Full Buku Satu Dekade Transparansi APBN - Final
Full Buku Satu Dekade Transparansi APBN - Final
Transparansi
APBN Indonesia (2010-2020)
2021
Satu Dekade Transparansi APBN Indonesia (2010-2020)
ISBN 9786239641221
Copyright © 2021
Penanggung jawab:
Penulis:
Lisno Setiawan
Editor:
Eko Kurniawan
Bayu Segara
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin
Sambutan
Direktur Jenderal Anggaran
P
uji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kita masih diberi kesempatan untuk mengabdi kepada
negara yaitu melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keuangan negara, yang
salah satunya adalah dalam bidang penganggaran dan penyusunan APBN.
Transparansi Anggaran menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam keuangan negara saat
ini. Dari tahap awal, pemerintah sangat terbuka akan masukan-masukan publik terkait
penyusunan APBN. Ketika Pemerintah menyampaikan dokumen APBN ke DPR RI, rakyat pun
dapat memperoleh dokumen yang sama dalam waktu yang singkat. Hal ini berlanjut pada
saat pembahasan APBN di DPR yang bersifat terbuka. Semua media dapat mengikuti jalannya
pembahasan mulai dari paripurna awal, pembahasan di badan anggaran dan komisi di DPR,
rapat dengan DPD RI, sampai dengan paripurna pengambilan keputusan TK II DPR RI.
Dalam pelaksanaan, proses transparansi ini juga dilakukan secara berkala. Setiap bulan,
Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi APBN Kinerja dan Fakta yang berisi ulasan
terkait realisasi APBN periode termutakhir. Pada tengah tahun, Pemerintah juga menyampaikan
Laporan Semester I APBN. Penyampaian laporan tersebut bahkan dilakukan pada periode
akhir tahun yang disebut Laporan Realisasi Sementara APBN.
Transparansi pada akhir tahapan tentu pada proses penyusunan LKPP. Setelah dilakukan
pencatatan oleh Pemerintah, BPK melakukan audited secara independen. Hasil audited ini
yang akan jadi bahan evaluasi secara seksama oleh DPR RI.
Proses siklus Anggaran berjalan seperti rantai, mulai dari awal Januari sampai dengan
penghujung tahun. Semua proses tersebut dijalankan secara transparansi sesuai kode etik
yang digariskan dalam asas professional. Oleh karena itu, Buku “Satu Dekade Transparansi
APBN” menjadi sebuah potret perjalanan Kementerian Keuangan untuk mendokumentasikan
upaya-upaya peningkatan keterbukaan anggaran berdasarkan lintasan siklus anggaran yang
telah dilalui 10 tahun lalu. Harapannya, Kementerian Keuangan dapat mengambil pelajaran
berharga dan memotivasi diri untuk meningkatkan capaian transparansi anggaran. Selain itu,
tentu bagi pemangku kepentingan dapat memberikan masukan berharga untuk peningkatan
tata kelola keuangan negara yang baik, khususnya transparansi anggaran.
Isa Rachmatarwata
T
ransparansi APBN merupakan sebuah awal dari proses untuk meraih sebuah
kepercayaan atau trust dari rakyat dan dunia internasional bagi Pemerintahan
sebuah negara. Mengutip pernyataan yang disampaikan oleh International Budget
Partnership, organisasi internasional yang telah menjadi mitra sejak beberapa tahun lalu,
“Governments are the stewards, not the owners, of public funds”. Oleh karenanya, kami
meyakini bahwa kami harus terus berjuang untuk mencapai sebuah kepercayaan tertinggi
dari publik selaku pemberi amanat, serta melaksanakannya dengan penuh tanggungjawab.
Sejalan dengan hal tersebut, penting bagi Pemerintah untuk mendeteksi indikator
transparansi APBN, mulai dari tahap penyusunan sampai dengan pengawasan. Dalam
hal ini, kemauan kuat dan sinergi kelembagaan menjadi kunci untuk memenuhi komitmen
tersebut. Pengukuran transparansi anggaran dilakukan oleh lembaga internasional yang
didasarkan pada standar internasional yang menjadi kesepakatan banyak negara. Sejak era
reformasi keuangan negara pada tahun 2003, asas transparansi anggaran sudah masuk
dalam asas profesional yang mewarnai sistem keuangan negara di Indonesia. Proses
ini semakin lengkap seiring reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan yang dimulai
secara struktural pada tahun 2007. Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 terkait
Keterbukaan Informasi Publik turut membuka sekat-sekat kewenangan Badan Publik untuk
menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah
kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan.
Peringkat Open Budget Index Indonesia yang terus meningkat, bukan menjadi hasil akhir
upaya peningkatan transparansi anggaran di Indonesia. Hasil Open Budget Survey yang
dilakukan oleh International Budget Parnertship merupakan cermin objektif untuk melihat
kekurangan dan kelebihan Indonesia dibandingkan negara lainnya. Dari sisi capaian, masih
banyak ruang yang perlu diperbaiki bagi Indonesia. Dari sisi pemenuhan materi, masih ada
ruang untuk perbaikan seperti penyajian aset non keuangan dalam Nota Keuangan dan
capaian kinerja K/L di LKPP. Sementara, dari sisi partisipasi publik, perlu dibangun saluran
partisipasi publik. Dengan hadirnya buku “Satu Dekade Transparansi APBN”, Pemerintah
diharapkan mampu sedikit merefleksi hasil capaian atas upaya yang berkelanjutan dalam
10 tahun ini. Refleksi tersebut untuk mengatur strategi dalam perjalanan peningkatan
transparansi anggaran periode berikutnya. Bagi masyarakat luas, buku ini dapat menjadi
bahanuntuk memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam upaya peningkatan
transparansi anggaran di Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan buku ini terutama Direktur Jenderal
Anggaran, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara, Direktur Penyusunan
APBN, Kepala Bagian Sekretariat Badan Anggaran, Biro Persidangan II, Sekretariat Jenderal
DPR RI, Kepala Subdirektorat Data dan Dukungan Teknis Penyusunan APBN, serta pejabat/
pegawai di lingkungan Direktorat Penyusunan APBN.
Tim Penulis
K
eterbukaan (transparansi) dalam pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu
asas yang ditekankan dalam UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Hal tersebut menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara. Dalam
perkembangannya terdapat beberapa definisi, ruang lingkup dan metode yang dijadikan
acuan yang menjadi best practices untu dijadikan referensi dalam pelaksanaan transparansi
di Indonesia. Acuan tersebut sejalan dengan perkembangan keuangan negara yang sangat
dinamis.
Transparansi sendiri merupakan sebuah kata yang mengekspresikan hak asasi manusia yang
termuat dalam pasal 19 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, PBB, dimana sebuah hak
asasi untuk mengakses informasi termasuk sektor publik (Zandy 2019). Sementara, dalam
buku Fiscal Transparency Handbook (Fund 2018), transaparansi fiskal adalah informasi yang
tersedia untuk publik tentang proses pembuatan kebijakan fiskal pemerintah yang memiliki
unsur pada kejelasan, keandalan, frekuensi, ketepatan waktu, dan relevansi pelaporan fiskal
publik dan keterbukaan informasi tersebut. Untuk memperjelas tafsiran atas unsur-unsur
tersebut sebagai berikut:
1. Kejelasan artinya informasi mudah dipahami oleh masyarakat melalui standarisasi dan
penyederhanaan format
2. Keandalan artinya akurat dalam menyajikan laporan operasi dan keuangan pemerintah
3. Frekuensi artinya disampaikan secara berkala kepada publik
4. Ketepatan waktu artinya terdapat batasan waktu yang jelas antara penyusunan dan
penyajian informasi
Sementara itu, transparansi anggaran merupakan salah satu bagian dari transparansi fiskal.
Transparansi Anggaran atau juga sering disebut keterbukaan anggaran mengacu pada sejauh
mana data tentang anggaran, pendapatan, pengeluaran, dan kegiatan keuangan pemerintah
lainnya tersedia secara luas untuk publik. Data tersebut dapat diakses, dipahami, dan dianalisis
oleh berbagai pemangku kepentingan termasuk akademisi, peneliti, media, dan warga negara
pada umumnya. Selain itu, termasuk di dalamnya adalah mekanisme atau saluran yang tepat
bagi publik untuk memberikan umpan balik sehingga dapat memberikan perbaikan dalam
perumusan kebijakan dan alokasi sumber daya.
Transparansi anggaran pada prinsipnya terdiri tiga pilar yang saling terkait:
1. Transparansi. Ini merupakan prasyarat penting yang hanya dapat diwujudkan dengan
upaya pemerintah untuk secara proaktif menyusun anggaran serta data fiskal, kemudian
mempublikasikan secara luas dalam format sederhana kepada masyarakat.
2. Partisipasi. Pilar ini mencakup upaya pemerintah untuk memfasilitasi agar masyarakat
dapat mengakses informasi anggaran dan menyalurkan partisipasi publik dalam proses
anggaran.
3. Pengawasan merupakan sebuah instrrumen dan saluran untuk memantau pelaksanaan
anggaran sehingga dapat diketahui bagaimana alokasi sumber daya digunakan serta
dapat mencapai penerima manfaat yang dituju. Tentu pengawasan disini melibatkan
juga pengawasan formal yang independen seperti Badan Legislatif dan Lembaga Audit,
yang juga membutuhkan informasi anggaran dan keuangan yang tepat waktu untuk
menjalankan fungsi pemeriksaan dan keseimbangan/pengawasan mereka.
Beberapa pengukuran yang dilakukan oleh organisasi internasional terkait transparansi fiskal/
anggaran adalah sebagai berikut:
1. Fiscal Transparency Code, sebuah manual untuk menjadi pedoman dan monitoring
atas perbaikan transparansi fiskal pengukuran terkait sektor publik yang digagas oleh
Pada tahun 2017, IMF melakukan perbaikan menjadi Report on the Observance of
Standards and Codes (ROSC) dengan perbaikan (Fund 2017) sebagai berikut:
a. Pilar I: pelaporan fiskal
b. Pilar II: Proyeksi fiskal dan penganggaran
c. Pilar III: Analisa dan manajamen risiko fiskal
d. Pilar IV: Manajemen Sumber Penerimaan Negara
Selain itu, atas penilaian dari pilar pilar di atas yang disebut dengan code, dibedakan
menjadi basic, good, dan advanced untuk memperjelas perbedaan level atas kinerja dan
kemampuan setiap negara dalam memenuhi setiap pilar.
