Anda di halaman 1dari 68

Satu Dekade

Transparansi
APBN Indonesia (2010-2020)

Rizki Fajar Pradipta, Lisno Setiawan, Kandha Aditya Sandjoyo

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Direktorat Jenderal Anggaran

2021
Satu Dekade Transparansi APBN Indonesia (2010-2020)

ISBN 9786239641221

Copyright © 2021

Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan

Penanggung jawab:

Direktur Penyusunan APBN, DJA

Kasubdit Data dan Dukungan Teknis APBN, Dit PAPBN

Penulis:

Rizki Fajar Pradipta

Lisno Setiawan

Kandha Aditya Sandjoyo

Editor:

Eko Kurniawan

Desain dan Layout:

Bayu Segara

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin
Sambutan
Direktur Jenderal Anggaran

P
uji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kita masih diberi kesempatan untuk mengabdi kepada
negara yaitu melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keuangan negara, yang
salah satunya adalah dalam bidang penganggaran dan penyusunan APBN.

Transparansi Anggaran menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam keuangan negara saat
ini. Dari tahap awal, pemerintah sangat terbuka akan masukan-masukan publik terkait
penyusunan APBN. Ketika Pemerintah menyampaikan dokumen APBN ke DPR RI, rakyat pun
dapat memperoleh dokumen yang sama dalam waktu yang singkat. Hal ini berlanjut pada
saat pembahasan APBN di DPR yang bersifat terbuka. Semua media dapat mengikuti jalannya
pembahasan mulai dari paripurna awal, pembahasan di badan anggaran dan komisi di DPR,
rapat dengan DPD RI, sampai dengan paripurna pengambilan keputusan TK II DPR RI.

Dalam pelaksanaan, proses transparansi ini juga dilakukan secara berkala. Setiap bulan,
Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi APBN Kinerja dan Fakta yang berisi ulasan
terkait realisasi APBN periode termutakhir. Pada tengah tahun, Pemerintah juga menyampaikan
Laporan Semester I APBN. Penyampaian laporan tersebut bahkan dilakukan pada periode
akhir tahun yang disebut Laporan Realisasi Sementara APBN.

Transparansi pada akhir tahapan tentu pada proses penyusunan LKPP. Setelah dilakukan
pencatatan oleh Pemerintah, BPK melakukan audited secara independen. Hasil audited ini
yang akan jadi bahan evaluasi secara seksama oleh DPR RI.

Proses siklus Anggaran berjalan seperti rantai, mulai dari awal Januari sampai dengan
penghujung tahun. Semua proses tersebut dijalankan secara transparansi sesuai kode etik
yang digariskan dalam asas professional. Oleh karena itu, Buku “Satu Dekade Transparansi
APBN” menjadi sebuah potret perjalanan Kementerian Keuangan untuk mendokumentasikan
upaya-upaya peningkatan keterbukaan anggaran berdasarkan lintasan siklus anggaran yang
telah dilalui 10 tahun lalu. Harapannya, Kementerian Keuangan dapat mengambil pelajaran
berharga dan memotivasi diri untuk meningkatkan capaian transparansi anggaran. Selain itu,
tentu bagi pemangku kepentingan dapat memberikan masukan berharga untuk peningkatan
tata kelola keuangan negara yang baik, khususnya transparansi anggaran.

Direktur Jenderal Anggaran

Isa Rachmatarwata

Satu Dekade Transparansi APBN iii


Kata Pengantar

T
ransparansi APBN merupakan sebuah awal dari proses untuk meraih sebuah
kepercayaan atau trust dari rakyat dan dunia internasional bagi Pemerintahan
sebuah negara. Mengutip pernyataan yang disampaikan oleh International Budget
Partnership, organisasi internasional yang telah menjadi mitra sejak beberapa tahun lalu,
“Governments are the stewards, not the owners, of public funds”. Oleh karenanya, kami
meyakini bahwa kami harus terus berjuang untuk mencapai sebuah kepercayaan tertinggi
dari publik selaku pemberi amanat, serta melaksanakannya dengan penuh tanggungjawab.
Sejalan dengan hal tersebut, penting bagi Pemerintah untuk mendeteksi indikator
transparansi APBN, mulai dari tahap penyusunan sampai dengan pengawasan. Dalam
hal ini, kemauan kuat dan sinergi kelembagaan menjadi kunci untuk memenuhi komitmen
tersebut. Pengukuran transparansi anggaran dilakukan oleh lembaga internasional yang
didasarkan pada standar internasional yang menjadi kesepakatan banyak negara. Sejak era
reformasi keuangan negara pada tahun 2003, asas transparansi anggaran sudah masuk
dalam asas profesional yang mewarnai sistem keuangan negara di Indonesia. Proses
ini semakin lengkap seiring reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan yang dimulai
secara struktural pada tahun 2007. Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 terkait
Keterbukaan Informasi Publik turut membuka sekat-sekat kewenangan Badan Publik untuk
menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah
kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan.
Peringkat Open Budget Index Indonesia yang terus meningkat, bukan menjadi hasil akhir
upaya peningkatan transparansi anggaran di Indonesia. Hasil Open Budget Survey yang
dilakukan oleh International Budget Parnertship merupakan cermin objektif untuk melihat
kekurangan dan kelebihan Indonesia dibandingkan negara lainnya. Dari sisi capaian, masih
banyak ruang yang perlu diperbaiki bagi Indonesia. Dari sisi pemenuhan materi, masih ada
ruang untuk perbaikan seperti penyajian aset non keuangan dalam Nota Keuangan dan
capaian kinerja K/L di LKPP. Sementara, dari sisi partisipasi publik, perlu dibangun saluran
partisipasi publik. Dengan hadirnya buku “Satu Dekade Transparansi APBN”, Pemerintah
diharapkan mampu sedikit merefleksi hasil capaian atas upaya yang berkelanjutan dalam
10 tahun ini. Refleksi tersebut untuk mengatur strategi dalam perjalanan peningkatan
transparansi anggaran periode berikutnya. Bagi masyarakat luas, buku ini dapat menjadi
bahanuntuk memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam upaya peningkatan
transparansi anggaran di Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan buku ini terutama Direktur Jenderal
Anggaran, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara, Direktur Penyusunan
APBN, Kepala Bagian Sekretariat Badan Anggaran, Biro Persidangan II, Sekretariat Jenderal
DPR RI, Kepala Subdirektorat Data dan Dukungan Teknis Penyusunan APBN, serta pejabat/
pegawai di lingkungan Direktorat Penyusunan APBN.

Tim Penulis

iv Satu Dekade Transparansi APBN


Daftar Isi
Sambutan Direktur Jenderal Anggaran ............................................................................... iii
Kata Pengantar ..................................................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................................................. v

Transparansi Anggaran adalah Trust ....................................................................................6


A. Manfaat Transparansi Anggaran .....................................................................................9
B. Perkembangan Transparansi Anggaran ....................................................................... 10
Obyek Transparansi Anggaran ........................................................................................... 12
A. Metodologi Open Budget Survey ................................................................................... 13
B. Cakupan Open Budget Survey ....................................................................................... 14
Pre-Budget Statement/PBS ................................................................................................ 15
Executive Budget Proposal (EBP) ...................................................................................... 16
Citizen Budget (CB) ............................................................................................................. 19
Enacted Budget .................................................................................................................. 20
In-Year Reports (IYR) ........................................................................................................... 20
Mid-Year Review (MYR) ...................................................................................................... 21
Year-End Report (YER) ........................................................................................................ 22
Audit Report (AR) ................................................................................................................ 23

Perkembangan Skor Transparansi Anggaran Indonesia


dan Strategi Peningkatan di Masa Mendatang ................................................................. 26
A. Perkembangan Transparansi Anggaran dalam Dokumen APBN ................................ 27
Perkembangan Transparansi Anggaran atas Pre Budget Statement ............................. 27
Perkembangan Transparansi Anggaran atas Executive’s Budget Proposal ................... 28
Perkembangan Transparansi Anggaran atas Citizen Budget ......................................... 32
Perkembangan Transparansi Anggaran atas In-Year Report .......................................... 32
Perkembangan Transparansi Anggaran atas Mid-Year report ........................................ 33
Perkembangan Transparansi Anggaran atas The Year-End Report ............................... 34
Perkembangan Transparansi Anggaran atas Audit Report ............................................. 35
B. Strategi Peningkatan Transparansi APBN ..................................................................... 36

Edukasi APBN dan Partisipasi Publik ................................................................................ 38


A. Edukasi dan Media Sosialisasi APBN ........................................................................... 41
Portal Data APBN dan Peta Anggaran Indonesia ............................................................. 41
Peta Anggaran ..................................................................................................................... 44
B. Partisipasi Publik ............................................................................................................ 48
Perbaikan Partisipasi Publik di Indonesia ......................................................................... 52

Satu Dekade Transparansi APBN v


Transparansi APBN di Masa Pandemi ............................................................................... 53
A. Panduan Transparansi Anggaran di Era Pandemi ........................................................ 53
B. Pembentukan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional .... 56
C. Konsultasi bersama Lembaga Legislatif ...................................................................... 58
D. Pengawasan Kebijakan Fiskal di Saat Pandemi ........................................................... 59
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 61

vi Satu Dekade Transparansi APBN


Satu Dekade Transparansi APBN 7
1
Transparansi
Anggaran
adalah Trust

K
eterbukaan (transparansi) dalam pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu
asas yang ditekankan dalam UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Hal tersebut menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara. Dalam
perkembangannya terdapat beberapa definisi, ruang lingkup dan metode yang dijadikan
acuan yang menjadi best practices untu dijadikan referensi dalam pelaksanaan transparansi
di Indonesia. Acuan tersebut sejalan dengan perkembangan keuangan negara yang sangat
dinamis.

Transparansi sendiri merupakan sebuah kata yang mengekspresikan hak asasi manusia yang
termuat dalam pasal 19 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, PBB, dimana sebuah hak
asasi untuk mengakses informasi termasuk sektor publik (Zandy 2019). Sementara, dalam
buku Fiscal Transparency Handbook (Fund 2018), transaparansi fiskal adalah informasi yang
tersedia untuk publik tentang proses pembuatan kebijakan fiskal pemerintah yang memiliki
unsur pada kejelasan, keandalan, frekuensi, ketepatan waktu, dan relevansi pelaporan fiskal
publik dan keterbukaan informasi tersebut. Untuk memperjelas tafsiran atas unsur-unsur
tersebut sebagai berikut:
1. Kejelasan artinya informasi mudah dipahami oleh masyarakat melalui standarisasi dan
penyederhanaan format
2. Keandalan artinya akurat dalam menyajikan laporan operasi dan keuangan pemerintah
3. Frekuensi artinya disampaikan secara berkala kepada publik
4. Ketepatan waktu artinya terdapat batasan waktu yang jelas antara penyusunan dan
penyajian informasi

8 Satu Dekade Transparansi APBN


5. Relevansi artinya sesuai antara apa yang disajikan (DPR, warga negara, dan pasar keuangan
dan perdagangan) dengan apa yang digunakan dalam pengambilan kebijakan
6. Keterbukaan artinya memudahkan publik dalam mencari informasi, sehingga dapat
dijadikan bahan dalam memberikan perbaikan maupun akunbilitas kebijakan publik.

Sementara itu, transparansi anggaran merupakan salah satu bagian dari transparansi fiskal.
Transparansi Anggaran atau juga sering disebut keterbukaan anggaran mengacu pada sejauh
mana data tentang anggaran, pendapatan, pengeluaran, dan kegiatan keuangan pemerintah
lainnya tersedia secara luas untuk publik. Data tersebut dapat diakses, dipahami, dan dianalisis
oleh berbagai pemangku kepentingan termasuk akademisi, peneliti, media, dan warga negara
pada umumnya. Selain itu, termasuk di dalamnya adalah mekanisme atau saluran yang tepat
bagi publik untuk memberikan umpan balik sehingga dapat memberikan perbaikan dalam
perumusan kebijakan dan alokasi sumber daya.

Transparansi anggaran pada prinsipnya terdiri tiga pilar yang saling terkait:
1. Transparansi. Ini merupakan prasyarat penting yang hanya dapat diwujudkan dengan
upaya pemerintah untuk secara proaktif menyusun anggaran serta data fiskal, kemudian
mempublikasikan secara luas dalam format sederhana kepada masyarakat.
2. Partisipasi. Pilar ini mencakup upaya pemerintah untuk memfasilitasi agar masyarakat
dapat mengakses informasi anggaran dan menyalurkan partisipasi publik dalam proses
anggaran.
3. Pengawasan merupakan sebuah instrrumen dan saluran untuk memantau pelaksanaan
anggaran sehingga dapat diketahui bagaimana alokasi sumber daya digunakan serta
dapat mencapai penerima manfaat yang dituju. Tentu pengawasan disini melibatkan
juga pengawasan formal yang independen seperti Badan Legislatif dan Lembaga Audit,
yang juga membutuhkan informasi anggaran dan keuangan yang tepat waktu untuk
menjalankan fungsi pemeriksaan dan keseimbangan/pengawasan mereka.

Transparansi anggaran memiliki berbagai manfaat. Pertama, untuk mengetahui bagaimana


sumber daya dialokasikan, sehingga control masyarakat terhadap kebijakan publik dapat
dilakukan. Kedua, penurunan korupsi. Ketika anggaran terbuka untuk umum dan pengawasan
legislatif yang efektif, maka ruang untuk terjadinya penyimpangan atau manipulasi anggaran
semakin sempit. Ketiga, transparansi anggaran memberikan pintu masuk bagi warga negara
untuk memberikan umpan balik tentang kualitas dan kecukupan layanan dan infrastruktur.
Kombinasi umpan balik dan penurunan korupsi, seringkali menghasilkan penggunaan
sumber daya yang lebih efisien. Keempat, menghasilkan kepercayaan yang tinggi sehingga
meningkatkan pendapatan negara. Warganegara cenderung membayar pajak atau sumbangan
ke sekolah apabila yakin dana akan digunakan secara benar .(Group 2013)

Beberapa pengukuran yang dilakukan oleh organisasi internasional terkait transparansi fiskal/
anggaran adalah sebagai berikut:
1. Fiscal Transparency Code, sebuah manual untuk menjadi pedoman dan monitoring
atas perbaikan transparansi fiskal pengukuran terkait sektor publik yang digagas oleh

Satu Dekade Transparansi APBN 9


International Monetary Fund, sebagai bagian dari respon atas terjadinya Krisis Ekonomi
yang melanda negara-negara Asia pada pertengahan 1990-an (Fund 2018).

Pada tahun 2017, IMF melakukan perbaikan menjadi Report on the Observance of
Standards and Codes (ROSC) dengan perbaikan (Fund 2017) sebagai berikut:
a. Pilar I: pelaporan fiskal
b. Pilar II: Proyeksi fiskal dan penganggaran
c. Pilar III: Analisa dan manajamen risiko fiskal
d. Pilar IV: Manajemen Sumber Penerimaan Negara
Selain itu, atas penilaian dari pilar pilar di atas yang disebut dengan code, dibedakan
menjadi basic, good, dan advanced untuk memperjelas perbedaan level atas kinerja dan
kemampuan setiap negara dalam memenuhi setiap pilar.

2. The Public Expenditure and Financial Accountability (PEFA) merupakan sebuah program
yang memberikan kerangka dalam melakukan penilaian dan pelaporan atas keunggulan dan
kelemahan atas kinerja manajemen keuangan publik. Penilaian meliputi 94 karakteristik,
yang terdiri 31 indikator dalam 7 pilar (Kristensen et al. n.d.). Tujuan yang dicapai PEFA
antara lain:
a. Mendorong pengakuan kekayaan negara
b. Mengurangi beban operasional pemerintahan
c. Meningkatkan harmonisasi dan kegunaan hibah/pinjaman
d. Melakukan pemantauan atas perkembangan kinerja manajemen keuangan publik dari
waktu ke waktu
e. Memperbaiki pelaporan atas aset sebagai jaminan atas utang
f. Memperkuat dampak atas reformasi keuangan negara.
PEFA diinisiasi oleh kolaborasi lembaga internasional maupun negara-negara donor
seperti The European Commission, International Monetary Fund, World Bank, dan Perancis,
Norwegia, Swiss, and Inggris. Pada awalnya PEFA framework diluncurkan pada tahun
2005 dan direvisi pada tahun 2011. Pada tahun 2016, penilaian PEFA sudah diikuti oleh
150 negara.

3. Global Initiative for Fiscal Transparency (GIFT) adalah sebuah aksi bersama atas jaringan
multi stakeholder yang memiliki tujuan bersama untuk terus melakukan perbaikan di
bidang transparansi fiskal, partisipasi publik, dan akuntabilitas di seluruh negara di dunia.
GIFT memberikan fasilitas, pedoman, pembelajaran, dan bantuan teknis serta teknologi.
Dalam mencapai sasaran tersebut, GIFT mewadahi pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga keuangan internasional, perwakilan sektor swasta, asosiasi
professional, dan lembaga donor untuk bersama melakukan diskusi secara terbuka. GIFT
saat ini bekerjasama dan membentuk kantor bersama dengan the International Budget
Partnership.

10 Satu Dekade Transparansi APBN


A. Manfaat Transparansi Anggaran

Manfaat transparansi anggaran tentu adalah memberikan daya dorong positif bagi belanja
pemerintah yang merupakan salah satu komponen pembentuk pendapatan nasional. Beberapa
dampak optimalisasi trasnsparansi anggaran yakni:
1. Menjaga tali persatuan dan kesatuan. Transparansi anggaran menjadi salah satu komponen
good governance sebagai upaya mempertahankan keutuhan Negara Kesaturan Republik
Indonesia (NKRI). Dengan adanya keterbukaan informasi anggaran diharapkan potensi
konflik atas dasar SARA serta meminimalkan kecurigaan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkurang (Nasution 2009).
2. Meningkatkan kepercayaan di sisi ekonomi dan politik. Kepercayaan di bidang ekonomi
terbukti dalam studi empiris yang membuktikan bahwa negara yang memiliki transparansi
tinggi memiliki peringkat kredit dan disiplin fiskal lebih baik dengan tingkat korupsi yang
lebih rendah (Hameed 2005). Sementara itu, kinerja transparansi anggaran juga berkorelasi
positif terhadap peningkatan kepercayaan di bidang politik. Hal ini ditandai dengan lebih
banyak warganegara yang memberikan suara dalam pemilihan umum di negara-negara
yang memiliki tingkat transparansi anggaran yang tinggi. Tentunya akan berdampak positif
bagi legitimasi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan (Benito and Bastida
2009).
3. Peningkatan atas Fungsi Distribusi. Partisipasi publik menghasilkan hasil kebijakan yang
lebih redistributive dibandingkan penganggaran dengan sistem tradisional. Dalam kajian
yang dilakukan oleh Sounman Hong dan B. Shince Co, menunjukkan bahwa partisipasi
publik atas penganggaran berdampak pada proporsi anggaran yang lebih besar bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dibandingkan mereka yang berpenghasilan tinggi.
Hal ini merupakan salah satu tujuan keadilan sosial yang ingin dicapai dalam pengelolaan
anggaran (Hong and Cho 2018);
4. Mendongkrak aliran investasi terutama foreign direct investment (FDI). Berdasarkan uji
empiris yang dilakukan melalui analisis regresi panel untuk 72 negara dalam rentang waktu
2006-2015. Dapat disimpulkan bahwa negara-negara yang memiliki tingkat keterbukaan
anggaran yang lebih tinggi menarik lebih banyak aliran masuk FDI, bahkan untuk negara-
untuk negara-negara berpenghasilan rendah. Yang menarik peran transparansi fiskal
terhadap FDI ini menjadi faktor yang independen, sejajar dengan faktor lainnya seperti
pengendalian korupsi dan kualitas peraturan (Cicatiello et al. 2021)
5. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Studi empiris menunjukkan bahwa dengan adanya
lebih banyak informasi bagi pembayar pajak, mengurangi rasa keengganan wajib pajak
untuk berpartisipasi dalam pembangunan maupun atas timbal balik yang didapatkan.
Perasaan wajib pajak ini bisa dikatakan kontrak tidak tertulis antara pemerintah dan wajib
pajak atau moral pajak. Hal ini juga memberikan masukan bagi Pemerintah terkait desain
transparansi fiskal yang akan diluncurkan (Capasso et al. 2020)

Satu Dekade Transparansi APBN 11


B. Perkembangan Transparansi Anggaran

Kehadiran transparansi anggaran, mengubah paradigma lama sebelum era 1980-an yang
memandang anggaran hanya sebagai seni teknikal dari para birokrat. Dengan derasnya era
reformasi, keterbukaan atas proses penyusunan APBN menjadi konsumsi publik. Tak jarang
anggaran menjadi topik hangat untuk diperdebatkan. Tidak saja dalam proses pembahasan
APBN di DPR, tapi juga di ruang media massa maupun akademis.

