Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH MEWARNAI DOODLE ART TERAPI TERHADAP


KECEMASAN PRE SIRKUMSISI PADA ANAK DI RUMAH
SUNAT SEMARANG 2023

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan Pada Universitas Karya Husada Semarang

Disusun Oleh :

NOVITA NUR RAHMAWATI


1803067

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2023

i
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
Proposal yang disusun oleh :
Nama : Novita Nur Rahmawati
Nim 1803067
Prodi : S1 Keperawatan
Judul : Pengaruh Mewarnai Doodle Art Terapi Terhadap Kecemasan Pre
Sirkumsisi Pada Anak Di Rumah Sunat Semarang

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji Proposal Program Studi S1


Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Karya Husada
Semarang.

Pada hari :

Tim Penguji :

1. Ns. Witri Hastuti, M.Kep Penguji Utama ………………………….

2. Ns. M. Jamaluddin, M.Kep Pembimbing I ………………………….

3. Ns. Shindi Hapsari, M.Kep Pembimbing II …………………………

iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberi rahmat, hidayah, anugerah, dan nikmat-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan pembuatan skripsi penelitian dengan judul “Pengaruh

Mewarnai Doodle Art Terapi Terhadap Kecemasan Pre Sirkumsisi Di

Rumah Sunat Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan di

Universitas Karya Husada Semarang.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ns. Fery Agusman MM, Sp. Kom selaku Rektor Universitas Karya Husada

Semarang yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

2. Ns. Witri Hastuti, M.Kep selaku Dekan Universitas Karya Husada Semarang

dan selaku penguji utama yang telah membantu menyelesaikan proposal ini.

3. Ns. Sonhaji, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan Universitas

Karya Husada Semarang.

4. Ns. M. Jamaluddin, M.Kep selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan

bimbingan dan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini dengan baik.

5. Ns. Shindi Hapsari, M.Kep selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan

bimbingan dan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini dengan baik.

6. Bapak dan Ibu dosen Universitas Karya Husada Semarang yang telah

memberikan ilmu yang tidak terhingga nilainya.

iv
7. Bapak/Ibu yang telah bersedia menjadi responden.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Walniyanto dan Ibu Dalmini yang paling hebat

sepanjang masa yang sangat penulis sayangi dan yang tidak henti-hentinya

memberikan perhatian, doa, kasih sayang dan dukungan baik secara materi

maupun non materi.

9. Kakak penulis Supri, Fajar, Adie, Sya’ada, Chintya yang memberikan motivasi

dan doa dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna, oleh karena ini

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan

penyempurnaan proposal ini.

Semarang, 29 November 2023

Penulis

v
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang Masalah

Sirkumsisi merupakan prosedur pemotongan preputium. Prosedur ini

dilaksanakan karena tujuan medis, adat, dan keyakinan. Sirkumsisi

merupakan operasi minor yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan di

dunia (Abdul Wahab AA,2013). Sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor

untuk membuang kulit prepusium penis sehingga glans penis menjadi

terbuka. Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah khitan atau

masyarakat sering menyebutnya dengan kata sunat (Johnsdotter & Essén,

2016).

Sirkumsisi atau sunat dilakukan sekitar 25-33% dari total populasi

laki-laki di dunia. Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan

Sirkumsisi. Di Indonesia usia yang paling sering adalah 5-12 tahun dan

banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85 % (8,7 juta).

Prevalensi sirkumsisi di dunia paling banyak terjadi di dunia yang warganya

beragama islam yaitu 70 %. Di Amerika 71,2%, Afrika 44,7%, Cina 14%,

Spanyol 6,6%, Australia 26,6%, India 13,5%, Jepang 9 %, Afganistan 99,8 %

dan Thailand 23,4 % (Ferasinta,2020). Sesuai data sensus penduduk di Kota

Semarang ada sekitar 121.061 anak usia 6 – 12 tahun, di antaranya 188.843

anak laki laki dan 61.865 anak di Kota Semarang, itu artinya ada anak di usia

6 – 12 tahun yang akan melakukan Sirkumsisi. Dari data di Rumah Sunat

Semarang pada bulan Januari sampai November 2023 terdapat 470 anak yang

1
2

Sirkumsisi, rata-rata anak yang akan melakukan khitan ditempat tersebut

mengalami masalah seperti ketakutan, menangis, menolak untuk masuk ke

ruangan dan minta di temani oleh orang tua saat ingin masuk ke ruangan. Hal

ini menunjukan bahwa permasalahan mendasar pada anak yang akan

dilakukan tindakan Sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang banyak yang

mengalami kecemasan sebelum dilakukan sunat (sirkumsisi).

Kecemasan pada anak sebelum dilakukan tindakan merupakan salah

satu penyulit. Kecemasan yang pada anak pre sirkumsisi akan menyebabkan

perangsangan sistem saraf otonom dan rasa takut (stressor) akan direspon

oleh medulla adrenal yang akan merangsang saraf simpatik lalu

menghasilkan hormon ephineprin yang menyebabkan jantung berdetak lebih

cepat yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung,

respirasi, respon kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang tidak nyaman,

misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktifitas motorik. Hal ini

sangat berbahaya, salah satunya karena tingginya denyut jantung dan

meningkatkan kebutuhan akan oksigen dan kerja jantung, sehingga kondisi

pasien yang diliputi kecemasan akan memperkuat rangsangan nyeri yang

diterimanya, karena kecemasan menyebabkan zat penghambat rasa nyeri

tidak dapat disekresikan. Jika hal ini tidak tertangani, maka proses sirkumsisi

tidak akan berjalan kooperatif, sehingga anak akan menangis, memberontak

dan menolak untuk melanjutkan proses sirkumsisi. (Rahayuningrum et al.,

2020).

Berbagai respon yang muncul pada anak ketika mengalami kecemasan


3

seperti sikap mencoba untuk menunda tindakan sirkumsisi. Selain itu ada

respon fisik pada saat cemas timbul seperti mengepalkan tangan, gigi

gemetar, tubuh menjadi kaku, mata anak tertutup dan dahi berkerut.

Kecemasan yang dialami anak akan menyebabkan anak merasa tidak nyaman,

takut dan merasa bahwa dirinya akan ditimpa suatu kejadian yang buruk,

sementara individu tersebut tidak mengerti mengapa perasaan tersebut terjadi.

Jika kecemasan tidak tertangani dengan baik maka saat proses sirkumsisi

tidak bisa kooperatif maka anak akan menolak tindakan. Sehingga diperlukan

tindakan untuk mengatasi nyeri anak dengan memberikan tindakan non

farmakologi, salah satunya dengan memberikan terapi mewarnai doodle art.

(Rahayuningrum et al., 2020).