2. The Public Expenditure and Financial Accountability (PEFA) merupakan sebuah program
yang memberikan kerangka dalam melakukan penilaian dan pelaporan atas keunggulan dan
kelemahan atas kinerja manajemen keuangan publik. Penilaian meliputi 94 karakteristik,
yang terdiri 31 indikator dalam 7 pilar (Kristensen et al. n.d.). Tujuan yang dicapai PEFA
antara lain:
a. Mendorong pengakuan kekayaan negara
b. Mengurangi beban operasional pemerintahan
c. Meningkatkan harmonisasi dan kegunaan hibah/pinjaman
d. Melakukan pemantauan atas perkembangan kinerja manajemen keuangan publik dari
waktu ke waktu
e. Memperbaiki pelaporan atas aset sebagai jaminan atas utang
f. Memperkuat dampak atas reformasi keuangan negara.
PEFA diinisiasi oleh kolaborasi lembaga internasional maupun negara-negara donor
seperti The European Commission, International Monetary Fund, World Bank, dan Perancis,
Norwegia, Swiss, and Inggris. Pada awalnya PEFA framework diluncurkan pada tahun
2005 dan direvisi pada tahun 2011. Pada tahun 2016, penilaian PEFA sudah diikuti oleh
150 negara.
3. Global Initiative for Fiscal Transparency (GIFT) adalah sebuah aksi bersama atas jaringan
multi stakeholder yang memiliki tujuan bersama untuk terus melakukan perbaikan di
bidang transparansi fiskal, partisipasi publik, dan akuntabilitas di seluruh negara di dunia.
GIFT memberikan fasilitas, pedoman, pembelajaran, dan bantuan teknis serta teknologi.
Dalam mencapai sasaran tersebut, GIFT mewadahi pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga keuangan internasional, perwakilan sektor swasta, asosiasi
professional, dan lembaga donor untuk bersama melakukan diskusi secara terbuka. GIFT
saat ini bekerjasama dan membentuk kantor bersama dengan the International Budget
Partnership.
Manfaat transparansi anggaran tentu adalah memberikan daya dorong positif bagi belanja
pemerintah yang merupakan salah satu komponen pembentuk pendapatan nasional. Beberapa
dampak optimalisasi trasnsparansi anggaran yakni:
1. Menjaga tali persatuan dan kesatuan. Transparansi anggaran menjadi salah satu komponen
good governance sebagai upaya mempertahankan keutuhan Negara Kesaturan Republik
Indonesia (NKRI). Dengan adanya keterbukaan informasi anggaran diharapkan potensi
konflik atas dasar SARA serta meminimalkan kecurigaan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkurang (Nasution 2009).
2. Meningkatkan kepercayaan di sisi ekonomi dan politik. Kepercayaan di bidang ekonomi
terbukti dalam studi empiris yang membuktikan bahwa negara yang memiliki transparansi
tinggi memiliki peringkat kredit dan disiplin fiskal lebih baik dengan tingkat korupsi yang
lebih rendah (Hameed 2005). Sementara itu, kinerja transparansi anggaran juga berkorelasi
positif terhadap peningkatan kepercayaan di bidang politik. Hal ini ditandai dengan lebih
banyak warganegara yang memberikan suara dalam pemilihan umum di negara-negara
yang memiliki tingkat transparansi anggaran yang tinggi. Tentunya akan berdampak positif
bagi legitimasi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan (Benito and Bastida
2009).
3. Peningkatan atas Fungsi Distribusi. Partisipasi publik menghasilkan hasil kebijakan yang
lebih redistributive dibandingkan penganggaran dengan sistem tradisional. Dalam kajian
yang dilakukan oleh Sounman Hong dan B. Shince Co, menunjukkan bahwa partisipasi
publik atas penganggaran berdampak pada proporsi anggaran yang lebih besar bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dibandingkan mereka yang berpenghasilan tinggi.
Hal ini merupakan salah satu tujuan keadilan sosial yang ingin dicapai dalam pengelolaan
anggaran (Hong and Cho 2018);
4. Mendongkrak aliran investasi terutama foreign direct investment (FDI). Berdasarkan uji
empiris yang dilakukan melalui analisis regresi panel untuk 72 negara dalam rentang waktu
2006-2015. Dapat disimpulkan bahwa negara-negara yang memiliki tingkat keterbukaan
anggaran yang lebih tinggi menarik lebih banyak aliran masuk FDI, bahkan untuk negara-
untuk negara-negara berpenghasilan rendah. Yang menarik peran transparansi fiskal
terhadap FDI ini menjadi faktor yang independen, sejajar dengan faktor lainnya seperti
pengendalian korupsi dan kualitas peraturan (Cicatiello et al. 2021)
5. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Studi empiris menunjukkan bahwa dengan adanya
lebih banyak informasi bagi pembayar pajak, mengurangi rasa keengganan wajib pajak
untuk berpartisipasi dalam pembangunan maupun atas timbal balik yang didapatkan.
Perasaan wajib pajak ini bisa dikatakan kontrak tidak tertulis antara pemerintah dan wajib
pajak atau moral pajak. Hal ini juga memberikan masukan bagi Pemerintah terkait desain
transparansi fiskal yang akan diluncurkan (Capasso et al. 2020)
Kehadiran transparansi anggaran, mengubah paradigma lama sebelum era 1980-an yang
memandang anggaran hanya sebagai seni teknikal dari para birokrat. Dengan derasnya era
reformasi, keterbukaan atas proses penyusunan APBN menjadi konsumsi publik. Tak jarang
anggaran menjadi topik hangat untuk diperdebatkan. Tidak saja dalam proses pembahasan
APBN di DPR, tapi juga di ruang media massa maupun akademis.
Keterbukaan anggaran tidak dipisahkan dari proses berhembusnya angin demokrasi untuk
membentuk sistem pemerintahan yang efektif yang bermula di di Porto Alegre selama
pertengahan 1980-an dan berkembang pesat di era 1990 an dari negara yang memiliki sistem
demokrasi kuat. Dalam aspirasi tersebut, 3 pilar utama yang didengungkan yakni akuntabilitas,
transparansi, dan partisipasi publik. Aspirasi tersebut terus dikumandangkan secara nyaring di
berbagai negara dalam dua dekade terakhir (Robinson 2006). Selain itu, dorongan ini selaras
dengan pendekatan baru di manajemen kebijakan publik yang dikenalkan oleh Anuradha
Joshi. Pendekatan baru yang disebut rights-based approach for access to public services
merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan akuntabilitas. Hal ini menjadi rujukan bagi
sistem manajemen publik untuk menekankan pentingnya memberikan informasi kepada
publik atas kinerja pemerintah (Joshi 2012).
Saat ini transparansi anggaran hampir telah merambah hampir semua belahan dunia. Hal ini
bisa dapat ditunjukkan dari Open Budget Survey tahun 2019, yang dilakukan oleh International
Budget Partnertship yang diikuti oleh 115 negara di dunia. Meningkat dari Open Budget Survey
tahun 2010 hanya 77 negara. Dari sisi kualitas, secara rata-rata juga mengalami peningkatan
dimana tahun 2010, indeks OBI berada di kisaran 42, sementara pada tahun 2019 menjadi
45. Peningkatan kualitas dan kuantitas ini membuktikan komitmen kuat banyak negara untuk
menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang efektif.
Di Indonesia, reformasi anggaran tumbuh seiring dengan reformasi yang terjadi pada tahun
1998. Kerangka hukum berkembang mengikuti perubahan tata kelola di pemerintahan melalui
reformasi birokrasi. Namun pada masa awal, transparansi anggaran hanya ditujukan sebagai
syarat formal untuk memenuhi kriteria pengajuan pinjaman ke negara/lembaga Kreditur.
Kelemahan lainnya yakni kebelanjutan reformasi serta terlalu banyak isu-isu teknis. Selain
itu, masih adanya ego sektoral antar pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Dengan
demikian, perkembangan transparansi anggaran memiliki dukungan yang terbatas. Ketika
masa pinjaman berakhir, maka selesai juga monitoring atas transparansi anggaran (Farhan
2017).
Reformasi anggaran menjadi semakin kuat pada tahun 2007 ketika reformasi birokrasi
digaungkan dan dipelopori oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Reformasi birokrasi
yang ditandai dnegan reorganisasi dan restrukturisasi Kementerian Keuangan. Dalam
pengaturan tersebut, ditunjuk unit-unit yang menjadi penanggungjawab dalam dokumen
anggaran yang menjadi kunci dalam transparansi. Pemerintah menggandeng lembaga
swadaya masyarakat seperti Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) untuk
menyusun upaya perbaikan transparansi anggaran. Upaya tersebut semakin nyata Pemerintah
D
alam beberapa dekade ini, metode pengukuran transparansi anggaran terus
berkembang. Pada tahun 1998, IMF memperkenalkan Code of Good Practices on Fiscal
Transparency yang beberapa tahun kemudian berkembang menjadi fiscal Reports
on the Observance of Standards and Codes (ROSCs). Langkah ini diikuti oleh OECD, yang
International Database of Budget Practices and Procedures yang menghasilkan sebuah survei
terkait transparansi anggaran dari 97 negara pada tahun 1999. Tidak ketinggalan juga, pada
tahun 2001, World Bank yang bekerjasama dengan negara-negara kreditur dengan menciptakan
the Public Expenditure and Financial Accountability (PEFA). Selanjutnya, Ana Bellver dan Daniel
Kaufmann memperkenalkan survei yang komprehensif dengan memperbaharui metode survey
dari berbagai literatur dan juga beberapa peneliti terdahulu seperti M. Mastruzzi, A. Kraay and
R. Islam, (Kaufmann and Bellver 2005). Survei tersebut menggabungkan cakupan ekonomi
dan kelembagaan maupun politik. Dalam survei tersebut, Ana Bellver dan Daniel Kaufmann
mengukur indeks transparansi anggaran dari 194 negara.
Open Budget Survey sendiri lahir pada tahun 2004 yang diluncurkan oleh the International
Budget Partnership (IBP) sebagai alat untuk mengukur transparansi anggaran antar negara
dari waktu ke waktu. Salah satu keunggulan dibandingkan survei lainnya adalah tingkat
obyektifitas. Salah satu hal yang menjamin tingkat objektifitas adalah kegiatan survei yang
dilakukan oleh lembaga/perseorangan independen yang bertempat tinggal di negara tersebut
(Seifert, Carlitz, and Mondo 2013).