Keterbukaan anggaran tidak dipisahkan dari proses berhembusnya angin demokrasi untuk
membentuk sistem pemerintahan yang efektif yang bermula di di Porto Alegre selama
pertengahan 1980-an dan berkembang pesat di era 1990 an dari negara yang memiliki sistem
demokrasi kuat. Dalam aspirasi tersebut, 3 pilar utama yang didengungkan yakni akuntabilitas,
transparansi, dan partisipasi publik. Aspirasi tersebut terus dikumandangkan secara nyaring di
berbagai negara dalam dua dekade terakhir (Robinson 2006). Selain itu, dorongan ini selaras
dengan pendekatan baru di manajemen kebijakan publik yang dikenalkan oleh Anuradha
Joshi. Pendekatan baru yang disebut rights-based approach for access to public services
merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan akuntabilitas. Hal ini menjadi rujukan bagi
sistem manajemen publik untuk menekankan pentingnya memberikan informasi kepada
publik atas kinerja pemerintah (Joshi 2012).

Saat ini transparansi anggaran hampir telah merambah hampir semua belahan dunia. Hal ini
bisa dapat ditunjukkan dari Open Budget Survey tahun 2019, yang dilakukan oleh International
Budget Partnertship yang diikuti oleh 115 negara di dunia. Meningkat dari Open Budget Survey
tahun 2010 hanya 77 negara. Dari sisi kualitas, secara rata-rata juga mengalami peningkatan
dimana tahun 2010, indeks OBI berada di kisaran 42, sementara pada tahun 2019 menjadi
45. Peningkatan kualitas dan kuantitas ini membuktikan komitmen kuat banyak negara untuk
menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang efektif.

Di Indonesia, reformasi anggaran tumbuh seiring dengan reformasi yang terjadi pada tahun
1998. Kerangka hukum berkembang mengikuti perubahan tata kelola di pemerintahan melalui
reformasi birokrasi. Namun pada masa awal, transparansi anggaran hanya ditujukan sebagai
syarat formal untuk memenuhi kriteria pengajuan pinjaman ke negara/lembaga Kreditur.
Kelemahan lainnya yakni kebelanjutan reformasi serta terlalu banyak isu-isu teknis. Selain
itu, masih adanya ego sektoral antar pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Dengan
demikian, perkembangan transparansi anggaran memiliki dukungan yang terbatas. Ketika
masa pinjaman berakhir, maka selesai juga monitoring atas transparansi anggaran (Farhan
2017).

Reformasi anggaran menjadi semakin kuat pada tahun 2007 ketika reformasi birokrasi
digaungkan dan dipelopori oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Reformasi birokrasi
yang ditandai dnegan reorganisasi dan restrukturisasi Kementerian Keuangan. Dalam
pengaturan tersebut, ditunjuk unit-unit yang menjadi penanggungjawab dalam dokumen
anggaran yang menjadi kunci dalam transparansi. Pemerintah menggandeng lembaga
swadaya masyarakat seperti Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) untuk
menyusun upaya perbaikan transparansi anggaran. Upaya tersebut semakin nyata Pemerintah

12 Satu Dekade Transparansi APBN


Indonesia dalam jaringan OGP dan GIFT sehingga memberikan kesempatan lebih besar dalam
perbaikan berkelanjutan dalam transparansi anggaran. Strategi peningkatan transparansi
anggaran tersebut juga telah disampaikan oleh Wakil Presiden, Jusuf Kalla, dalam GIFT
meeting di Washington D.C. pada Juni 2017.

Satu Dekade Transparansi APBN 13


2
Obyek
Transparansi
Anggaran

D
alam beberapa dekade ini, metode pengukuran transparansi anggaran terus
berkembang. Pada tahun 1998, IMF memperkenalkan Code of Good Practices on Fiscal
Transparency yang beberapa tahun kemudian berkembang menjadi fiscal Reports
on the Observance of Standards and Codes (ROSCs). Langkah ini diikuti oleh OECD, yang
International Database of Budget Practices and Procedures yang menghasilkan sebuah survei
terkait transparansi anggaran dari 97 negara pada tahun 1999. Tidak ketinggalan juga, pada
tahun 2001, World Bank yang bekerjasama dengan negara-negara kreditur dengan menciptakan
the Public Expenditure and Financial Accountability (PEFA). Selanjutnya, Ana Bellver dan Daniel
Kaufmann memperkenalkan survei yang komprehensif dengan memperbaharui metode survey
dari berbagai literatur dan juga beberapa peneliti terdahulu seperti M. Mastruzzi, A. Kraay and
R. Islam, (Kaufmann and Bellver 2005). Survei tersebut menggabungkan cakupan ekonomi
dan kelembagaan maupun politik. Dalam survei tersebut, Ana Bellver dan Daniel Kaufmann
mengukur indeks transparansi anggaran dari 194 negara.

Open Budget Survey sendiri lahir pada tahun 2004 yang diluncurkan oleh the International
Budget Partnership (IBP) sebagai alat untuk mengukur transparansi anggaran antar negara
dari waktu ke waktu. Salah satu keunggulan dibandingkan survei lainnya adalah tingkat
obyektifitas. Salah satu hal yang menjamin tingkat objektifitas adalah kegiatan survei yang
dilakukan oleh lembaga/perseorangan independen yang bertempat tinggal di negara tersebut
(Seifert, Carlitz, and Mondo 2013).

14 Satu Dekade Transparansi APBN


A. Metodologi Open Budget Survey

Keingintahuan publik yang semakin tinggi tentang anggaran harus didukung dengan informasi
yang akurat. Hal ini menjadi latar belakang penyusunan OBS yang dilakukan oleh International
Budget Partnertship. Untuk mendorong negara-negara di dunia meningkatkan transparansi
anggaan, maka OBS memberikan penilaian dan peringkat sekaligus menyampaikan
rekomendasi perbaikan dengan cakupan penilaian (1) ketersediaan informasi APBN, meliputi
8 kunci dokumen APBN dalam tahapan siklus anggaran; (2) kesempatan bagi publik untuk
menyampaikan partisipasi publik; dan (3) tinjauan kelembagaan seperti parlemen dan lembaga
audit .

Survei OBS dilakukan secara bertahap dengan hasil publikasi yang keluar sekali dalam
dua tahun. Kegiatan pengisian kuesioner dilakukan oleh relawan indepdenden baik melalui
pengumpulan data baik secara literatur maupun wawancara dengan sumber yang memiliki
tugas dan fungsi dalam penyusunan dokumen APBN dari Pemerintah. Kegiatan tersebut
diawasi oleh staf IBP secara langsung. Nah dari hasil kuisioner tersebut, staf IBP memutuskan
nilai akhir dari poin-poin yang tertera dalam form kuisioner. Semua komentar akan disajikan
baik dari pihak reviewer (relawan independen), pemerintah, maupun pihak IBP (Seifert et al.
2013).

Pada awalnya survei OBS terdiri dari 123 pertanyaan dengan berpedoman pada standar
transparansi anggaran dari lembaga internasional seperti IMF, OECD, World Bank, serta
lembaga audit internasional (INTOSAI). Sebagai perbandingan transparansi anggaran antar
negara, pengisian kuisioner OBS dilakukan di 92 negara. Hasil survei OBS ini yang sering disebut
dengan Open Budget Index. Dalam pertanyaan OBS, pada umumnya dapat dikategorikan
beberapa jenis yakni, (1) pertanyaan dengan pilihan jawaban berkisar dari ‘’ a ‘’ hingga ‘’ d ‘’,
(2) pertanyaan dengan pilihan jawaban biner ‘’ a ‘’ / ‘’ b ‘, serta (3) pertanyaan dengan pilihan
jawaban 0 hingga 100. Untuk pertanyaan no 1, jawaban “a”, “b”, “c”, dan “d” memiliki nilai 100,
67, 33, dan 0. Untuk pertanyaan no (2) atau biner, jawaban “a” memiliki nilai 100, sementara “b”
memiliki nilai 0. Sementara itu, untuk jawaban pertanyaan jenis no (3), maka nilai 100 menjadi
nilai tertinggi, sebaliknya nilai 0 menjadi nilai terendah. Namun demikian, pertanyaan juga
kadang tidak berlaku bagi suatu negara karena perbedaan karakteristik sistem pemerintahan.
Nah, dalam kasus tersebut tidak dihitung sebagai rata-rata nilai. Pada prinsipnya, penilaian
Open Budget Survey didasarkan pada beberapa cakupan yakni:
1. Pre-Budget Statement memiliki bobot penilaian 3,3 persen
2. Executive Budget Proposal memiliki bobot penilaian 63 persen
3. Citizen Budget memiliki bobot penilaian 1,1 persen
4. Enacted Budget memiliki bobot penilaian 1,1 persen
5. In-Year Reports memiliki bobot penilaian 8,7 persen
6. Mid-Year Review memiliki bobot penilaian 4,3 persen
7. Year-End Report memiliki bobot penilaian 10,9 persen
8. Audit Report memiliki bobot penilaian 7,6 persen

Satu Dekade Transparansi APBN 15


Pada tahun 2012, IBP melakukan perbaikan dengan memperdalam pertanyaan pada kuisioner
OBS menjadi 125 pertanyaan. Pendalaman atas pertanyaan kuisioner ini terus berlanjut pada
periode berikutnya, hingga pada OBS tahun 2019 menjadi 142 pertanyaan. Pendalaman
dilakukan guna meningkatkan tingkat komparabilitas dari transparansi anggaran.

B. Cakupan Open Budget Survey

Dalam memenuhi prinsip-prinsip transparansi anggaran, tentunya diperlukan beberapa


tahap dan langkah yang harus dilakukan. Beberapa parameter maupun prosedur yang telah
dianggap sangat baik dan teruji (best practices) telah ditetapkan oleh lembaga internasional.
Kaidah-kaidah internasional merekomendasikan Pemerintah suatu negara untuk dapat
mempublikasikan sekurang-kurangnya delapan dokumen laporan dalam suatu rangkaian
siklus penganggaran. Seiring berjalannya waktu, timbul banyak pertanyaan baik dari organisasi
kemasyarakatan, negara donor, maupun Pemerintah tentang mengapa publikasi dokumen-
dokument tersebut bersifat penting dan krusial, model laporan yang harus disusun untuk
memenuhi kriteria transparan, dan kapan laporan-laporan tersebut idealnya dipublikasikan.

Terdapat beberapa rujukan yang sempat digadang-gadang akan mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Beberapa bank pembangunan level internasional dan juga Organization
for Economic Cooperation and Development (OECD) antara lain telah mempublikasikan
beberapa buku manual tentang detil informasi terkait sistem manajemen keuangan publik.
Namun demikian, referensi yang ada dirasakan kurang memadai, karena dianggap kurang
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat luas, dan juga tidak sepenuhnya mengeksplorasi
isu transparansi dalam laporan yang ada tersebut.

Untuk mengisi celah dalam hal literatur anggaran, International Budget Partnership (IBP)
mencoba untuk menyusun beberapa panduan yang menjelaskan pentingnya laporan anggaran
dan apa saja yang harus tercantum dalam laporan dimaksud dalam rangka memenuhi kaidah-
kaidah transparansi anggaran. Di samping itu, panduan ini juga membahas mengenai kerangka
waktu publikasi laporan yang umumnya mengacu kepada standar publikasi yang disusun
oleh OECD dan International Monetary Fund (IMF). Terdapat beberapa rekomendasi terkait
kerangka waktu untuk beberapa laporan, sedangkan untuk laporan lainnya, hanya satu atau
organisasi lain yang telah membuat rekomendasi. Untuk itulah IBP hadir.

Kemudian, untuk setiap laporan anggaran, beserta contoh negara yang memenuhi standar
praktik yang baik tentang transparansi anggaran disertakan dalam panduan tersebut. Contoh-
contoh dipilih dari negara-negara yang mendapat peringkat tinggi menurut Open Budget
Survey (OBS) IBP untuk tahun 2010. (Survei ini menilai publikasi dan kelengkapan kedelapan
dokumen setiap dua tahun sekali.) Contoh-contoh yang spesifi dipilih untuk mewakili negara-
negara dari kawasan yang berbeda di seluruh dunia dan menyorot dokumen yang ditulis dalam
bahasa yang umum digunakan.

Mengingat krusialnya peran laporan anggaran ini, perlu diperhatikan bahwa proses anggaran
bukanlah peristiwa tunggal; sebaliknya, ini adalah siklus tahunan dengan empat tahap, yaitu:

16 Satu Dekade Transparansi APBN


1. Perumusan, ketika cabang eksekutif menyusun rencana anggaran;
2. Persetujuan, ketika legislatif memperdebatkan, mengubah dan menyetujui rencana
anggaran;
3. Pelaksanaan, ketika pemerintah menerapkan kebijakan dalam anggaran;
4. Audit dan evaluasi legislatif, ketika lembaga audit nasional dan legislatif memperhitungkan
dan menilai pengeluaran yang dilakukan dalam konteks anggaran.

Empat dari delapan dokumen anggaran utama yang dibahas di sini berkaitan dengan tahap
perumusan dan persetujuan dari proses anggaran – Pre-Budget Statement, Executive’s Budget
Proposal, Enacted Budget, dan Citizens Budget. Selebihnya adalah laporan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemerintah dan pengawasan anggaran – In-Year Report, Mid-Year Report,
Year-End Report, dan Audit Report.

Pre-Budget Statement/PBS

Pre-Budget Statement merupakan sebuah dokumen strategi fiskal untuk tahun anggaran yang
direncanakan dan jangka menengah. Dokumen ini biasanya disusun hanya untuk konsumsi
internal pemerintah. Namun demikian, tidak sedikit juga negara yang menyampaikan dokumen
tersebut ke parlemen. Dokumen ini digunakan sebagai alat memantik pembahasan publik
antara besaran anggaran yang dihubungkan dengan variabel ekonomi (May 2001) .

Mengapa PBS penting? Dokumen ini memiliki banyak kegunaan bagi publik diantaranya
sebagai berikut. Pertama, memperkuat hubungan kebijakan dan alokasi anggaran. Kedua,
mengidentifikasi strategi fiskal pemerintah dalam jangka panjang. Ketiga, memformulasikan
target anggaran. Keempat, memberikan kesempatan bagi parlemen dan publik untuk
memberikan masukan tema kebijakan fiskal. Untuk mendukung urgensi dari dokumen
dimaksud, PBS sekurang-kurangnya harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: (1)
perkiraan ekonomi makro jangka menengah; (2) Kebijakan pemerintah jangka menengah; (3)
target secara agregat dari pendapatan negara; (3) penjelasan dan biaya kebijakan baru.

Untuk memenuhi efektivitas dalam penggunaan dokumen PBS, maka seyogyanya publikasi
dokumen APBN dapat dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu pendek dengan
penyampaian anggaran resmi ke DPR RI. Secara ideal, 4 atau 5 bulan sebelum tahun anggaran
disampaikan. Setidaknya, jika tidak memungkinkan, maka dilakukan penyampaian PBS pada
1 bulan sebelum anggaran resmi disampaikan ke DPR RI. Publikasi dokumen PBS seringkali
dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan evaluasi anggaran tahun sebelumnya.

Indonesia telah memiliki PBS dengan nama Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF). Dasar hukum dalam penyusunan APBN ini tercantum dalam
Pasal 13 ayat 1 UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang berbunyi “(1) Pemerintah
Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun
anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan
bulan Mei tahun berjalan”.

Dalam dokumen KEM dan PPKF terbaru yakni KEM dan PPKF 2021, memiliki struktur

Satu Dekade Transparansi APBN 17


sebagai berikut. Bab I Pandemi Covid-19: Dampak
Sosial, Ekonomi Dan Keuangan. Bab ini menjelaskan
terkait dampak Pandemi Covid 19 yang menjadi dasar
pengambilan kebijakan pemerintah pada tahun berjalan.
Bab II Dampak Covid-19: Baseline Ekonomi Indonesia
2020 . Dalam Bab ini memberikan narasi terkait besaran
angka perkiraan ekonomi yang akan dicapai sampai
dengan akhir tahun 2020.

Setelah mengulas perkembangan terkini tahun berjalan


pada Bab 1 dan 2, Pemerintah memberikan proyeksi
jangka menengah sebagaimana pada Bab III Tantangan
Fundamental Perekonomian: Jangka Menengah
Panjang. Menginjak pada bab selanjutnya dengan fokus
pada tahun anggaran yang direncanakan melalui Bab IV
2021: Momentum Pemulihan Dan Penguatan Fondasi
Ekonomi (Recovery Dan Reformasi). Dalam Bab ini
dibahas Transisi menuju normal pasca pandemi covid-19, Recovery dan reformasi belanja dan
pendapatan negara, serta Kebijakan makro fiskal 2021 dan jangka menengah 2020-2024.

Strategi untuk mencapai target jangka menengah panjang, diulas lebih dalam pada Bab IV 2021:
Momentum Pemulihan Dan Penguatan Fondasi Ekonomi (Recovery Dan Reformasi). Yang
dilanjutkan dengan Bab V Risiko Fiskal, sebagai salah satu kebijakan untuk kesinambungan
fiskal. Dokumen KEM dan PPKF diakhiri dengan ancang-ancang rincian anggaran K/L
sebagaimana tercantum dalam Bab VI Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga Tahun 2021.

Dokumen KEM dan PPKF 2021 tercatat disampaikan ke DPR RI pada tanggal 12 Mei 2020 yang
selanjutnya dilakukan pembahasan dalam pembicaraan pendahuluan di DPR RI. Pembahasan
tersebut dilakukan secara terbuka, sehingga semua elemen masyarakat dan media dapat
menyaksikan. Dalam masa pandemi, DPR RI juga memberikan fasilitas melalui TV Parlemen
atau di kanal youtube.

Executive Budget Proposal (EBP)

EBP merupakan Dokumen utama yang dikeluarkan oleh setiap negara sebagai gambaran
atas strategi pemerintah dalam mencapai sasaran pembangunan. Dari dokumen inilah,
informasi atas belanja pemerintah akan digunakan. Hal ini tentu sangat memengaruhi hal
hal penting seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, atau
lingkungan, publik (International Budget Partnership 2010). Unsur urgenitas dokumen ini
diantaranya: (1) alat instrument fiskal dan gambaran atas prioritas pemerintah; (2) menyajikan
beban pajak yang akan ditanggung wajib pajak; (3) menyajikan sebaran alokasi sumber daya
untuk beberapa elemen masyarakat; (4) menyajikan biaya atau utang yang akan diwariskan
ke generasi mendatang; (5) kesempatan bagi masyarakat dan DPR dalam mempengaruhi
kebijakan pemerintah (International Budget Partnership 2010).

