia biasanya
kompleks, maka penting untuk menyediakan pelayanan yang berfokus pada klien (Potter dan Perry, 2009).
Sedangkan menurut Asmadi (2008), manusia dapat diartikan sebagai :
a) makhluk yang unik, karena manusia memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda;
b) manusia sebagai sistem adaptif/ terbuka. Manusia dipandang sebagai sistem terbuka yang dinamis dan
memerlukan berbagai masukan dari subsistem (sistem pernafasan, pencernaan dll) dan suprasistem
(keluarga, komunitas, masyarakat) gura mempertahankan keadaan seimbang ;
c) manusia sebagai makhluk holistik. Manusia adalah makhluk yang utuh, terdiri dari aspek bio- psiko-
sosio-spiritual-kultural atau terdiri dari aspek jasmani dan rohani.

2. Kesehatan (sehat-sakit)
Kesehatan adalah kondisi dinamis manusia dalam rentang sehat sakit yang merupakan hasil interaksi
dengan lingkungan. Sehat merupakan keadaan seimbang bio-psiko-sosio-spiritual yang dinamis yang
memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri sehingga dapat berfungsi secara optimal guna memenuhi
kebutuhan dasar melalui aktivitas hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat tumbuh kembangnya. Sakit adalah
keadaan tidak seimbang antara bio-psiko-sosio-spiritual sebagai respons tubuh terhadap interaksinya dengan
lingkungan, baik internal maupun eksternal.

3. Lingkungan/situasi
Kondisi yang mungkin mempengaruhi klien dan tempatnya berada, di mana kebutuhan pelayanan
kesehatan ada. Hubungan ini dapat berupa pengaruh positif dan negatif pada tingkat kesehatan manusia dan
kebutuhan pelayanan kesehatan (Potter dan Perry, 2009). Lingkungan disini dapat berupa lingkungan internal
(misalnya genetik, struktur tubuh dan fungsi tubuh serta psikologis) dan lingkungan eksternal (misalnya
lingkungan fisik, lingkungan sekitar manusia, sosial, kultural)

4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu profesi yang mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, mendahulukan
kepentingan kesehatan masyarakat di atas kepentingan sendiri, suatu bentuk pelayanan/asuhan yang bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berpegang pada standar pelayanan/asuhan keperawatan serta menggunakan kode etik keperawatan sebagai
tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.
Sedangkan menurut Lokakarya Nasional Keperawatan (1983), keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
(seni) keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Bantuan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kamauan menuju kepada kamampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Fokus tindakan keperawatan adalah diagnosis dan pengobatan respons manusia terhadap masalah
kesehatan yang ada atau berpotensial ada. Misalnya pasien yang didiagnosa TBC (tuberculosis paru), maka
diagnosa/ masalah keperawatan yang dapat diangkat oleh perawat adalah respon pasien terhadap penyakit TBC
tersebut seperti: ketidakefektifan bersihan jalan nafas (karena pasien mengeluh batuk), ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (karena pasien mengalami penurunan berat badan dan nafsu makan).
Pandangan individu sebagai makhluk holistik, menuntun kita harus memberikan perawatan secara
total/seluruh aspek (biopsikososiospiritual). Keperawatan holistik merupakan suatu pendekatan yang berpusat
pada orang dengan menyertakan konsep-konsep holisme, healing, dan transpersonal caring sebagai konsep inti.
Oleh karena itu, keperawatan holistik akan tercapai bila perawat menerapkan "caring" dalam merawat pasien.

C. Teori Sister Calista Roy:Model Adaptasi Roy


Pada tahun 1964 model ini banyak di gunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam
pendidikan keperawatan. Model adaptasi roy adalah system model yang esensial dalam keperawatan. Asumsi
dasar model ini adalah:
1. Individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika
mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan social.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative untuk dapat
beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu penyebab utama
terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta keyakinandan pengalaman dalam beradaptasi.
3. Setiap individu berespons terhadap kubutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif,
kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan melakukan
peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara intergritas diri.
4. Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang
dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Menurut roy, respons yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu
kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau perilaku
tertentu. Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, makanan , tidur dan istirahat, pengaturan suhu, hormonal dan fungsi sensoris. Kebutuhan akan
konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan
seseorang. Kemandirian lebih di fokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi social
termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku
individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya.
Singkatnya, Roy menegaskan bahwa individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh
yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu
berinteraksi secara konstan atau selalu beradaftif terhadap perubahan lingkungan. Roy mengidentifikasi
lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat
adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri. Menurutnya, peran perawat adalah membantu
pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.
Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy diantaranya:
1. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai
pengaruh kuat terhadap seorang individu.
2. Konstektual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal
maupun eksternal, yang dapat memengaruhi, kemudian dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
3. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri tambahan yang ada atau sesuai
dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya :


1. Fungsi fisioligi komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisioligis diantaranya oksigenasi, nutrisi,
eleminasi, aktifita dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan fungsi neurologis dan fungsi
endoktrin;
2. Konsep diri yang mempunyai pengrtian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social yang
berhubungan dengan orang lain;
3. Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dalam bagaimana peran seseorang
dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubunga dengan orang lain;
4. Inter dependent merupakan kemampuan mengenal pola-pola tentang kasih saying, cinta yang dilakukan
melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
Proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energy agar mampu melaksanakan tujuan untuk
kelangsungan kehidupan, perkembangn, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan respon adaptif.

D. Teori Dorothea Orem


Menurut orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal sebagai self Care/Self care Defisit. Ada tiga
prinsip dalam perawatan diri sendiri atau perawatan mandiri.
1. Perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air, makanan, eliminasi,
aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainya.
2. Perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia.
3. Perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan.
Dalam konsep praktek keperawatan Orem mengembangkan bentuk teori self care,diantaranya :
1. Perawatan Perawatan Diri Sendiri (self care)
Orem mengemukakan bahwa self care meliputi :
a. Self care sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan individu itu
sendiri dalam memenuhiserta mempertahankan kehidupan,kesehatan, dan kesejahteraan.
b. Self care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri,
yang dapat dipengaruhi oleh usia perkembangan sosiokulturasi, kesehatan dll.
c. Adanya tuntutan dan permintaan dalam perawatan diri sendiri, yang merupakan tindakan mandiri
yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan
alat dalam tindakan yang tepat.
d. Kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri
sendiri yang bersifat Universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam
upaya mempertahankan fungsi tubuh self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari
(ADL) dengan mengelompokan ke dalam kebutuhan dasar manusianya, sifat dari self care
selanjutnay adalah untuk perkembangan kepercayaan diri serta ditujukan pada penyimpangan
kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang diberikan dalan kondisi sakit atau dalam penyembuhan.