Keingintahuan publik yang semakin tinggi tentang anggaran harus didukung dengan informasi
yang akurat. Hal ini menjadi latar belakang penyusunan OBS yang dilakukan oleh International
Budget Partnertship. Untuk mendorong negara-negara di dunia meningkatkan transparansi
anggaan, maka OBS memberikan penilaian dan peringkat sekaligus menyampaikan
rekomendasi perbaikan dengan cakupan penilaian (1) ketersediaan informasi APBN, meliputi
8 kunci dokumen APBN dalam tahapan siklus anggaran; (2) kesempatan bagi publik untuk
menyampaikan partisipasi publik; dan (3) tinjauan kelembagaan seperti parlemen dan lembaga
audit .
Survei OBS dilakukan secara bertahap dengan hasil publikasi yang keluar sekali dalam
dua tahun. Kegiatan pengisian kuesioner dilakukan oleh relawan indepdenden baik melalui
pengumpulan data baik secara literatur maupun wawancara dengan sumber yang memiliki
tugas dan fungsi dalam penyusunan dokumen APBN dari Pemerintah. Kegiatan tersebut
diawasi oleh staf IBP secara langsung. Nah dari hasil kuisioner tersebut, staf IBP memutuskan
nilai akhir dari poin-poin yang tertera dalam form kuisioner. Semua komentar akan disajikan
baik dari pihak reviewer (relawan independen), pemerintah, maupun pihak IBP (Seifert et al.
2013).
Pada awalnya survei OBS terdiri dari 123 pertanyaan dengan berpedoman pada standar
transparansi anggaran dari lembaga internasional seperti IMF, OECD, World Bank, serta
lembaga audit internasional (INTOSAI). Sebagai perbandingan transparansi anggaran antar
negara, pengisian kuisioner OBS dilakukan di 92 negara. Hasil survei OBS ini yang sering disebut
dengan Open Budget Index. Dalam pertanyaan OBS, pada umumnya dapat dikategorikan
beberapa jenis yakni, (1) pertanyaan dengan pilihan jawaban berkisar dari ‘’ a ‘’ hingga ‘’ d ‘’,
(2) pertanyaan dengan pilihan jawaban biner ‘’ a ‘’ / ‘’ b ‘, serta (3) pertanyaan dengan pilihan
jawaban 0 hingga 100. Untuk pertanyaan no 1, jawaban “a”, “b”, “c”, dan “d” memiliki nilai 100,
67, 33, dan 0. Untuk pertanyaan no (2) atau biner, jawaban “a” memiliki nilai 100, sementara “b”
memiliki nilai 0. Sementara itu, untuk jawaban pertanyaan jenis no (3), maka nilai 100 menjadi
nilai tertinggi, sebaliknya nilai 0 menjadi nilai terendah. Namun demikian, pertanyaan juga
kadang tidak berlaku bagi suatu negara karena perbedaan karakteristik sistem pemerintahan.
Nah, dalam kasus tersebut tidak dihitung sebagai rata-rata nilai. Pada prinsipnya, penilaian
Open Budget Survey didasarkan pada beberapa cakupan yakni:
1. Pre-Budget Statement memiliki bobot penilaian 3,3 persen
2. Executive Budget Proposal memiliki bobot penilaian 63 persen
3. Citizen Budget memiliki bobot penilaian 1,1 persen
4. Enacted Budget memiliki bobot penilaian 1,1 persen
5. In-Year Reports memiliki bobot penilaian 8,7 persen
6. Mid-Year Review memiliki bobot penilaian 4,3 persen
7. Year-End Report memiliki bobot penilaian 10,9 persen
8. Audit Report memiliki bobot penilaian 7,6 persen
Terdapat beberapa rujukan yang sempat digadang-gadang akan mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Beberapa bank pembangunan level internasional dan juga Organization
for Economic Cooperation and Development (OECD) antara lain telah mempublikasikan
beberapa buku manual tentang detil informasi terkait sistem manajemen keuangan publik.
Namun demikian, referensi yang ada dirasakan kurang memadai, karena dianggap kurang
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat luas, dan juga tidak sepenuhnya mengeksplorasi
isu transparansi dalam laporan yang ada tersebut.
Untuk mengisi celah dalam hal literatur anggaran, International Budget Partnership (IBP)
mencoba untuk menyusun beberapa panduan yang menjelaskan pentingnya laporan anggaran
dan apa saja yang harus tercantum dalam laporan dimaksud dalam rangka memenuhi kaidah-
kaidah transparansi anggaran. Di samping itu, panduan ini juga membahas mengenai kerangka
waktu publikasi laporan yang umumnya mengacu kepada standar publikasi yang disusun
oleh OECD dan International Monetary Fund (IMF). Terdapat beberapa rekomendasi terkait
kerangka waktu untuk beberapa laporan, sedangkan untuk laporan lainnya, hanya satu atau
organisasi lain yang telah membuat rekomendasi. Untuk itulah IBP hadir.
Kemudian, untuk setiap laporan anggaran, beserta contoh negara yang memenuhi standar
praktik yang baik tentang transparansi anggaran disertakan dalam panduan tersebut. Contoh-
contoh dipilih dari negara-negara yang mendapat peringkat tinggi menurut Open Budget
Survey (OBS) IBP untuk tahun 2010. (Survei ini menilai publikasi dan kelengkapan kedelapan
dokumen setiap dua tahun sekali.) Contoh-contoh yang spesifi dipilih untuk mewakili negara-
negara dari kawasan yang berbeda di seluruh dunia dan menyorot dokumen yang ditulis dalam
bahasa yang umum digunakan.
Mengingat krusialnya peran laporan anggaran ini, perlu diperhatikan bahwa proses anggaran
bukanlah peristiwa tunggal; sebaliknya, ini adalah siklus tahunan dengan empat tahap, yaitu:
Empat dari delapan dokumen anggaran utama yang dibahas di sini berkaitan dengan tahap
perumusan dan persetujuan dari proses anggaran – Pre-Budget Statement, Executive’s Budget
Proposal, Enacted Budget, dan Citizens Budget. Selebihnya adalah laporan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemerintah dan pengawasan anggaran – In-Year Report, Mid-Year Report,
Year-End Report, dan Audit Report.
Pre-Budget Statement/PBS
Pre-Budget Statement merupakan sebuah dokumen strategi fiskal untuk tahun anggaran yang
direncanakan dan jangka menengah. Dokumen ini biasanya disusun hanya untuk konsumsi
internal pemerintah. Namun demikian, tidak sedikit juga negara yang menyampaikan dokumen
tersebut ke parlemen. Dokumen ini digunakan sebagai alat memantik pembahasan publik
antara besaran anggaran yang dihubungkan dengan variabel ekonomi (May 2001) .
Mengapa PBS penting? Dokumen ini memiliki banyak kegunaan bagi publik diantaranya
sebagai berikut. Pertama, memperkuat hubungan kebijakan dan alokasi anggaran. Kedua,
mengidentifikasi strategi fiskal pemerintah dalam jangka panjang. Ketiga, memformulasikan
target anggaran. Keempat, memberikan kesempatan bagi parlemen dan publik untuk
memberikan masukan tema kebijakan fiskal. Untuk mendukung urgensi dari dokumen
dimaksud, PBS sekurang-kurangnya harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: (1)
perkiraan ekonomi makro jangka menengah; (2) Kebijakan pemerintah jangka menengah; (3)
target secara agregat dari pendapatan negara; (3) penjelasan dan biaya kebijakan baru.
Untuk memenuhi efektivitas dalam penggunaan dokumen PBS, maka seyogyanya publikasi
dokumen APBN dapat dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu pendek dengan
penyampaian anggaran resmi ke DPR RI. Secara ideal, 4 atau 5 bulan sebelum tahun anggaran
disampaikan. Setidaknya, jika tidak memungkinkan, maka dilakukan penyampaian PBS pada
1 bulan sebelum anggaran resmi disampaikan ke DPR RI. Publikasi dokumen PBS seringkali
dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan evaluasi anggaran tahun sebelumnya.
Indonesia telah memiliki PBS dengan nama Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF). Dasar hukum dalam penyusunan APBN ini tercantum dalam
Pasal 13 ayat 1 UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang berbunyi “(1) Pemerintah
Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun
anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan
bulan Mei tahun berjalan”.
Dalam dokumen KEM dan PPKF terbaru yakni KEM dan PPKF 2021, memiliki struktur
Strategi untuk mencapai target jangka menengah panjang, diulas lebih dalam pada Bab IV 2021:
Momentum Pemulihan Dan Penguatan Fondasi Ekonomi (Recovery Dan Reformasi). Yang
dilanjutkan dengan Bab V Risiko Fiskal, sebagai salah satu kebijakan untuk kesinambungan
fiskal. Dokumen KEM dan PPKF diakhiri dengan ancang-ancang rincian anggaran K/L
sebagaimana tercantum dalam Bab VI Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga Tahun 2021.
Dokumen KEM dan PPKF 2021 tercatat disampaikan ke DPR RI pada tanggal 12 Mei 2020 yang
selanjutnya dilakukan pembahasan dalam pembicaraan pendahuluan di DPR RI. Pembahasan
tersebut dilakukan secara terbuka, sehingga semua elemen masyarakat dan media dapat
menyaksikan. Dalam masa pandemi, DPR RI juga memberikan fasilitas melalui TV Parlemen
atau di kanal youtube.
EBP merupakan Dokumen utama yang dikeluarkan oleh setiap negara sebagai gambaran
atas strategi pemerintah dalam mencapai sasaran pembangunan. Dari dokumen inilah,
informasi atas belanja pemerintah akan digunakan. Hal ini tentu sangat memengaruhi hal
hal penting seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, atau
lingkungan, publik (International Budget Partnership 2010). Unsur urgenitas dokumen ini
diantaranya: (1) alat instrument fiskal dan gambaran atas prioritas pemerintah; (2) menyajikan
beban pajak yang akan ditanggung wajib pajak; (3) menyajikan sebaran alokasi sumber daya
untuk beberapa elemen masyarakat; (4) menyajikan biaya atau utang yang akan diwariskan
ke generasi mendatang; (5) kesempatan bagi masyarakat dan DPR dalam mempengaruhi
kebijakan pemerintah (International Budget Partnership 2010).