18 Satu Dekade Transparansi APBN


Untuk memenuhi unsur kunci atas EBP yang baik, maka dalam EBP perlu memuat sekurang-
kurangnya hal sebagai berikut: (1) penjelasan singkat atas anggaran yang biasanya disampaikan
melalui Pidato (Presiden atau Menteri Keuangan); (2) rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja; (3) perkiraan ekonomi makro; (4) evaluasi atas kebijakan terkini; (5)
perkiraan dan penjelasan atas pendapatan; (6) perkiraan atas belanja yang dirinci berdasarkan
klasifikasi berstandar internasional; (7) perkiraan defisit dan pembiayaan anggaran; (8)
komposisi utang; (9) operasi keuangan pemerintah; (10) tinjauan posisi keuangan pemerintah
(International Budget Partnership 2010). Secara ideal, dokumen ini perlu disajikan setidaknya 3
bulan sebelum tahun berjalan berakhir kepada Parlemen. Artinya masih ada cukup waktu bagi
Parlemen untuk melakukan pembahasan secara seksama, sebelum melakukan persetujuan
atau tidak atas dokumen dimaksud.

Pemerintah Indonesia telah memerhatikan dokumen utama ini dalam sistem kenegaraan,
bahkan sejak awal Kemerdekaan. Hal ini jelas terlihat dalam dimuatnya anggaran pendapatan
dan belanja negara dalam konstitusi yakni dalam Pasal 23 ayat 1 UUD 1945 yang kemudian
diamandemen ke 3 yang berbunyi “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud
dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Setiap bulan Agustus, Pemerintah wajib menyampaikan Nota Keuangan dan RAPBN
kepada DPR RI sebagaimana tercantum dalam Pasal 15 UU nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.

Untuk memenuhi unsur transparansi anggaran, Pemerintah Indonesia mengubah format Nota
Keuangan dan RAPBN menjadi 3 buku dengan rincian sebagai berikut:

Buku I berisi tentang Rancangan Undang-Undang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara yang memuat pasal-pasal
terkait pendapatan asumsi dasar ekonomi makro, besaran
target pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran,
serta pembiayaan anggaran. Selain itu, juga mengatur hal-
hal lain yang berkaitan dengan komponen APBN.

Buku II Nota Keuangan dan RAPBN, yang dirinci secara


terstruktur sebagai berikut:
Bab 1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro, yang membahas
Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Pencapaian
Sasaran Indikator Kesejahteraan Masyarakat Tahun 2016-
2020 dan Rencana Tahun 2021, serta Proyeksi Asumsi Dasar
Ekonomi Makro Jangka Menengah Tahun 2022- 2024
Bab 2 Pendapatan Negara, yang memuat Perkembangan Penerimaan Perpajakan, PNBP, serta
Hibah Tahun 2016-2020 dan Rencana Tahun 2021, serta proyeksi jangka menengah 2022-
2024

Satu Dekade Transparansi APBN 19


Bab 3 Belanja Negara, Perkembangan Belanja Pemerintah
Pusat serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun
2016-2020 dan Rencana Tahun 2021, serta proyeksi jangka
menengah 2022- 2024
Bab 4 Prioritas Pembangunan Dan Penguatan Reformasi
Tahun 2021 Serta Evaluasi Anggaran Berdasarkan Wilayah
Tahun 2019 yang berisi tentang (1) prioritas anggaran
yaitu Optimalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi /
Information and Communication Technology, Reformasi
Sistem Kesehatan, Reformasi dan Anggaran Pendidikan,
Pembangunan Infrastruktur, Ketahanan Pangan, Penguatan
Pariwisata, Reformasi Perlindungan Sosial, Redesain
Sistem Perencanaan dan Penganggaran; (2) Evaluasi
Kinerja Anggaran Berdasarkan Wilayah Tahun 2019. Bab ini
merupakan sebuah inovasi yang dilakukan sejak 2019 dengan memberikan porsi anggaran
berbasis kewilayahan. Tentu ini akan menjadi kredit poin bagi penilaian OBS di masa mendatang
(OBI 2021).
Bab 5 Defisit Dan Pembiayaan Anggaran, memuat Perkembangan Defisit dan Pembiayaan
Anggaran Tahun 2016-2020 dan Rencana Tahun 2021, serta proyeksi jangka menengah 2022-
2024
Bab 6 Risiko Fiskal, memuat risiko fiskal baik disebabkan oleh perubahan kondisi ekonomi,
risiko APBN, serta risiko fiskal tertentu seperti bencana, tuntutan hukum, program pembiayaan
perumahan, pengembangan energi terbarukan, BUMN dalam pembangunan infrastruktur, serta
pemulihan ekonomi nasional. Dalam Bab ini, Pemerintah telah memasukkan Pandemi Covid
19 sebagai salah satu risiko yang dimasukkan dalam bencana non alam. Selain itu, risiko
pemulihan ekonomi nasional juga menjadi hal yang baru dan dimunculkan sebagai dampak
pandemi Covid 19.
Data Pokok, berisi suplemen data secara series dan proyeksi ke depan.

Buku III Himpunan RKA KL, yang berisikan data rincian


anggaran belanja per organisasi, fungsi, dan program.
Sejak tahun 2020, Himpunan RKA KL diperbaharui dengan
narasi penjelasan sehingga memudahkan pembaca untuk
menemukan prioritas anggaran K/L.

Selain ketiga buku di atas, Pemerintah juga menyampaikan


rangkuman atas Nota Keuangan dan APBN yang
disampaikan dalam bentuk Pidato Presiden terkait
Pengantar Nota Keuangan dan RAPBN yang biasanya
disampaikan pada hari yang sama pada saat penyampaian
Pidato Kenegaraan Presiden dalam menyambut HUT RI.

20 Satu Dekade Transparansi APBN


Citizen Budget (CB)

Citizen Budget pada prinsipnya hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menjelaskan kebijakan publik dalam bahasa sehari-hari sehingga publik tahu bagaimana
pemerintah menjalankan tata kelola APBN. Hal ini menjelaskan secara lebih mudah, kemana
alokasi anggaran dan dari mana sumber pendanaan diperoleh (Shields and Petrie 2009).
Mengapa Pemerintah mesti bersusah payah untuk membuat dokumen non formal seperti
ini? Ada 4 alasan yang mendasari, yaitu: (1) APBN itu pada dasarnya bersifat teknokratis,
sehingga sulit dimengerti; (2) Membuat pesan atas kebijakan anggaran bersifat “delivered
(tersampaikan)” bukan hanya “sent (terkirim)”; (3) membuat tema pembahasan APBN lebih
luas dan familiar dalam kerangka prioritas anggaran; (4) Menjelaskan komitmen atas janji
pemerintah dan meningkatkan kepercayaan atas pemerintah.

Untuk memenuhi unsur pesan yang “delivered” tersebut, maka dalam menyusun CB perlu
memerhatikan hal-hal (International Budget Partnership 2010) sebagai berikut: (1) membuat
seobyektif mungkin dengan memuat siklus penganggaran serta cakupan anggaran (pusat/
daerah/sektor publik); (2) perkiraan ekonomi dan kebijakan pemerintah secara obyektif; (3)
posisi keuangan pemerintah dan prospek ke depan; (4) kebijakan baru; (5) penyampaian
pelayanan publik. Untuk menemukan efektivitas dalam penyampaian pesan anggaran kepada
publik, maka peluncuran CB idealnnya dilakukan bersamaan dengan dokumen EB.

Sebagai dokumen non formal, Pemerintah Indonesia


sebenarnya setiap tahun menyampaikan konferensi
pers dan sosialisasi saat penyampaian RAPBN. Namun
demikian, untuk dokumen CB yang memenuhi syarat
bahasa sehari-hari sebagaimana kriteria baru muncul
sejak tahun 2015. Selanjutnya Pemerintah secara kontinyu
menyusun CB. Pada tahun 2020, dokumen CB tersebut
dinamakan “Informasi APBN 2021”. Materi yang dimuat
dalam Informasi APBN 2021 yakni:
1. Siklus Penyusunan APBN 2021
2. Percepatan Pemulihan Ekonomi & Penguatan
Reformasi
3. Ringkasan APBN 2021
4. Outlook Pertumbuhan Ekonomi Global
5. Asumsi Dasar Ekonomi Makro
6. Sasaran dan Indikator Pembangunan
7. Postur APBN
8. Pendapatan Negara
9. Belanja Negara
10. Defisit dan Pembiayaan Anggaran

Satu Dekade Transparansi APBN 21


Enacted Budget

Enacted Budget merupakan dokumen APBN yang telah disahkan dan disetujui oleh parlemen.
Hal ini memberikan sisi legalitas yang tinggi untuk dijadikan basis pelaksanaan anggaran
(International Budget Partnership 2010). Dari dokumen ini, Publik bisa menilai perubahan
yang terjadi selama pembahasan dengan membandingkan usulan dengan EB. Oleh karena
itu, EB perlu memberikan highlight terkait perubahan-perubahan besaran APBN antara pra dan
pasca pembahasan di DPR RI. Sebagai dasar pelaksanaan APBN, EB sebaiknya dipublikasikan
sesegera mungkin atau paling lambat 3 bulan setelah ditetapkan. Hal ini untuk memberikan
kepastian unit di pemerintahan dalam melakukan pelaksanaan APBN. Sementara bagi publik,
dapat dijadikan basis monitoring dan pengawasan pelaksanaan anggaran.

Secara formal, EB sebenarnya tidak diatur secara eksplisit. Namun demikian dalam UU APBN
setiap tahunnya, Pemerintah menyatakan bahwa rincian APBN akan disusun paling lambat 1
bulan sebelum tahun anggaran yang direncanakan dimulai (30 November) . Hal ini menjadi
dasar penyusunan EB atau dalam istilah Pemerintah Indonesia adalah Nota Keuangan dan
APBN.

Format NK dan APBN, untuk Buku I dan Buku II memiliki kesamaan dengan dokumen RUU
APBN maupun Nota Keuangan dan RAPBN. Namun untuk buku III, diganti dengan Perpres
Rincian APBN maupun Dokumen Induk Pelaksanaan Anggaran yang dipublikasikan di laman
resmi Direktorat Jenderal Anggaran.

REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

BUKU I BUKU II

UNDANG-UNDANG NOTA KEUANGAN


NOMOR 9 TAHUN 2020 BESERTA ANGGARAN
TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN

2021
TAHUN ANGGARAN

2021

In-Year Reports (IYR)

IYR merupakan sebuah highlight atas pelaksanaan APBN secara berkala (bulanan atau
triwulanan) pada tahun anggaran berjalan. Laporan berkala tersebut berbeda dengan laporan
semester yang disusun secara komprehensif dengan narasi penjelasannya. Salah satu tujuan
pelaporan IYR adalah Pemerintah dan publik dapat mengetahui tren perkembangan besaran
APBN. Hal ini untuk memastikan apakah masih berada di jalur yang tepat atau ada deviasi
yang melebar (International Budget Partnership 2010). Dengan adanya IYR, pemerintah dapat
membuat formulasi kebijakan yang tepat guna menjamin strategi fiskal dapat berjalan baik.
Untuk memberikan laporan berkala yang baik, maka IYR perlu memenuhi syarat sebagai berikut:

22 Satu Dekade Transparansi APBN


1. Perkembangan pelaksanaan APBN seperti pendapatan, belanja, defisit dan pembiayaan
anggaran. Komponen tersebut dibandingkan dengan target, disusun series bulanan/
triwulan, serta memuat pertumbuhan periode yang sama dengan tahun sebelumnya (yoy),
periode mulai awal tahun (ytd), antar bulan sebelumnya (mtm);
2. Pembiayaan utang terkini;
3. Deviasi antara target dan pelaksanaan APBN. Mengingat kebutuhan laporan berkala yang
digunakan untuk analisa secara cepat, maka pelaporan atas IYR idealnnya dilakukan
setidaknya satu bulan setelah periode akhir bulan tahun berjalan.

Di Indonesia sebenarnya tidak ada ketentuan formal yang mengatur kapan laporan berkala
harus disampaikan ke publik. Namun demikian, Pemerintah sejak tahun 1998 telah tergabung
dengan Special Dissemination Data Standard yang bekerja sama dengan Bank Indonesia,
sehingga setiap bulan pelaporan dilakukan dalam format
Central Government Operation yang menjadi salah satu Edisi April 2021
Edisi April 2021

Statistik Ekonomi Dan Keuangan Indonesia (SEKI) dan APBN KITA


dipublikasikan di laman Bank Indonesia. Namun demikian, KINERJA DAN FAKTA

Kementerian Keuangan sejak tahun 2017 guna memberikan


pemahaman bagi publik terkait APBN, mulai menyusun
buku APBN Kinerja dan Fakta yang memuat perkembangan
APBN secara lebih komprehensif dengan tenggat waktu
yang lebih cepat. Peluncuran buku tersebut juga diawali
dengan Konferensi Pers Menteri Keuangan secara langsung
di hadapan media massa setiap bulannya. Tradisi ini tentu
memberikan tempat istimewa bagi publik untuk mengetahui Kerja Keras APBN untuk Pemulihan Ekonomi

jerohan APBN secara langsung dari praktisi secara berkala. 1

Mid-Year Review (MYR)

MYR merupakan sebuah dokumen yang mengulas perkembangan anggaran pada Semester
I di suatu negara yang biasanya wajib disampaikan oleh Pemerintah dalam kurun waktu 6
bulan atau bahkan 7 bulan. Laporan ini bersifat komprehensif sebagai gambaran makro
ekonomi dan perkembangan anggaran. Hal ini menjadi dasar langkah-langkah perbaikan
atas kebijakan pemerintah di tahun berjalan (International Budget Partnership 2010). Melalui
dokumen ini, Pemerintah dapat menggunakan dasar perubahan anggaran untuk mencapai
target pembangunan yang ditetapkan di tahun berjalan.

Untuk memenuhi MYR yang baik, perlu dilakukan pemenuhan informasi dalam dokumen
tersebut: (1) dampak perkembangan ekonomi makro terhadap besaran APBN; (2) penjelasan
secara komprehensif atas pendapatan, belanja, maupun pembiayaan anggaran; (3) penjelasan
atas penyesuaian yang telah dilakukan dalam APBN; (4) perkembangan kebijakan terkini atas
APBN tahun berjalan.

Mengingat pentingnya dokumen ini, lembaga internasional secara eksplisit memberikan


pedoman secara ideal kapan MYR mestinya disampaikan. OECD mengatakan perlu disampaikan

Satu Dekade Transparansi APBN 23


minimal 6 minggu setelah akhir semester I berakhir. Sementara IMF agak longgar, hanya 3 bulan
setelah Semester I berakhir (International Budget Partnership 2010). Pemerintah Indonesia
memiliki regulasi secara jelas tentang kapan MYR versi Indonesia (Laporan Semester I APBN)
ini mesti diterbitkan. Dalam Pasal 27 ayat (1) dan (3) UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara secara jelas mengatur ketentuan tersebut:
1. Pemerintah Pusat menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama
APBN dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
2. Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada
DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang
bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan Pdiemerintah Pusat

Dengan pengaturan hal tersebut, maka Pemerintah hanya


memiliki waktu kurang dari satu bulan untuk menyiapkan
dokumen Laporan Semester I Indonesia.

Dalam dokumen Laporan Semester I APBN terbaru, muatan


Laporan Semester I APBN tahun 2020 terdiri beberapa
bab sebagai berikut. Bab 1 Pendahuluan, yang memuat
Kebijakan APBN untuk Penanganan Covid-19, Pelaksanaan
APBN Tahun 2020, serta Outlook APBN Tahun 2020. Bab
2 Perkembangan Realisasi APBN Semester I Tahun 2020,
yang membahas Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi
Makro, pendapatan negara, belanja negara, defisit dan LAPORAN PEMERINTAH
TENTANG PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
pembiayaan anggaran Semester I Tahun 2020. Selanjutnya SEMESTER PERTAMA

Bab 3 membahas Prognosis APBN Semester II Tahun TAHUN ANGGARAN 2020

2020 dari setiap komponen asumsi dasar ekonomi makro


dan APBN.

Year-End Report (YER)

YER merupakan laporan sementara akhir tahun untuk melihat kinerja APBN dalam satu tahun
terhadap target baik anggaran awal maupun anggaran perubahan di tahun berjalan. Di beberapa
negara, YER sudah mampu memberikan informasi terkait capaian output. YER digunakan
sebagai basis Pemerintah melakukan evaluasi tahun anggaran berjalan untuk mengambil
kebijakan di tahun mendatang. Oleh karena itu, YER yang informatif perlu memuat hal sebagai
berikut (1) outcome kinerja anggaran; (2) posisi keuangan/neraca; (3) pendapatan dan belanja
dengan rincian sesuai standar internasional; (4) penjelasan anggaran berdasarkan sektor atau
program; (5) perbedaan perkembangan ekonomi makro; (6) penjelasan atas kelebihan dan
kelemahan kinerja K/L; (7) informasi non finansial.

Mengingat tingkat urgensi yang tinggi, OECD merekomendasikan sekurang-kurangnya


penyampaian YER dilakukan 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sementara IMF
merekomendasikan minimal 1 tahun setelah tahun anggaran berakhir. Pemerintah Indonesia
memiliki aturan jelas dalam YER versi Indonesia (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat). Hal

24 Satu Dekade Transparansi APBN


ini juga mengacu atas kebutuhan audit. Dalam Pasal 55 ayat 1 dan 3 UU nomor 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara,
(1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN.
(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Presiden kepada
Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Dengan ketentuan tersebut, Pemerintah hanya memiliki waktu kurang dari 3 bulan untuk
menyiapkan laporan keuangan pemerintah pusat untuk dapat disampaikan ke BPK.
Sebenarnya untuk laporan akhir tahun, Pemerintah Indonesia juga menyusun laporan realisasi
yang merupakan rangkaian akhir atas laporan berkala yang dipublikasikan ke masyarakat.
Laporan tersebut biasanya disampaikan pada awal tahun
anggaran berikutnya. Namun tentu laporan tersebut tidak
komprehensif apabila dibandingkan LKPP.
REPUBLIK INDONESIA

LKPP
Dalam LKPP, Pemerintah memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Laporan Realisasi APBN
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
TAHUN 2020
(Unaudited) 3) Neraca
4) Laporan Operasional
5) Laporan Arus Kas
6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan Atas Laporan Keuangan

Maret 2021
Dari setiap muatan di atas, disajikan secara mendetail,
sehingga pembaca mampu mengidentifikasi
perkembangan APBN secara jelas.

Audit Report (AR)

AR merupakan sebuah laporan pemerintah yang telah diperiksa oleh lembaga independent
sehingga dapat diketahui bagaimana pemerintah mengumpulkan sumber pendanaan serta
mengalokasikan belanja. Dokumen ini menjadi alat ukur tingkat kepatuhan Pemerintah terhadap
Undang-undang. Di beberapa negara, AR memberikan informasi tentang akurasi atas laporan
keuangan (aset dan kewajiban) serta keefektifan atas kinerja pemerintah (International Budget
Partnership 2010). AR menjadi tahap akhir dari siklus APBN. Dokumen ini menjadi bahan yang
penting bagi Pemerintah dan publik untuk mengevaluasi pelaksanaan APBN secara obyektif.

Untuk memenuhi informasi AR yang baik, maka data dan informasi AR harus memenuhi hal
sebagai berikut: (1) pernyataan lembaga audit terkait akurasi laporan keuangan yang disusun
pemerintah; (2) pernyataan terkait kontrol atau tata kelola pemerintah mengelola keuangan
publik; (3) mengidentifikasi hal-hal yang belum dipatuhi oleh Pemerintah; (4) membuat daftar

Satu Dekade Transparansi APBN 25


rekomendasi perbaikan; dan (5) melacak status audit sebelum rekomendasi. Mengingat
pentingnya hal tesebut, OECD perlu melakukan publikasi AR sekurang-kurangnya 6 bulan
setelah periode tahun anggaran berakhir. Sementara IMF menilai sekurang-kurangnya 1 tahun
anggaran berakhir.