Anak-anak yang belum bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran

mereka misalnya pada anak pre sirkumsisi, permainan menggambar, melukis

atau mewarnai merupakan permainan yang sesuai prinsip bermain di Rumah

Sunat Semarang dan dapat membantu mengekspresikan pikiran perasaan

cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Mewarnai doodle art adalah terapi

permainan melalui gambar untuk mengurangi stress dan kecemasan serta

meningkatkan komunikasi pada anak. Melalui mewarnai gambar doodle art,

seorang dapat menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang

dialaminya kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara

psikologis menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan perasaan-

perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat dimunculkan

kedalam realita melalui gambar. Melalui mewarnai doodle art, seseorang


4

secara tidak sadar telah mengeluarkan amigdalanya, yaitu mengekspresikan

rasa sedih, tertekan, stres, menciptakan gambaran-gambaran yang membuat

kita kembali merasa bahagia, dan membangkitkan masa-masa indah yang

pernah kita alami bersama orang-orang yang kita cintai. Melalui aktifitas

mewarnai emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan,

sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai

dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu

dalam mengurangi stress cemas yang dialami anak. (Widiyono,2012)

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti laksanakan di Rumah

Sunat Semarang, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada 10

orang tua dan anak pre sunat atau sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang

sebagaian besar mengatakan bahwa anak mengalami masalah seperti

ketakutan, menangis, menolak untuk masuk keruangan dan minta ditemani

oleh orang tua saat ingin masuk kerungan sirkumsisi. Hal ini menunjukkan

bahwa permasalahan mendasar pada anak yang akan melakukan sirkumsisi di

Rumah Sunat Semarang adalah perasaan cemas.

Berdasarkan dari data dan latar belakang di atas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Mewarnai Doodle Art Terapi

Terhadap Kecemasan Pre Sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: “ Apakah pengaruh mewarnai
5

doodle art terapi terhadap kecemasan pre sirkumsisi di Rumah Sunat

Semarang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh mewarnai doodle art terapi terhadap kecemasan

pre sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pre sirkumsisi

sebelum mewarnai doodle art terapi di Rumah Sunat Semarang

b. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pre sirkumsisi

sesudah mewarnai doodle art terapi di Rumah Sunat Semarang

c. Menganalisis pengaruh mewarnai doodle art terapi

terhadap kecemasan pre sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden (Masyarakat)

Masyarakat diharapkan mendapatkan pengetahuan tentang cara

penanganan kecemasan pre sirkumsisi pada anaknya dengan

menggunakan doodle art terapi.

2. Instansi Pendidikan

Hasil Penelitian ini diharapkan setelah diketahui tentang mewarnai

doodle art terapi dapat dijadikan masukan untuk memberikan

penyuluhan tentang kesehatan khususnya penanganan kecemasan pre

sirkumsisi.
6

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini di harapkan dapat menambahkan pengetahuan dan sebagai

referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya dan

mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan khususnya tentang

penanganan kecemasan pre sirkumsisi dengan menggunakan terapi

mewarnai doodle art, sehingga dapat menambah wawasan serta

pengetahuan peneliti dalam memecahkan masalah secara ilmiah dan

analitik.

E. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Penelitian
dan Metode
Tahun
Judul Hasil Perbedaan
Penelitian
publikasi
Shindi Terapi Penelitian ini Hasil penelitian Penelitian dahulu : Metode
Hapsari, doodle art menggunaka nya yaitu terapi penelitian menggunakan
Dkk dalam n rancangan doodle art secara rancangan kuantitatif,
(2022) upaya kuantitatif, signifikan Variabel penelitian
pencegahan metode yang meningkatkan menggunakan variabel bebas
dimensia digunakan fungsi kognitif yang menekankan doodle art
vaskular yaitu quasi responden dan variabel terikat nya
experimental (p<0,05). Doodle pencegahan dimensia
pre dan art sebagai bagian vaskular.
posttest dari seni dapat Penelitian sekarang :
tanpa menjadi terapi Metode penelitian
kelompok yang memberikan menggunakan pendekatan
kontrol . stimulai sensori Kuantitatif, sedangkan
dan kognitif bagi Variabel penelitian
klien yang menggunakan variabel bebas
mengalami yang menekankan mewarnai
gangguan doodle art serta variabel
neurologis terikatnya kecemasan pre
sirkumsisi.
7

Penelitian
dan Metode
Judul Hasil Perbedaan
Tahun Penelitian
publikasi
Zuli Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian Penelitian dahulu : Metode
Puspita kegiatan menggunaka nya yaitu nilai penelitian menggunakan
Sari doodle art n rancangan Asymp.Sig (2 rancangan kuantitatif,
(2022) melalui kuantitatif, tailed) yaitu Variabel penelitian
metode dengan sebesar 0,000. menggunakan variabel bebas
demonstrasi desain Perolehan hasil yaitu doodle art dan variabel
terhadap penelitian uji Wilcoxon terikat nya kemampuan
kemampuan one grup Match Pairs Test motorik halus anak..
motorik pretest tersebut dapat Penelitian sekarang :
halus anak posttest. disimpulkan Metode penelitian
bahwa Nilai menggunakan pendekatan
Asymp.Sig. 0,000 Kuantitatif, sedangkan
< 0,05 maka Variabel penelitian
dapat disimpulkan menggunakan variabel bebas
bahwa ada yaitu mewarnai doodle art
pengaruh kegiatan serta variabel terikatnya
doodle art melalui adalah kecemasan pre
metode sirkumsisi
demonstrasi
terhadap motorik
halus pada anak
Devi Pengaruh Penelitian ini Hasil statistik Penelitian dahulu : Metode
Purwati pemberian menggunaka dengan uji penelitian menggunakan
(2017) terapi n rancangan hipotesis rancangan kuantitatif,
bermain kuantitatif, wilcoxon signed Variabel penelitian
mewarnai dengan rank test dengan menggunakan variabel bebas
gambar desain derajat yaitu bermain mewarnai
terhadap penelitian kemaknaan 95% gambar dan variabel terikat
tingkat one grup diperoleh P value nya kecemasan anak
kecemasan pretest 0,000 sehingga prasekolah..
anak posttest dapat disimpulkan Penelitian sekarang :
prasekolah ada pengaruh Metode penelitian
selama pemberian terapi menggunakan pendekatan
hospitalisasi bermain Kuantitatif, sedangkan
mewarnai gambar Variabel penelitian
terhadap tingkat menggunakan variabel bebas
kecemasan anak yaitu mewarnai doodle art
prasekolah selama serta variabel terikatnya
hospitalisasi adalah kecemasan pre
sirkumsisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Sirkumsisi

a. Pengertian Sirkumsisi

Sirkumsisi dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah

khitan, merupakan tuntunan syariat Islam untuk laki-laki maupun

perempuan. Tidak hanya pemeluk agama islam saja yang melakukan

khitan, orang-orang yahudi, nasrani, dan agama lain sekarang juga

banyak yang melakukan khitan karena terbukti memberikan manfaat

bagi kesehatan (Hana, 2010). Sirkumsisi adalah tindakan membuang

kulit (foreskin) yang menutupi ujung penis (Afrianto, 2012).