Pemerintah Indonesia telah memerhatikan dokumen utama ini dalam sistem kenegaraan,
bahkan sejak awal Kemerdekaan. Hal ini jelas terlihat dalam dimuatnya anggaran pendapatan
dan belanja negara dalam konstitusi yakni dalam Pasal 23 ayat 1 UUD 1945 yang kemudian
diamandemen ke 3 yang berbunyi “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud
dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Setiap bulan Agustus, Pemerintah wajib menyampaikan Nota Keuangan dan RAPBN
kepada DPR RI sebagaimana tercantum dalam Pasal 15 UU nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
Untuk memenuhi unsur transparansi anggaran, Pemerintah Indonesia mengubah format Nota
Keuangan dan RAPBN menjadi 3 buku dengan rincian sebagai berikut:
Citizen Budget pada prinsipnya hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menjelaskan kebijakan publik dalam bahasa sehari-hari sehingga publik tahu bagaimana
pemerintah menjalankan tata kelola APBN. Hal ini menjelaskan secara lebih mudah, kemana
alokasi anggaran dan dari mana sumber pendanaan diperoleh (Shields and Petrie 2009).
Mengapa Pemerintah mesti bersusah payah untuk membuat dokumen non formal seperti
ini? Ada 4 alasan yang mendasari, yaitu: (1) APBN itu pada dasarnya bersifat teknokratis,
sehingga sulit dimengerti; (2) Membuat pesan atas kebijakan anggaran bersifat “delivered
(tersampaikan)” bukan hanya “sent (terkirim)”; (3) membuat tema pembahasan APBN lebih
luas dan familiar dalam kerangka prioritas anggaran; (4) Menjelaskan komitmen atas janji
pemerintah dan meningkatkan kepercayaan atas pemerintah.
Untuk memenuhi unsur pesan yang “delivered” tersebut, maka dalam menyusun CB perlu
memerhatikan hal-hal (International Budget Partnership 2010) sebagai berikut: (1) membuat
seobyektif mungkin dengan memuat siklus penganggaran serta cakupan anggaran (pusat/
daerah/sektor publik); (2) perkiraan ekonomi dan kebijakan pemerintah secara obyektif; (3)
posisi keuangan pemerintah dan prospek ke depan; (4) kebijakan baru; (5) penyampaian
pelayanan publik. Untuk menemukan efektivitas dalam penyampaian pesan anggaran kepada
publik, maka peluncuran CB idealnnya dilakukan bersamaan dengan dokumen EB.
Enacted Budget merupakan dokumen APBN yang telah disahkan dan disetujui oleh parlemen.
Hal ini memberikan sisi legalitas yang tinggi untuk dijadikan basis pelaksanaan anggaran
(International Budget Partnership 2010). Dari dokumen ini, Publik bisa menilai perubahan
yang terjadi selama pembahasan dengan membandingkan usulan dengan EB. Oleh karena
itu, EB perlu memberikan highlight terkait perubahan-perubahan besaran APBN antara pra dan
pasca pembahasan di DPR RI. Sebagai dasar pelaksanaan APBN, EB sebaiknya dipublikasikan
sesegera mungkin atau paling lambat 3 bulan setelah ditetapkan. Hal ini untuk memberikan
kepastian unit di pemerintahan dalam melakukan pelaksanaan APBN. Sementara bagi publik,
dapat dijadikan basis monitoring dan pengawasan pelaksanaan anggaran.
Secara formal, EB sebenarnya tidak diatur secara eksplisit. Namun demikian dalam UU APBN
setiap tahunnya, Pemerintah menyatakan bahwa rincian APBN akan disusun paling lambat 1
bulan sebelum tahun anggaran yang direncanakan dimulai (30 November) . Hal ini menjadi
dasar penyusunan EB atau dalam istilah Pemerintah Indonesia adalah Nota Keuangan dan
APBN.
Format NK dan APBN, untuk Buku I dan Buku II memiliki kesamaan dengan dokumen RUU
APBN maupun Nota Keuangan dan RAPBN. Namun untuk buku III, diganti dengan Perpres
Rincian APBN maupun Dokumen Induk Pelaksanaan Anggaran yang dipublikasikan di laman
resmi Direktorat Jenderal Anggaran.
BUKU I BUKU II
TAHUN ANGGARAN
2021
TAHUN ANGGARAN
2021
IYR merupakan sebuah highlight atas pelaksanaan APBN secara berkala (bulanan atau
triwulanan) pada tahun anggaran berjalan. Laporan berkala tersebut berbeda dengan laporan
semester yang disusun secara komprehensif dengan narasi penjelasannya. Salah satu tujuan
pelaporan IYR adalah Pemerintah dan publik dapat mengetahui tren perkembangan besaran
APBN. Hal ini untuk memastikan apakah masih berada di jalur yang tepat atau ada deviasi
yang melebar (International Budget Partnership 2010). Dengan adanya IYR, pemerintah dapat
membuat formulasi kebijakan yang tepat guna menjamin strategi fiskal dapat berjalan baik.
Untuk memberikan laporan berkala yang baik, maka IYR perlu memenuhi syarat sebagai berikut:
Di Indonesia sebenarnya tidak ada ketentuan formal yang mengatur kapan laporan berkala
harus disampaikan ke publik. Namun demikian, Pemerintah sejak tahun 1998 telah tergabung
dengan Special Dissemination Data Standard yang bekerja sama dengan Bank Indonesia,
sehingga setiap bulan pelaporan dilakukan dalam format
Central Government Operation yang menjadi salah satu Edisi April 2021
Edisi April 2021
MYR merupakan sebuah dokumen yang mengulas perkembangan anggaran pada Semester
I di suatu negara yang biasanya wajib disampaikan oleh Pemerintah dalam kurun waktu 6
bulan atau bahkan 7 bulan. Laporan ini bersifat komprehensif sebagai gambaran makro
ekonomi dan perkembangan anggaran. Hal ini menjadi dasar langkah-langkah perbaikan
atas kebijakan pemerintah di tahun berjalan (International Budget Partnership 2010). Melalui
dokumen ini, Pemerintah dapat menggunakan dasar perubahan anggaran untuk mencapai
target pembangunan yang ditetapkan di tahun berjalan.
Untuk memenuhi MYR yang baik, perlu dilakukan pemenuhan informasi dalam dokumen
tersebut: (1) dampak perkembangan ekonomi makro terhadap besaran APBN; (2) penjelasan
secara komprehensif atas pendapatan, belanja, maupun pembiayaan anggaran; (3) penjelasan
atas penyesuaian yang telah dilakukan dalam APBN; (4) perkembangan kebijakan terkini atas
APBN tahun berjalan.
YER merupakan laporan sementara akhir tahun untuk melihat kinerja APBN dalam satu tahun
terhadap target baik anggaran awal maupun anggaran perubahan di tahun berjalan. Di beberapa
negara, YER sudah mampu memberikan informasi terkait capaian output. YER digunakan
sebagai basis Pemerintah melakukan evaluasi tahun anggaran berjalan untuk mengambil
kebijakan di tahun mendatang. Oleh karena itu, YER yang informatif perlu memuat hal sebagai
berikut (1) outcome kinerja anggaran; (2) posisi keuangan/neraca; (3) pendapatan dan belanja
dengan rincian sesuai standar internasional; (4) penjelasan anggaran berdasarkan sektor atau
program; (5) perbedaan perkembangan ekonomi makro; (6) penjelasan atas kelebihan dan
kelemahan kinerja K/L; (7) informasi non finansial.
Dengan ketentuan tersebut, Pemerintah hanya memiliki waktu kurang dari 3 bulan untuk
menyiapkan laporan keuangan pemerintah pusat untuk dapat disampaikan ke BPK.
Sebenarnya untuk laporan akhir tahun, Pemerintah Indonesia juga menyusun laporan realisasi
yang merupakan rangkaian akhir atas laporan berkala yang dipublikasikan ke masyarakat.
Laporan tersebut biasanya disampaikan pada awal tahun
anggaran berikutnya. Namun tentu laporan tersebut tidak
komprehensif apabila dibandingkan LKPP.
REPUBLIK INDONESIA
LKPP
Dalam LKPP, Pemerintah memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Laporan Realisasi APBN
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
TAHUN 2020
(Unaudited) 3) Neraca
4) Laporan Operasional
5) Laporan Arus Kas
6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan Atas Laporan Keuangan
Maret 2021
Dari setiap muatan di atas, disajikan secara mendetail,
sehingga pembaca mampu mengidentifikasi
perkembangan APBN secara jelas.
AR merupakan sebuah laporan pemerintah yang telah diperiksa oleh lembaga independent
sehingga dapat diketahui bagaimana pemerintah mengumpulkan sumber pendanaan serta
mengalokasikan belanja. Dokumen ini menjadi alat ukur tingkat kepatuhan Pemerintah terhadap
Undang-undang. Di beberapa negara, AR memberikan informasi tentang akurasi atas laporan
keuangan (aset dan kewajiban) serta keefektifan atas kinerja pemerintah (International Budget
Partnership 2010). AR menjadi tahap akhir dari siklus APBN. Dokumen ini menjadi bahan yang
penting bagi Pemerintah dan publik untuk mengevaluasi pelaksanaan APBN secara obyektif.
Untuk memenuhi informasi AR yang baik, maka data dan informasi AR harus memenuhi hal
sebagai berikut: (1) pernyataan lembaga audit terkait akurasi laporan keuangan yang disusun
pemerintah; (2) pernyataan terkait kontrol atau tata kelola pemerintah mengelola keuangan
publik; (3) mengidentifikasi hal-hal yang belum dipatuhi oleh Pemerintah; (4) membuat daftar
Indonesia memiliki peraturan secara jelas terkait AR versi Indonesia (laporan hasil pemeriksaan)
yang tercantum dalam Pasal 30 ayat (1) UU 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
LKPP merupakan salah satu bagian yang menjadi basis pemeriksaan BPK. Artinya BPK
memiliki waktu 3 bulan dalam melakukan audit atas LKPP yang disusun Pemerintah. Namun
demikian, BPK telah bekerja terlebih dahulu pada tahun sebelumnya dengan melakukan audit
tengah semester yang menghasilkan laporan ikhtisar hasil pemeriksaan Semester I. Sistem
kerja BPK tersebut membuat pemeriksaaan dapat dilakukan secara komprehensif.