Indonesia memiliki peraturan secara jelas terkait AR versi Indonesia (laporan hasil pemeriksaan)
yang tercantum dalam Pasal 30 ayat (1) UU 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban


pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

LKPP merupakan salah satu bagian yang menjadi basis pemeriksaan BPK. Artinya BPK
memiliki waktu 3 bulan dalam melakukan audit atas LKPP yang disusun Pemerintah. Namun
demikian, BPK telah bekerja terlebih dahulu pada tahun sebelumnya dengan melakukan audit
tengah semester yang menghasilkan laporan ikhtisar hasil pemeriksaan Semester I. Sistem
kerja BPK tersebut membuat pemeriksaaan dapat dilakukan secara komprehensif.

Dalam laporan hasil pemeriksaan, BPK menyusun beberapa dokumen yang juga dipublikasikan
secaa luas kepada publik yakni:
1) Ringkasan Eksekutif
2) Laporan Keuangan Audited, merupakan LKPP yang disusun pemerintah namun telah
dilakukan perubahan angka dan narasi penjelasan berdasarkan hasil audit BPK
3) LHP Sistem Pengendalian Intern, merupakan pernyataan BPK atas kepatuhan pemerintah
dalam tata kelola keuangan negara
4) Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan, merupakan pernytaan BPK atas kepatuhan
Pemerintah dalam menaati Undang-undang yang berlaku
5) Laporan Hasil Reviu atas Pelaksanaan Transparansi Fiskal, merupakan penilaian BPK atas
transparansi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah dengan mengadopsi penilaian
ROSCs dari IMF;
6) Laporan Hasil Reviu atas Kesinambungan Fiskal, merupakan penilaian BPK atas kinerja
pemerintah dalam menyusun fiskal dan dampak kesinambungan ke depan
7) Laporan Hasil Reviu atas Kemandirian Fiskal, merupakan laporan yang menjelaskan
kemandirian fiskal daerah.

26 Satu Dekade Transparansi APBN


Satu Dekade Transparansi APBN 27
3
Perkembangan
Skor Transparansi
Anggaran Indonesia
dan Strategi
Peningkatan di Masa
Mendatang

P
eningkatan transparansi anggaran di Indonesia meningkat secara drastis, hal ini
ditunjukkan oleh skor Open Budget Index yang terus menanjak. Dari hasil survei tahun
2006 yang menunjukkan skor 41 menjadi 70 di tahun 2019. Peningkatan tersebut
berarti dokumen APBN yang dikeluarkan oleh Pemerintah telah banyak memenuhi ketentuan
transparansi anggaran dari tahun ke tahun. Hal ini tentu berkat kerja keras pemerintah baik di
sisi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pelaporan yang merupakan satu kesatuan
dari kunci peningkatan transparansi anggaran. Skor yang dicapai Indonesia pada tahun 2019
atau di atas rata-rata dunia yang hanya mencatatkan skor 45. Di tingkat Kawasan regional,
Indonesia berada di atas negara mitra ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam.

Undang-undang nomor 17 tahun


2003 telah memberikan pedoman
secara prinsip terkait tenggat
waktu yang harus dipenuhi dalam
penyajian dokumen APBN. Hal ini
memudahkan Pemerintah untuk
memenuhi kriteria dokumen APBN.
Dengan melakukan komunikasi
antar stakeholder yang didukung
kuat oleh keinginan kuat dari
komando Menteri Keuangan,

28 Satu Dekade Transparansi APBN


maka secara bertahap dokumen APBN dapat dilakukan publikasi secara tepat waktu. Hanya
citizen budget yang secara eksplisit belum memiliki landasan hukum. Namun demikian,
dengan melakukan benchmarking, dokumen tersebut disusun dan dijadikan rujukan bagi para
akademisi, Lembaga sosial masyarakat, dan kelompok publik lainnya dalam memahami APBN
secara tematik.

A. Perkembangan Transparansi Anggaran dalam Dokumen APBN

Sesuai metodologi yang dilakukan oleh International Budget Partnership dalam menyusun
Open Budget Survey, maka pengukuran atas transparansi anggaran juga dilakukan dalam
cakupan dokumen APBN. Pemerintah telah menggenapi semua dokumen APBN yang menjadi
basis pengukuran OBI. Semua dokumen dipublikasi dengan tenggat waktu yang jelas. Untuk
melihat perkembangan transparansi anggaran di dokumen APBN dapat dilihat sebagai berikut:

Perkembangan Transparansi Anggaran atas Pre Budget Statement

Pada awal tahun 2004 sampai dengan 2006 masih belum melakukan publikasi Dokumen
KEM dan PPKF. Dokumen tersebut hanya disampaikan ke DPR dan sebagai konsumsi internal
pemerintah. Namun demikian, sejak tahun 2010 Pemerintah telah melakukan publikasi
dokumen tersebut. Selain itu, secara konten pun semakin lengkap. Pada tahun 2019, dokumen
KEM dan PPKF sudah mengalami peningkatan, karena telah melakukan penyajian parameter
kebijakan fiskal secara garis besar, prakiraan asumsi dasar ekonomi makro, pendapatan,
belanja dan utang (Open et al. 2019a).

Penyajian asumsi dasar ekonomi makro meliputi prospek ekonomi, inflasi, pertumbuhan
PDB riil, Suku Bunga Tiga Bulanan, lifting minyak dan gas; dan nilai tukar rupiah. Selain itu,
terdapat juga informasi perkiraan pertumbuhan ekonomi, konsumsi domestik, ekspor barang
dan jasa, impor barang dan jasa) dan produksi dalam negeri (pertanian, pertambangan,
listrik-gas-air bersih, konstruksi, perdagangan-hotel dan restoran. Dokumen KEM dan PPKF
juga telah menampilkan ringkasan atas elemen perkiraan makro ekonomi tersebut sehingga
memudahkan bagi pembaca untuk memahami.

Sementara itu, proyeksi kebijakan dan prioritas dalam KEM dan PPKF juga disajikan baik
terhadap pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran serta pembiayaan. Penyajian
informasi belanja (pagu indikatif) bahkan dilakukan secara rinci pada setiap K/L.

No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019


1 Perkiraan makro ekonomi A A D B A
2 informasi tentang kebijakan pengeluaran C B D A A
pemerintah dan prioritas sebagai dasar
perhitungan anggaran secara rinci anggaran
berikutnya

Satu Dekade Transparansi APBN 29


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
3 informasi tentang kebijakan pendapatan - D D C C
pemerintah dan prioritas sebagai dasar
perhitungan anggaran secara rinci anggaran
berikutnya
4 Perkiraan yang terkait dengan pinjaman dan - - D D D
utang pemerintah: jumlah pinjaman baru bersih,
total hutang pada akhir tahun anggaran; dan
pembayaran bunga
5 Perkiraan utang jangka menengah - - B B B
Sumber: Open Budget Survey, 2010-2019

Perkembangan Transparansi Anggaran atas Executive’s Budget Proposal

Nota Keuangan dan RAPBN merupakan dokumen yang paling banyak disorot dalam Open
Budget Survey. Hal ini dibuktikan dengan pertanyaan terkait konten NK dan RAPBN yang
berjumlah sebanyak 53 butir, diluar pertanyaan terkait batas publikasi. Beberapa peningkatan
secara konten dalam NK dan RAPBN diantaranya:
1) Penyajian kembali data belanja per jenis dalam NK dan RAPBN di bagian data pokok. Hal
ini memberikan informasi lebih lengkap bagi pengguna. Namun demikian, pembahasan
RAPBN di DPR tetap dilakukan berdasarkan klasifikasi per organisasi, fungsi, dan program
sehingga pembahasan data berjalan efektif.
2) Perkiraan asumsi dasar ekonomi makro juga telah mencantumkan besaran nominal
Produk Domestik Bruto sehingga dapat menjadi pembanding dalam perhitungan kinerja
ekonomi makro.

Pemerintah juga terus meningkatkan kinerja transparansi Anggaran. Mulai tahun 2020, Nota
Keuangan dan RAPBN juga menyajikan APBN dalam konteks yang tercantum dalam Bab
tersendiri yakni Bab 4 Prioritas Pembangunan dan Penguatan Reformasi Tahun 2021 serta
Evaluasi Anggaran Berdasarkan Wilayah Tahun 2019. Karena keterbatasan data, penyajian
dilakukan berdasarkan realisasi tahun sebelumnya. Selain itu, masih dalam lingkup belanja
negara. Cakupan spasial hanya wilayah pulau-pulau besar seperti wilayah Jawa, diikuti wilayah
Sumatera, wilayah Sulawesi, wilayah Maluku dan Papua, wilayah Kalimantan, dan wilayah Bali-
Nusa Tenggara. Selain itu, penjelasan dan informasi terkait sasaran dan kinerja K/L juga sudah
dipertajam dalam bentuk narasi yang tercantum dalam buku III Himpunan RKAKL.

Perkembangan atas transparansi anggaran Indonesia dapat dilihat pada table di bawah ini:

No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019


Executive’s Budget Proposal (Nota Keuangan dan RAPBN)
1 Publikasi belanja pemerintah berdasarkan A A A A A
organisasi
2 Publikasi belanja pemerintah berdasarkan fungsi A A A A A

30 Satu Dekade Transparansi APBN


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
3 Klasifikasi belanja berdasarkan Fungsi sesuai - A A A A
dengan standar internasional
4 Publikasi belanja pemerintah berdasarkan A A A B A
klasifikasi ekonomi
5 Klasifikasi belanja berdasarkan ekonomi sesuai - A A A A
dengan standar internasional
6 Klasifikasi belanja dirinci berdasarkan program C C C A A
7 Proyeksi Jangka Menengah berdasarkan D A B B B
organisasi, ekonomi, fungsi
8 Proyeksi belanja organisasi, ekonomi, fungsi - C D A A
dibuat proyeksi jangka menengah
9 Proyeksi perpajakan dirinci berdasarkan per jenis A A A A A
10 Proyeksi PNBP dirinci berdasarkan per jenis - A B A A
11 Proyeksi pendapatan negara (perpajakan dan D A A A A
bukan perpajakan) dalam jangka menengah
12 Proyeksi pendapatan negara (perpajakan dan - C A A C
bukan perpajakan) dalam jangka menengah
13 perkiraan terkait dengan pinjaman dan hutang A A A B B
pemerintah ( jumlah pinjaman baru bersih, total
hutang, dan pembayaran bunga)
14 Komposisi utang B C D D D
15 Perkiraan Asumsi Dasar Ekonomi Makro A B B C B
16 Dampak perubahan Asumsi Dasar Ekonomi A B A A A
Makro (sensitifitas)
17 Penjelasan kebijakan baru dengan kebijakan B C D C C
saat ini terkait belanja negara
18 Penjelasan kebijakan baru dengan kebijakan A C D C C
saat ini terkait pendapatan negara
19 Proyeksi belanja negara jangka menengah A A A B A
berdasarkan organisasi, ekonomi dan fungsi
20 Proyeksi belanja negara jangka menengah - C C B A
berdasarkan program
21 Perkiraan belanja telah diupdate menjadi outlook A A A A A
APBN sebagai basis perhitungan RAPBN
22 Menyajikan update realisasi belanja 2 tahun C A A B A
sebelumnya dan tahun anggaran berdasarkan
organisasi, ekonomi, fungsi

Satu Dekade Transparansi APBN 31


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
23 Menyajikan update realisasi belanja 2 tahun C B C A A
sebelumnya dan tahun anggaran berdasarkan
program
24 update outcome belanja A A A A A
25 Menyajikan perkiraan pendapatan tahun A A A A
anggaran sebelumnya
26 Perkiraan pendapatan telah diupdate menjadi A A A A A
outlook APBN sebagai basis perhitungan RAPBN
rinci per jenis
27 Perkiraan pendapatan telah diupdate menjadi A A A A A
outlook APBN sebagai basis perhitungan RAPBN
28 Menyajikan update realisasi pendapatan 2 tahun A A A A A
sebelumnya dan tahun anggaran berdasarkan
jenis
29 update realisasi pendapatan 2 tahun sebelumnya A A A A A
dan tahun anggaran berdasarkan perpajakan
dan bukan pajak secara rinci
30 Update realisasi pendapatan negara sesuai A A A A A
dengan data terbaru
31 Penyajian outlook pinjaman dan utang A A C A A
pemerintah, termasuk komposisinya
32 Penyajian basis data utang dengan realisasi A A A A A
terbaru

33 Penyajian proyeksi extra-budgetary funds C C D C C


34 Penyajian data operasi pemerintah pusat - C B B A
(budgetary dan non budgetary) dalam konsolidasi
35 Proyeksi belanja transfer antar unit pemerintah A B A A A
(pusat ke pemda)
36 Penyajian anggaran disajikan berdasarkan - - D D D
gender, umur, pendapatan, dan wilayah
37 Proyeksi penanaman modal negara terhadap A A C A A
BUMN
38 Penyajian informasi quasifiskal D C D D D
39 Informasi aset keuangan D C C C C
40 Informasi non finansial aset D C D D D
41 Penjelasan tunggakan pemerintah D D D C C

32 Satu Dekade Transparansi APBN


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
42 Informasi kewajiban kontijensi D A C C C
43 Informasi kewajiban masa depan dan C D D D D
kesinambungan fiskal
44 Proyeksi bantuan dari negara donor, baik tunai C C D C C
maupun barang
45 Informasi tax expenditure C C C C C
46 Proyeksi pendapatan yang di earmarked C D D D C
47 Penyajian informasi keterkaitan APBN dengan D D C C C
sasaran kebijakan fiskal tahun anggaran
48 Penyajian informasi keterkaitan APBN dengan - B D D D
sasaran kebijakan fiskal jangka menengah
49 Proyeksi input non keuangan pada tahun - C D D D
anggaran
50 Data non keuangan (output dan outcome) untuk - C B B B
tahun anggaran
51 Target kinerja ditetapkan dalam data non - C A A A
keuangan
52 perkiraan kebijakan (baik proposal baru maupun - C C C C
kebijakan yang ada) untuk memberi manfaat
secara langsung bagi masyarakat tidak mampu
dalam tahun anggaran
53 Publikasi jadwal untuk merumuskan APBN - - D D D
(tenggat waktu untuk pengajuan dari entitas
pemerintah lainnya, seperti kementerian terkait
atau pemerintah subnasional, ke Kementerian
Keuangan atau K/L yang bertanggung jawab
dalam perumusan anggaran
Enacted Budget (NK dan APBN)
1. Informasi belanja berdasarkan organisasi, - A A A A
ekonomi, dan fungsi
2. Informasi belanja berdasarkan program - C C A A
3. Informasi pendapatan negara berdasarkan pajak - A A A A
dan bukan pajak
4. Informasi pendapatan negara secara terperinci - B B A A
5. Informasi pinjaman dan utang termasuk utang - A A B B
bersih, total outstanding utang, dan pembayaran
bunga utang
Sumber: Open Budget Survey, 2010-2019

Satu Dekade Transparansi APBN 33


Perkembangan Transparansi Anggaran atas Citizen Budget

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap warga negara tidak akan dapat dilepaskan dengan
APBN. Tentu saja bukan makhluk yang bernama APBN, tapi komponen-komponen yang
mempengaruhi kehidupan. Contoh listrik yang kita konsumsi, didalamnya terdapat subsidi
dari negara, baik langsung maupun tidak langsung. Namun, tentu tidak efektif dan efisien jika
kita harus membaca setiap lembar Nota Keuangan dan RAPBN yang berjumlah 600 halaman
lebih hanya untuk mengetahui program prioritas apa yang bersentuhan dengan hidup kita. Nah
disini, perlu adanya dokumen yang bernama citizen budget. Dokumen tersebut merupakan
dokumen pelengkap atas dokumen APBN lainnya seperti Nota Keuangan dan RAPBN, Laporan
Semester, LKPP, serta Realisasi sementara APBN. Informasi APBN lebih cenderung digunakan
untuk Nota Keuangan dan RAPBN. Beberapa kali juga menggunakan istilah budget in brief.
Sementara untuk dokumen lainnya, kadang berwujud advertorial bahkan mungkin dalam
bentuk paparan multimedia.

Secara konten tidak terlalu banyak mengalami perubahan, namun dari sisi variasi isi semakin
fokus atas manfaat yang dirasakan masyarakat. Secara rinci perkembangan citizen budget
sebagai berikut:

No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019


1 Informasi inti harus mencakup total pengeluaran - A A A A
dan pendapatan, dan ekonomi makro, serta
informasi kontak agar masyarakat dapat
menyampaikan aspirasi
2 Tersedia untuk berbagai macam audiens - B B A A
3 mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan - C C D D
publik atas informasi anggaran
4 Informasi Anggaran sejalan dengan proses - C C B B
APBN
Sumber: Open Budget Survey, 2010-2019

Perkembangan Transparansi Anggaran atas In-Year Report

Selain citizen budget, Pemerintah juga mendorong pemenuhan transparansi APBN di sisi
pelaksanaan APBN. Hal ini diwujudkan dalam in year report atau laporan realisasi anggaran.
Pemerintah mulai melakukan publikasi secara rutin terkait realisasi anggaran mulai Desember
2017 dengan dokumen yang sangat komprehensif yakni APBN Kinerja dan Fakta (Kita).
Dokumen ini memaparkan realisasi anggaran belanja secara baik organisasi, ekonomi dan
fungsi. Selain itu juga dipaparkan komponen pendapatan negara dan pembiayaan utang.
Dengan publikasi ini, masyarakat mengetahui berapa negara telah mengumpulkan pendapatan
negara, untuk apa dialokasikan dan seberapa besar pencairannya, serta tentu posisi defisit
dan utang.