Prosedur sirkumsisi biasanya dilakukan untuk alasan

agama, kebersihan, ataupun kosmetik. Sirkumsisi juga dapat

mengurangi masalah yang timbul dari kondisi medis tertentu, seperti

phimosis. Secara medis, dikatakan bahwa sirkumsisi sangat

menguntungkan bagi kesehatan. Banyak manfaat dari sirkumsisi

yang diidentifikasi untuk mencegah infeksi saluran kemih, membuat

penis menjadi bersih, penularan HIV, serta mengurangi resiko

terkena karsinoma penis (Al-Ahdal, 2015).

b. Indikasi Sirkumsisi

Beberapa Indikasi sirkumsisi atau khitan antara lain:

8
9

1) Agama

Khitan merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat

mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Bahkan tidak hanya orang islam, orang-orang Yahudi dan

Nasrani pun juga melakukannya (Al-Ahdal, 2015).

2) Medis

Alasan medis antara lain:

a) Fimosis

Fimosis adalah keadaan dimana preputium tidak

dapat ditarik ke belakang (proksimal) atau membuka. Pada

95% bayi, kulup masih melekat pada glans penis sehingga

tidak dapat ditarik kebelakang dan hal ini tidak dikatakan

fimosis. Pada umur 3 tahun, anak-anak yang menderita

fimosis terdapat sebanyak 10% (Purnomo, 2011).

b) Parafimosis

Suatu keadaan ketika preputium penis tertarik kearah pangkal

penis tetapi preputium tidak dapat kembali pada kedudukan

semula sehingga lama kelamaan preputium menjadi edema

dan menekan urethra sehingga buang air kecil menjadi susah

dan terasa sakit (Syamsir, 2014).

c) Balanitis

Balanitis merupakan penyakit peradangan pada ujung penis.

Kebanyakan kasus balanitis terjadi pada pria yang tidak


1

melakukan sirkumsisi dan mereka yang tidak menjaga

kebersihan alat vital (Syamsir, 2014).

d) Kondiloma akuminata

Suatu penyakit kulit ketika terjadi vegetasi seperti jengger

ayam (Syamsir, 2014).

3) Sosial Budaya

Orang tua memilih melakukan khitan pada anaknya dengan

alasan sosial atau budaya seperti anak merasa malu jika belum

melakukan khitan, sehingga ingin segera melakukannya. Anak

melakukan khitan di usia 6-12 tahun atau ketika duduk dibangku

kelas 3-6 Sekolah Dasar. Selain itu, khitan dilakukan sebagai

alasan motivasi menuju kedewasaan pada anak (Al-Ahdal, 2015).

c. Kontraindikasi Sirkumsisi

Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada kondisi medis tertentu.

Beberapa kondisi dapat menjadikan sirkumsisi tidak dapat dilakukan,

atau perlu ditunda terlebih dahulu. Kondisi ini disebut kontraindikasi

sirkumsisi. Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi kontraindikasi

absolut dan kontraindikasi relatif (Syamsir, 2014).

1) Kontraindikasi Mutlak

a) Hipospadia

Pada hipospadia, ostium urethrae externum terletak lebih

proximal daripada normal dan terletak di ventral penis.

Hipospadia dijumpai pada 22 dari 5882 kelahiran dan


1

kelainan ini terjadi pada 1 dari 300 kelahiran bayi laki-laki

(Syamsir, 2014).

b) Epispadia

Epispadia merupakan kelainan kongenital berupa tidak

adanya dinding uretra bagian atas. Kelainan ini terjadi pada

laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering pada laki-

laki. Kelainan ini ditandai dengan terdapatnya lubang uretra

di suatu tempat pada permukaan dorsum penis (Patricia,

2011).

2) Kontraindikasi Relatif

a) Diabetes mellitus karena akan mudah terinfeksi

dan memperlambat penyembuhan

b) Penyakit pendarahan seperti hemofilia (Syamsir, 2014).

d. Metode Sirkumsisi (Khitan)

Ada beberapa metode sirkumsisi menurut Purnomo (2011), antara

lain:

1) Metode Klasik dan Dorsumsisi

Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong

preputium pada jam 12, sejajar dengan sumbu panjang penis

kearah proksimal, kemudian dilakukan potongan melingkar ke

kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis. Dengan

sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil,

sehingga hasil yang didapat juga lebih baik.


1

2) Metode Konvensional

Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan hingga

saat ini, cara ini merupakan penyempurnaan dari metode

dorsumsisi dan metode standar yang digunakan oleh banyak

tenaga dokter maupun mantri (perawat). Alat yang digunakan

semuanya sesuai dengan standar medis dan membutuhkan

keahlian khusus untuk melakukan metode ini.

3) Metode Laser Electrocautery

Metode ini lebih dikenal dengan sebutan “Khitan Laser”.

Penamaan ini sesungguhnya kurang tepat karena alat yang

digunakan sama sekali tidak menggunakan laser akan tetapi

menggunakan “elemen” yang dipanaskan. Alatnya berbentuk

seperti pistol dengan dua buah lempeng.

4) Metode Klamp

Metode klamp prinsipnya yakni kulup (preputium) dijepit

dengan suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian dipotong

dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan penjahitan.

5) Metode Lonceng atau Ring

Metode ini lebih di kenal dengan sunat cincin, pada metode ini

menggunakan alat seperti cincin yang di pasang melingkari

kepala penis dengan kulit kulup lalu di ikatkan pada cincin

tersebut secara longgar sesuai dengan ukuran ring yang di ukur


1

sebelumnya. Cincin akan lepas dengan sendirinya bersamaan

dengan kulit kulup yang terikat pada hari ke 7 – 14.

e. Perawatan Post Sirkumsisi

Setelah seseorang disirkumsisi, biasanya akan membutuhkan

waktu sekitar satu minggu sampai sepuluh hari agar bekas lukanya

kering dan dapat menutup dengan sempurna. Ada beberapa

perawatan yang harus dilakukan pasca sirkumsisi yaitu: (Morris et

al, 2012).

1) Segera minum obat analgesik

Daerah penis sering terasa nyeri setelah dilakukan sirkumsisi.

Rasa nyeri mulai muncul ketika obat bius telah habis masa

kerjanya. Oleh karena itu dianjurkan untuk minum obat

analgesik. Obat analgetik yang biasa digunakan adalah

parasetamol, antalgin, asam mefenamat, asam asetilsalisilat.

2) Menjaga kebersihan daerah penis

Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar untuk

menghindari gesekan. Apabila sudah buang air besar, ujung

lubang penis dibersihkan secukupnya secara perlahan, usahakan

jangan mengenai luka sirkumsisi. Selain itu, harus dijaga agar

daerah sekitar penis tetap bersih dan kering.

3) Tidak bergerak terlalu aktif

Dalam beberapa hari, istirahat sangat diperlukan untuk

menghindari bengkak yang berlebihan. Jika harus berjalan,


1

usahakan jalan seperlunya. Jangan melakukan aktifitas yang

berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari (Morris et

all.,2012).