Dalam laporan hasil pemeriksaan, BPK menyusun beberapa dokumen yang juga dipublikasikan
secaa luas kepada publik yakni:
1) Ringkasan Eksekutif
2) Laporan Keuangan Audited, merupakan LKPP yang disusun pemerintah namun telah
dilakukan perubahan angka dan narasi penjelasan berdasarkan hasil audit BPK
3) LHP Sistem Pengendalian Intern, merupakan pernyataan BPK atas kepatuhan pemerintah
dalam tata kelola keuangan negara
4) Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan, merupakan pernytaan BPK atas kepatuhan
Pemerintah dalam menaati Undang-undang yang berlaku
5) Laporan Hasil Reviu atas Pelaksanaan Transparansi Fiskal, merupakan penilaian BPK atas
transparansi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah dengan mengadopsi penilaian
ROSCs dari IMF;
6) Laporan Hasil Reviu atas Kesinambungan Fiskal, merupakan penilaian BPK atas kinerja
pemerintah dalam menyusun fiskal dan dampak kesinambungan ke depan
7) Laporan Hasil Reviu atas Kemandirian Fiskal, merupakan laporan yang menjelaskan
kemandirian fiskal daerah.
P
eningkatan transparansi anggaran di Indonesia meningkat secara drastis, hal ini
ditunjukkan oleh skor Open Budget Index yang terus menanjak. Dari hasil survei tahun
2006 yang menunjukkan skor 41 menjadi 70 di tahun 2019. Peningkatan tersebut
berarti dokumen APBN yang dikeluarkan oleh Pemerintah telah banyak memenuhi ketentuan
transparansi anggaran dari tahun ke tahun. Hal ini tentu berkat kerja keras pemerintah baik di
sisi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pelaporan yang merupakan satu kesatuan
dari kunci peningkatan transparansi anggaran. Skor yang dicapai Indonesia pada tahun 2019
atau di atas rata-rata dunia yang hanya mencatatkan skor 45. Di tingkat Kawasan regional,
Indonesia berada di atas negara mitra ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Sesuai metodologi yang dilakukan oleh International Budget Partnership dalam menyusun
Open Budget Survey, maka pengukuran atas transparansi anggaran juga dilakukan dalam
cakupan dokumen APBN. Pemerintah telah menggenapi semua dokumen APBN yang menjadi
basis pengukuran OBI. Semua dokumen dipublikasi dengan tenggat waktu yang jelas. Untuk
melihat perkembangan transparansi anggaran di dokumen APBN dapat dilihat sebagai berikut:
Pada awal tahun 2004 sampai dengan 2006 masih belum melakukan publikasi Dokumen
KEM dan PPKF. Dokumen tersebut hanya disampaikan ke DPR dan sebagai konsumsi internal
pemerintah. Namun demikian, sejak tahun 2010 Pemerintah telah melakukan publikasi
dokumen tersebut. Selain itu, secara konten pun semakin lengkap. Pada tahun 2019, dokumen
KEM dan PPKF sudah mengalami peningkatan, karena telah melakukan penyajian parameter
kebijakan fiskal secara garis besar, prakiraan asumsi dasar ekonomi makro, pendapatan,
belanja dan utang (Open et al. 2019a).
Penyajian asumsi dasar ekonomi makro meliputi prospek ekonomi, inflasi, pertumbuhan
PDB riil, Suku Bunga Tiga Bulanan, lifting minyak dan gas; dan nilai tukar rupiah. Selain itu,
terdapat juga informasi perkiraan pertumbuhan ekonomi, konsumsi domestik, ekspor barang
dan jasa, impor barang dan jasa) dan produksi dalam negeri (pertanian, pertambangan,
listrik-gas-air bersih, konstruksi, perdagangan-hotel dan restoran. Dokumen KEM dan PPKF
juga telah menampilkan ringkasan atas elemen perkiraan makro ekonomi tersebut sehingga
memudahkan bagi pembaca untuk memahami.
Sementara itu, proyeksi kebijakan dan prioritas dalam KEM dan PPKF juga disajikan baik
terhadap pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran serta pembiayaan. Penyajian
informasi belanja (pagu indikatif) bahkan dilakukan secara rinci pada setiap K/L.
Nota Keuangan dan RAPBN merupakan dokumen yang paling banyak disorot dalam Open
Budget Survey. Hal ini dibuktikan dengan pertanyaan terkait konten NK dan RAPBN yang
berjumlah sebanyak 53 butir, diluar pertanyaan terkait batas publikasi. Beberapa peningkatan
secara konten dalam NK dan RAPBN diantaranya:
1) Penyajian kembali data belanja per jenis dalam NK dan RAPBN di bagian data pokok. Hal
ini memberikan informasi lebih lengkap bagi pengguna. Namun demikian, pembahasan
RAPBN di DPR tetap dilakukan berdasarkan klasifikasi per organisasi, fungsi, dan program
sehingga pembahasan data berjalan efektif.
2) Perkiraan asumsi dasar ekonomi makro juga telah mencantumkan besaran nominal
Produk Domestik Bruto sehingga dapat menjadi pembanding dalam perhitungan kinerja
ekonomi makro.
Pemerintah juga terus meningkatkan kinerja transparansi Anggaran. Mulai tahun 2020, Nota
Keuangan dan RAPBN juga menyajikan APBN dalam konteks yang tercantum dalam Bab
tersendiri yakni Bab 4 Prioritas Pembangunan dan Penguatan Reformasi Tahun 2021 serta
Evaluasi Anggaran Berdasarkan Wilayah Tahun 2019. Karena keterbatasan data, penyajian
dilakukan berdasarkan realisasi tahun sebelumnya. Selain itu, masih dalam lingkup belanja
negara. Cakupan spasial hanya wilayah pulau-pulau besar seperti wilayah Jawa, diikuti wilayah
Sumatera, wilayah Sulawesi, wilayah Maluku dan Papua, wilayah Kalimantan, dan wilayah Bali-
Nusa Tenggara. Selain itu, penjelasan dan informasi terkait sasaran dan kinerja K/L juga sudah
dipertajam dalam bentuk narasi yang tercantum dalam buku III Himpunan RKAKL.
Perkembangan atas transparansi anggaran Indonesia dapat dilihat pada table di bawah ini:
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap warga negara tidak akan dapat dilepaskan dengan
APBN. Tentu saja bukan makhluk yang bernama APBN, tapi komponen-komponen yang
mempengaruhi kehidupan. Contoh listrik yang kita konsumsi, didalamnya terdapat subsidi
dari negara, baik langsung maupun tidak langsung. Namun, tentu tidak efektif dan efisien jika
kita harus membaca setiap lembar Nota Keuangan dan RAPBN yang berjumlah 600 halaman
lebih hanya untuk mengetahui program prioritas apa yang bersentuhan dengan hidup kita. Nah
disini, perlu adanya dokumen yang bernama citizen budget. Dokumen tersebut merupakan
dokumen pelengkap atas dokumen APBN lainnya seperti Nota Keuangan dan RAPBN, Laporan
Semester, LKPP, serta Realisasi sementara APBN. Informasi APBN lebih cenderung digunakan
untuk Nota Keuangan dan RAPBN. Beberapa kali juga menggunakan istilah budget in brief.
Sementara untuk dokumen lainnya, kadang berwujud advertorial bahkan mungkin dalam
bentuk paparan multimedia.
Secara konten tidak terlalu banyak mengalami perubahan, namun dari sisi variasi isi semakin
fokus atas manfaat yang dirasakan masyarakat. Secara rinci perkembangan citizen budget
sebagai berikut:
Selain citizen budget, Pemerintah juga mendorong pemenuhan transparansi APBN di sisi
pelaksanaan APBN. Hal ini diwujudkan dalam in year report atau laporan realisasi anggaran.
Pemerintah mulai melakukan publikasi secara rutin terkait realisasi anggaran mulai Desember
2017 dengan dokumen yang sangat komprehensif yakni APBN Kinerja dan Fakta (Kita).
Dokumen ini memaparkan realisasi anggaran belanja secara baik organisasi, ekonomi dan
fungsi. Selain itu juga dipaparkan komponen pendapatan negara dan pembiayaan utang.
Dengan publikasi ini, masyarakat mengetahui berapa negara telah mengumpulkan pendapatan
negara, untuk apa dialokasikan dan seberapa besar pencairannya, serta tentu posisi defisit
dan utang.
Laporan Semester I APBN merupakan dokumen resmi yang wajib dipublikasikan sebagaimana
amanah dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam
laporan tersebut juga dicantumkan perkiraan realisasi tahun berjalan. Seiring dengan
peningkatan transparansi APBN di dokumen NK dan APBN, Laporan semester I APBN juga
mengalami penyesuaian terutama dalam penyajian realisasi K/L yang sudah dalam rincian
program. Secara rinci perkembangan konten transparansi APBN dalam laporan semester I
APBN sebagai berikut:
Laporan akhir tahun APBN telah memuat hal yang komprehensif sebagaimana dijelaskan
dalam Bab 2. Pada OBS 2010, laporan akhir tahun masih memiliki nilai D karena belum adanya
publikasi dari Pemerintah. Namun seiring dengan peningkatan akan pentingnya transparansi
anggaran, maka publikasi atas laporan akhir tahun dapat dilakukan. Dalam catatan IBP
pada OBS 2019, terdapat beberapa perbaikan diantaranya belum memuat rincian output
dan dampak kinerja belanja K/L. Perkembangan konten transparansi anggaran atas laporan
realisasi sementara sebagai berikut:
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat merupakan laporan keuangan pemerintah pusat yang
telah diamanatkan UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU no 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. Laporan tersebut diperiksa oleh BPK dan selanjutnya oleh
Pemerintah disampaikan ke DPR RI untuk mendapatkan persetujuan dalam bentuk UU. Seiring
dengan reformasi keuangan negara, Pemerintah telah melakukan penyajian secara akrual yang
tidak semata hanya mencakup realisasi anggaran. Tetapi juga terkait dengan aset keuangan
dan non keuangan. BPK juga melakukan kinerja secara independen dan memberikan reviu
penting sesuai standar internasional. Dalam satu tahun, laporan pemeriksaan oleh BPK
sebagai berikut:
1) Ringkasan eksekutif
2) Laporan Keuangan Audited
3) LHP Sistem Pengendalian Intern
4) Laporan Hasil Pemeriksaan kepatuhan
5) Laporan Hasil Reviu atas transparansi fiskal
6) Laporan Hasil Reviu atas Kesinambungan Fiskal
7) Laporan Hasil Reviu atas Kemandirian Fiskal
IBP memberikan rekomendasi bahwa laporan audit belum menyentuh extrabudgetary serta
beberapa tindak lanjut atas rekomendasi yang belum disampaikan kepada publik. Secara rinci
peningkatan konten transparansi anggaran dalam LKPP sebagai berikut:
Setiap tahun Pemerintah memiliki rencana aksi dalam peningkatan transparansi APBN.