Secara rinci, perkembangan konten laporan realisasi anggaran sebagai berikut:

34 Satu Dekade Transparansi APBN


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
1. Informasi realisasi belanja aktual berdasarkan D D D C B
organisasi, ekonomi, dan fungsi
2. Informasi realisasi belanja aktual berdasarkan D C C D D
program
3. Data pembanding realisasi belanja antara tahun D D D A A
berjalan dengan tahun sebelumnya dalam
periode yang sama
4. Informasi realisasi pendapatan aktual secara D A A B A
rinci
5. Data pembanding realisasi pendapatan negara D B B A A
antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya
dalam periode yang sama
6. Realisasi yang terkait dengan pinjaman dan D A A A A
utang pemerintah: jumlah pinjaman baru bersih,
total hutang pada akhir tahun anggaran; dan
pembayaran bunga dalam tiga tahun terakhir
dalam satu periode yang sama
7. Realisasi komposisi outstanding utang D B B B C
Sumber: Open Budget Survey, 2010-2019

Perkembangan Transparansi Anggaran atas Mid-Year report

Laporan Semester I APBN merupakan dokumen resmi yang wajib dipublikasikan sebagaimana
amanah dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam
laporan tersebut juga dicantumkan perkiraan realisasi tahun berjalan. Seiring dengan
peningkatan transparansi APBN di dokumen NK dan APBN, Laporan semester I APBN juga
mengalami penyesuaian terutama dalam penyajian realisasi K/L yang sudah dalam rincian
program. Secara rinci perkembangan konten transparansi APBN dalam laporan semester I
APBN sebagai berikut:

No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019


1. prakiraan makroekonomi terkini untuk tahun A A A B B
anggaran yang sedang berjalan
2. prakiraan belanja terkini untuk tahun anggaran A A B A A
yang sedang berjalan
3. prakiraan belanja terkini untuk tahun anggaran A B B A A
yang sedang berjalan berdasarkan organisasi,
ekonomi, dan fungsi

Satu Dekade Transparansi APBN 35


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
4. prakiraan belanja terkini untuk tahun anggaran A A D A A
yang sedang berjalan berdasarkan program
5. prakiraan pendapatan terkini untuk tahun A A A A A
anggaran yang sedang berjalan
6. prakiraan pendapatan terkini untuk tahun A - A A A
anggaran yang sedang berjalan berdasarkan
pajak dan non pajak
7. prakiraan pendapatan terkini untuk tahun - - A B B
anggaran yang sedang berjalan sudah sangat
terperinci
8. prakiraan pinjaman dan utang beserta - B B B B
komposisinya terkini untuk tahun anggaran yang
sedang berjalan
Sumber: Open Budget Survey, 2010-2019

Perkembangan Transparansi Anggaran atas The Year-End Report

Laporan akhir tahun APBN telah memuat hal yang komprehensif sebagaimana dijelaskan
dalam Bab 2. Pada OBS 2010, laporan akhir tahun masih memiliki nilai D karena belum adanya
publikasi dari Pemerintah. Namun seiring dengan peningkatan akan pentingnya transparansi
anggaran, maka publikasi atas laporan akhir tahun dapat dilakukan. Dalam catatan IBP
pada OBS 2019, terdapat beberapa perbaikan diantaranya belum memuat rincian output
dan dampak kinerja belanja K/L. Perkembangan konten transparansi anggaran atas laporan
realisasi sementara sebagai berikut:

No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019


1. Perbandingan antara realisasi dan outcome D B A A A
belanja dengan target/pagu (termasuk revisi yang
disetujui DPR)
2. Penyajian perkiraan realisasi belanja berdasarkan D - A A A
organisasi, ekonomi, fungsi
3. Penyajian perkiraan realisasi belanja berdasarkan D - C C C
program
4. Penyajian pendapatan negara berdasarkan pajak D A A A A
dan bukan pajak
5. Penyajian pendapatan negara berdasarkan pajak D - A A A
dan bukan pajak secara terperinci

36 Satu Dekade Transparansi APBN


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
6. Perbandingan antara realisasi dan outcome utang D A A C C
dan pinjaman beserta komposisinya dengan
target/pagu
7. Perbandingan antara realisasi dan outcome D A C A A
makro ekonomi dengan target
8. Perbandingan antara realisasi dan outcome non D A A D D
keuangan-masukan dengan target/pagu
9. Perbandingan antara realisasi dan outcome non D D D D D
keuangan-keluaran dengan target/pagu
10. Perbandingan antara realisasi dan outcome D D D D D
anggaran prioritas (new initiative atau kebijakan
existing) dengan target/pagu
11. Perbandingan antara realisasi dan outcome dana C D C C
extra budgetary
Sumber: Open Budget Survey, 2010-2019

Perkembangan Transparansi Anggaran atas Audit Report

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat merupakan laporan keuangan pemerintah pusat yang
telah diamanatkan UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU no 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. Laporan tersebut diperiksa oleh BPK dan selanjutnya oleh
Pemerintah disampaikan ke DPR RI untuk mendapatkan persetujuan dalam bentuk UU. Seiring
dengan reformasi keuangan negara, Pemerintah telah melakukan penyajian secara akrual yang
tidak semata hanya mencakup realisasi anggaran. Tetapi juga terkait dengan aset keuangan
dan non keuangan. BPK juga melakukan kinerja secara independen dan memberikan reviu
penting sesuai standar internasional. Dalam satu tahun, laporan pemeriksaan oleh BPK
sebagai berikut:
1) Ringkasan eksekutif
2) Laporan Keuangan Audited
3) LHP Sistem Pengendalian Intern
4) Laporan Hasil Pemeriksaan kepatuhan
5) Laporan Hasil Reviu atas transparansi fiskal
6) Laporan Hasil Reviu atas Kesinambungan Fiskal
7) Laporan Hasil Reviu atas Kemandirian Fiskal

IBP memberikan rekomendasi bahwa laporan audit belum menyentuh extrabudgetary serta
beberapa tindak lanjut atas rekomendasi yang belum disampaikan kepada publik. Secara rinci
peningkatan konten transparansi anggaran dalam LKPP sebagai berikut:

Satu Dekade Transparansi APBN 37


No Indikator 2010 2012 2015 2017 2019
1. Laporan keuangan terpisah dengan laporan akhir A A A A A
tahun/laporan sementara APBN
2. jenis audit (kepatuhan, keuangan, atau kinerja) A A A A A
telah dilakukan oleh BPK dan tersedia untuk
publik
3. Semua pengeluaran telah diaudit oleh BPK A A A A A
4. Pengeluaran extra budgetary telah diaudit oleh D D D C C
BPK
5. Laporan audit yang dilakukan BPK, termasuk B B A A A
ringkasan
6. Pemerintah melaporkan langkah tindak lanjut D D D D D
rekomendasi hasil pemeriksaan kepada publik
7. BPK atau DPR merilis laporan atas aksi - - A A A
pemerintah dalam tindak lanjut rekomendasi
Sumber: Open Budget Survey, 2010-2019

B. Strategi Peningkatan Transparansi APBN

Setiap tahun Pemerintah memiliki rencana aksi dalam peningkatan transparansi APBN.
Rencana aksi tersebut didasarkan hasil evaluasi kinerja transparansi APBN pada tahun-
tahun sebelumnya baik di ranah publikasi, pemenuhan konten, maupun partisipasi publik.
Selain itu, rencana aksi juga dapat muncul dari hasil berbagi pengalaman dari berbagai forum
transparansi anggaran baik di tingkat nasional maupun internasional. Di tingkat pemerintahan
daerah, transparansi anggaran juga berkembang seiring dengan meningkatnya antusiasme
warga terhadap APBD.

Untuk mendorong negara mitra meningkatkan transparansi anggaran, International Budget


Partnership (IBP) memberikan rekomendasi di setiap pelaporan Open Budget Index. Pada
tahun 2019, beberapa hal yang menjadi rekomendasi (Open et al. 2019a) adalah sebagai
berikut:
1. Perbaikan pada Nota Keuangan dan RAPBN melalui (1) penyajian neraca sebagai salah
satu informasi aset keuangan dan non keuangan; dan (2) informasi yang berkaitan dengan
risiko fiskal seperti kuasi fiskal, kewajiban kontijensi, dan analisa kesinambungan fiskal
dalam jangka panjang
2. Perbaikan pada Laporan Realisasi Sementara APBN maupun LKPP dengan memuat
rincian kinerja/ outcome Kementerian Negara/Lembaga maupun TKDD
3. Perbaikan pada Informasi APBN melalui penyediaan mekanisme identifikasi kebutuhan
informasi apa saja yang dibutuhkan bagi warga negara untuk dapat ditampilkan dalam
dokumen Informasi APBN.

38 Satu Dekade Transparansi APBN


Selanjutnya perbaikan atas konten transparansi anggaran dalam Nota Keuangan dan RAPBN
juga dapat belajar pada beberapa best practices yang sudah dilakukan di negara-negara lain
yang memiliki tingkat OBI lebih tinggi seperti beberapa negara OECD, Afrika Selatan, dan
Filipina.

Sementara itu, dari negara anggota OECD, terdapat contoh dari Inggris dan Norwegia.
Inggris memiliki kelebihan dalam elaborasi perkiraan belanja prioritas per program dalam
jangka menengah. Selain itu, terdapat bab yang khusus membahas terkait produktivitas
yang membahas secara khusus terkait Investasi dalam program prioritas regional yang
mendukung pertumbuhan dan produktivitas nasional (HMT 2020). Sementara itu, Norwegia
juga menyampaikan penjelasan terkait dana extrabudgetary khususnya yang dikelola dari
Dana dari surplus penerimaan migas sebagai SWF dalam bentuk Government Pension Fund-
Global (GPFG) dan GPF Norway (Anon 2021)).

Dari Benua Afrika, kita dapat mengambil contoh Afrika Selatan. Negara tersebut memiliki
narasi yang kuat dalam desain APBN jangka menengah, sehingga target tahun anggaran juga
dibandingkan dengan proyeksi APBN Jangka Menengah tahun sebelumnya. Sementara itu
dari sisi peringkat kredit, dilakukan perbandingan dengan negara-negara lain baik berdasarkan
wilayah maupun kelas tingkat pendapatan suatu negara (Treasury 2020).

Tentu tidak ketinggalan yakni negara tetangga, Filipina. Perkembangan pesat transparansi
anggaran baik dari sisi konten maupun publikasi dokumen. Dari sisi konten, Filipina telah
memberikan keterkaitan narasi atas besaran antara rencana pembangunan jangka menengah
dan anggaran tahunan.Selain itu, narasi penjelasan juga disampaikan dalam supporting data
K/L. Sementara dari sisi publikasi, Filipina juga telah menyediakan file dalam bentuk open data
di situs resmi pemerintah (Open et al. 2019b).

Satu Dekade Transparansi APBN 39


4
Edukasi APBN
dan Partisipasi
Publik

S
eiring dengan reformasi keuangan negara, pembelajaran dan penyampaian aspirasi
publik terkait APBN sangat berkembang dalam satu dekade di Indonesia. Kementerian
Keuangan memiliki beberapa sarana mulai dari level sekolah dasar sampai tingkat
lanjutan Perguruan Tinggi. Selain itu, pembelajaran maupun sosialisasi dilakukan juga di secara
tematik dan segmented misalnya kepada para calon investor, pelaku usaha, dan perwakilan
dagang.

Partisipasi publik tidak dipisahkan sebagai salah satu fundamental bagi transparansi anggaran
atau keterbukaan anggaran. Mengingat pentingnya partisipasi publik, the Global Initiative for
Fiscal Transparency (GIFT), telah mendeklasikan hak warganegara dalam sebuah prinsip yang
disebut “High Level Principles of Fiscal Transparency, Participation and Accountability”. Prinsip
tersebut terdiri dari 10 hak warga negara dan actor-non negara yang memiliki kesempatan atas
rancangan dan pelaksanaan kebijakan fiskal (Global Initiative for Fiscal Transparancy 2016b).

Prinsip The GIFT High Level Principles didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui
Resolusi PBB 67/2018 yang mendorong negara-negara anggota untuk mengintensifkan upaya
untuk peningkatan transparansi, partisipasi dan akuntabilitas kebijakan fiskal, termasuk melalui
pertimbangan prinsip-prinsip yang ditetapkan keluar oleh GIFT. Selain itu juga, memberikan
dorongan ke negara anggota untuk mendorong diskusi, kerja sama, dan berbagi informasi
antara semua pemangku kepentingan guna membangun kapasitas dan berbagi pengalaman.

10 prinsip High Level Principles of Fiscal Transparency, Participation and Accountability


(Global Initiative for Fiscal Transparancy 2016) sebagai berikut:

40 Satu Dekade Transparansi APBN


1. Setiap warganegara berhak mencari, menerima dan membagikan informasi tentang
kebijakan fiskal. Untuk membantu menjamin hak ini, sistem hukum nasional harus
menetapkan praduga yang jelas untuk mendukung ketersediaan informasi fiskal bagi
publik tanpa diskriminasi. Pengecualian dilakukan sesuai karakteristik serta memiliki
kejelasan dalam sistem kerangka hukum. Selain itu, pelaksanaan mengacu mekanisme
yang berbiaya rendah, independen dan tepat waktu.
2. Pemerintah harus menerbitkan tujuan yang jelas dan terukur atas besaran kebijakan
fiskal. Selain itu, dilakukan pelaporan secara teratur serta memberikan penjelasan atas
perbedaan realisasi dan target
3. Penyajian informasi secara publik seharusnya dilakukan dengan kualitas tinggi atas data
mulai dari masa lalu, saat ini, dan perkiraan masa mendatang meliputi (i) data keuangan
dan non keuangan; (ii) kinerja; (iii) risiko fiskal; (iv) aset publik dan kewajiban. Pemerintah
seharusnya menyajikan informasi tersebut alam RAPBN, laporan keuangan, serta neraca
sesuai standar internasional, konsisten, dan disertai penjelasan dan rekonsiliasi perbedaan.
Dalam melaksanakan hal tersebut diperlukan jaminan dalam integritas data dan informasi
4. Pemerintah seharusnya memberikan penjelasan secara objektif atas alokasi program dan
output yang sedang dilaksanakan. Selain itu, menyampaikan hasil evaluasi dan dampak
sosial, ekonomi, dan lingkungan secara actual;
5. Semua transaksi keuangan sektor publik seharusnya didasarkan pada Undang-undang
yang berlaku. UU, regulasi, dan peraturan lainnya yang mengatur manajemen keuangan
publik seharusnya tersedia. Selain itu, juga dilakukan reviu atas pelaksanaan secara
independen;
6. Untuk memudahkan pelaporan, transparansi, dan akuntabilitas serta hubungan dengan
pihak swasta, maka Perlu didefinsikan dan diidentifikasi secara jelas terkait lembaga
di bawah sektor Pemerintah. Hal tersebut dilakukan secara terbuka, sesuai peraturan
perundang-undangan dan aturan yang berlaku;
7. Peran dan tanggung jawab untuk meningkatkan pendapatan, munculnya kewajiban,
menggunakan sumber daya, melakukan investasi, serta mengelola sumber daya publik
seharusnya ditetapkan dengan jelas dalam undang-undang atau peraturan. Peraturan
tersebut baik yang disepakati oleh tiga pilar (legislatif, eksekutif dan yudikatif), cakupan
(nasional dan setiap sub-nasional), maupun antar sektor (sektor pemerintah dan sektor
publik lainnya, dan di dalam sektor pemerintah itu sendiri);
8. Kewenangan untuk meningkatkan pajak dan mengeluarkan belanja atas nama publik
seharusnya melibatkan legislatif. Tidak ada pendapatan pemerintah yang harus
dinaikkan atau pengeluaran yang dikeluarkan atau dilakukan tanpa persetujuan legislatif
melalui undang-undang terkait anggaran atau undang-undang lainnya. Badan legislatif
harus diberi wewenang, sumber daya, dan informasi yang diperlukan untuk meminta
pertanggungjawaban eksekutif secara efektif atas penggunaan sumber daya publik.
9. Lembaga Audit harus memiliki independensi berdasarkan undang-undang. Lembaga
audit memiliki hak untuk mengakses informasi publik serta menyediakan sumber daya

Satu Dekade Transparansi APBN 41


untuk mengaudit serta mempublikasikan atas pengumpulan dan komitmen dana publik.
Lembaga audit harus beroperasi secara independen, akuntabel dan transparan.
10. Warga negara harus memiliki hak dan mereka, serta semua aktor non-pemerintah, harus
memiliki kesempatan yang efektif untuk berpartisipasi langsung dalam debat dan diskusi
publik mengenai rancangan dan implementasi kebijakan fiskal.

Berdasarkan prinsip partisipasi publik tersebut, maka dalam penyelenggaraan partisipasi publik
(Global Initiative for Fiscal Transparancy 2016b), Pemerintah perlu menjamin mengakomodasi
hal-hal sebagai berikut. Pertama, mudah di akses. Pemerintah harus memberikan fasilitas
partisipasi publik melalui diseminasi informasi fiskal dan data yang relevan, dalam format dan
menggunakan mekanisme yang memudahkan semua akses, memberikan pemahaman, dan
penggunaan data transformasi data dalam format open data. Kedua, Keterbukaan. Pemerintah
harus memberikan informasi lebih lengkap dan tanggap setiap pelaksanaan kegiatan, baik
terkait cakupan, ruang lingkup, hasil yang akan dicapai, proses dan batas waktu, serta harapan
dan realisasi atas kegiatan partisipasi publik

Selanjutnya partisipasi publik harus dilakukan secara inklusif yang mejadi komponen yang
ketiga. Inklusif, artinya pemerintah harus pro aktif menggunakan berbagai mekanisme untuk
menggapai keikutsertaan masyarakat dan aktor non pemerintah, termasuk masyarakat
tradisional dan kelompok rentan sosial, dan suara aspirasi yang jarang didengar. tanpa
membeda-bedakan basis suku, agama, ras dan antar golongan, sebagai masukan dalam
perumusan kebijakan fiskal. Pelaksanaan partisipasi publik juga harus mewadahi unsur
keempat yakni menghormati berbagai bentuk ekspresi diri. Artinya Pemerintah harus
memberikan izin dan dukungan kepada individu dan komunitas, termasuk mereka yang
bersentuhan langsung dengan kebijakan, untuk mengartikulasikan kebutuhan mereka dengan
berbagai bentuk dan sarana sesuai pilihannya. Meskipun, di sisi lain terdapat group lain yang
beraspirasi berbeda dengan lainnya.

Di samping itu, Pemerintah juga harus memperhatikan ketepatan waktu, kedalaman, dan
proporsional. Ketepatan waktu artinya memberikan waktu yang cukup bagi publik untuk
memberikan masukan dalam setiap tahap siklus/jadwal perumusan APBN dan kebijakan
fiskal. Memberikan kesempatan untuk dapat terlibat lebih awal, bahkan jika memungkinkankan
dapat terlibat pada tahap berikutnya. Sementara itu, kedalaman yang berarti mampu untuk
(i) Mendukung keterlibatan publik dengan menyediakan semua informasi yang relevan. (ii)
memberikan catatan garis besar, yang dilanjutkan dengan menginformasikan tujuan kebijakan
utama dan juga opsi/pilihan, maupun jalan tengah, (3) mengidentifikasi potensi dampak sosial,
ekonomi, dan lingkungan, (iv) memasukkan keragaman perspektif; serta (v) memberikan umpan
balik yang tepat waktu dan spesifik sebagai masukan publik dan memberikan penjelasan
bagaimana masukan tersebut dapat dimasukkan atau tidak dalam kebijakan atau saran resmi.
Di samping itu, proporsional artinya menggunakan kombinasi secara tepat atas mekanisme
yang dilakukam baik secara skala maupun dampak atas kebijakan yang dilakukan.

42 Satu Dekade Transparansi APBN


Untuk efektivitas dan efisiensi partipasi pubik, penyelenggara negara dan juga mitra harus
memerhatikan unsur keberlanjutan, saling melengkapi, dan timbal balik. Untuk memenuhi
unsur keberlanjutan, semua pihak yang terlibat baik pemerintah maupun lembaga non
pemerintah terus secara rutin meningkatkan upaya untuk saling berbagi pengalaman dan rasa
saling percaya. Upaya tersebut dilakukan melalui (i) melembagakan saluran partisipasi publik
yang tepat dan efektif; (ii) memastikan feedback yang disampaikan mengarah pada peninjauan
keputusan kebijakan fiskal; (iii) terus melakukan reviu dan evaluasi untuk menjadi bahan
perbaikan di masa mendatang. Sementara itu, unsur saling melengkapi dilakukan melalui
memastikan agar mekanisme partisipasi publik dan keterlibatan masyarakat berjalan efektigf
unuk peningkatan tata kelola pemerintahan dan sistem akuntabilitas. Sementara unsur timbal
balik. Semua lembaga pemerintah dan non pemerintah yang terlibat seharusnya (i) terbuka
atas tujuan pelaksanan kegiatan, kepentingan yang mereka capai, siapa yang mereka wakili;
(ii) harus berkomitmen dan mematuhi semua aturan yang disepakati untuk keterlibatan; dan
(iii) harus bekerja sama untuk mencapai tujuan penugasan.

A. Edukasi dan Media Sosialisasi APBN

Partisipasi publik Indonesia masih perlu ditingkatkan. Hal ini melihat score OBI tahun 2019
sebesar 20. Angka tersebut di atas rata-rata dunia yang masih berkisar pada 14. Hasil
tersebut dihasilkan teruma dari edukasi APBN. Sementara dari sisi saluran/mekanisme
penyaluran aspirasi atas APBN masih menjadi tantangan. Berikut ini upaya pemerintah dalam
meningkatkan edukasi APBN dan partisipasi publik:

Portal Data APBN dan Peta Anggaran Indonesia

Portal data merupakan sebuah upaya Kementerian Keuangan untuk memberikan kemudahan
para pengguna dalam mencari data terkait anggaran dari periode tahun-tahun sebelumnya dan
juga proyeksi anggaran tahun berikutnya. Portal data APBN disusun dengan menggunakan
sumber data yang mudah untuk dapat diolah kembali (format open data). Penyusunan Portal
Data APBN melibatkan Pusintek, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Portal data
APBN dapat dilihat http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/.

