Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

REKAYASA LALU LINTAS LANJUTAN


SISTEM BUS RAPID TRANSIT ( BRT )

DISUSUN OLEH :
Muh. Dirmansyah
4518041099
Kelas C

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS BOSOWA
2021

i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tentang “
Pembatasan Kendaraan Pribadi

Dengan Menerapkan Sistem Bus Rapid Transit (BRT)” . makalah ini di tulis
dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas Lanjutan.Kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari cara susunan kalimat ataupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan ini kami menerima semua saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah
tentang Kemacetan lalu lintas dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 4 Oktober 2021


Penyusun

Muh. Dirmansyah

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ii
Daftar Isi .................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan ..............................................................................................1
1.1............................................................................................................................ Lat
ar Belakang .......................................................................................................1
1.2............................................................................................................................ Ru
musan Masalah..................................................................................................1
1.3............................................................................................................................ Tuj
uan dan Manfaat Penulisan ...............................................................................1
BAB II Pembahasan .............................................................................................3
2.1............................................................................................................................ Pen
gertian Bus Rapid Transit ( BRT ).....................................................................3
2.2............................................................................................................................ Sej
arah Bus Rapid Transit ( BRT ).........................................................................3
2.3............................................................................................................................ Bus
Rapid Transit ( BRT ) yang ada di Indonesia....................................................4
2.4............................................................................................................................ Sist
em Bus Rapid Transit ( BRT )...........................................................................5
BAB III Penutup ...................................................................................................11
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................11
3.2. Saran ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transportasi umum atau transportasi massal merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mengurangi adanya kemacetan lalu lintas khususnya di kota-
kota besar. Dalam pengadaan transportasi umum, pemerintah perlu
memperhatikan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan transportasi umum.
Transportasi umum harus menjamin penumpangnya sampai di tempat tujuan
dengan selamat dan terhindar dari adanya kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah no. 43,
Th. 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, yang dimaksud dengan
kecelakaan lalu lintas adalah: “Suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka-sangka
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu :
a. Pengertian Bus Rapid Transit ( BRT ),
b. Sejarah Bus Rapid Transit ( BRT ),
c. Mengenal Bus Rapid Transit ( BRT ) yang ada di Indonesia, dan
d. Mengenal Sistem Bus Rapid Transit ( BRT ).

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk mengenal lebih dalam tentang salah satu
terobosan sarana Transportasi yang dikenal dengan Bus Rapid Transit ( BRT ).
Dibawah ini beberapa point manfaat dan tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu :
a. Untuk mengetahui secara umum tentang pengertian dan sejarah Bus Rapid
Transit ( BRT ),
b. Untuk lebih mengetahui tentang penerapan sistem Bus Rapid Transit,

1
c. Memperoleh gambaran lengkap tentang perencanaan sistem Bus Rapid
Transit (BRT) sebagai pilihan angkutan umum massal di kota Metropolitan
Jakarta, termasuk pengaturan angkutan pengumpan (feeder) dalam
peningkatan kapasitas angkut sistem BRT dan integrasi transportasi,
d. Sebagai tugas pada mata kuliah “Rekayasa Lalu Lintas Lanjutan”.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bus Rapid Transit ( BRT )
Bus Rapid Transit (BRT) atau busway merupakan bus dengan kualitas tinggi
yang berbasis sistem transit yang cepat, nyaman, dan biaya murah untuk mobilitas
perkotaan dengan menyediakan jalan untuk pejalan kaki, infrastrukturnya, operasi
pelayanan yang cepat dan sering, perbedaan dan keunggulan pemasaran dan
layanan kepada pelanggan. Bus Rapid Transit (BRT), pada dasarnya mengemulasi
karakteristik kinerja sistem transportasi kereta api modern. Satu sistem BRT
biasanya akan dikenakan biaya 4-20 kali lebih kecil dari Light Rail Transit (LRT)
dan 10-100 kali lebih kecil dari sistem kereta api bawah tanah.

2.2. Sejarah Bus Rapid Transit ( BRT )


Pada tahun 1937, Chicago sudah mulai merencanakannya yang kemudian
diikuti oleh Washington D.C pada kurun waktu 1956-1959. Tidak berhenti disitu,
pada tahun 1959, St. Louis juga sudah mulai merancang, dan Milwaukee
menyusul pada tahun 1970 (Barton-Ashman Associates, 1971). Pengembangan
pertama dalam skala besar dari layanan bus ekspress dimulai di Curitiba (Brazil)
pada tahun 1974, tetapi ada beberapa proyek-proyek kecil sebelum pembangunan
itu. Sejak itu, pengalaman Curitiba telah meberikan inspirasi pada kota-kota lain
untuk mengembangkan sistem serupa. Pada tahun 1970-an, pengembangan sistem
BRT telah terbatas pada Amerika Utara dan Selatan. Pada akhir tahun 1990-an,
reproduksi konsep BRT mulai tumbuh kembali dan di buka di Quito- Ekuador
pada tahun 1996, Los Angeles- USA pada tahun 1999 dan Bogota, Kolombia
pada tahun 2000. Diatas semua, proyek TransMilenio di Bogota mulai beroperasi
pada tahun 2000 dan keberhasilan nya telah menarik perhatian masyarakat
internasional sebagai contoh sistem BRT.
Di Asia, sebelum tahun 2000, percobaan BRT sangat terbatas ada jumlah dan
cakupannya. Sistem BRT di Nagoya- Jepang dan Taipe, China telah dianggap
sistem yang relative lengkap dikawasan Asia (Wright, 2005). Penyebaran BRT di
3
Asia menjadi lebih jelas sejak tahun 2004. Pada tahun 2004, jalur bus
Transjakarta mulai beroprasi dari Blok M menuju Kota. (Hook dan Ernst, 2005).
Pada tanggal 1 Juli 2004, 3 koridor BRT sepamjang 37 km telah dibangun di
Seoul, Korea Selatan (Pucher dan al. 2005). Pada tangal 25 Desember 2004, tahap
pertama komersial BRT diluncurkan di Beijing,China sepanjang 5 km (Chang,
2005). Di Bangkok, proyek BRT telah diumumkan pada tahun 2004 oleh
Gubernur baru di Bangkok Administration (BMA), dan dibuka pada Oktober
2005.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam BRT (Bus Rapid Transit) dengan
keunikannya masing-masing pada beberapa negara seperti Colombia, China, dan
Indonesia.

2.3. Bus Rapid Transit ( BRT ) yang ada di Indonesia


Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 22/2009 tentang LLAJ pasal 139,
bahwa pemerintah (pemerintah pusat dan Daerah) wajib menjamin tersedianya
angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan /atau barang. Baik itu antarkota,
antarProvinsi, wilayah Kabupaten/Kota.
Sedikitnya ada lebih dari 10 kota di Indonesia yang sudah mengembangkan
transportasi umum Bus Rapid Transit (BRT). Meski dalam perkembangannya
belum menunjukkan hasil yang signifikan mengatasi masalah transportasi kota.
Gagasan membangun BRT di Indonesia jelas akan lebih baik dan efisien untuk
menyediakan angkutan umum bagi rakyat di masa mendatang.
Selain Jakarta, beberapa kota di Indonesia juga memilik BRT. Kota-kota itu,
antara lain Bogor (TransPakuan), Yogyakarta (Trans Jogja), Bandung (Trans
Metro Bandung), Palembang (Trans Musi), Semarang (TransSemarang),
Pekanbaru (Trans Metro Pekanbaru), Solo (Batik Solo Trans), Trans Sarbagita
(Denpasar), Padang (Trans Padang), dan Makassar (Busway Trans
Mamminasata). Beberapa kota besar seperti Medan dan Surabaya hendak
menyusul membuat sistem transportasi yang sama. Dari BRT-BRT setelah
TransJakarta itu beberapa juga menggunakan kartu elektronik seperti
4
TransSemarang, Batik Solo Trans, Trans Jogja, dan Trans Musi. BRT-BRT itu
juga tak sepenuhnya mengikuti TransJakarta untuk jalur alias tanpa separator.
Beberapa BRT ini malah ada yang terhubung langsung ke bandar udara, stasiun
kereta api, bahkan dermaga bus air seperti Trans Jogja, Batik Solo Trans, Trans
Semarang, Trans Musi, dan Trans Metro Pekanbaru.
2.4. Sistem Bus Rapid Transit ( BRT )
Bus Rapid Transit adalah sebuah angkutan bus yang digunakan sebagai sistem
angkutan umum yang dapat mengantarkan dengan cepat, nyaman dan biaya yang
efektif untuk mobilitas penduduk perkotaan. Melalui pengalokasian jalur lintasan
jalan sebelah kanan dan pelayanan publik yang memuaskan, performa dan
karakteristik BRT pada dasarnya menyerupai pelayanan sistem angkutan umum
berbasis rel, tetapi membutuhkan biaya yang lebih sedikit. Sistem BRT
membutuhkan biaya 4 sampai 20 kali lebih murah dibandingkan dengan sistem
Light Rail Transit (LRT). Definisi BRT yang lainnya adalah moda transportasi
yang mengkombinasikan kualitas rail transit dan fleksibilitas dari bus.
Bentuk BRT telah muncul dalam diaplikasikan di Amerika Utara dan Eropa.
Namun demikian, konsep yang sama juga terdapat di seluruh dunia dengan nama-
nama yang berbeda. Bentuk-bentuk tersebut termasuk :
 High-Capacity Bus Sistems,
 High-Quality Bus Sistems
 Metro-Bus,
 Surface Subway,
 Express Bus Sistems, dan
 Busway Sistems,
Bentuk-bentuk tersebut bisa sangat beragam pada negara yang satu dengan
negara lain, dasar pikiran yang sama adalah sebagai berikut: kualitas tinggi,
kompetitif armada untuk pelayanan angkutan umum dalam biaya yang sesuai.
Penyederhanaannya, bentuk BRT akan di utilisasikan dalam pembahasan ini
untuk menggambarkan secara umum tipe-tipe dari sistem tersebut. Namun

5
demikian, bentuk ini diakui bahwa konsep dan bentuknya tak dapat diragukan lagi
hingga dilanjutkan ketahap pengembangan.
Ciri-ciri Bus Rapid Transit termasuk koridor busway pada jalur terpisah
sejajar atau dipisahkan secara bertingkat dan teknologi bus yang dimodernisasi.
Meskipun demikian, terlepas dari pemilahan busway, sistem BRT secara
umum meliputi :
 Menaikkan dan menurunkan penumpang dengan cepat
 Penarikan Ongkos yang efisien
 Halte dan stasiun yang nyaman
 Teknologi bus bersih
 Integrasi moda
 Pemasaran modern
 Layanan pelanggan yang sangat baik

Angkutan pengumpan (feeder) memberikan layanan kepada semua sektor


perumahan dan komersial dari kota. Di bagian kota yang padat memerlukan
volume kendaraan yang tinggi untuk mencapai kapasitas yang diperlukan, daerah
perumahan yang memiliki kepadatan rendah mungkin paling efektif dilayani
dengan kendaraan kecil. Namun, pada saat yang sama, konsumen umumnya tidak
mau pindah kendaraan ketika diberi pilihan. Pertanyaan untuk perencana sistem
BRT adalah bagaimana untuk memenuhi beragam kebutuhan dan pilihan ini.

Perumahan pada daerah yang kecil tidak harus menjadi korban dari sistem.
Sistem desain yang baik dapat mengakomodasi berbagai populasi agar mencapai
layanan kota secara menyeluruh. Secara umum, terdapat dua pilihan layanan yang
dapat melayani kota dengan kepadatan yang tinggi dan yang rendah. Pilihan
layanan tersebut adalah :

a. Layanan angkutan pengumpan (feeder)

b. Layanan langsung.

6
Layanan angkutan pengumpan (feeder) yang menggunakan kendaraan kecil
pada wilayah dengan kepadatan rendah kemudian mengharuskan penumpangnya
untuk pindah ke kendaraan yang berkapasitas besar pada terminal. Layanan
angkutan pengumpan (feeder) relatif lebih efisien jika beroperasi dekat dengan
kendaraan yang memiliki karakteristik sesuai dengan permintaan. Akan tetapi,
layanan tersebut secara tidak langsung akan membuat penumpang pindah
kendaraan untuk dapat mencapai tujuannya. Proses perpindahan ini dapat dilihat
sebagai beban untuk beberapa penumpang.

Layanan langsung menghindari transfer penumpang karena dengan kendaraan


yang sama melayani wilayah angkutan pengumpan (feeder) dan koridor utama.
Akan tetapi, layanan langsung menimbulkan biaya tambahan untuk
pengoperasian kendaraan yang tidak sesuai dengan permintaan yang sebenarnya.
Layanan langsung akan membuat kendaraan besar masuk ke daerah dengan
kepadatan yang rendah dimana sedikit penumpang yang akan naik bus tersebut.

7
Alternatifnya adalah layanan langsung mungkin akan membuat kendaraan
kecil beroperasi secara efisien pada wilayah angkutan pengumpan (feeder).
Layanan langsung mungkin juga mengharuskan penumpang untuk pindah jika
tujuannya adalah koridor yang beberbeda dari koridor pada jaringan yang
terdekat. Gambar: menggambarkan perbandingan antara layanan angkutan
pengumpan (feeder) dengan layanan langsung.

Pada umumnya, sistem BRT yang berhasil beroperasi dengan layanan


angkutan pengumpan (feeder). Namun juga terdapat beberapa contoh sistem,
seperti di Porto Alegre (Brazil) dan di Kunming (China) yang beroperasi dengan
sistem layanan langsung. Keputusan untuk memilih layanan angkutan pengumpan
feeder atau layanan langsung dapat tergantung pada banyak faktor, termasuk
struktur dari kota tersebut, variasi dari kepadatan populasi, dan permintaan
layanan terhadap sektor-sektor yang berbeda pada kota, jarak yang ditempuh, dan
struktur bisnis dari sistem.

Layanan angkutan
Faktor Layanan Langsung
pengumpan (Feeder)
Kepadatan populasi Layanan angkutan Layanan langsung akan
pengumpan (feeder) efisien efisien jika terdapat
dengan perbedaan yang perbedaan yang kecil pada
signifikan pada kepadatan kepadatan populasi rute
populasi antara koridor yang dilewatinya
utama dan kawasan
Struktur bisnis Memperbolehkan sistem Menawarkan sistem terbuka
tertutup dimana hanya dimana semua angkutan
operator tertentu yang boleh umum diperbolehkan masuk
masuk ke dalam sistem ke dalam sistem

8
Konfigurasi Memperbolehkan median Biasanya batas desain untuk
busway busway, yang memiliki sisi yang sejajar busway
keuntungan untuk membuat transfer antar
menghindari konflik dengan koridor lebih sulit
kendaraan lain dan
memperbolehkan transfer
antar koridor
Tipe Kendaraan Rute jaringan dapat Sulit untuk mengizinkan
mengakomodasi kendaraan articulated atau bi-
articulated atau bi- articulated karena radius
articulated; rute angkutan perputaran
pengumpan (feeder) kendaraan tersebut terlalu
menggunakan bus berukuran besar untuk
standard atau lebih kecil jalan yang kecil
Waktu tempuh Waktu tambahan dibutuhkan kumpulan dari
untuk transfer, tetapi kendaraan sepanjang
kecepatan maximal selama busway dapat
perjalanan busway sering mengurangi
kecepatan
dan meningkatkan waktu
perjalanan
Kapasitas Arus penumpang yang tinggi Kumpulan dari kendaraan
dapat diatasi secara efisien yang bersamaan dengan
dengan layanan angkutan busway dapat menghalangi
pengumpan (feeder) arus penumpang dengan
layanan langsung
Jarak tempuh Dampak akibat transfer lebih Menghindari transfer dapat
sedikit jika jarak dilakukan
keseluruhan cukup panjang khususnya di perjalanan jarak
(10 km atau lebih) pendek

Sarana Angkutan Pengumpan ( Feeder )