Rencana aksi tersebut didasarkan hasil evaluasi kinerja transparansi APBN pada tahun-
tahun sebelumnya baik di ranah publikasi, pemenuhan konten, maupun partisipasi publik.
Selain itu, rencana aksi juga dapat muncul dari hasil berbagi pengalaman dari berbagai forum
transparansi anggaran baik di tingkat nasional maupun internasional. Di tingkat pemerintahan
daerah, transparansi anggaran juga berkembang seiring dengan meningkatnya antusiasme
warga terhadap APBD.
Sementara itu, dari negara anggota OECD, terdapat contoh dari Inggris dan Norwegia.
Inggris memiliki kelebihan dalam elaborasi perkiraan belanja prioritas per program dalam
jangka menengah. Selain itu, terdapat bab yang khusus membahas terkait produktivitas
yang membahas secara khusus terkait Investasi dalam program prioritas regional yang
mendukung pertumbuhan dan produktivitas nasional (HMT 2020). Sementara itu, Norwegia
juga menyampaikan penjelasan terkait dana extrabudgetary khususnya yang dikelola dari
Dana dari surplus penerimaan migas sebagai SWF dalam bentuk Government Pension Fund-
Global (GPFG) dan GPF Norway (Anon 2021)).
Dari Benua Afrika, kita dapat mengambil contoh Afrika Selatan. Negara tersebut memiliki
narasi yang kuat dalam desain APBN jangka menengah, sehingga target tahun anggaran juga
dibandingkan dengan proyeksi APBN Jangka Menengah tahun sebelumnya. Sementara itu
dari sisi peringkat kredit, dilakukan perbandingan dengan negara-negara lain baik berdasarkan
wilayah maupun kelas tingkat pendapatan suatu negara (Treasury 2020).
Tentu tidak ketinggalan yakni negara tetangga, Filipina. Perkembangan pesat transparansi
anggaran baik dari sisi konten maupun publikasi dokumen. Dari sisi konten, Filipina telah
memberikan keterkaitan narasi atas besaran antara rencana pembangunan jangka menengah
dan anggaran tahunan.Selain itu, narasi penjelasan juga disampaikan dalam supporting data
K/L. Sementara dari sisi publikasi, Filipina juga telah menyediakan file dalam bentuk open data
di situs resmi pemerintah (Open et al. 2019b).
S
eiring dengan reformasi keuangan negara, pembelajaran dan penyampaian aspirasi
publik terkait APBN sangat berkembang dalam satu dekade di Indonesia. Kementerian
Keuangan memiliki beberapa sarana mulai dari level sekolah dasar sampai tingkat
lanjutan Perguruan Tinggi. Selain itu, pembelajaran maupun sosialisasi dilakukan juga di secara
tematik dan segmented misalnya kepada para calon investor, pelaku usaha, dan perwakilan
dagang.
Partisipasi publik tidak dipisahkan sebagai salah satu fundamental bagi transparansi anggaran
atau keterbukaan anggaran. Mengingat pentingnya partisipasi publik, the Global Initiative for
Fiscal Transparency (GIFT), telah mendeklasikan hak warganegara dalam sebuah prinsip yang
disebut “High Level Principles of Fiscal Transparency, Participation and Accountability”. Prinsip
tersebut terdiri dari 10 hak warga negara dan actor-non negara yang memiliki kesempatan atas
rancangan dan pelaksanaan kebijakan fiskal (Global Initiative for Fiscal Transparancy 2016b).
Prinsip The GIFT High Level Principles didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui
Resolusi PBB 67/2018 yang mendorong negara-negara anggota untuk mengintensifkan upaya
untuk peningkatan transparansi, partisipasi dan akuntabilitas kebijakan fiskal, termasuk melalui
pertimbangan prinsip-prinsip yang ditetapkan keluar oleh GIFT. Selain itu juga, memberikan
dorongan ke negara anggota untuk mendorong diskusi, kerja sama, dan berbagi informasi
antara semua pemangku kepentingan guna membangun kapasitas dan berbagi pengalaman.
Berdasarkan prinsip partisipasi publik tersebut, maka dalam penyelenggaraan partisipasi publik
(Global Initiative for Fiscal Transparancy 2016b), Pemerintah perlu menjamin mengakomodasi
hal-hal sebagai berikut. Pertama, mudah di akses. Pemerintah harus memberikan fasilitas
partisipasi publik melalui diseminasi informasi fiskal dan data yang relevan, dalam format dan
menggunakan mekanisme yang memudahkan semua akses, memberikan pemahaman, dan
penggunaan data transformasi data dalam format open data. Kedua, Keterbukaan. Pemerintah
harus memberikan informasi lebih lengkap dan tanggap setiap pelaksanaan kegiatan, baik
terkait cakupan, ruang lingkup, hasil yang akan dicapai, proses dan batas waktu, serta harapan
dan realisasi atas kegiatan partisipasi publik
Selanjutnya partisipasi publik harus dilakukan secara inklusif yang mejadi komponen yang
ketiga. Inklusif, artinya pemerintah harus pro aktif menggunakan berbagai mekanisme untuk
menggapai keikutsertaan masyarakat dan aktor non pemerintah, termasuk masyarakat
tradisional dan kelompok rentan sosial, dan suara aspirasi yang jarang didengar. tanpa
membeda-bedakan basis suku, agama, ras dan antar golongan, sebagai masukan dalam
perumusan kebijakan fiskal. Pelaksanaan partisipasi publik juga harus mewadahi unsur
keempat yakni menghormati berbagai bentuk ekspresi diri. Artinya Pemerintah harus
memberikan izin dan dukungan kepada individu dan komunitas, termasuk mereka yang
bersentuhan langsung dengan kebijakan, untuk mengartikulasikan kebutuhan mereka dengan
berbagai bentuk dan sarana sesuai pilihannya. Meskipun, di sisi lain terdapat group lain yang
beraspirasi berbeda dengan lainnya.
Di samping itu, Pemerintah juga harus memperhatikan ketepatan waktu, kedalaman, dan
proporsional. Ketepatan waktu artinya memberikan waktu yang cukup bagi publik untuk
memberikan masukan dalam setiap tahap siklus/jadwal perumusan APBN dan kebijakan
fiskal. Memberikan kesempatan untuk dapat terlibat lebih awal, bahkan jika memungkinkankan
dapat terlibat pada tahap berikutnya. Sementara itu, kedalaman yang berarti mampu untuk
(i) Mendukung keterlibatan publik dengan menyediakan semua informasi yang relevan. (ii)
memberikan catatan garis besar, yang dilanjutkan dengan menginformasikan tujuan kebijakan
utama dan juga opsi/pilihan, maupun jalan tengah, (3) mengidentifikasi potensi dampak sosial,
ekonomi, dan lingkungan, (iv) memasukkan keragaman perspektif; serta (v) memberikan umpan
balik yang tepat waktu dan spesifik sebagai masukan publik dan memberikan penjelasan
bagaimana masukan tersebut dapat dimasukkan atau tidak dalam kebijakan atau saran resmi.
Di samping itu, proporsional artinya menggunakan kombinasi secara tepat atas mekanisme
yang dilakukam baik secara skala maupun dampak atas kebijakan yang dilakukan.
Partisipasi publik Indonesia masih perlu ditingkatkan. Hal ini melihat score OBI tahun 2019
sebesar 20. Angka tersebut di atas rata-rata dunia yang masih berkisar pada 14. Hasil
tersebut dihasilkan teruma dari edukasi APBN. Sementara dari sisi saluran/mekanisme
penyaluran aspirasi atas APBN masih menjadi tantangan. Berikut ini upaya pemerintah dalam
meningkatkan edukasi APBN dan partisipasi publik:
Portal data merupakan sebuah upaya Kementerian Keuangan untuk memberikan kemudahan
para pengguna dalam mencari data terkait anggaran dari periode tahun-tahun sebelumnya dan
juga proyeksi anggaran tahun berikutnya. Portal data APBN disusun dengan menggunakan
sumber data yang mudah untuk dapat diolah kembali (format open data). Penyusunan Portal
Data APBN melibatkan Pusintek, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Portal data
APBN dapat dilihat http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/.
Bagian portal data APBN terdiri dari dua bagian inti, yaitu:
1. Dataset
merupakan sebuah data series dalam bentuk format yang mudah diolah (xls dan csv).
Bagian ini:
a. Ringkasan APBN yang terdiri Ringkasan APBN merupakan postur APBN yang terdiri
dari besaran pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran, dan pembiayaan
anggaran series.
b. Pendapatan Negara
Berisi data series pendapatan negara per komponen yang terdiri atas Penerimaan
Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penerimaan Hibah disebut
Pendapatan Negara. Sebagai sumber pendanaan pembangunan, mobilisasi
Peta Anggaran
Peta anggaran merupakan visualisasi data realisasi anggaran baik per jenis, maupun tematik
dengan sebaran wilayah di Indonesia yang disajikan dalam bentuk peta sebagai salah satu
komitmen memudahkan pengguna untuk memahami dan fokus atas wilayah yang akan
menjadi perhatian.
Peta anggaran juga menampilkan format data dalam bentuk grafik. Data-data tersebut juga
dapat diunduh dalam format open data (xls.).
Berikut ini contoh hasil tampilan peta anggaran, yang dapat diakses melalui laman
www.peta.data-apbn.kemenkeu.go.id
Dengan melaksanakan kegiatan ini, maka output yang akan dihasilkan adalah:
a. Memberikan pengetahuan APBN kepada kelompok masyarakat sehingga dapat
memberikan masukan yang konstruktif;
b. Meningkatkan transparansi APBN
c. Mengetahui permasalahan publik terkait kebijakan-kebijakan APBN
d. Mendapatkan masukan mengenai kebijakan APBN dari masyarakat dan akademisi.
Kegiatan ini direncanakan melalui metode Budget Goes To Campus (BGTC) bekerjasama
dengan perguruan tinggi di wilayah Indonesia dengan target peserta yang terpenuhi
yaitu kurang lebih 310 orang. Pada prinsipnya kegiatan BGTC ini akan dihadiri dosen dan
mahasiswa di perguruan tinggi yang juga menjadi pusat kegiatan. Dosen dan mahasiswa
merupakan insan terdidik yang diharapkan dapat mudah menyalurkan aspirasi atas
perkembangan APBN di kawaasannya serta menularkan pengetahuannya ke kelompok
masyarakat lainnya Narasumber berasal dari eksternal lingkungan Direktorat Jenderal
Anggaran, sedangkan panitia merupakan gabungan antara pegawai DJA dengan para
mahasiswa/pegawai di perguruan tinggi. Mulai tahun 2020, kegiatan ini akan diadakan
secara online dikarenakan dampak COVID-19.