Bagian portal data APBN terdiri dari dua bagian inti, yaitu:
1. Dataset
merupakan sebuah data series dalam bentuk format yang mudah diolah (xls dan csv).
Bagian ini:

a. Ringkasan APBN yang terdiri Ringkasan APBN merupakan postur APBN yang terdiri
dari besaran pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran, dan pembiayaan
anggaran series.
b. Pendapatan Negara
Berisi data series pendapatan negara per komponen yang terdiri atas Penerimaan
Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penerimaan Hibah disebut
Pendapatan Negara. Sebagai sumber pendanaan pembangunan, mobilisasi

Satu Dekade Transparansi APBN 43


pendapatan negara merupakan strategi yang mencerminkan kemandirian bangsa
dalam mendanai pembangunan dengan mengutamakan sumber-sumber penerimaan
di dalam negeri.
c. Belanja Pemerintah Pusat
Berisi tentang data series belanja pemerintah pusat per jenis. Belanja tersebut
sebagai wujudu atas kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat, sebagai
komponen dari belanja negara, merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang
sangat strategis di antara berbagai pilar kebijakan fiskal lainnya dalam mencapai
sasaran-sasaran pokok pembangunan nasional seperti yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP). Hal ini terutama karena melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja
pemerintah pusat, pemerintah dapat secara langsung melakukan intervensi anggaran
(direct budget intervention) untuk mencapai sasaran-sasaran program pembangunan
yang ditetapkan pemerintah.
d. Subsidi
Subsidi tersedia baik energi maupun on energi. Hal ini merupakan wujud Pemerintah
memberikan dukungan dalam bentuk pengalokasian anggaran kepada perusahaan
negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk menyediadakan barang atau jasa yang bersifat strategis
atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara
melalui subsidi. Pada tahun 2019, program pengelolaan subsidi dalam belanja
negara diarahkan untuk menjaga stabilitas harga dalam rangka menjaga daya beli
masyarakat, membantu masyarakat miskin sekaligus mengurangi ketimpangan dan
kesenjangan, meningkatkan produktivitas dan menjaga ketersediaan pasokan energi,
pangan, dan papan dengan harga terjangkau, serta meningkatkan daya saing produksi
dan akses permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
e. Anggaran Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses, kualitas,
relevansi, dan daya saing. Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan
upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang
pendidikan dan sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa
alokasi anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari belanja negara. Oleh
karena itu, dalam data anggaran Pendidikan disusun data series anggaran pendidikan
rinci melalui K/L, transfer ke daerah dan dana desa, serta pembiayaan anggaran.
f. Anggaran Kesehatan
Data series anggaran kesehatan yang tersedia per bagian K/L, transfer ke daerah
dan dana desa, dan pembiayaan anggaran. Hal ini merupakan wujud Pemerintah
berkomitmen untuk memenuhi alokasi anggaran kesehatan sebeser 5% dari belanja
negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Anggaran kesehatan tahun 2019 diarahkan untuk : (1) percepatan
peningkatan kepesertaan; (2) peningkatan akses dan kualitas layanan program

44 Satu Dekade Transparansi APBN


JKN; (3) mendorong supply side melalui sinkronisasi pemerintah pusat dan daerah;
(4) mendorong pola hidup sehat melalui Germas; (5) peningkatan nutrisi ibu hamil,
menyusui dan balita, serta imunisasi; (6) percepatan penurunan stunting melalui skema
Program for Result (PforR); dan (7) pemerataan akses layanan kesehatan melalui DAK
Fisik dan pembangunan rumah sakit di daerah menggunakan skema KPBU.
g. Anggaran Infrastruktur
Data series anggaran kesehatan yang tersedia per bagian K/L, transfer ke daerah
dan dana desa, dan pembiayaan anggaran. Hal ini merupakan wujud Pemerintah
mendukung pencapaian visi dan misi pemerintah periode 2014-2019, sebagaimana
tertuang dalam RPJMN 2015-2019, pembangunan infrastruktur memiliki peran yang
penting dalam strategi pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan tema rencana
kerja pemerintah (RKP) . Anggaran infrastruktur dalam APBN dapat diklasifikasikan
dalam 3 kelompok besar, yaitu infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial, dan
dukungan infrastruktur. Infrastruktur ekonomi dimaksudkan untuk pembangunan
(termasuk pemeliharaan) sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka
kelancaran mobilitas arus barang dan jasa, serta kelancaran proses produksi.
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah berbagai kegiatan, baik di K/L, non-K/L, transfer
ke daerah dan dana desa, maupun pembiayaan anggaran, yang antara lain terkait
dengan transportasi, pengairan/irigasi, telekomunikasi dan informatika, perumahan/
permukiman serta energi (ketenagalistrikan, minyak, dan gas bumi).
h. Lain-lain
Menu dataset tersebut menyajikan data sebagai berikut:
(1) Data Central Government Operation (The Special Data Dissemination Standard)
Merupakan dataseries bulanan dari Transaksi Pemerintah Pusat disusun untuk
keperluan analisa dengan menggunakan sistem definisi dan klasifikasi dalam
manual Government Finance Statistics mencakup Pendapatan Negara dan
Hibah, Belanja Negara, Defisit/Surplus Anggaran, dan Pembiayaan.Kementerian
Keuangan mengumpulkan dan menyusun data Operasi Keuangan Pemerintah
Pusat dan mempublikasikan secara tahunan dan semesteran kepada masyarakat
sebagai bagian dari pelayanan kepada masyarakat. Data realisasi transaksi
keuangan pemerintah dicatat setiap bulan secara cash basis yang mencakup
seluruh anggaran Pemerintah Pusat, termasuk anggaran Kementerian dan
anggaran non Kementerian (tidak termasuk operasi non anggaran Pemerintah
Pusat dan skim jaminan sosial) dan belum diaudit.

(2) Laporan Infografis Perkembangan Ekonomi Makro APBN


Laporan Infografis merupakan laporan dalam bentuk grafis yang berisi capaian
indikator ekonomi makro APBN, pendapatan negara, belanja negara, defisit, dan
pembiayaan anggaran per bulan. Dengan penjelasan secara singkat, laporan ini
diharapkan dapat memudahkan bagi pembaca untuk mengetahui perubahan
indikator-indikator tahun berkenaan dibandingkan tahun sebelumnya.

Satu Dekade Transparansi APBN 45


(3) Data realisasi triwulanan APBN
Data realisasi triwulanan APBN merupakan data realisasi APBN yang terdiri dari
pendapatan negara dan hibah, belanja negara, surplus/defisit anggaran, dan
pembiayaan anggaran yang disusun secara triwulanan. Data tersedia mulai tahun
1969.

(4) Ringkasan Alokasi dan Realisasi APBN


Data historis ringkasan Alokasi dan Realisasi APBN yang menyajikan secaa detail
mencakup pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran, dan pembiayaan.
Tersedia sejak tahun 2000.

(5) Alokasi Anggaran Pengentasan Kemiskinan


Data series anggaran kemiskinan disajikan dalam berbagai program. Hal ini sebagai
wujud Pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan termasuk didalamnya
kegiatan membantu masyarakat berpenghasilan rendah, penanggulangan
kemiskinan, dan pencegahan kemiskinan, diantaranya belanja Pemerintah Pusat
(Anggaran beberapa program/kegiatan pada beberapa KL (Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Sosial) dan non K/L, melalui Subsidi Pangan (Subsidi
Beras untuk Masyarakat Miskin) dan Pembiayaan anggaran (penyertaan modal
negara dalam mendukung Kredit Usaha Rakyat)

(6) Data pokok dan realisasi anggaran per tahun update

Peta Anggaran

Peta anggaran merupakan visualisasi data realisasi anggaran baik per jenis, maupun tematik
dengan sebaran wilayah di Indonesia yang disajikan dalam bentuk peta sebagai salah satu
komitmen memudahkan pengguna untuk memahami dan fokus atas wilayah yang akan
menjadi perhatian.

Menu Peta anggaran:


1. Statistik terdiri dari luas wilayah, jumlah kabupaten, jumlah kota, jumlah kecamatan, jumlah
kelurahan, jumlah desa, jumlah penduduk, serta kepadatan penduduk
2. Belanja Pemerintah Pusat yang teridiri dari BPP per jenis belanja, BPP per fungsi, dan BPP
per organisasi
3. Transfer ke daerah dana desa yang terdiri transfer ke daerah dan dana desa
4. Anggaran Pendidikan yang terbagi menjadi:
a. Alokasi Anggaran Pendidikan, yang terbagi alokasi anggaran Pendidikan per kapita,
alokasi anggaran Pendidikan belanja K/L, realisasi anggaran Pendidikan melalui
Belanja K/L, Alokasi Anggaran Pendidikan melalui Belanja K/L, Realisasi Anggaran
Pendidikan melalui Belanja K/L (%), Alokasi Anggaran Pendidikan melalui TKDD,
Realisasi Anggaran Pendidikan melalui TKDD (%)
b. Alokasi Anggaran Pendidikan melalui Belanja K/L yang terdiri dari anggaran Pendidikan
per bagian anggaran K/L

46 Satu Dekade Transparansi APBN


c. Alokasi anggaran Pendidikan melalui TKDD, terdiri dari DAK Fisik bidang Pendidikan,
Dana tunjangan profesi guru PNSD, Dana tambahan Penghasilan guru PNSD, Bantuan
operasional sekolah (BOS), Otonomi Khusus, BOP-PAUD, Dana Peningkatan kapasitas
koperasi dan UKM, Dana tunjangan khusus guru PNSD, BOP kesetaraan, serta BOP
Museum.
5. Anggaran kesehatan yang terdiri dari:
a. Alokasi Anggaran kesehatan, yang terbagi alokasi anggaran kesehatan per kapita,
alokasi anggaran kesehatan belanja K/L, realisasi anggaran kesehatan melalui Belanja
K/L, Alokasi Anggaran Pendidikan melalui Belanja K/L, Realisasi Anggaran kesehatan
melalui Belanja K/L (%), Alokasi Anggaran kesehatan melalui TKDD, Realisasi Anggaran
Kesehatan melalui TKDD (%)
b. Alokasi anggaran kesehatan melalui belanja KL yang dirinci per bagian anggaran K./L
c. Alokasi anggaran kesehatan melalui TKDD yang terdiri dari DAK Fisik, BOK, BOKB, dan
Otsus Papua.
6. Anggaran Perlindungan Sosial
Terdiri dari data anggaran perlindungan sosial melalui Belanja K/L yang dirinci per bagian
anggaran K/L.

Peta anggaran juga menampilkan format data dalam bentuk grafik. Data-data tersebut juga
dapat diunduh dalam format open data (xls.).

Berikut ini contoh hasil tampilan peta anggaran, yang dapat diakses melalui laman
www.peta.data-apbn.kemenkeu.go.id

Satu Dekade Transparansi APBN 47


Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan terkait Edukasi APBN sebagai
salah satu upaya untuk memperkuat partisipasi publik adalah sebagai berikut:
1. DJA Menyapa
Sosialisasi APBN di level tingkat sekolah mengenah menggunakan metode inovasi
program DJA Menyapa melalui kelas inspirasi. definisi kelas inspirasi pada dasarnya adalah
suatu upaya sosial yang dilakukan secara aktif oleh pejabat/pegawai DJA yang memiliki
minat besar untuk berbagi pengetahuan tentang APBN atau hal-hal lain tentang DJA yang
didasarkan atas pengalaman, pengetahuan maupun hasil pendidikan dan pelatihan yang
pernah diperoleh. Pada prinsipnya, setiap pegawai (duta DJA) akan mengajar di kelas
tersebut agar dapat memberikan inspirasi kepada audience melalui berbagi pengalaman/
kisah dan juga memberikan informasi mengenai proses penganggaran dan pekerjaan/
tusi DJA disesuaikan dengan target audience nya. Untuk tahun 2021, kegiatan ini akan
diadakan di beberapa wilayah di Indonesia bagian Barat, Tengah, maupun Timur. Mulai
tahun 2020, kegiatan ini akan diadakan secara online dikarenakan dampak COVID-19.

2. Budget Goes to Campus


Menurut PMK nomor Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Keuangan disebutkan bahwa salah satu fungsi
Direktorat Penyusunan APBN DJA adalah penyiapan pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Kegiatan ini akan membahas beberapat topik sebagai berikut:


a. Informasi seputar pokok-pokok perubahan APBN
b. Postur APBN
c. APBN beserta permasalahannya

Dengan melaksanakan kegiatan ini, maka output yang akan dihasilkan adalah:
a. Memberikan pengetahuan APBN kepada kelompok masyarakat sehingga dapat
memberikan masukan yang konstruktif;
b. Meningkatkan transparansi APBN
c. Mengetahui permasalahan publik terkait kebijakan-kebijakan APBN
d. Mendapatkan masukan mengenai kebijakan APBN dari masyarakat dan akademisi.

Kegiatan ini direncanakan melalui metode Budget Goes To Campus (BGTC) bekerjasama
dengan perguruan tinggi di wilayah Indonesia dengan target peserta yang terpenuhi
yaitu kurang lebih 310 orang. Pada prinsipnya kegiatan BGTC ini akan dihadiri dosen dan
mahasiswa di perguruan tinggi yang juga menjadi pusat kegiatan. Dosen dan mahasiswa
merupakan insan terdidik yang diharapkan dapat mudah menyalurkan aspirasi atas
perkembangan APBN di kawaasannya serta menularkan pengetahuannya ke kelompok
masyarakat lainnya Narasumber berasal dari eksternal lingkungan Direktorat Jenderal
Anggaran, sedangkan panitia merupakan gabungan antara pegawai DJA dengan para
mahasiswa/pegawai di perguruan tinggi. Mulai tahun 2020, kegiatan ini akan diadakan
secara online dikarenakan dampak COVID-19.

48 Satu Dekade Transparansi APBN


3. Olimpiade APBN
Salah satu dasar pelaksanaan kegiatan ini didasarkan pada pandangan prinsip psikologi
cooperative learning (Slavin 1980), dimana salah satu prinsip untuk memberikan insentif
ekstrinsik untuk belajar adalah dengan teori pengharapan pada motivasi, bahwa motivasi
adalah hasil dari nilai yang diberikan seseorang ke keberhasilan dan perkiraan individu itu
tentang kemungkinan keberhasilan. Dari teori tersebut, diperlukan bagaimana cara siswa
menjadi termotivasi untuk belajar lebih keras lagi terkait APBN. Salah satunya melalui
kompetisi yang memperlombakan hal-hal terkait APBN.

APBN menyentuh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari infrastruktur, pendidikan,


kesehatan, hingga keamanan. Pengetahuan terkait APBN mutlak diperlukan bagi semua
khalayak, bagaimana masyarakat bisa memberikan feedback kepada pemerintah terkait
kebijakan APBN yang diambil oleh pemerintah. Kami sadar pengenalan pengetahuan
APBN semenjak dini dirasa perlu, mengingat kurikulum pendidikan terkait APBN, masih
hanya menyentuh luar kulit pengetahuan APBN. Program DJA Menyapa, tak terasa sudah
memasuki tahun ke empat. Sampai dengan akhir tahun 2017, terdapat 19 provinsi, 52
kota, 73 sekolah, 388 guru dan 3820 pelajar SMA yang sudah mendapatkan pemaparan
terkait APBN, dengan tagline “Mari Belajar APBN”.

Olimpiade APBN, mencetak juara anggaran, merupakan inisiatif kami sebagai program
lanjutan dari DJA Menyapa untuk memacu motivasi para siswa untuk berkompetisi.
Dengan sasaran lingkup SMA di seluruh Indonesia, diharapkan para sekolah mendaftarkan
tim-tim terbaik mereka. Kami menjalin kerjasama dengan pihak PKN STAN, sebagai salah
satu bentuk nyata sinergi di lingkup Kementerian Keuangan, untuk mengadakan olimpiade
APBN ini. Pada kesempatan pertama Olimpiade APBN yang sudah berlangsung sejak 2018,
dan di 2019 terdapat 1466 tim dari seluruh provinsi di Indonesia yang memperebutkan
Piala Bergilir Olimpiade APBN.

Inisiatif kegiatan Olimpiade APBN ini dilaksanakan melalui strategi dan rencana sebagai
berikut:
a. Tahap Persiapan
Pihak Direktorat Penyusunan APBN bertemu dengan pihak dari PKN STAN untuk menjalin
kerjasama untuk menjalankan acara ini. Kita membicarakan waktu pelaksanaannya,
bahan ajar apa saja yang akan dilombakan dan mekanisme pelaksaannya. Kegiatan
koordinasi berupa rapat baik di DJA maupun di PKN STAN
b. Babak Penyisihan Awal
Babak penyisihan awal dilakukan dengan sistem online dengan peserta yang dibentuk
dalam tim mewakili sekolah masing-masing yang telah mendaftarkan sekolahnya
dan didapatkan tim yang lolos mewakili regional masing-masing (Regional Indonesia
Barat, Tengah, dan Timur) dengan 1 tim di tiap provinsi.
c. Penyisihan Regional
Babak lanjutan dari penyisihan awal, 15 tim yang telah lolos babak penyisihan 3
regional akan diundang ke PKN STAN untuk mengikuti penyisihan regional sampai

Satu Dekade Transparansi APBN 49


didapat 3 tim terbaik yang lolos menuju babak final.
d. Babak Final
3 Tim dari penyisihan regional akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti babak final
untuk memperebutkan Juara I, II, dan III Olimpiade APBN.

B. Partisipasi Publik

Dalam ranah partisipasi publik, Open Budget Survey menilai kesempatan publik untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses penyusunan APBN. Penilaian mencakup tahap
penyusunan, pelaksanaan dan pencatatan APBN oleh Pemerintah, tahap pembahasan yang
dilakukan di DPR RI, serta tahap pengawasan yang dilakukan oleh BPK. Capaian skor partisipasi
publik Indonesia pada OBI 2019 berada di sekitar 20. Capaian tersebut di atas rata-rata negara
di dunia. Di Kawasan ASEAN pun termasuk yang tertinggi, di bawah Filipina (Open et al. 2019).

Skor partisipasi publik berdasarkan tahapan proses penyusunan APBN (dengan skala 1-100)
sebagai berikut.
1. Penyusunan APBN mencapai nilai 13
2. Pelaksanaan APBN mencapai 25
3. Pengawasan mencapai nilai 56

Dalam praktiknya, partisipasi publik di Indonesia dilakukan secara beragam di tahapan siklus
penyusuna APBN sebagai berikut:

1. Partispasi Publik pada Tahap Penyusunan dan Pelaksanaan APBN


APBN merupakan sebuah undang-undang istemewa, karena otomatis masuk program
legislatif nasional setiap tahun tanpa perlu pengusulan sebagaimana terdapat dalam Pasal
23 UU Nomor 15 tahun 2019 tentang perubahan atas undang-undang nomor 12 tahun
2011 Tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Namun demikia, sebagai
salah satu produk hukum dalam bentuk undang-undang, APBN harus melewati salah satu
tahapan yakni partisipasi masyarakat. Hal ini tercantum sangat jelas dalam Pasal 96 UU
nomor 12 tahun 2011 yang mengatur partisipasi masyarakat:

(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam

50 Satu Dekade Transparansi APBN


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau
d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan atau
kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan
Perundang-undangan.
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-
undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Apabila kita melihat subtansi pengaturan dimaksud, maka praktis masyarakat hanya
memiliki paling banyak 3 bulan untuk melakukan partisipasi publik. Hal ini karena dalam
UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBN wajib disampaikan ke DPR RI pada
bulan Agustus. Sementara, untuk pembahasan APBN di DPR RI, diberikan tenggat waktu
paling lambat akhir Oktober. Namun demikian, pemerintah memberikan kesempatan luas
bagi partisipasi publik sebelum disampaikan RUU APBN ke DPR RI. Bahkan juga bersinergi
dengan pelaksanaan APBN.