4) Kontrol

Pergantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung

pada perkembangan luka sirkumsisi. Pergantian perban dapat

dilakukan sendiri di rumah maupun dengan bantuan dokter.

Lakukan kontrol rutin ke dokter yang melakukan sirkumsisi pada

hari ketiga dan kelima sampai hari ketujuh. Perban dapat dilepas

setelah luka sirkumsisi sudah benar-benar kering (Morris et al,

2012).

5) Nutrisi yang cukup

Nutrisi yang baik adalah nutrisi yang cukup, tidak lebih dan tidak

kurang. Dalam hal ini, nutrisi untuk memenuhi status gizi

seseorang dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh. Dari penelitian

ditemukan bahwa seseorang yang mengalami malnutrisi berisiko

mengalami penyembuhan luka yang kurang baik.

f. Komplikasi Sirkumsisi

1) Perdarahan

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan.

Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh tidak sempurnanya

hemostasis. Hemostasis yang tidak sempurna dapat terjadi karena

terdapat pembuluh darah yang tidak terkait, adanya rembesan


1

yang tidak diketahui, maupun adanya kelainan pembekuan darah

(hemofilia). Sebagian besar perdarahan bersifat ringan.

Perdarahan dapat diatasi dengan tindakan penekanan atau

pengikatan pembuluh darah (Syamsir, 2014).

2) Infeksi

Infeksi pada sirkumsisi disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

aureus, Klebsiella pneumonia, dan Staphylococcus epidermidis.

Infeksi terjadi akibat kurang terjaganya kebersihan dan

perawatan pasca sirkumsisi yang baik. Sebagian besar infeksi

bersifat ringan atau sedang dan terlokasi. Infeksi dapat diobati

dengan pemberian antibiotik (Syamsir, 2014).

3) Pemotongan kulit yang berlebihan

Hal ini terjadi karena penarikan prepusium yang terlalu panjang.

Penarikan pada prepusium yang dikatakan berlebih apabila telah

melebihi glans penis. Pada akhirnya kulit batang penis hilang

setelah pemotongan (Syamsir, 2014).

4) Komplikasi obat anestesi

Cairan anestesi yang masuk sampai ke corpus cavernosum dapat

menimbulkan disfungsi ereksi (Syamsir, 2014).

2. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan

(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran


1

yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) kepribadian masih tetap

utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian), (Splitting of

personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas

normal. Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang

mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai

perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah

dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup

(Sarinengsih et al., 2018).

Berdasarkan konsep psiko neuro imunologi, kecemasan yaitu

proses hipotalamus hipofisis adrenal. Dikatakan bahwa cemas

psikologis akan berpengaruh pada hipotalamus, kemudian hipotalamus

akan mempengaruhi hipofisis, sehingga hipofisis akan

mengekspresikan ACTH (Adrenal Cortico Tropic Hormon) yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi kelenjar adrenal yang menghasilkan

kortisol. Apabila cemas yang dialami pasien sangat berat maka

kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah banyak

sehingga dapat menekan sistem imun (Sarinengsih et al., 2018).

b. Tingkatan Kecemasan

Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau

manifestasi yang berbeda-beda satu sama lain. Manifestasi yang

terjadi tergangtung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam

menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang


1

digunakan (Sarinengsih et al., 2018).

1) Kecemasan ringan

Pada tingkat kecemasan ringan seseorang mengalami ketegangan

yang dirasakan setiap hari sehingga menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Seseorang

akan lebih tanggap dan bersikap positif terhadap peningkatan

minat dan motivasi. Misalnya anak akan mudah menangis, takut

pada gelap dan rewel. Tanda-tanda kecemasan ringan berupa

gelisah, mudah marah dan perilaku mencari perhatian.

2) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pada kecemasan sedang,

seseorang akan kelihatan serius dalam memperhatikan sesuatu.

Misalnya mencoba untuk membuat orangtuanya tetap tinggal dan

menolak perhatian orang lain. Secara verbal, anak menyerang dan

rasa marah, seperti mengatakan “pergi” pada saat akan diberi

tindakan. Tanda-tanda kecemasan sedang berupa suara bergetar,

perubahan dalam nada suara, takikardi, gemetaran dan

peningkatan ketegangan otot.

3) Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi, cenderung


1

untuk memusatkan pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan

untuk mengurangi menurunkan kecemasan dan fokus pada

kegiatan lain berkurang. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu daerah lain.

Misalnya anak tampak tegang, tidak aktif, kurang berminat untuk

bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis.

Tanda-tanda kecemasan berat berupa perasaan terancam,

ketegangan otot berlebihan, perubahan pernapasan, perubahan

gastrointestinal (mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati,

sendawa, anoreksia dan diare), perubahan kardiovaskuler dan

ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Adapun gangguan

kecemasan pada anak yang sering dijumpai di rumah sakit adalah

panik, fobia, obsesif-kompulsif, gangguan kecemasan umum dan

lainnya.

4) Panik

Berhubungan terpengaruh ketakutan dan eror. Rincian terpecah

dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang

yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan

panik terjadi aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan

kehilangan pemikiran rasional.


1

c. Gejala Umum Kecemasan

Menurut (Sarinengsih et al., 2018) setiap orang mempunyai

reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-

masing individu. Beberapa gejala yang muncul tidaklah sama, seperti :

1) Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat

Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara

berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jatung

semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam

beberapa kasus yang ditemukan, individu yang mengalami

gangguan kecemasan yang berlanjut, detak jantungnya semakin

lambat dibandingkan pada orang normal.

2) Rasa sakit atau nyeri pada dada

Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada.

Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada

dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung

yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa

panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.

3) Rasa sesak napas

Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi

berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernapasan,

tarikan napas menjadi pendek seperti kesulitan bernapas karena

kehilangan udara
2

4) Berkeringat secara berlebihan

Selama kecemasan muncul, terjadi kenaikan suhu tubuh yang

tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan

perencanaan fight or flight terhadap stressor.

5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap

aktifitas seksual

6) Gangguan tidur

7) Tubuh gemetar

Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang

normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup.

Akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan,

rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan.

Terlihat seperti gemetar pada kaki atau lengan maupun pada

bagian anggota tubuh yang lain.

8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan berkeringat

9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh

diri

10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala

(migrain)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan anak

Menurut (Sarinengsih et al., 2018) faktor-faktor

yang berhubungan dengan kecemasan antara lain:


2

1) Jenis kelamin

Pada umur 2 - 5 tahun, kecemasan lebih sering terjadi pada anak

laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Selain itu,

umumnya perempuan dalam merespon stimulus atau rangsangan

yang berasal dari luar lebih kuat dan lebih intensif daripada laki-

laki.