2. Self Care Defisit


Merupakan bagian penting dalam perawatan umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan
pada saat perawat dibutuhkan yang dapat di terapkan pada uang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan penuntutan dalam
peningkatan self care baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri serta membantu
proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut, diantaranya bertindak atau berbuat
untuk orang lain, sebagi pembimbing orang lain, member support, meningkatkan pengembangan lingkungan
pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan praktek dengan melibatkan
pasiendan keluarga dalam pemecahan masalah, menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap keinginan, permintaan, serta kebutuhan pasien, mempersiapkan
bantuan secara teratur bagi pasien dan mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan
sehari-hari pada pasien.
3. Teori system keperawatan Orem
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi
oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari Orem yaitu mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri
sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan teori
system ini Orem memberikan identifikasi dalam system pelayanan keperawatan diantaranya
a. System bantuan secara penuh (wholly Compensatory System)
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien
dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memrlukan
bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan
secara system ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja seperti
pada pasien koma pada pasien sadar dan mungkin masih dapat membuat suatu pengamatan dan penilaian
tentang cedera atau masalah yang lain akan tetapi tidak mampu dalam melakukan yang memerlukan ambulasi
atau manipulasi gerakan, seperti pada pasien yang praktur vetebrata dan pada pasien yang tidak mampu
mengurus sendiri, membuat penilain serta keputusan dalam self carenya dan pasien tersebut masih mampu
melakukan ambulasi dan mungkin dapat melakukan beberapa tidakan self care-nya melalui bimbingan secara
continue seperti pada pasien retardasi mental.
b. System bantuan sebagian (partially compensatory system)
Merupakan system dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien
yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen di mana pasien ini
memiliki kemampuan seperti cuci tangan , gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolngan perawat dalam
ambulasi dan melakukan perawatan luka.
c. System suportif dan edukatif
Merupakan system bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan
dengan harapan pasien mampu memrlukan perawatan secara mandiri. System ini dilakukan agar pasien mampu
melakukan tindakan eperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Pemberian system ini dapat dilakukan pada
pasien yang memerlukan informasi dalam pengaturan kelahiran.
Dalam pandangan tentang teori dan konsep keperawatan, orem mempunyai pandangan bahwa teori dan
konsep dilakukan untuk merefleksikan antara individu dengan lingkungan, menggambarkan apa yang merekan
lakukan, menggunakan kreasi dalam berpikir dan berkomunikasi, serta dalam melakukan perbuatan seharusnya
sesuai dengan diri dan lingkungan sehingga dalam prakteknya Orem menggunakan langkah dalam keperawatan
yang dibutuhkan, menganalisis dan menginterpretasikan dengan membuat keputusan, merancang system
perawatan dengan merencanakan perawatan sesuai dengan system perawatan uang akan diberikan dalam
memenuhi keteratasan perawatan diri sendiri mengatasi masalah keterbatasan serta mempertahankan dan
menjaga kemampuan pasien dalam perawatan diri.
2.1 Latar Belakang Teori Florence Nightingale
Teori Nightingale adalah teori yang mengemukakan tentang lingkungan. Florence Noghtingale sendiri
adalah perawat yang pertama kali ada di dunia dan beliau di kenal sebagai wanita yang pantang menyerah
dalam merawat pasien dan memiliki jiwa penolong serta sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu
keperawatan.
Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence Nightingale
sebagai sesuatu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model konseptual dari keperawatan (Meleis 1985,
Torres 1986, Marriner-Toorey 1994, Chin and Jacobs 1995). Meleis (1985) mencatat bahwa konsep
Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak
perlu memahami seluruh proses penyakit dan itu merupakan proses awal untuk memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientrasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan
lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Nightingale 1860, Torres 1986).
Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien
dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan kondisi hygiene dan sanitasi selama
perang Crimean. Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat
divalidasi memberikan dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale dalam teori
deskripsinya memberikan cara berfikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada klien
dan lingkungan (Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisan tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas
nama klien. Marriner-Tomey, (1994), prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan . hal
paling penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktik keperawatan . Nightingale
berfikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai
informasi/fakta yang mencurigakan, tetapi demi menyelematkan hidup dan meningkatkan kesehatan dan
keamanan.

2.2 Definisi dan Konsep Mayor


1. Definisi teori
Teori merupakan kumpulan konsep, definisi, dan usulan yang memproyeksikan sebuah pandangan
sistematis tentang suatu fenomena dengan merancang hubungan khusus antar-konsep guna menggambarkan,
menjelaskan, memprediksi, dan/atau mengendalikan fenomena yang ada (Asmadi, 2008).
Untuk memudahkan alur berpikir mengenai hubungan dan pengaruh logis antar-konsep serta untuk
merealisasikan teori keperawatan ke dalam praktik, diperlukan suatu model keperawatan. Keperawatan sebagai
ilmu dan profesi harus didukung oleh teori dan model konseptual agar pelayanan keperawatan yang diberikan
semakin professional (Asmadi, 2008).
Florence Nightingale adalah salah satu perawat pertama untuk mendokumentasikan dampak lingkungan
yang dibangun terhadap pasien. Selain menulis tentang sanitasi, tingkat infeksi, dan ventilasi, Nightingale
memahami bahwa aspek lingkungan seperti warna, suara, dan cahaya, bersama dengan kehadiran perawat,
memberikan kontribusi untuk mendapatkan kesehatan
Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai perawat yang membangun landasan teori bagi profesi
keperawatan, mengembangkan dan menerbitkan suatu filosofi dan suatu teori tentang hubungan antara
kesehatan dan keperawatan (Soemowinoto, 2008). Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan.
Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk penanganan perawatan yang layak.