Praktik partisipasi dalam tahapan Penyusunan dan Pelaksanaan APBN

Partisipasi publik melalui pemerintah dilakukan dalam tahapa penyusunan dan pelaksanaan
APBN dapat dilakukan melalui jalur Presiden, K/L, dan Pemerintah Daerah.

a. Partisipasi Publik secara langsung melalui Presiden


Presiden dapat bertemu dengan publik untuk membahas terkait APBN. Hampir semua
sektor tidak terlepas dengan APBN. Oleh karena, itu Publik dapat menyampaikan
aspirasi ke Presiden saat kunjungan kerja atau temu langsung, baik terkait usulan
maupun evaluasi program.

Satu Dekade Transparansi APBN 51


b. Partisipasi Publik secara langsung melalui K/L maupun Pemda
Penyampaian partisipasi publik juga dapat dilakukan melalui K/L dengan tahapan
sebagai berikut. Pertama, Publik menyampaikan aspirasi ke K/L , baik terkait usulan
maupun evaluasi program atau Perwakilan masyarakat diundang dan menyampaikan
secara langsung di Musrenbangnas. Selain itu, Jika menggunakan dapat menggunakan
sarana Lapor.go.id yang dikelola oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PANRB) sebagai Pembina Pelayanan Publik,
Kantor Staf Presiden (KSP) sebagai Pengawas Program Prioritas Nasional dan
Ombudsman Republik Indonesia sebagai Pengawas Pelayanan Publik. Kedua, K/L
mengidentifikasi dan menyampaikan usulan program sesuai prioritas nasional
dalam musrenbangnas. Ketiga, Berdasarkan usulan KL maupun masukan publik di
musrenbangnas, serta Lapor.go.id, Bappenas menyampaikan usulan program terkait
prioritas pembangunan di sidang kabinet. Selanjutnya, tahapan terakhir proses
teknokratik yang melibatkan K/L sebagai chief official officer serta Kementerian
Keuangan sebagai chief Financial officer. Dalam proses teknokratik, KL berkoordinasi
dengan Kemenkeu mengidentifikasi usulan tersebut sesuai Prioritas Nasional, dampak
dalam target pembangunan. Serta ketersediaan anggaran dengan untuk dapat diterima
sebagai program DAK atau dijadikan bahan evaluasi dalam pelaksanaan.
Untuk penyampaian melalui
Pemerintah Daerah, tidak jauh
berbeda dengan tahapan di K/L.
Hanya berada di level pimpinan
daerah dan DPRD sebagai
pengambil kebijakan. Selain
itu, Pemerintah daerah juga
menyampaikan usulan DAK
ke pemerintah pusat apabila
mengalami keterbatasan dana
dalam memenuhi aspirasi
publik.

2. Partisipasi Publik dalam Tahap Pembahasan APBN


Pembahasan APBN di DPR secara resmi dilakukan mulai bulan Mei, ketika penyampaian
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal. Namun demikian, DPR RI
dapat melakukan partisipasi publik pada bulan-bulan sebelumnya sesuai dengan jadwal
kunjungan kerja maupun rapat dengar pendapat. Namun demikian, partisipasi publik
dalam pembahasan APBN saat penyampaian RUU APBN ke DPR RI masih membutuhkan
mekanisme yang tepat. Hal ini mengingat keterbatasan waktu pembahasan APBN yang
telah diatur oleh UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Dalam peraturan DPR RI nomor 1 tahun 2020 tentang Tata Tertib, telah diatur dalam Pasal
59 ayat 5d yang mengatur tata pengaturan tugas komisi (DPR 2020), yang berbunyi rapat
dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi maupun atas permintaan pihak lain,

52 Satu Dekade Transparansi APBN


serta Pasal 244 yang mengatur khusus terkait rapat dengar pendapat umum. Pengertian
rapat dengar pendapat umum merupakan rapat antara komisi, gabungan komisi, badan
legislasi, badan anggaran, panitia khusus, atau alat kelengkapan DPR lainnya, dengan
perseorangan, kelompok, organisasi dan badan swasta.

3. Partisipasi Publik dalam Tahap Pengawasan APBN


Keterbukaan publik pada Badan Pemeriksa Keuangan berpegang pada Pasal 19 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara jo. Pasal 7 ayat (5) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang menyatakan bahwa hasil pemeriksaan BPK
yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum.
Selanjutnya ketentuan tersebut diperkuat dengan aturan bahwa Badan Publik untuk
menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah
kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan
sesuai dengan ketentuan melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008.

Untuk mengimplementasikan hal tersebut, BPK mulai aktif membangun media berbasis
teknilogi informasi seperti aplikasi mobile berbasis Android bernama SIPADU (Sistem
Pemantauan Aplikasi Pengaduan), platform online e-PPID (https://e-ppid.bpk.go.id), serta

Satu Dekade Transparansi APBN 53


mengembangkan berbagai media sosial resmi BPK (instagram, Twitter dan Facebook).
Aplikasi SIPADU memungkinkan publik untuk memperoleh informasi terkait pengawasan
APBN serta menyampaikan laporan pengaduan secara online kepada BPK melalui
handphone di manapun berada. Publik dapat memperkaya BPK dalam melakukan tinjauan
terhadap kejadian sebelumnya (insight) maupun proyeksi ke depan (foresight), sehingga
akan dapat digunakan dalam memperkaya pengawasan APBN.

Perbaikan Partisipasi Publik di Indonesia

International Budget Partnertship memberikan catatan untuk perbaikan partisipasi publik


(Open et al. 2019) sebagai berikut:
1. Dalam tahap penyusunan dan pelaksanaan, perbaikan dengan melakukan upaya:
a. Kementerian Keuangan membuat sebuah mekanisme awal (piloting project) terkait
diskusi terbuka dengan kelompok masyarakat atau organisasi
b. Secara aktif terlibat pembahasan dengan kelompok yang termarjinal atau kurang
memiliki keterwakilan;
c. mendorong K/L untuk aktif melakukan diskusi umum terkait APBN secara tematik
(kesehatan, Pendidikan, dan lainnya)
2. Dalam tahap pembahasan dokumen APBN, perbaikan dapat dilakukan melalui pemberian
kesempatan secara luas bagi masyarakat untuk menyaksikan pembahasan APBN dan
pertanggungjawaban APBN di DPR RI
3. Dalam tahap pengawasan, perbaikan dapat diupayakan melalui pengaturan mekanisme
formal agar masyarakat dapat berkontribusi dalam investasi audit yang berkaitan dengan
kelompok dimaksud.

54 Satu Dekade Transparansi APBN


5
Transparansi
APBN di Masa
Pandemi

P
andemi Covid 19 merupakan kebijakan luar biasa yang tentu belum terjadi sejak
Perang dunia ke II pada periode 1940 an. Keadaan yang belum diprediksi sebelumnya
tersebut membuat masyarakat dunia mengalami kepanikan luar biasa. Pembatasan
sosial digaungkan oleh semua negara baik di level perbatasan maupun tingkat masyarakat.
Perekonomian mengalami kegoncangan luar biasa. Hal ini direspon dengan kebijakan
extraordinary yang membuat belanja mengalami peningkatan signifikan. Sementara itu,
perolehan pundi-pundi penerimaan negara jelas merosot tajam. Bahkan penerimaan
negara didiskon untuk menggerakkan kembali ekonomi. Selain prioritas kesehatan melalui
pencegahan penularan dan kematian. Jelas hal yang menjadi fokus pemerintah disini adalah
dampak kemiskinan dan pengangguran.

A. Panduan Transparansi Anggaran di Era Pandemi

Dalam menghadapi keadaan tersebut, Pemerintah harus bergerak cepat dan tepat. Tidak cukup
itu saja. Namun, dapat dilakukan secara transparan dan akuntabel. Dalam kejadian yang luar
biasa tersebut, kunci sukses pengambilan kebijakan anggaran (Wendling et al. 2020) terletak
pada: (1) meyakinkan warga negara dan pelaku usaha untuk mengetahui secara obyektif
terkait alokasi dan biaya paket kebijakan fiskal, serta dampaknya; (2) membantu secara
berkelanjutan dan masif terkait paket kebijakan fiskal, termasuk meyakinkan bahwa kebijakan
tersebut tidak akan sia-sia; (3) memberikan gambaran secara jelas terkait risiko jangka
menengah dan panjang atas kebijakan fiskal yang diambil; (4) memperkuat kepercayaan pasar,
dengan memberikan penjelasan atas kebijakan yang diambil secara konsisten, baik dampak
penguatan dalam jangka pendek maupun sikap kehati-hatian jangka panjang.

Satu Dekade Transparansi APBN 55


Untuk mencapai sasaran kebijakan fiskal tersebut di atas, maka kebijakan fiskal yang diambil
harus memenuhi unsur-unsur (Wendling et al. 2020):
1. Desain Kebijakan Fiskal.
Untuk memenuhi urgensi dan batas waktu terkait kebijakan luar biasa, maka pemerintah
perlu transparan dalam menidentifikasi dan menyajikan indikator sasaran kebijakan
kepada pemangku kepentingan

2. Pelaksanaan
Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana cara yang tepat dalam melakukan kontrol
dan tracking baik dukungan APBN maupun non APBN. Hal ini untuk meyakinkan bahwa
kebijakan darurat yang dilakukan efektif dan tepat sasaran. Dalam hal ini, diperlukan ruang
untuk dapat melakukan penyesuaian atas kebijakan fiskal sesuai kondisi terkini;

3. Pengawasan
Perlu penyusunan prosedur dan mekanisme pengawasan kebijakan publik yang
komprehensif. Mengingat di satu sisi, Pemerintah sedang merancang dan melaksanakan
kebijakan. Namun di sisi lain, perlu dilkaukan pengawasan oleh legislatif, badan pemeriksa,
lembaga non pemerintah maupun masyarakat umum, sehingga kebijakan tetap berada
dalam aturan yang berlaku.

Untuk menyusun dan melaksanakan kebijakan luar biasa tersebut, Pemerintah perlu bersinergi
secara baik dengan semua komponen baik legislastif dan yudikatif. Hal tersebut dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia dalam menyusun kebijakan luar biasa menghadap Pandemi Covid
19.

“Terima kasih, diskusi ini merupakan salah satu topik paling penting bagi Kementerian Keuangan.
Jika berbicara tentang akuntabilitas, transparansi, dan kredibilitas merupakan sebuah mata
uang yang nyata dalam perbendaharaan seorang reputasi internasional Menteri Keuangan.
Akuntabilitas merupakan prioritas tertinggi. Dalam menghadapi Situasi Covid, kita menghadapi
situasi yang luar biasa (extraordinary), bukan situasi yang normal. Bukan APBN yang normal.
Kita seperti dalam keadaan yang kena serangan tanpa persiapan, sehingga kita benar-benar
seperti seorang yang awam. Termasuk jika kamu berniat untuk accountable saat menghadapi
keadaan extrardinary. Kamu harus berpikir dulu tentang keadaan extraordinary juga. Pertama,
dalam normal situasi, APBN biasanya dibangun melalui proses yang sangat terbuka. Melibatkan
pembahasan bersama DPR. Penyusunan yang bersifat bottom up dan proses dengar pendapat
bersama masyarakat untuk mendapatkan apa kebutuhan dan apa sasaran pembangunan untuk
disusun dalam APBN. Setelah itu baru kita desain APBN, kita sampaikan rancangan UU untuk
disetujui, lalu diipublikasi agar masyarakat dapat mengetahui berapa biaya dialokasikan dan
kemana. Nah saat dalam Covid. Kamu memperoleh kendala yang besar. Orang tidak bisa pergi
secara bebas. Sementara ekonomi terkontraksi. Penerimaan negara juga jatuh, khususnya

56 Satu Dekade Transparansi APBN


pajak sangat turun. Di sisi lain peningkatan bersifat eksponensial secara dramatis. Anda harus
memikirkan pengeluaranuntuk rumah tangga untuk melindungi masyarakat melalui peningkatan
jaring pengaman sosial, mendukung Usaha kecil, serta mendukung usaha besar. Karena semua
terdampak Covid.

Bagaimana kita harus memberikan akuntabilitas dalam desain APBN yang sangat berubah
drastis? Berubah karena kebutuhan mendesak sebagai dampak respon pemerintah dalam
menangani Covid 19. Dalam Kasus Indonesia, pertama, Pemerintah (Presiden) mengeluarkan
peraturan mendesak yakni peraturan pemerintah pengganti undang-undang karena ini situasi
yang emergency. Dan Perpu menjelaskan secara eksplisit tentang pengaturan keuangan negara
khususnya APBN dilakukan dalam keadaan yang mendesak. Berdasarkan Perppu tersebut kita
menyusun postur detail untuk APBN yang baru, jadi kita merevisi APBN. Mungkin saya beruntug,
dalam kasus Indonesia, Parlemen sangat mendukung kebijakan extraordinary yang dilakukan
Pemerintah. Saya berkomunikasi dan berkonsultasi dengan DPR. Hampir tidak ada ungkapan
keberatan maupun kesulitan dari DPR, karena DPR sangat mendukung tindakan cepat dan
efektif Pemerintah. Dan hal itu mengapa APBN kami dapat berubah secara drastis dari defisit 1,7
persen PDB menjadi 6,7 persen terhadap PDB hanya dalam 6 bulan. Dan masyarakat ingin tahu
mengapa tiba-tiba Anda meningkatkan defisit dalam jumlah besar? jadi harus kami jelaskan,
karena di satu sisi pendapatan turun, pengeluaran meningkat di sisi lainnya. Bahkan pengeluaran
akan dapat meningkat kembali karena ketidakpastian, karena biasanya kita tidak tahu yang akan
terjadi. Jadi kita mencoba menjaga akuntabilitas secara transparan. Semua proses sangat
sangat sangat transparan. Rincian program sangat detail atas program penannganan Covid 19.
Mengapa harus memotong anggaran untuk direalokasi ke dalam program penanganan Covid
19 sebesar 1% terkait kesehatan dari PDB kepada DPR. Terdapat apa rincian program tersebut.
Kita mengalokasikan berbagai macam pengeluaran seperti meningkatkan kapasitas/daya
tampung rumah sakit. Kita harus meningkatkan pengeluaran untuk melindungi rumah tangga
yang terdampak. Kita juga harus mengalokasikan kompensasi terhadap pasien yang terkena
Covid 19. Kita juga harus membayar atas testing, serta kebutuhan lainnya. Alokasi perlindungan
sosial meningkat tiga kali, 300 persen. Anda harus menjelaskan siapa yang mendapatkan alokasi
terbesar terkait peningkatan anggaran yang signifikan. Kita memiliki target awal, terus target
perluasan, kita memiliki target perluasan, by name by address dan by call number, dan area target.
Sistem di Indonesia juga tidak sempurna. Saya harus memulai dengan data yang tidak lengkap.
Sistem kadang-kadang memang belum siap secara penuh. Ketika kamu lihat, jaring pengaman
sosial selalu saja ada exlussion maupun inclussion error. Selalu ada orang yang mencoba untuk
mendapatkan manfaat dari itu dari situasi darurat, sehingga Anda harus siap untuk belajar dan
mengungkapkan tentang model potensi seperti itu. Kami berbicara dengan auditor internal untuk
melakukan pengawasan, bahkan dalam saat penyusunan kebijakan dilakukan. Dan kemudian
kami juga bekerja sama dengan penegak hukum, saksi potensial yang bisa menjelaskan hal
dimaksud. Dan itu, karena kami sangat sangat terbuka tentang apa desainnya.Dan kita coba
untuk melakukannya dalam situasi yang luar biasa yang harus direspon. Tetapi situasi luar
biasa bukan berarti kita tidak akuntable yang artinya berkompromi pada Integritas. Kita justru
berbicara jelas dan akan menginformasikan kepada dengan Anda, bahwa akuntabilitas dan

Satu Dekade Transparansi APBN 57


transparansi merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari respon kebijakan. Dalam
kasus ini, respon anggaran. Kita hanya menjadi salah satu instrumen yang terpenting. Dan dalam
merespon situasi ini, Anda tidak perlu menunggu harus siap. Bersikaplah terbuka dan dapatkan
banyak umpan balik dari publik beberapa tahun ke depan. Anda memulai kepercayaan seperti ini
merupakan hal yang sangat penting, terutama ketika harus mengumpulkan kembali anggaran.
Kita tidak tahu akan menemukan seperti ini lagi pada masa akan datang. Anda tahu, kita harus
mengalokasikan kebutuhan anggaran atau memulihkan kesinambungan. Dan itulah mengapa
kita membuat anggaran yang tidak popular bak mengumpulkan kombinasi gambar. Kita sebagai
Menteri Keuangan harus bersama-sama memastikan anggaran tetap sehat. Oleh karena itu, kita
harus menjaga kredibilitas dan Kepercayaan. Hal tersebut merupakan harta yang paling bernilai
dari kelas paling atas. Terima kasih”.

Pidato Menteri Keuangan, Sri Mulyani


Seminar Internasional International Budget Partnership (IBP)
16 Desember 2020

Sebagai tambahan informasi, di dalam Open Budget Survey 2021, International Budget
Partnership juga mencoba untuk menyiapkan dokumen tambahan yang disebut “the OBS
COVID module”. Dalam konteks ini, IBP akan menambahkan dokumen suplemen untuk
melakukan penilaian secara cepat (rapid assessment) terhadap transparansi dan akuntabilitas
dari paket-paket kebijakan fiskal darurat COVID-19 yang berlangsung selama periode 1 Maret
sampai dengan 30 September 2020. Adapun tujuan utama dari rapid assessment tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendokumentasikan proses transparansi dan akuntabilitas dari seluruh aspek
terkait pengelolaan fiscal selama krisis COVID-19 di seluruh negara di dunia
2. Untuk menginformasikan dialog kebijakan dengan pemerintah negara-negara di seluruh
dunia tentang praktik transparansi dan akuntabilitas selama masa pandemi; dan
3. Untuk berkontribusi pada forum diskusi internasional yang sedang berlangsung maupun
di masa yang akan datang, terkait norma-norma global yang muncul seputar manajemen
fiscal selama mas krisis.

Periode penilaian cepat ini berlangsung dari bulan Desember 2020 sampai dengan Januari
2021, dengan peserta sebanyak 120 negara. Adapun hasil temuan dari rapid assessment
tersebut akan diterbitkan pada bulan April 2021. Penelitian untuk penilaian cepat COVID-19
akan dilakukan melalui serangkaian 26 indikator baru yang dirancang berdasarkan norma dan
standar yang muncul yang sedang dikembangkan oleh berbagai badan internasional, antara
lain, seperti IMF, INTOSAI, Inisiatif Global untuk Transparansi Fiskal/Global Initiative for Fiscal
Transparency (GIFT), dan Open Contracting Partnership. Indikator-indikator ini disusun menjadi
empat bagian: gambaran umum naratif tentang fakta-fakta utama tentang paket kebijakan
fiskal darurat pemerintah dan tiga rangkaian indikator tentang aspek desain, implementasi,
dan pengawasan paket-paket kebijakan tersebut.

58 Satu Dekade Transparansi APBN


Modul COVID ini akan menilai transparansi, partisipasi, dan pengawasan paket kebijakan fiskal
darurat yang diperkenalkan oleh pemerintah sebagai respon terhadap pandemi COVID-19.
Ungkapan “paket kebijakan fiskal darurat” mengacu pada serangkaian tindakan fiskal yang
komprehensif - termasuk pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan, dan pengaturan
kelembagaan terkait - yang diadopsi oleh pemerintah pusat untuk menanggapi berbagai aspek
krisis COVID-19. Dalam banyak kasus, tindakan tersebut mencakup dukungan fiskal langsung
(misalnya, tindakan pengeluaran seperti transfer tunai), tindakan keringanan pajak (misalnya
penangguhan pajak atau pengurangan pajak sementara), dan kredit dan dukungan likuiditas
(misalnya pinjaman darurat dan jaminan pinjaman). Penilaian tidak akan mencakup tanggapan
kebijakan yang menggunakan kebijakan moneter, dan tanggapan kebijakan oleh pemerintah
daerah.