2) Umur

Bahwa semakin tua seseorang, semakin baik seseorang dalam

mengendalikan emosinya

3) Lama hari rawat

Lama hari rawat dapat mempengaruhi kecemasan seseorang yang

sedang dirawat juga keluarga dari klien tersebut. Kecemasan anak

yang dirawat di rumah sakit akan sangat terlihat pada hari

pertama sampai hari ketiga dan biasanya memasuki hari keempat

atau kelima, kecemasan yang dirasakan anak akan mulai

berkurang.

f. Penilaian Respon Kecemasan pada Anak

Instrumen ini terdiri dari 5 skala wajah. Child Anxity Scale

yang dikembangkan oleh (C. Meghan McMurtry, Melanie Noel,

Cristine T. Chambers, dan Patrick J. McGrath, 2010). Skala yang

digunakan pada 5 skala wajah adalah tidak cemas, agak cemas, cukup

cemas, sangat semas, dan amat sangat cemas. Cara mengukur

menggunakan Child Anxity Scale dimana peneliti mengamati salah


2

satu gambar sesuai dengan keadaan ansietas responden.

g. Manajemen Kecemasan

1) Penatalaksanaan Farmakologis

Pengobatan untuk anti kecemasan terutama

benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan

tidak dianjurkan untuk jengka panjang karena pengobatan ini

menyebabkan toleransi dan ketergantungan obat anti kecemasan

nonbenzodiazepine, seperti buspiron (Buspar) dan berbagai anti

depresan juga digunakan.

2) Penatalaksanaan Non Farmakologis

Penatalaksanaan nyeri non farmakologis terdiri dari

berbagai tindakan penanganan kecemasan berdasarkan stimulasi

fisik maupun perilaku kognitif

a) Relaksasi

Untuk mengatasi kecemasan dapat digunakan teknik relaksasi

yaitu relaksasi dengan melakukan pijat atau pijatan pada

bagian tubuh terlalu dalam beberapa kali akan membuat

perasaan lebih tenang, mendengarkan musik yang


2

menyenangkan, dan menulis catatan harian. Selain itu, terapi

relaksasi lain yang dilakukan dapat berupa meditasi, relaksasi

imajinasi dan vidualisasi serta relaksasi progresif.

b) Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan

kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal hal

lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami.

Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan

pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas

yang ditransmisikan ke otak. Salah satu distraksi yang efektif

adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan

doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat

menurunkan hormon hormon stressor, mengaktifkan hormon

endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan

mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,

denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan

yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik

menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang

lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

c) Humor

Kemampuan untuk menyerap hal hal lucu dan tertawa


2

melenyapkan stres. Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa

tertawa melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi dan perasaan

stress dilenyapkan. (potter & Perry, 2010)

d) Terapi spiritual

Aktivittas spiritual dapat juga mempunyai efek positif dalam

menurunkan stres, praktek seperti berdoa, meditasi atau

membaca bahan bacaan keagamaan dapat meningkatkan

kemampuan beradaptasi terhadap gangguan stressor yang

dialami. (Potter & Perry, 2010)

e) Aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak

essensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan

mengatasi gangguan psikoligis dan gangguan rasa nyaman

seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya.

3. Mewarnai Doodle Art Terapi

a. Pengertian mewarnai

Menurut Nursetyaningsih (2015) mewarnai merupakan proses

memberi warna pada suatu media, mewarnai gambar diartikan sebagai

proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai

doodle art adalah terapi permainan melalui gambar untuk mengurangi

stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.

b. Manfaat mewarnai

1) Mewarnai gambar merupakan media bereskpresi


2

2) Membantu mengenal perbedaan warna

3) Mewarnai melatih kemampuan koordinasi

4) Dapat membantu menggenggam pensil warna

5) Mewarnai membantu kemampuan motorik

6) Mewarnai meningkatkan konsentrasi

7) Mewarnai dapat melatih anak mengenal garis bidang

8) Mewarnai melatih anak membuat target

9) Warna sebagai media komunikasi

c. Tujuan mewarnai

Tujuan mewarnai gambar adalah sebagai berikut :

1) Gerakan motorik halusnya lebih terarah

2) Berkembang kognitifnya

3) Dapat bermain sesuai tumbuh kembangnya

4) Dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sebaya

5) Dapat menurunkan stres/cemas

d. Pengertian doodle art

Doodle berasal dari bahasa Inggris yang artinya “gambar yang

tak berarti”, sedangkan art dalam bahasa indonesia berarti “seni”. Jadi,

doodle art adalah sebuah seni menggambar bebas sehingga

menghasilkan gambar atau karya yang tidak beraturan. Menurut

Rusdarmawan doodle art merupakan salah satu kegiatan mencorat-

coret pada media kertas dengan berbagai media tulis seperti pensil,

pensil warna, atau juga spidol. Kegiatan doodle art adalah kegiatan
2

kreativitas secara spontan, dapat dilakukan sendiri oleh anak tanpa

bantuan orang dewasa, namun jika anak diberikan pendampingan dan

bimbingan maka anak akan mendapatkan hasil maksimal sesuai

harapan.

Terapi doodle art masuk kedalam kategori terapi ekspresif

dengan art therapy menggambar yang nantinya menghasilkan karya

dalam bentuk visual. Terapi ini juga dapat digunakan untuk semua

usia, baik anak-anak berkebutuhan khusus atau anak-anak normal,

remaja, dewasa maupun lansia. Adapun yang dimaksud dengan terapi

doodle art pada penelitian ini adalah jenis terapi yang menggunakan

seni mewarnai doodle art sebagai media dalam melakukan intervensi.

Dengan mewarnai memungkinkan konseling untuk mengekspresikan

masalah, perasaan ketakutan, keinginan, serta kekhawatiran dengan

cara yang aman dan tidak mengintimidasi. Perasaan yang tidak

disadari yang sebelumya tidak tereksplorisasi, dapat dituangkan dalam

mewarnai doodle art. Melalui karya seni doodle art memungkinkan

individu untuk berkomunikasi secara simbolis dan verbal. (Susan I.

Buchalter, 2004)

Dengan menciptakan seni dan merenungkan karya serta

prosesnya dapat meningkatkan kesadaran diri, mengatasi gejala stres

dan pengalaman traumatis serta meningkatkan kemampuan kognitif.

Dalam praktiknya, terapi doodle art melibatkan proses dan produk

pembuatan karya melalui coretan dan penyediaan hubungan terapeutik


2

yang baik serta lingkungan yang mendukung. (Mas Thole, 2017)

e. Manfaat Doodle Art Terapi

Terapi mewarnai doodle art bermanfaat bagi fisik,

sensori, komunikasi, kognitif, dan sosial emosi. (Amelia

Hirawan, 2014)

1) Manfaat bagi fisik

Membantu koordinasi mata dan tangan. Dengan aktivitas tangan

maka membantu pengembangan rasa (perasaan),

ketangkasan/keterampilan tangan, melatih motorik kasar dan halus,

serta ketelitian.

2) Manfaat bagi sensori

Membantu fokus stimulasi sensori, pemrosesan penglihatan visual

dan perhatian, serta kelengkapan feedback sensory.

3) Manfaat bagi komunikasi

Membantu visualisasi perasaan dan ide-ide, proses ekspresi verbal.