2. Konsep mayor teori Florence Nightingale


Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan, dan
perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara
profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih
diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi
yang adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan
dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik
keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya
dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan
lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses perawatan pada pasien,
sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan
secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan fisik (Physical environment)


Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut
mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia
berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan
hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang
cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik
dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan
fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang semua
faktor untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan
pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh
memberikan harapan yang terlalu muluk muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c. Lingkungan Sosial (Social environment)
Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-
data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam hubungan dengan
kasus-kasus secara spesifik lebih sekadar data-data yang ditunjukan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam
hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.

2.3 Penjelasan Skema/Bagan Model Konseptual

Klien
Perawat Kesehatan

Lingkungan

Florence Nightingale dalam bukunya What It Is and What It is Not, menyatakan bahwa “ peran perawat
adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa
dirinya” (Priharjo, 2008). Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan menguraikan
keperawatan sebagai pengarahan terhadap peningkatan dan pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam akan
menyembuhkan pasien. Pasien adalah seseorang dengan proses vital penyembuhan yang berhadapan dengan
penyakit dan pemulihkan kesehatan tetapi pasif terhadap pengaruh dari usaha keperawatan lingkungan.
Walaupun lingkungan mempunyai kehidupan sosial, emosional, dan aspek fisikal, Nightingale menekankan
pada aspek fisiknya. Oleh karena itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang
kebersihan di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita menciptakan atau membuat lingkungan
sehat bagi keluarganya dan komunitas yag pada dasarnya bertujuan untuk mencegah penyakit. Florence
berkeyakinan jika lingkungan diperbaiki maka masa perawatan dapat dipersingkat (Efendi & Makhfudli, 2009).
Menurut Nightingale keadaan sehat dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan.
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakan semaksimal mungkin setiap
kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif, yaitu hasil kombinasi dari faktor lingkungan, fisik, dan
psikologis.

2.4 Aplikasi Model Konseptual dalam Keperawatan


Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat pasien yang diterapkan dalam
keperawatan saat ini, dalam hal ini ventilasi menjadi pokok utama dalam menentukan penyembuhan pasien.
1. Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-menerus merupakan prinsip utama
dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih,
sebersih udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.
2. Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit pada pasien. Oleh karena itu,
perawat harus berusaha dengan baik agar air tetap terjaga kebersihannya.
3. Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu
pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
4. Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat memerlukan
kebersihan yang optimal agar mempercepat proses penyembuhan. Focus perawatan klien menurut Nightingale
adalah pada kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh tingkat kebersihan,
baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
5. Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah cahaya matahari. Nightingale
yakin sinar matahari dapat memberi manfaat yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu
membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak terdapat
kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).

2.5 Kelemahan Teori Florence Nightingale


1. Teori keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya.
2. Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh banyak orang
3. Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan perkembangannya saat itu.
4. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang.
Teori Keperawatan menurut Lidya E. Hall
Lydia E. Hall memperkenalkan 3 teori lingkaran keperawatan dimana masing-masing lingkaran
menunjukkan proses keperawatannya yaitu: Lingkaran Kepedulian (care), Lingkaran inti (core), dan Lingkaran
keperawatan (cure).
1. Lingkaran Kepedulian (care)
Pada lingkaran kepedulian ini perawat yang professional akan menyediakan kebutuhan pasien. Ketika
kepedulian (care) berfungsi, perawat menerapkan pengetahuan yang alami dan ilmu pengetahuan biologi yang
menjadi dasar ilmu keperawatan yang kuat. Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman pada diri pasien,
sehingga pasien itu menganggap perawat mampu menghibur dan mampu memberi kenyamanan.
2. Lingkaran Inti (core)
Pada lingkaran inti ini perawat yang profesional dalam hubungannya dengan pasien bisa membantu pasien
untuk menyatakan perasaan / penyakit yang dideritanya. Intinya perawat harus memperdulikan pasien untuk
kesembuhan pasien. Perawat yang professional dengan menggunakan tehnik berhubungan / berhadapan
langsung dengan pasien guna untuk melihat status kesehatan sekarang dan yang akan datang.
3. Lingkaran Keperawatan (cure)
Kepedulian perawat terhadap pasien yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, dan cara pengobatan suatu
penyakit, sehingga tidak hanya perduli, berhadapan langsung dengan pasien tapi juga cara merawatnya. Perawat
yang professional adalah perawat yang bisa membantu si pasien agar cepat sembuh sehingga dapat
meringankan beban keluarga.
4 Konsep Utama sesuai dengan Teori Lidya E. Hall :
Proses keperawatan yang dikenalkan meliputi hubungan antara manusia, kesehatan, bersosialisasi dengan
lingkungan dan keperawatan. Untuk lebih jelasnya seperti dibawah ini:
1. Manusia atau seseorang yang berusia 16 tahun atau lebih yang mengalami suatu penyakit membutuhkan
bantuan/proses keperawatan yang lebih, individu ini membutuhkan motivasi dari semua keluarganya agar cepat
sembuh.
2. Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari perilaku manusia itu sendiri.
3. Konsep lingkungan masyarakat yang dihadapkan dengan hubungan individu, akan menciptakan kesehatan
yang merata dan menyeluruh.
4. Proses keperawatan berhubungan dengan (kepedulian , inti , dan keperawatan). Tujuan utama adalah untuk
mencapai suatu hubungan antara individu dengan individu lain / antara perawat dengan pasien.

Proses Keperawatan Menurut Lidya E. hall


Lidya E. Hall memberikan motivasi pada pasien demi proses penyembuhan. Aspek ini meliputi 5 proses
keperawatan yaitu:
1. Penilaian
Tahap pertama yaitu penilaian, meliputi tentang status kesehatan individu atau pasien. Menurut teori Lidya E.
Hall proses pengumpulan data ditujukan demi kepentingan kesehatan pasien dibandingkan demi kepentingan
perawat. Pengumpulan data ini harus mengarah pada peningkatan kesehatan individu.
2. Diagnosis / diagnosa
Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat mengamati penyakit pasien sehingga dapat
mengetahui penyakit yang dideritanya. Sehingga proses penyembuhannya akan lebih mudah dan lebih cepat.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap yang ketiga, melibatkan prioritas utama pada pasien. Peran perawat adalah
membantu pasien menjadi sadar dan mengerti akan pentingnya kesehatan bagi kehidupannya. Inti dari
perencanaan ini untuk membantu pasien menjadi lebih mengerti dengan kebutuhan, perasaan dan motivasi.
Perawat bekerja sama dengan pasien untuk mencapai kesembuhan dengan pengobatan medis.
4. Implementasi
Tahap keempat implementasi, melibatkan institusi rencana kerja yang nyata. Pada tahap ini merupakan tahap
pemberian pelayanan yang nyata antara perawat dengan pasien yang meliputi memandikan pasien, membalut
luka, makan, memberikan kebutuhan kenyamanan dan lain-lain. Perawat juga membantu pasien dan keluarga
untuk memahami dan menerapkan rencana medis untuk kesembuhannya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan kondisi kesehatan pada pasien. Tahap proses evaluasi
diarahkan untuk melihat hasil dari perawatan, condong kepada berhasil atau tidaknya pasien dalam mencapai
suatu kesehatan atau kesembuhan.

Aplikasi dan Pembatasan Teori

Pada teori keperawatan Lidya E. Hall ada beberapa wilayah yang membatasi aplikasi dan cara perawat kepada
teori kepedulian pasien.
1. Langkah suatu penyakit.
2. Pasien membutuhkan perhatian yang lebih dari seorang perawat untuk proses penyembuhannya.
3. Masalah umur.
4. Faktor pembatasan adalah uraian bagaimana cara membantu seseorang ke arah yang lebih mengerti tentang
kesehatan. Keluarga hanya berada didalam perawatan melingkar (care, core, cure).

A. Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Jean Watson:


Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science dalam Keperawatan, Master of Science
dalam Psychiatric / Mental Health Nursing dari University of Colorado - Danver, serta PhD dalam
Educational Psychology. Watson adalah pengarang banyak artikel, chapter/tulisan -singkat dalam buku,
dan buku lainnya. Hasil penelitiannya adalah tentang manusia dan rasakehilangan. Teori Jean
Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human Science and Human Care”. Watson
percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada faktor care/perhatian pada perawatan yang
asalnya dari humanistic perspective dan dikombinasikan dengan dasar ilmu pengetahuan. Dalam
keperawatan juga dikembangkan filosofi kemanusiaan, dan sistem sistem nilai, serta menggunakan seni
perawatan yang baik. Teori Jean Watson ini ternyata merupakan salah satu dari kebutuhan manusia
dalam merawat pasien.KebutuhanBiofisikalKebutuhan makanan dan cairanKebutuhan eliminasiKebutuhan
ventilasiKebutuhan PsikofisikalKebutuhan aktivitas dan istirahatKebutuhan seksualitasKebutuhan
PsikososialKebutuhan BerprestasiKebutuhan OrganisasiKebutuhan Intrapersonal & Kebutuhan
InterpersonalKebutuhan aktualisasi diri
Tolok ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson
ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar manusia yang saling berhubungan
antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain. Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean
Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna danmemiliki berbagai ragam perbedaan,
sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seha-rusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental,
sosial, serta spiritual.
Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :
1. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan dipraktekkan hanya secara inter-personal.
2. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat memuaskan
Kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
3.Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang ke arah perbaikan ba-gi individu,
serta keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja, tetapi juga
kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
5. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga bisa menawarkankepada pa- sien untuk
mengembangkan potensinya untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya saat itu.
6. Asuhan keperawatan lebih “healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek asuhan keperawatan terintegrasi
antara pengetahuan biofisikal dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan
dan untuk memberikan bantuan/pertolongan kepada mereka yang sakit.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.
B. Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan:
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
a. Kemanusiaan (Human Beeing).Menurut pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang
lain dalam memberi-kan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh, mau
mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi umum, manusia itu
mempunyai fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai
sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi
perkem-bangannya diaharus selalu beradaptasi dengan lingkungansosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak
berhasil, maka akan terjadi konflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang berdampak pada
terjadinya krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar dapat
ditanggulangi.
b. Kesehatan Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang baik. Akan
tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan untuk dimasukkan
dalam definisi sehat ini, yaitu:- Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi- Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan lingkungannya- Tidak
adanya penyakit. Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan lingkungan :-
Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.- Kesehatan juga dihubungkan
dengan tingkat kesesuaian antara apa yang dirasakan dengan apa yang dialami.
c. Lingkungan sosial Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan
sosial. Masyara-kat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya berkelakuan, dan
tujuan apa yang harus dicapai. Nilai - nilai tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya mem-punyai
seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa merawat, dan keperawatan itu
ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang yang saling peduli
dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi ke generasi, melalui gen, tetapi
diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang unik ter-hadap lingkungan.
d. Keperawatan Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada promosi kesehatan
awalnya sama dengan mengobati penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu:
masalah penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya perawatan kesehatan
yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson
mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi
terhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap
pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
1. Membentuk sistem nilai humanistic altruistic
2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun negatif
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil keputusan
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi mental, fisik, sosial-
kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.
C. Hubungan Teori Jean Watson dengan Proses Keperawatan Watson merekomendasikan suatu
pendekatan penelitian keperawatan yang lebih dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan
yang baik dengan kebutuhan manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda
pemecahan masalah secara ilmiah. Watson jugamenyatakan proses keperawatan terdiri atas langkah-
langkah yang sama dengan proses ilmiah. Watson kemudian mengkolaborasikannya dalam dokumentasi
(tulisan yang dicetak miring mengidi-kasikan adanya keterkaitan dengan adanya penelitian dalam proses
keperawatan).* Assesment / Pengkajian:
1. Pengkajianmeliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan menelaah masalah yang muncul
melalui pengaplikasian dari hasil studi literatur
2. Untuk dapat menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik sesuai kerangka kerja yang
telah dibuat, maka perlu menggali lebih dalam pengetahuan yang terkait secara konseptual
3. Dalam pengkajian jugamencakup formulasi hipotesis mengenai hubungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah
4. Selain itu jugadalammenilaisituasiperlumencantumkan definisi darivariabel-variabel yang akan diperiksa
dalam pemecahan masalah ini.* Perencanaan:
1. Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan bagaimana varia – bel-
variabeldapat diuji atau diukur2.Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada rencana
asuhan kepera-Watan tetap melalui pendekatan konseptual3.Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-
data yang telah dikumpulkan & sesuai.* Intervensi:- Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang
ditemukan* Evaluasi: 1. Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil pelaksanaan
inter- vensi dari setiap masalah yang ada. 2. Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu
memberikan generalisasi terha-dap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang mungkin akan terjadi untuk
mendorong teori keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.D. Hubungan dengan
Ciri Teori Menurut Watson, bahwa sebuah teori itu merupakan sebuah pengelompokkan dari ide-ide, dan
pengalaman yang memberikan penjelasan mengenai fenomena – fenomena. Dia menolak konsep
tradisional, dan moetodologi kuantitatif harus dikorbankan saat mendapatkan pengetahuan baru dari tingkah
laku manusia. Dia melihat bahwa keperawatan dapat dikembangkan dengan melibatkan prosedur-
prosedur, dan manipulasi variabel sementara yang terbaik adalah dengan melakukan pene-litian untuk
melihat berbagai alternatif dalam merawat manusia, baik sehat, maupun sakit, serta mendorong
peningkatan kesehatan. Karya Watson telah dikembangkan dalam konteks tradisional: 1). Teori-teori
tersebut berhubungan dengan konsep seperti dalam membangun solusi berbeda dalam melihat fenomena
tertentu 2).Teori harus logis secara alami 3). Teori seharusnya sederhana sebelum digeneralisasikan
4). Teori dapat didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji
5). Teori berkontribusi dan membantu dalam pengembangan pengetahuan secara umum sesuai disi-plin
ilmunya melalui penelitian untuk mencapai sesuatu yag valid 6). Teori dapat digunakan olehpara praktisi
untuk menjadi pedoman dan meningkatkan mutu dari tindakan pelayanan ataupun asuhan keperawatan
yang diberikan 7). Teori tersebut harus konsisten dengan teori-teori lainnya, dengan hukum, dan prinsip-
prinsip lainnya; tetapi masih meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab, kemudian
diinvestigasi.E. Penerapan Teori Jean WatsonPengkajian: Pengkajian biofisik (Lower order needs):
makanan, cairan, eliminasi, dan ventilasi.- Bagaimana pasien menilai tubuhnya ?-Apakah tubuhnya dalam batas
normal sesuai dengan tinggi, berat, dan umur ?-Apakah pasien cukup mengkonsumsi kalori untuk menjaga
pertumbuhan yang normal ?- Apakah dari pengkajian fisik, semua sistem berfungsi secara normal ?- Apakah
hasil laboratorium menunjukan defisiensi nutrisi ? Pengkajian psikofisik (Lower order needs): aktifitas
tubuh, seksualitas- Apakah body imagenya realita ? - Apakah ia berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan umum
sesuai dengan umurnya ? Pengkajian psikofisik (Higher order needs): kebutuhan untuk berprestasi, dan
berfiliasi- Apakah hubungannya dengan kelompok sebaya memuaskan ?- Bagaimana dia menilai kondisi
seksualitasny?- Apakah lingkungan mendukung perkembangan pribadin ya- Apakah pasien merasa mencintai
dan dicintai ?- Apakah pasien merasa mempunyai otonomi pada dirinya ? Pengkajian interpersonal (Higher
order needs): kebutuhan untuk aktualisasi diri- Bagaimana perasaan pasien perasaan pasien mengenai dirinya ?-
Apakah dia menyukai dunianya ?- Apakah dia merasa telah mencapai tujuan-tujuan dalam hidupny

Konsep Teori Peplau

Hildegard Peplau, seorang perawat psikiatri, mengenalkan konsep interpersonalnya pada tahun 1952. Inti dari
teori Peplau adalah pemanfaatan hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Teori dan konsep
keperawatan menurut Peplau tertuang dalam bukunya yang berjudul “Interpersonal Relations in Nursing”.
Buku ini awalnya diterbitkan pada tahun 1952.

Model konsep dan teori keperawatan peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri
dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal,
perawat-klien, dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit. Model teori ini dapat dilihat adanya tindakan
keperawatan yang diarahkan kepada hubungan interpersonal atau psikoterapi antara klien dengan perawat.

 Klien

Sistem klien yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan selalu
berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman. Klien adalah subjek yang
dipengaruhi adanya proses interpersonal.

 Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan serta proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat pertisipatif.
Perawat juga berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor
sesuai dengan fase proses interpersonal yang dilalui.

 Masalah Kecemasan yang Terjadi Akibat Sakit

Gangguan kecemasan tingkat berat yang disebabkan oleh sulitnya mengintegrasikan pengalaman interpersonal
yang lalu dengan yang sekarang. Ansietas atau gangguan kecemasan terjadi apabila komunikasi dengan orang
lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam teori Peplau ansietas merupakan konsep yang
berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit.

 Proses Interpersonal

Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini meggambarkan metode transformasi energi
atau ansietas pasien oleh perawat yang terdiri dari 4 fase: fase orientasi, fase identifikasi, fase eksploitasi, fase
resolusi.

Baca juga Motivasi Dalam Perubahan

Skema dan Tahap Proses Hubungan Interpersonal Peplau


Seperti yang telah digambarkan melalui skema di atas, terdapat beberapa tahap proses Interpersonal saat
perawat sedang berhubungan dengan klien, yaitu:

1. Fase Orientasi

Pada fase Orientasi, perawat dan klien masih sebagai orang yang asing. Pertemuan diawali pasien yang
mengekspresikan perasaan butuh, kemudian perawat dan klien malakukan kontrak awal untuk membangun
kepercayaan dan terjadi sebuah proses pengumpulan data. Hal paling penting adalah perawat bekerja sama
secara kolaborasi dengan pasien dan keluarganya dalam menganalisis situasi. Perawat dan klien saling
mengenali, memperjelas dan menentukan masalah, Setelah itu, mengambil keputusan bersama untuk
menentukan tipe bantuan apa yang diperlukan. Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk klien ke ahli lain
sesuai dengan kebutuhannya.

2. Fase Identifikasi

Fase identifikasi berfokus memilih bantuan profesional yang tepat. Pada fase ini, pasien merespons orang-orang
yang dapat memenuhi kebutuhannya secara selektif.

Respons pasien terhadap perawat:

 Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat: Partisipan mandiri dalam hubungannya dengan
perawat.
 Anatomy dan independent: Individu mandiri terpisah dari perawat.
 Pasif dan dependent: Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat.

3. Fase Eksploitasi

Fase Eksploitasi berfokus menggunakan bantuan profesional untuk alternatif pemecahan masalah. Pelayanan
yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan pasien. Pasien mulai menerima informasi tentang
penyembuhannya, mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada perawat, mendengarkan
penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya. Hingga akhirnya pasien mulai merasa sebagai bagian
integral dari lingkungan pelayanan.

4. Fase Resolusi

Fase resolusi terjadi setelah fase orientasi, identifikasi dan eksploitasi berjalan dengan sukses. Fase resolusi
berfokus mengakhiri hubungan profesional pasien dan perawat. Pasien berusaha untuk melepaskan rasa
ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan kemampuannya untuk menjalankan segala sesuatu secara
sendiri.

Konsep Mayor Hildegard E. Peplau

Konsep Mayor dari Teori Hildegard E. Peplau ada empat bagian yang tak terpisahkan, yaitu:

 Manusia

Manusia dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi
ketegangan dan menjaga keseimbangan yang disebabkan oleh kebutuhan dan ketidak seimbangan dirinya.
Setiap individu merupakan makhluk unik yang mempunyai persepsi dan ide, hal ini penting untuk proses
interpersonal.

 Lingkungan

Peplau menjelaskan bahwa lingkungan sebagai bentuk di luar organisme dalam konteks kebudayaan. Dari
sinilah kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan. Dalam menghadapi kehidupan, budaya dan adat istiadat
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.

 Keperawatan

Keperawatan adalah alat pendidikan yang bertujuan untuk mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas
langsung, produktivitas, dan sikap individual dari kehidupan masyarakat. Perkembangan kepribadian dan
proses kemanusiaan saling berkesinambungan dan berjalan kearah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan
produktif.

 Kesehatan

Peplau menjelaskan tentang kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses makhluk lain secara terus
menerus dalam kreativitas, produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat. Proses interpersonal
merupakan materna force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien.

Tingkatan Kerangka Teori Keperawatan


.

Anda mungkin juga menyukai