Paket kebijakan fiskal darurat dapat tersaji dalam bentuk yang berbeda-beda, dapat berupa
anggaran tambahan, undang-undang khusus lainnya, keputusan darurat, dan lain sebagainya.
Para peneliti harus menentukan opsi mana yang relevan di negara mereka. Di beberapa negara,
kebijakan respons COVID mungkin telah disetujui sebagai bagian dari proses anggaran tahunan
reguler, misalnya di negara-negara yang menggunakan tahun fiskal Juli hingga Juni. Jika lebih
dari satu paket kebijakan fiskal darurat telah diperkenalkan, maka peneliti harus memilih paket
terbesar sebagai dasar penilaian, atau paket yang secara umum dianggap paling penting
untuk tanggap pandemi. Dalam kasus apapun, peneliti harus menghubungi kontak IBP mereka
untuk berkonsultasi tentang paket mana yang perlu dipertimbangkan, dan jika ada pertanyaan
tentang tindakan pemerintah mana yang memenuhi syarat untuk penilaian.

Kuesioner disusun dalam empat bagian. Pada Bagian 1, peneliti akan diajukan serangkaian
pertanyaan tentang paket kebijakan fiskal darurat yang diperkenalkan oleh pemerintah
mereka. Peneliti diharapkan memberikan tanggapan naratif yang jelas di kotak jawaban.
Tautan dan bukti tambahan dapat dimasukkan ke dalam kotak referensi. Di Bagian 2, 3, dan
4, setiap indikator akan memiliki serangkaian opsi jawaban yang mencakup jenis data atau
informasi tertentu yang harus diterbitkan pemerintah. Pilihan jawaban ini akan disajikan
sebagai serangkaian “kotak centang”, dan peneliti akan menilai mana yang termasuk dalam
dokumen dan informasi yang dipublikasikan. Peneliti kemudian akan memilih semua opsi
yang berlaku. Jika tidak ada opsi yang dipublikasikan, peneliti harus memilih “tidak satu pun di
atas”. Peneliti akan diminta memberikan semua detail yang diperlukan untuk menjelaskan dan
membenarkan jawaban mereka. Ini termasuk menyediakan di kotak referensi kutipan lengkap
untuk setiap bagian informasi yang diterbitkan (termasuk sumber informasi, nama dokumen,
tautan web, nomor halaman, tabel, dll.), Serta menambahkan informasi tambahan atau detail
yang mendukung pilihan jawaban ke kotak komentar.

Sebagai sisten penilaian yang menggunakan mode dipercepat, Modul COVID tidak akan
ditinjau oleh peninjau sejawat (peer reviewer). Semua tanggapan akan ditinjau oleh IBP untuk
memastikan kepatuhan terhadap metodologi dan perbandingan lintas negara.

Selain itu, sifat Modul COVID yang cepat dan disederhanakan berarti dapat dipastikan bahwa
tingkat cakupan dan detail akan sedikit lebih dangkal dibandingkan dengan OBS versi lengkap,

Satu Dekade Transparansi APBN 59


dan bahwa rekomendasi kebijakan kemungkinan besar akan lebih umum. Selain itu, metodologi
akan menyiratkan tingkat subjektivitas dan interpretasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan OBS versi lengkap. Namun demikian, diharapkan Modul COVID akan menghasilkan
informasi yang mendesak dan tepat waktu yang dapat membantu menginformasikan
dan membentuk pendekatan pemerintah terhadap keterbukaan fiskal selama krisis, dan
memberikan kesempatan bagi warga negara dan masyarakat sipil untuk lebih memahami dan
mempengaruhi kebijakan dan proses anggaran dalam waktu yang extraordinary ini.

B. Pembentukan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional

Sebagai wujud respon cepat kebijakan Pemerintah tidak saja diewajantahkan dalam bentuk
kebijakan, tetapi juga dalam bentuk kelembagaan. Sejak awal Pandemi Covid 19, dibentuk
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dengan masa tugas Maret sampai dengan
Juli 2020. Namun demikian, satuan tugas ini dianggap belum merefleksikan prioritas ekonomi
yang juga menjadi prioritas. Untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan penanggulangan
penyakit koronavirus 2019 dan Pandemi COVID-19 di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite
Penanganan Coronavirus Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (disingkat KPCPEN)
melalui Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 yang akhirnya diubah dengan Perpres No
108 Tahun 2020.

KPCPEN terdiri dari 3 unsur yakni Komite Kebijakan, Satuan Tugas Penanganan Covid 19, serta
Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional. Komite Kebijakan memiliki
tugas untuk dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 serta pemulihan perekonomian
dan transformasi ekonomi nasional dengan uraian:
1. Menyusun rekomendasi kebijakan strategis kepada Presiden
2. Mengintegrasikan dan menetapkan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan strategis
serta terobosan yang diperlukan
3. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan strategis

Susunan Komite Kebijakan KPCPEN yakni:


Perpres No 108
Susunan Perpres No 82 Tahun 2020
Tahun 2020

Ketua Menko Bidang Perekonomian Tetap

Wakil Ketua I Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Tetap

Wakil Ketua II Menko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tetap

Menko Bidang Pembangunan Manusia dan


Wakil Ketua III Tetap
Kebudayaan

60 Satu Dekade Transparansi APBN


Perpres No 108
Susunan Perpres No 82 Tahun 2020
Tahun 2020

Wakil Ketua IV Menteri Keuangan Menteri BUMN

Wakil Ketua V Menteri Kesehatan Menteri Keuangan

Wakil Ketua VI Menteri Dalam Negeri Menteri Kesehatan

Wakil Ketua VII - Menteri Dalam Negeri

Ketua Pelaksana Menteri BUMN -

Sekretaris Eksekutif I Raden Pardede Tetap

Sekretaris Eksekutif II Sekretaris Menko Bidang Perekonomian Tetap

Perubahan susunan KPCPEN melalui Perpres No 108


Tahun 2020 dengan menambah Wakil Ketua untuk memberikan dorongan lebih kuat kepada
BUMN sebagai mesin penggerak dalam pemulihan ekonomi. Sementara itu, Satuan tugas
penanganan Covid 19 yang diemban oleh Kepala BNPB memiliki tugas terutama melaksanakan
dan mengendalikan implementasi kebijakan strategis yang berkaitan dengan penanganan
Covid 19. Sementara itu, satuan tugas pemulihan dan transformasi ekonomi nasional yang
dijabat oleh Wakil Menteri BUMN I, bertugas terutama melaksanakan dan mengendalikan
implementasi kebijakan strategis denga pemulihan dan transformasi ekonomi nasional.

KPCPEN memberikan kepastian bahwa desain kebijakan publik dilakukan subject to be


discussed antar pemangku kepentingan di internal Pemerintahan. KPCPEN juga melakukan
konferensi pers secara berkala terkait kebijakan yang diambil baik terkait penanganan Covid
19 maupun pemulihan ekonomi nasional.

C. Konsultasi bersama Lembaga Legislatif

Untuk memastikan program penanganan Covid 19 dapat berjalan secara efektif, efisien,
dan tepat sasaran, Pemerintah melakukan konsultasi kepada DPR RI yang dilakukan secara
kontinyu. Tercatat beberapa rapat pemerintah yang membahas program penanganan Covid
19 termasuk PEN di luar pembahasan dokumen APBN (Laporan Semester I APBN 2020, KEM
PPKF maupun APBN tahun 2021) sebagai berikut:

Satu Dekade Transparansi APBN 61


No Hari, Tanggal Jenis Rapat Agenda
Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI
1. Selasa, 4 Mei 2020 Rapat Kerja dengan Pembicaraan Tk I/pembahasan
Menkeu dan Menhukham RUU tentang Perpu no 1 tahun
2020
Rapat Kerja Komisi XI
1 Senin, 6 April 2020 Raker dengan Menkeu, Perkembangan kondisi
Gub. BI, Ketua DK OJK Perekonomian Nasional ditengah
dan Ketua DK LPS Wabah COVID-19
2. Senin, 6 Juli 2020 Raker dengan Menkeu dan Menindaklanjuti Surat Menteri
Gubernur BI Keuangan terkait Perkembangan
Skema Burden Sharing
Pembiayaan PEN
3. Kamis, 12 November 2020 Rapat Kerja dengan : Progress Realisasi Pelaksanaan
Menteri Keuangan APBN Perpres 72/2020;
Gubernur Bank Indonesia Progress Realisasi Pelaksanaan
Ketua DK OJK Program PEN;
Ketua DK LPS Perkembangan Stabilitas Sistem
Keuangan.

Setelah diterbitkan Perpu no 1 tahun 2020, Pemerintah menyampaikan Surat Presiden nomor:
R-19/Pres/04/2020 tanggal 1 April 2020, perihal penetapan Perpu no 1 tahun 2020 untuk
menjadi undang-undang. Atas dasar surat tersebut, DPR RI menggelar Rapat Konsultasi
pengganti Rapat Bamus tanggal 30 April 2020, yang menyepakati bahwa pembahasan
RUU tentang penetapan Perpu no 1 tahun 2020 diserahkan kepada Badan Anggaran DPR
RI. Berdasarkan pembahasan pemerintah dan Badan Anggaran, akhirnya dapat dilakukan
kesepakatan Rapat Kerja Pembahasan Badan Anggaran DPR RI pada tanggal 4 Mei tahun
2020. Selanjutnya dilakukan penetapan Perpu yang dilakukan pada Rapat Paripurna DPR RI
tanggal 12 Mei 2020 sehingga menjadi UU no 2 tahun 2020.

Selain dengan Badan Anggaran DPR RI, pemerintah juga melakukan konsultasi dengan
Komisi XI DPR RI terkait perkembangan makro fiskal secara berkala. Pembahasan ini semakin
berkembang setelah digulirkan program PEN tahun 2020. Dalam rapat ini juga dihadiri oleh
Gubernur Bank Indonesia, Ketua DK OJK, serta Ketua DK LPS.

D. Pengawasan Kebijakan Fiskal di Saat Pandemi

Upaya pengawalan sudah dilakukan mulai tahap awal di internal pemerintah melalui Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pengawalan tersebut dilakukan baik dalam tahap
penyusunan maupun pelaksanaan kebijakan. Dalam tahap penyusunan, APIP terlibat dalam
proses revisi anggaran program penanganan Covid 19 dan Pemulihan ekonomi nasional
sebagaimana dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor: 39/PMK.02/2020 tentang Tata Cara

62 Satu Dekade Transparansi APBN


Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2020. Sementara itu, proses pengawalan dalam pelaksanaan
berpedoman pada peraturan menteri keuangan Nomor 75/PMK.09/2020 tentang pedoman
pengawasan pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional Dalam rangka mendukung
kebijakan keuangan negara untuk penanganan Pandemi corona virus disease 2019 (covid-19)
dan/atau menghadapi Ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas Sistem keuangan serta penyelamatan ekonomi nasional. Dalam peraturan dimaksud,
APIP diwajibkan menyusun Rencana Pengawasan dengan memuat risiko pelaksanaan
anggaran yakni (1) memperhatikan risiko pelaksanaan anggaran, antara lain: a. perencanaan
dan pergeseran anggaran tidak sesuai kebutuhan; b. realisasi belanja dan pembiayaan tidak
tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat kualitas; c. pertanggungjawaban tidak
benar dan atau tidak didukung bukti yang memadai; d. menurunnya kepuasan masyarakat;
dam e. menurunnya reputasi pemerintah.

Pemerintah juga memberikan dukungan penuh atas pemeriksaan melalui lembaga


independen yang dilakukan oleh BPK. Hal tersebut diawali dengan pertemuan Pemeriksaan
atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam Pandemi antara Presiden RI
dan Ketua BPK pada tanggal 8 September 2020. Dalam pidatonya, Presiden RI memberikan
dukungan penuh atas pemeriksaan keuangan negara terutama dalam Pandemi Covid 19 yang
akan dilakukan oleh BPK. Kerjasama Pemerintah, OJK, BI, BUMN, dan Pemerintah Daerah
dengan BPK dilakukan secara baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan terselesaikannya Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2020 beserta Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
Semester I Tahun 2020 dengan tepat waktu meskipun dalam situasi sulit akibat pandemi
Covid-19. Dalam laporan IHPS terdiri atas 680 hasil pemeriksaan dengan rincian 634 di
antaranya adalah laporan hasil pemeriksaan keuangan, 7 laporan hasil pemeriksaan kinerja,
dan 39 laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Untuk laporan keuangan pemerintah
pusat terdiri atas 89 LHP, yaitu 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), 86 Laporan
Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL), 1 Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara
(LKBUN), dan 1 Laporan Keuangan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Tahun 2019. Sementara
itu, untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), BPl telah memeriksa 541 dari 542
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Pemeriksaan ini dilakukan juga sampai dengan
akhir tahun atau disebut laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) tahun 2020 yang akan
dilakukan pada tahun 2021.

Satu Dekade Transparansi APBN 63


64 Satu Dekade Transparansi APBN
Daftar Pustaka

DPR. 2020. Tata Tertib.


Benito, B., and F. Bastida. 2009. “Budget Transparency, Fiscal Performance, and Political
Turnout: An International Approach.” Public Administration Review.
Capasso, S., L. Cicatiello, E. De Simone, G. L. Gaeta, and ... 2020. “Fiscal Transparency and Tax
Ethics: Does Better Information Lead to Greater Compliance?” Journal of Policy ….
Cicatiello, Lorenzo, Elina De Simone, Salvatore Ercolano, and Giuseppe Lucio Gaeta. 2021.
“Assessing the Impact of Fiscal Transparency on FDI Inflows.” Socio-Economic
Planning Sciences 73. doi: 10.1016/j.seps.2020.100892.
Farhan, Yuna. 2017. “The Road to Budget Transparency in Indonesia.” (September):21.
Fund, International Monetary. 2017. THE 2017 JOINT REVIEW OF THE STANDARDS AND CODES
INITIATIVE. Washington, DC.
Fund, International Monetary. 2018. Fiscal Transparency Handbook (2018).
Group, The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. 2013.
“Stock-Take, Global of Social Accountability Initiatives for Budget Transparency and
Monitoring.” P. 132 in Budget Transparency initiative. Washington, DC: Group, The
International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank.
Hameed, F. 2005. “Fiscal Transparency and Economic Outcomes. International Monetary
Fund.”
Anon. 2021. “Meld. St. 1 (2020 – 2021).” 1.
HMT. 2020. Budget 2020: Delivering on Our Promises To.
Open, The, Budget Survey, Global Report, and Data Explorer. 2019a. “70 /100 (.” 1–10.
Open, The, Budget Survey, Global Report, and Data Explorer. 2019b. “Philippines.” 1–10.
Treasury, MOF. 2020. Budget 2021.
Hong, Sounman, and B. Shine Cho. 2018. “Citizen Participation and the Redistribution of Public
Goods.” Public Administration 96(3):481–96. doi: 10.1111/padm.12521.
Joshi, Anuradha. 2012. “Do They Work? Assessing the Impact of Transparency and
Accountability Initiatives in Service Delivery.” Development Policy Review 31(2013).
doi: 10.1111/dpr.12018.
Kristensen, Jens Kromann, Martin Bowen, Cathal Long, and Shakira Mustapha. n.d.
INTERNATIONAL DE VELOPMENT IN FOCUS PEFA , Public Financial Management ,
and Good Governance.
Nasution, Anwar. 2009. “Good Governance 2 ).” Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara

Satu Dekade Transparansi APBN 65


Dalam Era Reformasi 1–49.
Robinson, Mark. 2006. Budget Analysis and Policy Advocacy: The Role of Nongovernmental
Public Action. ISBN-13: 978 1 85864 625 1. London.
Zandy, Janet. 2019. “Universal Declaration of Human Rights.” Radical Teacher 113:54–55. doi:
10.5195/rt.2019.591.
International Budget Partnership. 2010. “Guide to Transparency in Government Budget
Reports.” International Budget Partnership 25.
International Budget Partnership. 2020. “Guide to the Expedited Assessment of the
Transparency of COVID Related Fiscal Measures: An Explanation of the Indicators
and the Response Options”
Kaufmann, D., and A. Bellver. 2005. “Transparenting Transparency: Initial Empirics and Policy
Applications.” Available at SSRN 808664.
May, O. 2001. “OECD Best Practices for Budget Transparency.”
Seifert, Jan, Ruth Carlitz, and Elena Mondo. 2013. “The Open Budget Index (OBI) as a
Comparative Statistical Tool.” Journal of Comparative Policy Analysis: Research and
Practice 15(1):87–101. doi: 10.1080/13876988.2012.748586.
Shields, J., and M. Petrie. 2009. “Producing a Citizens’ Guide to the Budget: Why, What, and
How?” .
Global Initiative for Fiscal Transparancy. 2016a. “High-Level Principles on Fiscal Transparency,
Participation and Accountability.” Global Initiative for Fiscal Transparancy. Retrieved
(http://www.fiscaltransparency.net/ft_principles/).
Global Initiative for Fiscal Transparancy. 2016b. Principles of Public Participation in Fiscal
Policies. Washington, DC.
Open, The, Budget Survey, Global Report, and Data Explorer. 2019. “70 /100 (.” 1–10.
Slavin, R. E. 1980. “Cooperative Learning.” Review of Educational Research.

Anon. 2021. “Meld. St. 1 (2020 – 2021).” 1.


HMT. 2020. Budget 2020: Delivering on Our Promises To.
Open, The, Budget Survey, Global Report, and Data Explorer. 2019a. “70 /100 (.” 1–10.
Open, The, Budget Survey, Global Report, and Data Explorer. 2019b. “Philippines.” 1–10.
Treasury, MOF. 2020. Budget 2021.
Wendling, Claude, Virginia Alonso, Sandeep Saxena, Vincent Tang, and Concepcion Verdugo.
2020. “Keeping the Receipts: Transparency, Accountability, and Legitimacy in
Emergency Responses.” –8.

66 Satu Dekade Transparansi APBN


Proses siklus Anggaran berjalan seperti rantai, mulai dari awal Januari
sampai dengan penghujung tahun. Semua proses tersebut dijalankan
secara transparansi sesuai kode etik yang digariskan dalam asas
professional. Peringkat Open Budget Index Indonesia yang terus
meningkat, bukan menjadi hasil akhir upaya peningkatan transparansi
anggaran di Indonesia. Hasil Open Budget Survey yang dilakukan
oleh International Budget Parnertship merupakan cermin objektif
untuk melihat kekurangan dan kelebihan Indonesia dibandingkan
negara lainnya. Dari sisi capaian, masih banyak ruang yang perlu
diperbaiki bagi Indonesia. Dari sisi pemenuhan materi, masih ada
ruang untuk perbaikan seperti penyajian aset non keuangan dalam
Nota Keuangan dan capaian kinerja K/L di LKPP. Sementara itu, dari sisi
partisipasi publik, perlu dibangun saluran partisipasi publik. Dengan
hadirnya buku “Satu Dekade Transparansi APBN”, Pemerintah
diharapkan mampu sedikit merefleksi hasil capaian atas upaya yang
berkelanjutan dalam sepuluh tahun ini. Refleksi tersebut untuk
mengatur strategi dalam perjalanan peningkatan transparansi
anggaran periode berikutnya. Bagi masyarakat luas, buku ini dapat
menjadi bahan untuk memberikan saran dan kritik yang konstruktif
dalam upaya peningkatan transparansi anggaran di Indonesia.

Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Anggaran

Anda mungkin juga menyukai