Olimpiade APBN, mencetak juara anggaran, merupakan inisiatif kami sebagai program
lanjutan dari DJA Menyapa untuk memacu motivasi para siswa untuk berkompetisi.
Dengan sasaran lingkup SMA di seluruh Indonesia, diharapkan para sekolah mendaftarkan
tim-tim terbaik mereka. Kami menjalin kerjasama dengan pihak PKN STAN, sebagai salah
satu bentuk nyata sinergi di lingkup Kementerian Keuangan, untuk mengadakan olimpiade
APBN ini. Pada kesempatan pertama Olimpiade APBN yang sudah berlangsung sejak 2018,
dan di 2019 terdapat 1466 tim dari seluruh provinsi di Indonesia yang memperebutkan
Piala Bergilir Olimpiade APBN.
Inisiatif kegiatan Olimpiade APBN ini dilaksanakan melalui strategi dan rencana sebagai
berikut:
a. Tahap Persiapan
Pihak Direktorat Penyusunan APBN bertemu dengan pihak dari PKN STAN untuk menjalin
kerjasama untuk menjalankan acara ini. Kita membicarakan waktu pelaksanaannya,
bahan ajar apa saja yang akan dilombakan dan mekanisme pelaksaannya. Kegiatan
koordinasi berupa rapat baik di DJA maupun di PKN STAN
b. Babak Penyisihan Awal
Babak penyisihan awal dilakukan dengan sistem online dengan peserta yang dibentuk
dalam tim mewakili sekolah masing-masing yang telah mendaftarkan sekolahnya
dan didapatkan tim yang lolos mewakili regional masing-masing (Regional Indonesia
Barat, Tengah, dan Timur) dengan 1 tim di tiap provinsi.
c. Penyisihan Regional
Babak lanjutan dari penyisihan awal, 15 tim yang telah lolos babak penyisihan 3
regional akan diundang ke PKN STAN untuk mengikuti penyisihan regional sampai
B. Partisipasi Publik
Dalam ranah partisipasi publik, Open Budget Survey menilai kesempatan publik untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses penyusunan APBN. Penilaian mencakup tahap
penyusunan, pelaksanaan dan pencatatan APBN oleh Pemerintah, tahap pembahasan yang
dilakukan di DPR RI, serta tahap pengawasan yang dilakukan oleh BPK. Capaian skor partisipasi
publik Indonesia pada OBI 2019 berada di sekitar 20. Capaian tersebut di atas rata-rata negara
di dunia. Di Kawasan ASEAN pun termasuk yang tertinggi, di bawah Filipina (Open et al. 2019).
Skor partisipasi publik berdasarkan tahapan proses penyusunan APBN (dengan skala 1-100)
sebagai berikut.
1. Penyusunan APBN mencapai nilai 13
2. Pelaksanaan APBN mencapai 25
3. Pengawasan mencapai nilai 56
Dalam praktiknya, partisipasi publik di Indonesia dilakukan secara beragam di tahapan siklus
penyusuna APBN sebagai berikut:
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
Partisipasi publik melalui pemerintah dilakukan dalam tahapa penyusunan dan pelaksanaan
APBN dapat dilakukan melalui jalur Presiden, K/L, dan Pemerintah Daerah.
Dalam peraturan DPR RI nomor 1 tahun 2020 tentang Tata Tertib, telah diatur dalam Pasal
59 ayat 5d yang mengatur tata pengaturan tugas komisi (DPR 2020), yang berbunyi rapat
dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi maupun atas permintaan pihak lain,
Untuk mengimplementasikan hal tersebut, BPK mulai aktif membangun media berbasis
teknilogi informasi seperti aplikasi mobile berbasis Android bernama SIPADU (Sistem
Pemantauan Aplikasi Pengaduan), platform online e-PPID (https://e-ppid.bpk.go.id), serta
P
andemi Covid 19 merupakan kebijakan luar biasa yang tentu belum terjadi sejak
Perang dunia ke II pada periode 1940 an. Keadaan yang belum diprediksi sebelumnya
tersebut membuat masyarakat dunia mengalami kepanikan luar biasa. Pembatasan
sosial digaungkan oleh semua negara baik di level perbatasan maupun tingkat masyarakat.
Perekonomian mengalami kegoncangan luar biasa. Hal ini direspon dengan kebijakan
extraordinary yang membuat belanja mengalami peningkatan signifikan. Sementara itu,
perolehan pundi-pundi penerimaan negara jelas merosot tajam. Bahkan penerimaan
negara didiskon untuk menggerakkan kembali ekonomi. Selain prioritas kesehatan melalui
pencegahan penularan dan kematian. Jelas hal yang menjadi fokus pemerintah disini adalah
dampak kemiskinan dan pengangguran.
Dalam menghadapi keadaan tersebut, Pemerintah harus bergerak cepat dan tepat. Tidak cukup
itu saja. Namun, dapat dilakukan secara transparan dan akuntabel. Dalam kejadian yang luar
biasa tersebut, kunci sukses pengambilan kebijakan anggaran (Wendling et al. 2020) terletak
pada: (1) meyakinkan warga negara dan pelaku usaha untuk mengetahui secara obyektif
terkait alokasi dan biaya paket kebijakan fiskal, serta dampaknya; (2) membantu secara
berkelanjutan dan masif terkait paket kebijakan fiskal, termasuk meyakinkan bahwa kebijakan
tersebut tidak akan sia-sia; (3) memberikan gambaran secara jelas terkait risiko jangka
menengah dan panjang atas kebijakan fiskal yang diambil; (4) memperkuat kepercayaan pasar,
dengan memberikan penjelasan atas kebijakan yang diambil secara konsisten, baik dampak
penguatan dalam jangka pendek maupun sikap kehati-hatian jangka panjang.
2. Pelaksanaan
Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana cara yang tepat dalam melakukan kontrol
dan tracking baik dukungan APBN maupun non APBN. Hal ini untuk meyakinkan bahwa
kebijakan darurat yang dilakukan efektif dan tepat sasaran. Dalam hal ini, diperlukan ruang
untuk dapat melakukan penyesuaian atas kebijakan fiskal sesuai kondisi terkini;
3. Pengawasan
Perlu penyusunan prosedur dan mekanisme pengawasan kebijakan publik yang
komprehensif. Mengingat di satu sisi, Pemerintah sedang merancang dan melaksanakan
kebijakan. Namun di sisi lain, perlu dilkaukan pengawasan oleh legislatif, badan pemeriksa,
lembaga non pemerintah maupun masyarakat umum, sehingga kebijakan tetap berada
dalam aturan yang berlaku.
Untuk menyusun dan melaksanakan kebijakan luar biasa tersebut, Pemerintah perlu bersinergi
secara baik dengan semua komponen baik legislastif dan yudikatif. Hal tersebut dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia dalam menyusun kebijakan luar biasa menghadap Pandemi Covid
19.
“Terima kasih, diskusi ini merupakan salah satu topik paling penting bagi Kementerian Keuangan.
Jika berbicara tentang akuntabilitas, transparansi, dan kredibilitas merupakan sebuah mata
uang yang nyata dalam perbendaharaan seorang reputasi internasional Menteri Keuangan.
Akuntabilitas merupakan prioritas tertinggi. Dalam menghadapi Situasi Covid, kita menghadapi
situasi yang luar biasa (extraordinary), bukan situasi yang normal. Bukan APBN yang normal.
Kita seperti dalam keadaan yang kena serangan tanpa persiapan, sehingga kita benar-benar
seperti seorang yang awam. Termasuk jika kamu berniat untuk accountable saat menghadapi
keadaan extrardinary. Kamu harus berpikir dulu tentang keadaan extraordinary juga. Pertama,
dalam normal situasi, APBN biasanya dibangun melalui proses yang sangat terbuka. Melibatkan
pembahasan bersama DPR. Penyusunan yang bersifat bottom up dan proses dengar pendapat
bersama masyarakat untuk mendapatkan apa kebutuhan dan apa sasaran pembangunan untuk
disusun dalam APBN. Setelah itu baru kita desain APBN, kita sampaikan rancangan UU untuk
disetujui, lalu diipublikasi agar masyarakat dapat mengetahui berapa biaya dialokasikan dan
kemana. Nah saat dalam Covid. Kamu memperoleh kendala yang besar. Orang tidak bisa pergi
secara bebas. Sementara ekonomi terkontraksi. Penerimaan negara juga jatuh, khususnya
Bagaimana kita harus memberikan akuntabilitas dalam desain APBN yang sangat berubah
drastis? Berubah karena kebutuhan mendesak sebagai dampak respon pemerintah dalam
menangani Covid 19. Dalam Kasus Indonesia, pertama, Pemerintah (Presiden) mengeluarkan
peraturan mendesak yakni peraturan pemerintah pengganti undang-undang karena ini situasi
yang emergency. Dan Perpu menjelaskan secara eksplisit tentang pengaturan keuangan negara
khususnya APBN dilakukan dalam keadaan yang mendesak. Berdasarkan Perppu tersebut kita
menyusun postur detail untuk APBN yang baru, jadi kita merevisi APBN. Mungkin saya beruntug,
dalam kasus Indonesia, Parlemen sangat mendukung kebijakan extraordinary yang dilakukan
Pemerintah. Saya berkomunikasi dan berkonsultasi dengan DPR. Hampir tidak ada ungkapan
keberatan maupun kesulitan dari DPR, karena DPR sangat mendukung tindakan cepat dan
efektif Pemerintah. Dan hal itu mengapa APBN kami dapat berubah secara drastis dari defisit 1,7
persen PDB menjadi 6,7 persen terhadap PDB hanya dalam 6 bulan. Dan masyarakat ingin tahu
mengapa tiba-tiba Anda meningkatkan defisit dalam jumlah besar? jadi harus kami jelaskan,
karena di satu sisi pendapatan turun, pengeluaran meningkat di sisi lainnya. Bahkan pengeluaran
akan dapat meningkat kembali karena ketidakpastian, karena biasanya kita tidak tahu yang akan
terjadi. Jadi kita mencoba menjaga akuntabilitas secara transparan. Semua proses sangat
sangat sangat transparan. Rincian program sangat detail atas program penannganan Covid 19.