 Prasarana Jalan
Angkutan pengumpan (feeder) biasanya menggunakan jalur yang
berdekatan dengan pinggiran jalan dibanding di median. Jadi, jalur bus
untuk angkutan pengumpan (feeder) tidak dilindungi oleh sebuah
9
pembatas dari laulintas bebas. Laulintas bebas akan butuh mengakses jalur
pinggir dalam rangka mengatasi putaran atau mengakses parker
 Halte
Sebuah layanan angkutan pengumpan (feeder) resmi harus membuat halte.
Penempatan halte angkutan pengumpan (feeder) agak lebih dekat daripada
jarak yang dianjurkan untuk angkutan pada trayek utama (trunk line), yang
kira-kira 300 meter sampai 1000 meter. Karena kondisi pejalan kaki
sepanjang trayek angkutan pengumpan (feeder) dapat kurang
dikembangkan daripada angkutan pada trayek utama (trunk line).
 Prasarana Gabungan

Prasarana gabungan akan tersusun dari beberapa komponen-komponen,


komponen tersebut antara lain :

 Prasarana pejalan kaki


 Prasarana sepeda
 Terminal taksi terintegrasi
 Prasarana gabungan untuk sistem angkutan umum lain
(contohnya, angkutan air, angkutan kereta api, dan lain-
lain)
 Fasilitas perjalanan dan taman

Integrasi Transportasi

Seperti halnya semua sistemtransportasi umum, sistem BRT dapat didesain


dan dilaksanakan secara tersendiri. Bahkan, sistem seperti itu hanyalah satu 20
elemen dalam keseluruhan kerangka kerja perkotaan dari sebuah kota dan
kumpulan dari opsi mobilitas. Agar efektif, BRT haruslah benar-benar terintegrasi
dengan semua opsi dan moda. Opsi transportasi lain seperti berjalan kaki,
bersepeda, berkendara, taksi, dan sistem transportasi umum lainnya seharusnya
tidak menjadi pesaing bagi sistem BRT, namun lebih sebagai layanan pelengkap
yang di banyak kasus akan berinteraksi dengan BRT sebagai sekumpulan opsi tak

10
bersambung yang melayani semua aspek permintaan pelanggan.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari tahun ketahun masalah kemacetan lalu lintas tidak kunjung
mnedapatkan solusi dan di perkirakan akan terus bertambah karena pertambahan
kendaraan bermotor 11% tiap tahun nya, sedangkan pertambahan jalan hanya 1%
pertahun nya. Dari perbandingan tersebut kita bias membayangkan masalah
kemacetan ini sangat sulit diatasi.
Untuk mengurangi kemacetan dengan membatasi jumlah kendaraan pribadi
Tetapi sebelum itu diterapkan, moda transportasi publik harus diperbaiki terlebih
dahulu sehingga masyarakat punya pilihan yang nyaman. Tanpa ada perbaikan
transportasi umum yang memadai pembatasan kurang efektif.
Salah satunya menerapkan sistem Bus Rapid Transit (BRT). Bus Rapid
Transit adalah sebuah angkutan bus yang digunakan sebagai sistem angkutan
umum yang dapat mengantarkan dengan cepat, nyaman dan biaya yang efektif
untuk mobilitas penduduk perkotaan. Dan Angkutan pengumpan (feeder)
memberikan layanan kepada semua sektor perumahan dan komersial dari kota. Di
bagian kota yang padat memerlukan volume kendaraan yang tinggi untuk
mencapai kapasitas yang diperlukan, daerah perumahan yang memiliki kepadatan
rendah mungkin paling efektif dilayani dengan kendaraan kecil.

3.2. SARAN
1. Pemerintah sebaiknya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan angkutan
umum, agar masyarakat tertarik untuk beralih dari kendaraan pribadi ke
kendaraan umum.
11
2. Operator angkutan pengumpan (feeder) seharusnya bekerja sama dengan
Transjakarta, sehingga memudahkan penumpang yang ingin menggunakan
busway, baik dari segi pembayaran maupun pemberhentian. Dimana
penumpang hanya membayar satu kali untuk dapat menggunakan
angkutan pengumpan (feeder) dan busway, selain itu angkutan pengumpan
(feeder) juga dapat masuk ke jalur busway sehingga dapat menaikkan dan
menurunkan penumpang pada halte busway.
3. Disediakan angkutan pengumpan (feeder) pada waktu jam sibuk dengan
jumlah armada yang memadai

12
DAFTAR PUSTAKA

http://dishub.jabarprov.go.id/artikel/view/566.html

13

Anda mungkin juga menyukai