Warna dan gambar visual juga memberikan ruang untuk proses

ekspresi diri melalui art.

4) Manfaat bagi kognitif

Membantu menstimulus mental dan fokus, kemampuan pemecahan

masalah dan pengorganisasian ide-ide, serta memberikan perhatian

terhadap kreativitas.

5) Manfaat bagi sosial dan emosional

Membantu individu lebih tenang dan melepaskan perasaan tegang

serta mengurangi tingkat kecemasan. Menjadikan individu lebih


2

percaya diri, memfasilitasi identifikasi emosi dan ekspresi serta

kesadaran akan individualitas dan keunikan.

f. Jenis-jenis Doodle Art

Pada saat ini doodle art telah berkembang dan memiliki beberapa

cabang jenis diantaranya adalah sebagai berikut: (Eka Aswari, 2021)

1) Doodle Art Pattern

Doodle art pattern adalah jenis doodle art lebih berfokus pada

bentuk dasar yang terdiri dari garis lurus, tegak, vertikal, miring,

titiktitik, lingkaran dan sejenisnya yang mudah dilakukan oleh

anak. Jenis doodle ini dibuat dengan menggambarkan pattern-

pattern yang disusun secara unik dan rapi sehingga menghasilkan

suatu gambar abstrak yang mempunyai makna tertentu.

2) Doodle Art Fantasy

Doodle Fantasy bersifat fiksi, jenis ini lebih menggambarkan

karakter-karakter yang unik dan sesuai imajinasi seseorang.

3) Doodle Graffiti

Merupakan perpaduan antara teknik tipografi dan doodle, yang

biasanya dibentuk dengan menuliskan nama dan ditambah

beberapa elemen doodle seperti pattern disekitarnya.

4) Doodle Floral

Seperti namanya doodle ini dibuat dengan menggabungkan

beberapa elemen bunga menjadi sebuah bentuk tertentu.


2

5) Doodle Animation

Doodle ini merupakan paling populer diantara jenis yang lain,

dibuat dengan mengutamakan gambar karakter animasi berupa

binatang atau monster yang lucu dan unik, tak heran banyak orang

yang menyukainya.

g. Pengaruh Pemberian Terapi Mewarnai Doodle Art

Dalam otak manusia terdapat struktur yang mengelilingi

pangkal otak, yaitu sistem limbik. Didalam sistem limbik tersebut

terdapat amigdala, yang berfungsi sebagai bank memori emosi otak,

tempat menyimpan semua kenangan baik tentang kejayaan dan

kegagalan, harapan dan ketakutan, kejengkelan dan frustasi struktur

otak lainnya adalah hippocampus dan neocortex. Dalam ingatan,

amigdala dan hippocampus bekerja bersama-sama, masing-masing

menyimpan dan memunculkan kembali informasi khusus secara

mandiri. Bila hippocampus memunculkan kembali informasi maka

amigdala menentukan apakah informasi mempunyai nilai emosi

tertentu.

Melalui mewarnai doodle art, seorang dapat menuangkan

simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam

coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara psikologis

menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan perasaan-perasaan

yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat dimunculkan

kedalam realita melalui gambar. Melalui mewarnai doodle art,


3

seseorang secara tidak sadar telah mengeluarkan amigdalanya, yaitu

mengekspresikan rasa sedih, tertekan, stres, menciptakan gambaran-

gambaran yang membuat kita kembali merasa bahagia, dan

membangkitkan masa-masa indah yang pernah kita alami bersama

orang-orang yang kita cintai. Melalui aktifitas mewarnai emosi dan

perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat

menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai dengan

perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu

dalam mengurangi stress/cemas yang dialami anak. (Widiyono,2012)

B. Kerangka Teori

Sirkumsisi (Khitan)

Kecemasan

Manajemen Kecemasan

Farmakologi Non Farmakologi


Bagan 2.1. Kerangka Teori

menghilangkan 1. Rileksasi
2. Distraksi
kecemasan dengan cara
3. Humor
mengalihkan perhatian
4. Terapi spiritual
pasien
5. Aromaterapi

Mewarnai Doodle Art


3

C. Kerangka Konsep

Dalam Penelitian ini Kerangka Konsep di buat ditujukan untuk

menentukan Variabel Dependent dan Variabel Independent. Variabel

Dependent nya yaitu mewarnai doodle art terapi. Sedangkan Variabel

Independent nya yaitu kecemasan pre sirkumsisi. Berikut Bagan dari Variabel

Penelitian.

Variabel Dependent Variabel Independent

Kecemasan Pre
Mewarnai Doodle Art
Sirkumsisi

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini terbagi menjadi Variabel Dependent dan Variabel

Independent.

1. Variabel Dependent

Mewarnai Doodle Art Terapi

2. Variabel Independent

Kecemasan Pre Sirkumsisi pada anak

E. Hipotesis

Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara penelitian, yang kebenarannya

dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesa dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada pengaruh mewarnai doodle art terapi terhadap kecemasan pre

sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang.

Ho : Tidak ada pengaruh mewarnai doodle art terapi terhadap


3

kecemasan pre sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang

digunakan adalah quasi experiment dengan one group pre-test and post-

test without control. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau

observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali pada

satu waktu. (Sugiyono, 2016)

2. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan Pre and Post test, dimana pada

penelitian ini sampel di observasi terlebih dahulu sebelum diberi

perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut

diobservasi Kembali. (Sugiyono, 2016) Bentuk desain penelitian ini

adalah sebagai berikut:

O X O

Keterangan:

O1 : Hasil pretest sebelum treatment

O2 : Hasil postest setelah treatment

X : Mewarnai Doodle art terapi

33
3

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung pada semester genap tahun ajaran

2022/2023. Penelitian dilakukan setelah seminar proposal.

2. Tempat Penelitian

Lokasi penatalaksanaan penelitian adalah di Rumah Sunat Semarang

yang beralamat Jl. Tlogosari Raya 1 No. 65, RW 7, Tlogosari Kulon,

Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50196

C. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Mewarnai Mewarnai Doodle 1. SOP - -


Doodle Art Art adalah sebuah
seni mewarnai
gambar abstrak
Kecemasan Kecemasan sebelum 1. Kuesioner Dalam rentang 1 - 4 Rasio
Pre dilakukan tindakan Child
Sirkumsisi sirkumsisi (Khitan) Anxiety
Scales
2. Lembar
Observasi

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada

waktu yang tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah anak laki laki

yang berusia 6-12 tahun di Rumah Sunat Semarang terdapat rata rata

perbulan sekitar 43 anak.


3

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini

tentukan menggunakan rumus slovin dengan mempertimbangkan kriteria

inklusi sebagai berikut :

1) Anak menyukai art (menggambar atau mencoret coret)

2) Bersedia menjadi responden

3) Mendapat ijin dari orang tua.