Mengapa harus memotong anggaran untuk direalokasi ke dalam program penanganan Covid
19 sebesar 1% terkait kesehatan dari PDB kepada DPR. Terdapat apa rincian program tersebut.
Kita mengalokasikan berbagai macam pengeluaran seperti meningkatkan kapasitas/daya
tampung rumah sakit. Kita harus meningkatkan pengeluaran untuk melindungi rumah tangga
yang terdampak. Kita juga harus mengalokasikan kompensasi terhadap pasien yang terkena
Covid 19. Kita juga harus membayar atas testing, serta kebutuhan lainnya. Alokasi perlindungan
sosial meningkat tiga kali, 300 persen. Anda harus menjelaskan siapa yang mendapatkan alokasi
terbesar terkait peningkatan anggaran yang signifikan. Kita memiliki target awal, terus target
perluasan, kita memiliki target perluasan, by name by address dan by call number, dan area target.
Sistem di Indonesia juga tidak sempurna. Saya harus memulai dengan data yang tidak lengkap.
Sistem kadang-kadang memang belum siap secara penuh. Ketika kamu lihat, jaring pengaman
sosial selalu saja ada exlussion maupun inclussion error. Selalu ada orang yang mencoba untuk
mendapatkan manfaat dari itu dari situasi darurat, sehingga Anda harus siap untuk belajar dan
mengungkapkan tentang model potensi seperti itu. Kami berbicara dengan auditor internal untuk
melakukan pengawasan, bahkan dalam saat penyusunan kebijakan dilakukan. Dan kemudian
kami juga bekerja sama dengan penegak hukum, saksi potensial yang bisa menjelaskan hal
dimaksud. Dan itu, karena kami sangat sangat terbuka tentang apa desainnya.Dan kita coba
untuk melakukannya dalam situasi yang luar biasa yang harus direspon. Tetapi situasi luar
biasa bukan berarti kita tidak akuntable yang artinya berkompromi pada Integritas. Kita justru
berbicara jelas dan akan menginformasikan kepada dengan Anda, bahwa akuntabilitas dan
Sebagai tambahan informasi, di dalam Open Budget Survey 2021, International Budget
Partnership juga mencoba untuk menyiapkan dokumen tambahan yang disebut “the OBS
COVID module”. Dalam konteks ini, IBP akan menambahkan dokumen suplemen untuk
melakukan penilaian secara cepat (rapid assessment) terhadap transparansi dan akuntabilitas
dari paket-paket kebijakan fiskal darurat COVID-19 yang berlangsung selama periode 1 Maret
sampai dengan 30 September 2020. Adapun tujuan utama dari rapid assessment tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendokumentasikan proses transparansi dan akuntabilitas dari seluruh aspek
terkait pengelolaan fiscal selama krisis COVID-19 di seluruh negara di dunia
2. Untuk menginformasikan dialog kebijakan dengan pemerintah negara-negara di seluruh
dunia tentang praktik transparansi dan akuntabilitas selama masa pandemi; dan
3. Untuk berkontribusi pada forum diskusi internasional yang sedang berlangsung maupun
di masa yang akan datang, terkait norma-norma global yang muncul seputar manajemen
fiscal selama mas krisis.
Periode penilaian cepat ini berlangsung dari bulan Desember 2020 sampai dengan Januari
2021, dengan peserta sebanyak 120 negara. Adapun hasil temuan dari rapid assessment
tersebut akan diterbitkan pada bulan April 2021. Penelitian untuk penilaian cepat COVID-19
akan dilakukan melalui serangkaian 26 indikator baru yang dirancang berdasarkan norma dan
standar yang muncul yang sedang dikembangkan oleh berbagai badan internasional, antara
lain, seperti IMF, INTOSAI, Inisiatif Global untuk Transparansi Fiskal/Global Initiative for Fiscal
Transparency (GIFT), dan Open Contracting Partnership. Indikator-indikator ini disusun menjadi
empat bagian: gambaran umum naratif tentang fakta-fakta utama tentang paket kebijakan
fiskal darurat pemerintah dan tiga rangkaian indikator tentang aspek desain, implementasi,
dan pengawasan paket-paket kebijakan tersebut.
Paket kebijakan fiskal darurat dapat tersaji dalam bentuk yang berbeda-beda, dapat berupa
anggaran tambahan, undang-undang khusus lainnya, keputusan darurat, dan lain sebagainya.
Para peneliti harus menentukan opsi mana yang relevan di negara mereka. Di beberapa negara,
kebijakan respons COVID mungkin telah disetujui sebagai bagian dari proses anggaran tahunan
reguler, misalnya di negara-negara yang menggunakan tahun fiskal Juli hingga Juni. Jika lebih
dari satu paket kebijakan fiskal darurat telah diperkenalkan, maka peneliti harus memilih paket
terbesar sebagai dasar penilaian, atau paket yang secara umum dianggap paling penting
untuk tanggap pandemi. Dalam kasus apapun, peneliti harus menghubungi kontak IBP mereka
untuk berkonsultasi tentang paket mana yang perlu dipertimbangkan, dan jika ada pertanyaan
tentang tindakan pemerintah mana yang memenuhi syarat untuk penilaian.
Kuesioner disusun dalam empat bagian. Pada Bagian 1, peneliti akan diajukan serangkaian
pertanyaan tentang paket kebijakan fiskal darurat yang diperkenalkan oleh pemerintah
mereka. Peneliti diharapkan memberikan tanggapan naratif yang jelas di kotak jawaban.
Tautan dan bukti tambahan dapat dimasukkan ke dalam kotak referensi. Di Bagian 2, 3, dan
4, setiap indikator akan memiliki serangkaian opsi jawaban yang mencakup jenis data atau
informasi tertentu yang harus diterbitkan pemerintah. Pilihan jawaban ini akan disajikan
sebagai serangkaian “kotak centang”, dan peneliti akan menilai mana yang termasuk dalam
dokumen dan informasi yang dipublikasikan. Peneliti kemudian akan memilih semua opsi
yang berlaku. Jika tidak ada opsi yang dipublikasikan, peneliti harus memilih “tidak satu pun di
atas”. Peneliti akan diminta memberikan semua detail yang diperlukan untuk menjelaskan dan
membenarkan jawaban mereka. Ini termasuk menyediakan di kotak referensi kutipan lengkap
untuk setiap bagian informasi yang diterbitkan (termasuk sumber informasi, nama dokumen,
tautan web, nomor halaman, tabel, dll.), Serta menambahkan informasi tambahan atau detail
yang mendukung pilihan jawaban ke kotak komentar.
Sebagai sisten penilaian yang menggunakan mode dipercepat, Modul COVID tidak akan
ditinjau oleh peninjau sejawat (peer reviewer). Semua tanggapan akan ditinjau oleh IBP untuk
memastikan kepatuhan terhadap metodologi dan perbandingan lintas negara.
Selain itu, sifat Modul COVID yang cepat dan disederhanakan berarti dapat dipastikan bahwa
tingkat cakupan dan detail akan sedikit lebih dangkal dibandingkan dengan OBS versi lengkap,
Sebagai wujud respon cepat kebijakan Pemerintah tidak saja diewajantahkan dalam bentuk
kebijakan, tetapi juga dalam bentuk kelembagaan. Sejak awal Pandemi Covid 19, dibentuk
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dengan masa tugas Maret sampai dengan
Juli 2020. Namun demikian, satuan tugas ini dianggap belum merefleksikan prioritas ekonomi
yang juga menjadi prioritas. Untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan penanggulangan
penyakit koronavirus 2019 dan Pandemi COVID-19 di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite
Penanganan Coronavirus Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (disingkat KPCPEN)
melalui Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 yang akhirnya diubah dengan Perpres No
108 Tahun 2020.
KPCPEN terdiri dari 3 unsur yakni Komite Kebijakan, Satuan Tugas Penanganan Covid 19, serta
Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional. Komite Kebijakan memiliki
tugas untuk dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 serta pemulihan perekonomian
dan transformasi ekonomi nasional dengan uraian:
1. Menyusun rekomendasi kebijakan strategis kepada Presiden
2. Mengintegrasikan dan menetapkan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan strategis
serta terobosan yang diperlukan
3. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan strategis
Untuk memastikan program penanganan Covid 19 dapat berjalan secara efektif, efisien,
dan tepat sasaran, Pemerintah melakukan konsultasi kepada DPR RI yang dilakukan secara
kontinyu. Tercatat beberapa rapat pemerintah yang membahas program penanganan Covid
19 termasuk PEN di luar pembahasan dokumen APBN (Laporan Semester I APBN 2020, KEM
PPKF maupun APBN tahun 2021) sebagai berikut:
Setelah diterbitkan Perpu no 1 tahun 2020, Pemerintah menyampaikan Surat Presiden nomor:
R-19/Pres/04/2020 tanggal 1 April 2020, perihal penetapan Perpu no 1 tahun 2020 untuk
menjadi undang-undang. Atas dasar surat tersebut, DPR RI menggelar Rapat Konsultasi
pengganti Rapat Bamus tanggal 30 April 2020, yang menyepakati bahwa pembahasan
RUU tentang penetapan Perpu no 1 tahun 2020 diserahkan kepada Badan Anggaran DPR
RI. Berdasarkan pembahasan pemerintah dan Badan Anggaran, akhirnya dapat dilakukan
kesepakatan Rapat Kerja Pembahasan Badan Anggaran DPR RI pada tanggal 4 Mei tahun
2020. Selanjutnya dilakukan penetapan Perpu yang dilakukan pada Rapat Paripurna DPR RI
tanggal 12 Mei 2020 sehingga menjadi UU no 2 tahun 2020.
Selain dengan Badan Anggaran DPR RI, pemerintah juga melakukan konsultasi dengan
Komisi XI DPR RI terkait perkembangan makro fiskal secara berkala. Pembahasan ini semakin
berkembang setelah digulirkan program PEN tahun 2020. Dalam rapat ini juga dihadiri oleh
Gubernur Bank Indonesia, Ketua DK OJK, serta Ketua DK LPS.
Upaya pengawalan sudah dilakukan mulai tahap awal di internal pemerintah melalui Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pengawalan tersebut dilakukan baik dalam tahap
penyusunan maupun pelaksanaan kebijakan. Dalam tahap penyusunan, APIP terlibat dalam
proses revisi anggaran program penanganan Covid 19 dan Pemulihan ekonomi nasional
sebagaimana dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor: 39/PMK.02/2020 tentang Tata Cara
Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Anggaran