05 - Desy Kurnia Syafitri - 2101090 - Implementasi Saum
05 - Desy Kurnia Syafitri - 2101090 - Implementasi Saum
DISUSUN OLEH:
DESY KURNIA SYAFITRI
NOTAR: 21.01.090
Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah dengan judul “IMPLEMENTASI PENERAPAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL DI DKI JAKARTA”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih
banyak terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kritikan dan saran yang membangun akan
penulis terima.
Akhir kata, harapan penulis semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi pembaca.
A. Latar Belakang
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dalam waktu tertentu dengan menggunakan sebuah kendaraan yang
digerakkan oleh manusia, hewan, maupun mesin. Transportasi adalah suatu kegiatan
memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain, dan ke tempat-
tempat yang terpisah secara geografis, baik dengan atau tanpa sarana. (Morlok (1978);
Bowersox (1981); Steenbrink (1974)). Menurut UU no.14 tahun 1992 menyebutkan
bahwa angkutan adalah pemindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat
yang lain menggunakan kendaraan. Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM)
perkotaan (Urban Mass Transit) adalah sistem pelayanan angkutan umum dalam kota
yang beroprasi dalam rute tertentu, terjadwal, tarif tertentu dan tempat berhenti tertentu,
kapasitas besar, baik kapasitas angkut maupun kapasitas operasionalnya.
(Subagio,1995)
Saat ini, Jakarta menghadapi berbagai macam permasalahan khususnya
pergerakan perkotaan yang dapat terlihat dari tingginya tingkat kemacetan, layanan
angkutan umum yang masih relatif rendah, serta diperburuk dengan peningkatan
jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Tercatat dengan jumlah penduduk mencapai
10,5 juta jiwa, Jakarta merupakan kota dengan tingkat pergerakan yang sangat tinggi,
yaitu sebesar 26,4 juta perjalanan orang setiap harinya (ITDP, 2020). Wilayah DKI
Jakarta sendiri telah beraglomerasi wilayah pinggiran membentuk kawasan aglomerasi
yang kini dikenal sebagai Jabodetabek. Tuntutan terhadap pelayanan transportasi yang
semakin baik tentunya menjadi satu hal yang tak dapat diabaikan, terutama mengingat
Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian. Baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah terus mencoba untuk mengembangkan sistem transportasi untuk
dapat menyelesaikan permasalahan kemacetan yang ada di area perkotaan Jabodetabek.
Salah satu strategi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta untuk
menyediakan angkutan umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat adalah dengan
mengembangkan sistem Bus Rapid Transit (BRT). Angkutan umum massal tidak hanya
untuk peningkatan mobilitas masyarakat dalam menjangkau tujuan aktivitasnya, namun
juga dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, muncul adanya isu pentingnya
peran kebijakan baik pada skala regional hingga nasional dalam membentuk sistem
transportasi DKI Jakarta saat ini. TransJakarta sendiri disebut sebagai tulang punggung
transportasi utama bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya (ITDP, 2019). Khususnya
dengan peningkatan performa hingga capaian performa pada awal tahun 2020 dengan
jumlah penumpang harian mencapai hampir 1 juta penumpang (TransJakarta, 2020),
ditambah lagi, pada awal tahun 2021, DKI Jakarta juga menerima penghargaan dalam
ajang Sustainable Transport Award (STA) 2021.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi peran kebijakan
pemerintah daerah maupun kebijakan pada tingkat pusat dalam mendukung
peningkatan performa pada sistem operasional TransJakarta ini. Hasil dari penelitian
ini dapat menjadi suatu konseptualisasi kebijakan transportasi yang dapat diterapkan di
kota lain untuk mendukung penyelenggaraan sistem angkutan massal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, berikut merupakan rumusan masalah :
1. Bagaimanakah Sejarah BRT TransJakarta ?
2. Bagaimanakah perkembangan BRT TransJakarta ?
3. Bagaimana peran kebijakan transportasi pada performa BRT transjakarta?
4. Bagaimanakah peran regulator dalam BRT TransJakarta ?
5. Bagaimnakah peran operator dalam BRT TransJakarta ?
6. Bagaimanakah hubungan regulator dan operator dalam BRT TransJakarta ?
7. Bagaimanakah permasalahan atau tantangan BRT TransJakarta ?
8. Bagaimanakah sistem perkembangan BRT TransJakarta ?
Dalam menangani sistem BRT TransJakarta, Pemda DKI Jakarta melalui Dinas
Perhubungan berkoordinasi dengan PT. TransJakarta sebagai BUMD memberikan
anggaran tiap tahunnya untuk pengelolaan sistem BRT Trans Jakarta agar tetap
profesional, khususnya dalam penambahan armada bus, pemberdayaan SDM, dan
kerjasama dengan mitra PT. Trans Jakarta dalam membangun infrastruktur sistem BRT
TransJakarta yang berkesinambungan. Mengenai alokasi anggaran yang diberikan
Pemda DKI, Dishub memberikan informasinya bahwa anggaran yang diberikan terkait
khususnya untuk penambahan armada untuk eksiting.
Dalam rangka mensterilkan dan mengkonektifitaskan jalur sistem BRT
TransJakarta diperlukan satuan gabungan khusus yang merupakan perangkat pelaksana
implementasi kebijakan transportasi publik Transjakarta. Satuan Gabungan Khusus
atau Satgas merupakan gabungan dari Kepolisian, Dishub DKI Jakarta, Garnisun,
Propam Jakarta, Satpol PP, dan BLU Transjakarta. Karakteristik badan-badan
pelaksana ini untuk memperlancar implementasi kebijakan transportasi publik sistem
BRT TransJakarta perlu adanya koordinasi diantara para anggota satgas. Komunikasi
yang tidak baik didalam koordinasi diantara satgas menyebabkan terhambatnya
pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Jalinan komunikasi harus dilaksanakan secara
efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami.
Didalam menjalankan komunikasi antar organisasi badan-badan pelaksana,
terdapat pembagian tugas. Untuk melakukan strerilisasi jalur busway, pengamanan
halte busway, dan penertiban parkir liar, dilakukan oleh Kepolisian, Dishub DKI
Jakarta, Garnisun, Propam Jakarta dan Satpol PP. Sementara untuk pengoperasian
busway dilakukan oleh Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta. Permasalahan yang
terjadi antara badan-badan pelaksana dalam sistem BRT TransJakarta adalah
komunikasi yang masih kurang lancar,
Pada dasarnya kinerja implementasi kebijakan publik dalam sistem BRT
TransJakarta sangat dipengaruhi oleh para agen pelaksananya, dalam hal ini agen
pelaksana kebijakan publik meliputi Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta,
Organda, koperasi angkutan umum, dan juga PT TransJakarta sebagai operator. Hal ini
senada dengan teori Van Meter dan Van Horn yang menjelaskan bahwa dalam
implementasi suatu program, perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain,
dalam hal ini diperlukan komunikasi yang baik dan berkesinambungan. Perlu
komunikasi yang baik supaya tujuan kebijakan bisa disampaikan dan dimengerti
dengan baik.
H. PERMASALAHAN ATAU TANTANGAN YANG DIHADAPI BRT
1) Analisis Gap Untuk Aspek Operasional
A. Kesimpulan
1. TransJakarta adalah sistem transportasi massal berbasis bus yang beroperasi di
Jakarta, Indonesia. Singkatnya, sejarah TransJakarta dimulai pada tahun 2004
ketika proyek ini pertama kali diluncurkan sebagai upaya untuk mengatasi
masalah kemacetan lalu lintas yang parah di ibu kota Indonesia
2. Perkembangan kebijakan terkait Bus Rapid Transit (BRT) TransJakarta adalah
pengembangan jalur, peningkatan infrastruktur, kualitas layanan, system
pembayaran, tarif dan peningkatan armada.
3. Peran regulator sangat penting dalam operasional Bus Rapid Transit (BRT)
TransJakarta. Regulator, yang dalam konteks ini adalah pemerintah kota atau
otoritas transportasi setempat, memiliki tanggung jawab untuk mengatur,
mengawasi, dan mengelola berbagai aspek terkait dengan BRT
4. Operator bertanggung jawab untuk menjalankan layanan BRT sehari-hari,
termasuk mengatur jadwal bus, mengelola armada, dan memastikan bahwa
layanan berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
5. Operator BRT TransJakarta dan regulator bekerja sama dalam menjalankan
operasional sehari-hari sistem transportasi tersebut. Hal ini meliputi
penjadwalan layanan, pemeliharaan armada, pengaturan tarif, dan kepatuhan
terhadap peraturan yang ditetapkan.
6. Permasalahan BRT TransJakarta antara lain kemacetan dan kepadatan,
kekurangan infrastruktur, kualitas layanan yang variative, keselamatan dan
kenyamanan.
7. Dari segi system, TransJakarta memiliki aplikasi seluler dan situs web yang
memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi tentang jadwal bus,
rute, dan halte terdekat. Ini juga dapat digunakan untuk pembelian tiket dan
pembayaran tarif secara online.
B. Saran
Dalam upaya penerapan sistem baru transportasi umum massal diperlukan
upaya pendukung lainnya agar penerapan sistem yang baru dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan dapat diterima oleh masyarakat. Untuk mengontrol penerapan
sistem tersebut diperlukan hal-hal seperti :
1) Harus dibentuk tim perencana sistem transportasi, khusus melaksanakan
perencanaan sistem berdasarkan data-data survey yang mereka rancang
sehingga terencana sistem transportasi yang efektif dan efisien.
2) Harus dibentuk tim khusus pelaksana/ operator sistem yang memonitor
kegiatan sistem secara menyeluruh, sehingga semua kendala dan
permasalahan yang terjadi setiap saat dapat dipantau dan sekaligus
diselesaikan, sehingga aman, nyaman, lancar dan murah dapat diraihnya.
3) Harus dibentuk satgas yang membantu mengawasi dan menertibkan apabila
ada gangguan dari luar maupun dari dalam sistem itu sendiri, sehingga
sistem terus berjalan secara terus menerus tanpa mengalami kendala atau
hambatan-hambatan.
DAFTAR PUSTAKA