Untuk menghitung besar sampel penggunaan

sampel menggunakan rumus Slovin. Rumusnya

sebagai berikut :

n = N / (1 + (N x e²))

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah

populasi

e = margin of error / error tolerance (batas toleransi kesalahan)

n= 43/ (1 +43 X 0.05²)

n= 43 / (1+ (43 x 0,0025)

n= 43/ (1+0,1)

n= 43/1,1

n= 39

Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 39

responden
3

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Notoatmodja

Soekidjo,2018). Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh

peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel mengkacup

kriteria inklusi, peneliti menggunakan teknik Purposive sampling dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Peneliti meminta izin kepada pemilik Rumah Sunat Semarang

b. Peneliti melihat data anak usia 6-12 yang melakukan sirkumsisi di

Rumah Sunat Semarang

c. Setelah mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

yang ditentukan, peneliti melanjutkan untuk melakukan kegiatan

penelitian.

E. Instrument Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Lembar pengumpulan data

Lembar pengumpulan data pada penelitian ini adalah mendapatkan

informasi dari pemilik Rumah Sunat Semarang mengenai jumlah anak usia

6-12 tahun yang melakukan sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang

b. SOP pemberian doodle art terapi


c. Lembar observasi mewarnai doodle art terapi
d. Kuesioner alat ukur kecemasan Child Anxiety Scales.
3

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Disebut juga data yang pertama. Data yang diperoleh secara langsung

dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari (Notoatmodja Soekidjo,2018). Sumber data primer pada

penelitian ini yaitu berdasarkan pengisian lembar observasi pengukuran

kecemasan pada anak pre sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang.

b. Data sekunder

Disebut data kedua, data sekunder adalah data yang di peroleh lewat

pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek

penelitinya. Data yang telah disajikan dalam bentuk deskriptif

kuantitatif, hanya menggambarkan apa adanya dalam bentuk nasari dan

angka-angka (Notoatmodja Soekidjo,2018), Sumber data sekunder pada

penelitian ini adalah jumlah anak pre sirkumsisi di Rumah Sunat

Semarang.

2. Teknik pengumpulan data

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti mengajukan surat pengantar untuk melakukan penelitian

dari Universitas Karya Husada Semarang

2) Peneliti memberikan surat pengantar penelitian ke Rumah Sunat

Semarang
3

3) Peneliti melakukan survey pendahuluan dan mencari data sampel

penelitian berdasarkan data di Rumah Sunat Semarang yaitu anak

pre sirkumsisi di Rumah Sunat Semarang.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melakukan penelitian pada anak pre sirkumsisi yang telah terpilih

sebagai sampel dan bersedia menjadi responden dan peneliti

melakukan pendekatan serta menjelaskan tujuan penelitian

2) Peneliti membagi lembar persetujuan (informed consent) kepada

responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

3) Peneliti membagikan lembar biodata kepada responden untuk diisi

secara lengkap

4) Peneliti melakukan penilaian intensitas cemas menggunakan

kuesioner Child Anxiety Scales kepada responden dan kemudian

dimasukkan kedalam lembar observasi kecemasan.

c. Tahap Akhir Kegiatan

Kuesioner dikembalikan kepada peneliti setelah selesai diisi dan di

periksa kembali kelengkapan kuesioner dilanjutkan pengolahan data.

Peneliti juga memberi bingkisan kepada responden sebagai ucapan

terimakasih.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu :

(Sumantri,2015)
3

1. Editing

Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan antara lain mengenai kesesuaian

jawaban kelengkapan pengisian, (consistensy) jawaban responden. Dalam

editing tidak dilakukan penggantian atau penafsiran atas jawaban

responden.

2. Scoring

Scoring adalah suatu kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan.

a. Scoring cemas :

0 : Tidak cemas

1 : Agak cemas

2 : Cukup cemas

3 : Sangat

cemas

4 : Amat sangat cemas

3. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka), dalam

penelitian ini coding digunakan untuk menandai responden, responden

pertama ditulis R1 dan seterusnya, dan untuk kode yang lain adalah

sebagai berikut:

a. Tidak cemas : kode 1

b. Agak cemas : kode 2

c. Cukup cemas : kode 3

d. Sangat cemas : kode 4


4

e. Amat Sangat cemas : kode 5

4. Tabulating

Data disusun dalam bentuk tabel kemudian dianalisis yaitu proses

penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan.

5. Entry Data

Entry adalah proses pengumpulan data, mengkonversikan data tersebut ke

dalam program pengolahan data, dan menyimpannya di program

computer. Peneliti melakukan pengumpulan data kemudian

mengkonversikan data ke program pengolahan data. Hasil pengolahan data

yang sudah jadi kemudian dilakukan analisis data.

6. Cleaning

Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang telah dimasukan untuk

pengecekan ulang pada data-data yeng telah dimasukkan untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya.

Tahapan selanjutnya dilakukan pembetulan atau koreksi oleh peneliti.

H. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Penelitian analisa univariat adalah analisa yang dilakukan

menganalis tiap variabel dari hasil penelitian (Sugiyono, 2016). Adapun

analisa univariat disajikan dalam bentuk tendensi sentral yaitu : Mean,

Median, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi. Variabel

penelitian ini yaitu kecemasan pre sirkumsisi pada anak di Rumah Sunat
4

Semarang sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

2. Analisis bivariate

Analisa data bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menjelaskan hipotesis hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

Analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

mewarnai doodle art terapi terhadap kecemasan pre sirkumsisi di Rumah

Sunat Semarang.

a) Paired T-Test atau Uji Wilcoxon.


Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh mewarnai
doodle art terapi terhadap kecemasan pre sirkumsisi di Rumah Sunat
Semarang. Sebelum menentukan menggunakan Paired T – test atau
uji Wilcoxon, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui berdistribusi normal atau tidak, karena responden
penelitian ini berjumlah 39 orang. Maka uji normalitas yang
digunakan adalah Shapiro Wilk. Ketentuan untuk menyimpulkan data
berdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut :
a) Jika hasil uji normalitas (ρ value ≥ 0,05), maka data berdistribusi
normal. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji paired T –
Test.
b) Jika hasil uji normalitas (ρ value < 0,05), maka data tidak
berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji
Wilcoxon.

H. Etika Penelitian

Etika dalam proses penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian, terlebih penelitian yang dilakukan

berhubungan dengan manusia dan bersifat privasi. (Sumantri,2015)


4

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Merupakan etika dalam penelitian dengan cara peneliti memberikan

informasi secara lengkap kepada responden tentang tujuan penelitian

yang dilaksanakan. Lembar persetujuan tersebut diberikan sebelum

penelitian dilaksanakan, responden mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak. Peneliti juga menyampaikan bahwa data

yang diperoleh dari responden hanya dipergunakan untuk pengembangan

ilmu. Peneliti tidak memaksa calon responden untuk menandatangani

lembar persetujuan ketika mereka tidak bersedia menjadi responden.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara peneliti

menjaga kerahasiaan responden yaitu peneliti tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup

denganmemberi inisial pada masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari

hasil penelitian baik informasi masalah-masalah lainnya, peneliti

menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh responden

dan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4. Berbuat Baik (Beneficiency)

Merupakan etika selama proses penelitian, peneliti

mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan bagi

responden.
4

5. Keadilan (Justice)

Merupakan etika dalam proses penelitian yang akan dilaksanakan,

peneliti akan memberikan perlakuan yang sama dan adil ke semua

responden.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul wahab AA, Mungadi IA.(2013). Techniques of male circumcision. J Surg


Tech Case Rep. 2013;5(1).

Afrianto. (2012). Orang Tua Cermat, Anak Seha. Jakarta: Gagas Medika

Al-Ahdal, A. (2015). Buku Keajaiban Khitan: Tinjauan Kedokteran dan Syar’i.


Jakarta: Penerbit Al-Qowam.

Alvina dan Woro Kurnianingrum. (2018). Penerapan Art Therapy Untuk


Meningkatkan Self Esteem Anak Usia Middle Childhood. Jurnal Muara
Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, Vol.2, No. 1, April 2018, Hal 200-203

Amelia Hirawan.(2014). Art is Fun. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hal. 29-
30.

Basuki B, Purnomo. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV.Sagung Seto.

Eka Asfari. (2021). Pelaksanaan Pembelajaran Seni Ilustrasi (Doodle) Dengan


Menggunakan Model Pembelajaran Student Center Learning (Scl) Pada
Kelas Xi Smk Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan. FIP Universitas Muhammadiyah Makassar 2: 36–38.

Ferasinta, Wijaya AK.(2020). Pengaruh Metode Klem Terhadap Lama Hari


Perawatan Pada Anak Yang Menjalani Sirkumsisi Di Poniran Khitan
Center Bengkulu. Pros Senantias. 2020;1(1).

Hana. (2010). Mengenal 7 Langkah Khitan (Sirkumsisi). Diakses tanggal 29


November 2023

Johnsdotter, S., & Essén, B. (2016). Cultural change after migration:


circumcision of girls in Western migrant communities. Best Practice &
Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 32, 15–25.

Mas Thole. (2017). Ayo Berkreasi Doodle.Jakarta: Erlangga for kids: 2017, hal.6

Meghan, C., Christine, T., Patrick, J., 2010. New face on the block : A pilot study
of the Faces Anxiety Scale for measuring anxiety / fear in children
undergoing painful medical procedures. Symp. A Q. J. Mod. Foreign Lit.
2010–2010

Morris, B., Waskett, J., Banerjee J., Wamaii, R.G, Tobian, A.A., Gray, R.H.,
Bailis, S.A., et al. (2012). A snip in time: what is the best age to
circumcise?. Biomedicentral Pediatrics.6-10
Mubarak, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1). Jakarta:
Salemba medika.

Notoatmodja Soekidjo, 2018. Metodologi penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,


Jakarta

Patricia D. Novak. (2011). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3. Edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika

Rahayuningrum, L.M., Gustomi, M.P., Wahyuni, D.S., Aziza, Y.D.A., 2020.


Bermain game edukasi Islami dapat menurunkan kecemasan anak usia 6-
12 tahun pada waktu sirkumsisi. Journals Ners Community 11, 90–102

Rusdarmawan. (2009). Childrens Drawing Dalam PAUD: Kreasi Wacana

Sarinengsih, Y., Kusmawati, D., Safariah, T.D., 2018. Tingkat Kecemasan Saat
Hospitalisasi Pada Pasien Anak Usia Prasekolah ( 3-6 Tahun ) Di Ruang
Safir Santosa Hospital Bandung Kopo 181–188

Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta

Sumantri, (2015). Metodologi Penelitian kesehatan, Kencana Prenada Media


Group, Jakarta

Susan I. Buchalter, (2004). A Practical Art Therapy. London: Jessica Kingsley


Publishers, hal, 26.

Syamsir,H.M.(2014).Sirkumsisi Berbasis Kompetensi (2thed.). Jakarta: EGC.

Widiyono. (2012). Pengaruh Bermain dengan Menggambar dan Mewarnai


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah diruang AR
Rahman PKU RS Muhammadiyah Bantul.
LAMPIRAN
Lampiran :
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH MEWARNAI DOODLE ART TERAPI TERHADAP KECEMASAN
PRE SIRKUMSISI PADA ANAK

IDENTITAS RESPONDEN
Nomor responde :
Nama :
Umur :
BB :

PETUNJUK PENGISIAN
Tanda-tanda tingkat kecemasan untuk mengisi lembar observasi

Tidak Cemas (0) :Tidak terjadi kecemasan


Cemas Ringan (1) :Anak terlihat tenang, percaya diri, waspada,
memperhatikan banyak hal, sedikit tidak sabar, terjadi
ketegangan otot ringan, rilex atau sedikit gelisah.
Cemas Sedang (2) :Tidak sabar, mudah tersinggung, terjadi ketegangan
otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai
berkeringat, sering mondar-mandir, sering buang air
kecil dan sakit kepala.
Cemas Berat (3) :Kehilangan konsentrasi, takut, bingung, menarik diri,
sangat cemas, pandangan mata kemana-mana,
berkeringat, bicara cepat, rahang menegang,
menggertakkan gigi, mondar-mandir, dan gemetar.
Amat Sangat Cemas (4) :Tidak dapat melakukan apapun walau sudah diarahkan,
kepribadian menjadi kacau, terjadi peningkatan gerak
anggota tubuh, sulit berinteraksi dengan orang lain,
memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang lain
dan memiliki pemikiran yang tidak masuk akal.

Berilah tanda X tanda pada angka yang sesuai dengan keadaan responden
Lampiran :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TERAPI SENI MEWARNAI DOODLE ART UNTUK


MENURUNKAN KECEMASAN

Pengertian Media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan,


relaksasi, dan distraksi perasaan yang tidak nyaman.
Tujuan 1. Untuk menurunkan kecemasan pada anak
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi
3. Mengembangkan kreatifitas dan
kemampuan memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress
Sasaran Anak yang mengalami kecemasan pre sirkumsisi
Waktu Mewarnai doodle art sebelum tindakan sirkumsisi pada
anak
Persiapan Alat dan Persiapan alat :
Bahan 1. Kertas bergambar doodle art
2. Pensil warna
Prosedur A. Tahap Pra Interaksi
Pelaksanaan 1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak
3. Menyiapkan anak
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan
menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
(orang tua anak) sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memberi petunjuk pada anak cara mewarnai
doodle art
2. Mencatat tingkat kecemasan anak
sebelum mewarnai doodle art
3. Mempersilahkan anak untuk mewarnai doodle art
4. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
5. Melakukan pujian pada anak
6. Meminta anak menceritakan apa yang
dilakukan/dibuatnya
7. Menanyakan perasaan setelah mewarnai doodle art
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga
tentang terapi bermain yang diberikan
9. Mencatat kembali tingkat kecemasan anak setelah
bermain
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
4. Mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai