Anda di halaman 1dari 20

JPI: Jurnal Psikologi Islam

Vol. 01, No. 02 (2023), pp. 39-58


ISSN. (Online); ISSN. Print)
DOI:
Homepage: https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/jps:

DAMPAK PERSELINGKUHAN TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK

1*Ghina Imtinan 1, 2* Mutia Aini Ahmad 2,


1 Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar
2 Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar
*E-mail: ghinaimtinanaja@gmail.com

Received: 07 Oktober 2023 Revised: 06 November 2023 Accepted: 30 November 2023

Abstract

Children's psychological development is development related to conditions that can affect children's daily lives both
in the circle of friends and the surrounding community. There are so many factors that can affect the psychological
development of children, including the family environment which will be the closest factor in the psychological
development of children. Because basically the family is the first place for children to socialize after being born. The
family is the first place for children regarding the social environment. If a child is in a harmonious and happy family,
he will experience good psychological development, he will grow into a child who is physically, mentally and
behaviorally healthy. However, it will be inversely proportional to children who grow and develop in an
inharmonious family environment, such as the occurrence of an affair from one of their parents or both parents
having an affair. These problems will have a tremendous impact, both on the perpetrators of the affair themselves,
their partners and their children. Children will become victims of the infidelity committed by their parents. The
impacts that will be obtained by the child include: there will be a child's distrust of a marriage relationship or distrust
of the opposite sex, will cause anger and hatred in the child towards parents who have an affair, will cause
indifference to their environment, children will close himself from the environment, the child will experience stress
and the worst the child will experience depression. From the impact that the child gets, it will affect the development
of the child in the future, both physically, psychologically and mentally. Efforts that can be made to maintain
household harmony and maintain children's psychological development can be done by parents by building and
maintaining small family harmony, by doing positive things together, spending weekends traveling together, being
open to one another. So that the household is harmonious and the development and growth experienced by children
is good and healthy physically, mentally and in behavior for the future.

Keywords: Affair, Perkembangan Psikologis Anak, Children

Abstract
Perkembangan psikologis anak adalah perkembangan yang berkaitan dengan kondisi yang dapat
mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak baik di lingkungan pertemanan dan lingkungan masyarakat yang
ada di sekitarnya. Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak,
diantaranya adalah lingkungan keluarga yang akan menjadi faktor terdekat dalam perkembangan psikologis
anak. Karena pada dasarnya keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk bersosialisasi serelah
dilahirkan. Keluargalah tempat pertama bagi anak mengenai lingkungan sosial. Jika anak berada dalam
keluarga yang harmonis dan Bahagia ia akan mengalami perkembangan psikologis yang baik, ia akan tumbuh
menjadi anak yang sehat secara fisik, mental, dan perilakunya. Namun akan berbanding terbalik dengan anak
yang tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang tidak harmonis, seperti terjadinya perselingkuhan
dari salah satu orang tuanya atau kedua orang tuanya melakukan perselingkuhan. Dari permasalahan
tersebut akan memberikan dampak yang luar biasa, baik terhadap diri pelaku perselingkuhan itu sendiri,
pasangan dan terhadap anaknya. Anak akan menjadi korban dalam perselingkuhan yang dilakukan oleh orang
tuanya. Dampak yang akan didapatkan sang anak antara lain: akan timbul rasa ketidakpercayaan anak
terhadap suatu hubungan pernikahan atau tidak mempercayai lawan jenisnya, akan menimbulkan rasa
marah dan benci dalam diri anak terhadap orang tua yang melakukan perselingkuhan, akan menimbulkan
sikap acuh tak acuh terhadap lingkugannya, anak akan menutup dirinya dari lingkungan, anak akan
mengalami stress dan yang paling parah anak akan mengalami depresi. Dari dampak yang didapatkan sang
anak itu akan mempengaruhi perkembangan anak kedepanya, baik secara fisik, psikologis dan metal anak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga dan menjaga perkembangan
psikologis anak dapat dilakukan oleh orang tua dengan cara membangun dan menjaga keharmonisan
keluarga kecil, dengan melakukan hal-hal positif bersama, menghabiskan akhir pekan dengan berpergian
bersama, saling terbuka. Agar rumah tangga terjalin harmonis dan perkembangan serta pertumbuhan yang
dialami anakpun baik dan sehat secara fisik, mental dan perilakunya untuk masa depannya.
Kata Kunci: Perselingkuhan, Perkembangan Psikologis Anak, Anak.

Pendahluan
Perkembangan psikologis anak merupakan perkembangan yang berkaitan dengan kondisi
yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari seorang anak di lingkungannya. Dan
perkembangan psikologis seseorang anak juga akan beragam. Setiap anak memiliki
perkembangan psikologis yang berbeda-beda. Perkembanga tersebut tidak terbatas pada
pertumbuhan fisiknya saja, melainkan terdapat pertumbuhan yang berlangsung secara rohaniah
menuju kematangan melalui pertumbuhan yang dialami oleh anak, pematangan anak, serta
pembelajaran sang anak (Desmita, 2016).
Faktor yang mampu mempengaruhi keadaan psikis anak diantaranya: faktor internal dan
faktor ekternal (Mansur, Saim, & Riyaldi, 2021). Faktor eksternal ini meliputi lingkungan yang ada
disekitarnya, baik lingkungan masyarakat, lingkungan pertemanannya, dan lingkungan keluarga.
Yang paling mempengaruhi psikologis anak adalah lingkungan keluarga. Karena keluargalah yang
pertama kali menjadi tempat bagi anak dalam bersosialisasi atau lingkungan sosial pertama bagi
anak. Dan anak akan memiliki kondisi psikologis yang baik jika seandainya keluarganya harmonis,
keluarganya bahagia, dan keluarganya memberikan kenyamanan terhadap dirinya, namun akan
berbanding terbalik dengan anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis
terjadinya perselingkuhan dalam rumah tangga yang diketahui oleh anak. Hal itu akan
menghambat perkembangan psikologis anak secara baik dan akan terganggu dalam
perkembangannya. Jika tidak ditangani sejak dini akan berdampak hingga ia tumbuh dewasa.
Dampak yang akan muncul ketika ia dewasa diantaranya ketakutan untuk berumah tangga.
Menurut Syamsuri dan Yitnamurti (2017), salah satu ketidakharmonisan keluarga adalah
perselingkuhan. Perselingkuhan adalah pengkhianatan terhadap kepercayaan, pengkhianatan
terhadap suatu hubungan, dan pemutusan kontrak. Faktor penyebabnya antara lain masalah

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
40
perkawinan, tujuan perselingkuhan itu, kepribadian pelaku dan psikodinamikanya serta tindakan
seksual yang dilakukannya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perselingkuhan yaitu jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, umur, finansial, keyakinan agama, dan budaya. Jenis
perselingkuhan bisa emosional, seksual, dan campuran dari emosional dan seksual. Pencegahan
yang dapat dilakukan menggunakan kontrol sosial. Dampak dari perselingkuhan di bidang
kesehatan adalah penyakit menular seksual misalnya HIV, herpes, klamidia dan hepatitis. Efek
psikologis dari masalah ini dapat mempengaruhi pelaku, pasangan, dan bahkan anak-anak.
Akibat perselingkuhan adalah perceraian.
Fenomena perselingkuhan di kalangan masyarakat semakin meningkat seolah sudah
menjadi trend atau sudah menjadi suatu hal yang biasa dikehidupan saat ini. Siapapun dapat
dengan mudah menemukan dan melakukan kasus perselingkuhan tanpa memandang usia, status
sosial, status hubungannya dengan orang lain, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
Perkembangan kasus perselingkuhan merupakan salah satu bentuk disharmoni rumah tangga,
karena dalam disharmoni rumah tangga tersebut terdapat pihak-pihak yang merasa lebih lemah
sehingga menimbulkan penyakit menular seksual dan perilaku primitif. Pernikahan sejati adalah
ikatan suci yang mengikat dua orang bersama melalui janji atau komitmen (Muhajah, 2016).
Fenomena tersebut juga hampir setiap hari muncul di berbagai media berita yang
menyampaikan berita hangat mengenai perselingkuhan yang terjadi di kalangan selebritis. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Natalia & Nuzuli (2022) tercatat lebih dari 200 pemberitaan
mengenai perselingkuhan sejak 17 Februari-14 Juli 2021 yang terjadi di Indonesia.
Perselingkuhan banyak dilakukan oleh laki-laki, namun bukan berarti seorang perempuan
tidak melakukan tindakan tersebut. Dari data yang terdapat (dalam Khasanah, 2019) terlihat
untuk akhir-akhir ini sering sekali terjadi perselingkuhan yang dilakukan oleh perempuan,
peningkatan kasus perselingkuhan pada perempuan banyak yang terjadi perempuan yang
bekerja. Hasil survei Travis dan Sad terhadap wanita menikah di bawah usia 40 tahun
menemukan bahwa 27% wanita tidak bekerja atau bekerja paruh waktu sedang menjalin
hubungan, dibandingkan dengan 47% perempuan yang bekerja. Pengetahuan tentang
banyaknya perselingkuhan yang dilakukan para wanita ini semakin diperjelas oleh hasil studi
Majalah Wanita Baru (New Woman) menunjukkan bahwa 57% wanita pekerja menemukan
penipu mereka di tempat kerja dan sisanya di luar tempat kerja.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
41
Dari data tersebut bukan berarti hanya perempuan saja yang melakukan perselingkuhan.
Dan banyak juga perselingkuhan yang pelakunya adalah laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian
Ramdhani (2019) (dalam Dewanggana & Setyawan, 2021) kepada 57 responden seorang anak
yang memiliki orang tua yang berselingkuh, ditemukan ada 57,9% anak yang mengetahui
perselingkuhan ayah, ada 12,3% anak yang mengetahui perselingkuhan ibu, dan ada 15,8% anak
yang mengetahui perselingkuhan kedua orang tuanya. Ramadhani (2019) (dalam Dewanggana &
Setyawan, 2021) mengatakan bahwa anak tetap akan mengetahui perselingkuhan orang tuanya
baik secara ekslusif maupun non ekslusif, meskipun orang tua tidak ada niat untuk melibatkan
anak dalam masalah perselingkuhan mereka. Perselingkuhan orang tua kemudian dapat
memberikan berbagai dampak pada anak-anak yang mengetahuinya.
Menurut Muhajah, 2016 anak merupakan korban yang paling menderita dari kasus
perselingkuhan yang dilakukan oleh orang tua. Karena seorang anak yang belum bisa memahami
kehidupan harus kehilangan kasih sayang dari orang tuanya yang bertengkar karena
permasalahan perselingkuhan yang terjadi.
Menurut Hartanti & Salsabila, 2020, bagi seorang anak keluarga merupakan tempat baginya
untuk mendapatkan rasa kenyamanan, mendapatkan perhatian, mendapatkan rasa kasih sayang
dari kedua orang tuanya serta tempat bagi anak untuk bergantung. Ketika rumah tangga
mengalami keretakan yang di akibatkan dari adanya perselingkuhan yang terjadi, maka anak akan
mengalami kegangguan dalam perkembangannya menuju remaja apalagi dalam perkembangan
psikisnya.
Menurut Dewanggana & Setyawan (2021), perselingkuhan orang tua dapat memberikan
akibat atau dampak terhadap anaknya untuk berperilaku yang membahayakan keselamatan
maupun kesehatan dirinya seperti melakukan hubungan seksual, mengkonsumsi minuman
berakohol, dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Dampak dari perselingkuhan yang dialami
oleh anak dapat bergantung kepada gender, usia anak, dan kebudayaan di mana anak tumbuh
dan berkembang.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
42
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah literatur review. Tinjauan pustaka berisi uraian teori, teori dan
bahan penelitian lainnya yang dirangkum dari bahan sumber yang digunakan sebagai dasar
kegiatan penelitian ini. Kajian pustaka atau literature review digunakan dalam penelitian ini, yang
mengevaluasi konsep dan teori berdasarkan literature pada topik yang diteliti. Dalam penelitian
ini Tujuan dari tinjauan pustaka adalah untuk membangun konsep dan teori yang terkandung
dalam penelitian. Literatur review adalah sebuah metode untuk meninjau dan mengevaluasi
sumber-sumber tulisan yang dimaksudkan guna memahami tren, isu, teori, dan metode yang
terkait dengan topik tertentu. Studi Kepustakaan (Library Research). Menurut Mestika Zed (2003),
Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Studi
kepustakaan juga dapat mempelajari berbeagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang
sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono,
2006). Studi kepustkaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap
buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan
(Nazir, 2003). Sedangkan menurut Sugiyono (2012) studi kepustakaan merupakan kajian teoritis, referensi
serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada
situasi sosial yang diteliti.

Hasil
Perselingkuhan
Menurut KBBI, Selingkuh diartikan sebagai tingkah laku dan tingkah laku selalu
menyembunyikan sesuatu untuk keuntungan pribadi, tidak jujur, berbohong dan curang. Dalam
Muhajah, 2016, Perselingkuhan, dalam terminologi, adalah aktivitas seksual dan emosional yang
dilakukan oleh orang-orang yang berkomitmen pada hubungan berkomitmen yang dipandang
sebagai pelanggaran terhadap keyakinan atau norma yang berkaitan dengan eksklusivitas
emosional dan seksual.
Menurut Ismiati (2008) perselingkuhan adalah adanya orang ketiga yang mengganggu
kehidupan perkawinan dari dua individu. Bila di antara suami istri tidak bisa mencari solusi dan
saling memaafkan, toh perceraian adalah jalan terbaik untuk mengakhiri pernikahan.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
43
Pada dasarnya setiap orang menginginkan kehidupan yang normal. Seseorang secara alami
mengikuti aturan di lingkungan sosial, termasuk aturan dalam keluarga, tetapi kehidupan sosial,
status, status sosial, dan pengalaman bisa merubah seseorang. Bahkan dalam kehidupan
berumah tangga, jika suami setia, keadaan yang awalnya harmonis bisa berubah menjadi konflik
dan pergumulan. Kenyataan ini terkadang sulit untuk diatasi (Muhajah, 2016).
Menurut Riyadi & Mansur (2021) Perselingkuhan adalah hubungan terlarang antara orang-
orang, baik yang sudah menikah atau belum menikah, dengan orang yang bukan pasangannya.
Pada saat sekarang ini, kata perselingkuhan juga digunakan untuk hubungan yang tidak setia
didalam sebuah rumah tangga. Perselingkuhan merupakan aspek dan sumber masalah dalam
keluarga. Perselingkuhan adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasangan. Kasus perselingkuhan biasanya ditandai dengan perubahan sikap
pasangan. Perubahan sikap yang paling jelas dan umum dalam suatu hubungan adalah
kecenderungan untuk merahasiakan sesuatu dari pasangan dan keluarga, berperilaku untuk
bertahan dan membohongi pasangan dan keluarga.
Ada begitu banyak masalah di rumah seperti: perselingkuhan, KDRT, perceraian dan banyak
lainnya. Masalah yang terjadi didalam rumah tangga tersebut memiliki dampak yang luas, baik
terhadap pasangan maupun anak. Menurut Surya, 2009 (dalam Muhajah, 2016) Selingkuh adalah
peristiwa yang sangat menyakitkan bagi semua orang yang terlibat, pasangan dan anak-anak
tidak hanya menjadi korban atau konsekuensi dari hubungan tersebut, tetapi masyarakat juga
mengutuk perbuatan perselingkuhan itu. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam bisnis dipenuhi
melalui hubungan. Dengan melakukan perselingkuhan akan memberikan anggapan bahwa
masalah yang dihadapi akan terselesaikan, tetapi sebenarnya karena perselingkuhan tersebutlah
yang merupakan cara yang tidak tepat dan akan menimbulkan permasalahan baru dalam rumah
tangga.
Menurut widhayanti & Hendrati (2011) kehidupan pernikahan atau berumah tangga yang
bersuasana harmonis dan hangat tentunya menjadi dambaan setiap pasangan suami istri, namun
kebahagiaan yang diimpikan tidak serta merta dapat terwujud dan tidak mudah untuk dicapai,
karena setiap pernikahan menghadapi berbagai masalah dan cobaan yang dapat menimbulkan
konflik. dan masalah antar pasangan. Salah satu konflik ini adalah perselingkuhan.
Islam yang merupakan agama dengan nilai dan aturan hidup yang menyatakan bahwa
perselingkuhan adalah suatu keadaan yang tidak diperbolehkan dan suatu perbuatan yang

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
44
dilarang keras. Zina adalah dosa dan melanggar norma agama (Muhajah, 2016). Seperti Firman
Tuhan Qs. Ayat Al-Isra (32):
ٰۤ ‫و ََل ت َ ْقربُوا‬
َ ‫سا ٓ َء‬
‫سبِّيْل‬ َ ‫الزنى اِّنَّهٗ كَا نَ فَا حِّ شَة ۗ َو‬
ِّ َ َ

Yang artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.
Hubungan asmara berupa perselingkuhan dianggap zina karena menimbulkan masalah
dalam kehidupan keluarga dan menjauhkan terwujudnya keluarga Sakinah, Mawadda, Warahah.
Allah SWT berfirman dalam QS. at-Tahrim ayat 6 yang mengajarkan kita untuk menjaga diri dan
keluarga kita dari siksaan Neraka yang sangat pedih.
ٓ
‫ّٰللا َم ٰۤا ا َ َم َر ُه ْم‬ َ ُ ‫س َوا ْلحِّ َجا َرة‬
ُ ‫علَ ْي َها َملئِّكَة غ َِّل ظ ِّش َدا د ََّل يَ ْع‬
َ ‫ص ْونَ ه‬ َ ُ‫ٰۤيا َ يُّ َها الَّ ِّذيْنَ ا َمنُ ْوا قُ ٰۤ ْوا ا َ ْنف‬
ُ ‫س ُك ْم َوا َ ْه ِّل ْي ُك ْم نَا را َّوقُ ْو ُدهَا النَّا‬
َ‫َو َي ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬

Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang suami dan ayah sebagai kepala
keluarga wajib menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka (Muhajah, 2016).

Faktor-faktor penyebab terjadinya perselingkuhan dalam rumah tangga


Menurut Surya (dalam Muhajah, 2016) perselingkuhan biasanya terjadi pada anggota
keluarga yang kurang kuat sifat religiusnya, lemahnya dasar kasih sayang, komunikasi yang tidak
seimbang dan harmonis, sikap egois kedua pasangan, perasaan labil dan tidak mampu
beradaptasi dengan hubungan tersebut. Selain itu, faktor dari lingkungan yang kurang
menguntungkan dapat mempengaruhi munculnya suatu hubungan perselingkuhan. Misalnya,
seorang anak yang tumbuh dalam keluarga berselingkuh biasanya merupakan individu yang
belum dewasa (matang) dan ketika ia beranjak dewasa cenderung melakukan hal yang sama,
yaitu berselingkuh. Dalam hal membesarkan anak, perselingkuhan adalah lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan anak. Dalam situasi seperti itu, sulit bagi anak untuk
menemukan contoh dan pedoman hidup.
Dalam Muhajah, 2016, faktor-faktor terjadinya perselingkuhan antara lain:

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
45
1. Adanya peluang dan kesempatan. Ketika seseorang yang tidak mendapatkan atau tidak
trepenuhi kebutuhannya dari pasanganya, dia akan mencari cara untuk mendapatkan
atau memenuhi hal-hal yang tidak dia peroleh dari pasangannya. Dan ketika ada peluang
serta kesempatan yang bisa dia manfaatkan, maka dia akan memanfaatkan peluang dan
kesempatan tersebut untuk pemenuhan kebutuhannya tadi.
2. Terjadinya konflik dengan pasangan. Dalam hal membesarkan anak, perselingkuhan
adalah lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan anak. Dalam situasi
seperti itu, sulit bagi anak untuk menemukan contoh dan pedoman dalam hidup. Seiring
berjalannya waktu akan muncul keinginan untuk melampiaskannya atau memenuhinya
di luar dan bersama orang lain. Di lingkungan yang modern seperti saat ini, rumah tangga
atau pernikahan biasanya dibentuk berdasarkan gengsi, hanya karena keluarga kaya atau
kekayaan. Pasangan itu mungkin menyembunyikan masalah atau perselisihan yang
muncul dalam rumah tangga mereka, tetapi kedua pasangan mencari pelampiasan nafsu
mereka dengan pasangan yang selingkuh.
3. Psikiater mengatakan bahwa banyak terjadi gangguan mental dan saraf yang disebabkan
oleh masalah seksual. Gangguan seksual dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit
psikosomatis yang berakibat pada gangguan kesehatan fisik. Jadi, kesehatan emosional
sangat bergantung pada pengelolaan sisi seksual dengan bijak.
4. Abnormalitas atau animalistis seks. Saat ini video-video porno bisa didapatkan dengan
mudah. Banyak suami dengan sembunyi-sembunyi menonton video porno tanpa
diketahui oleh istri. Akhirnya seorang suami mendapatkan informasi cara berhubungan
seks ala barat yang serba vulgar dan cenderung tidak manusiawi (animalistis). Hal menjadi
salah satu abnormalitas seks mengakibatkan ketidakcocokan di tempat tidur. Serta
ketidakpuasan pasangan dalam berhubungan seks.
5. Iman Kosong. Kekosongan iman adalah penyebab dari semua perilaku manusia yang
jahat. Demikian pula, masalah atau konflik dalam pernikahan adalah tanda-tanda
buruknya pembentukan iman. Iman memastikan bahwa seseorang dengan bangga tetap
berada di jalan yang benar karena orang beriman merasa bahwa Tuhan memperhatikan
semua tindakannya, mencegah orang beriman untuk melakukan zina atau melakukan
perbuatan yang mendekati zina.
6. Hilangnya rasa malu pada diri seorang individu. Malu merupakan sebagian dari iman.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
46
Permasalahan yang akan timbul dari sebuah perselingkuhan di dalam rumah tangga yaitu
perceraian. Dari perceraian yang terjadi akan berdampak menyakitkan bagi pihak yang terlibat
seperti pasangan, keuarga, dan anak. Perceraian juga dapat menyebabkan stres dan trauma bagi
individu saat mereka memulai hubungan baru dengan lawan jenis. Dalam Sarbini dan Wulandari,
2014 Perceraian adalah penyebab stres terbesar kedua setelah kematian pasangan. Pasangan
yang bercerai cenderung lebih siap untuk bercerai daripada anak-anak mereka. Karena sebelum
pasangan bercerai, biasanya dilakukan pertimbangan Panjang dalam rumah tangga, agar
pasangan siap secara lahir batin. Namun tidak dengan anak, mereka harus menerima keputusan
orang tuanya tanpa ada pikiran atau bayangan bahwa hidupnya akan berubah.
Menurut Sarbini dan Wulandari (2014) pengaruh yang dirasakan oleh seorang anak secara
psikis yang disebabkan oleh orang tuanya yang bercerai, antara lain sebagai berikut:
Merasa tidak aman. Perasaan ini tentang keuangan dan masa depan karena sang anak
menganggap masa depan mereka suram. Alasannya, dia tidak lagi mendapat perhatian dari orang
tuanya, sehingga saat seorang anak sampai pada masa remaja, anak akan menghiraukan serta
tidak peduli dengan keluarganya. Sang anak juga cenderung introvert (menarik diri dari
lingkungan sosialnya) baik lingkungan keluarga, masyarakat dan pertemanannya karena ia tidak
lagi merasa aman dalam lingkungan sosialnya dan memandang lingkungan tersebut sebagai hal-
hal negatif yang dapat mengancam kehidupannya. Oleh karena itu, anak merasa tidak mendapat
perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, sehingga merasa ditipu dan mengembangkan ide-
ide negatif anak tentang lingkungan sekitarnya
Ada perasaan berupa penolakan dalam keluarga. Anak korban perceraian keluarga
ditelantarkan oleh keluarganya karena perubahan sikap orang tuanya. Orang tuanya sudah
memiliki kekasih baru yaitu ayah tiri atau ibu tiri yang membuat sang anak merasa terlantar dan
kehilangan orang tua kandungnya. Keceriannya menghilang dan hanya ada kesedihan dalam
dirinya. Seperti yang dikemukan dalam Sarbini dan Wulandari, 2014, perceraian merupakan
suatu sebuah proses yang terjadi sebelum pisah dan bisa menjadi pengalaman buruk dan
menyedihkan yang menimbulkan stres dan efek psikologis yang buruk pada anak.
Marah. Berkaitan dengan perceraian, anak tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik,
sehingga anak sering marah tanpa sebab, banyak teman dekat yang menjadi sasaran
kemarahannya. Sehingga efek psikologis pada anak menjadi mudah tersinggung dan mudah
tersinggung karena emosinya tidak terkendali. Ini karena pengalamannya melihat orang tuanya

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
47
sering bertengkar. Itu terjadi ketika orang tua marah di depan anak-anak mereka. Anak
melampiaskan amarahnya pada orang lain karena tingkah laku anak mengikuti tingkah laku orang
tuanya dan orang yang melihat tingkah laku orang tuanya. Psikis anak tidak hanya terganggu,
perilakunya juga berubah. Akibatnya, anak menjadi mudah marah, marah dan tindakannya
menjadi agresif, diam atau sembunyi, tidak senang lagi, sakit jiwa dan tidak bergaul. keluar
bersama teman-temannya.
Sedih. Seorang anak sedih ketika orang tuanya berpisah atau bercerai, dan mereka merasa
kehilangan saat pubertas. Seorang anak yang orang tuanya bercerai akan menunjukkan gejala
fisik dan stress akibat perceraian orang tuanya, seperti insomnia (susah tidur), kehilangan nafsu
makan, semua karena kesedihan yang mereka rasakan. Karena fase anak usia 6 sampai 17 tahun
adalah fase dimana mereka belajar beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, perceraian orang
tua menimbulkan luka emosional yang menyakitkan bagi sang anak. Kesedihan yang dialami
anak-anak mempengaruhi kehidupan mereka di kemudian hari. Kesedihan yang dialami anak
mempengaruhi interaksi sosialnya dimana pada masa remaja anak mengalami masa trauma,
misalnya bingung (insecure) dengan teman sebayanya atau jenis lainnya.
Kesepian. Tanpa kasih saying dari ke 2 orang tua, seseorang anak niscaya akan merasa
kesepian. Seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya
untuk masa depannya. Misalnya, seorang anak yang baru saja masuk sekolah dasar, biasanya
anak akan membutuhkan orang tuanya untuk memberikan bimbingan kepada anaknya dalam
menyelesaikan tugasnya. Namun hal ini berbeda dengan anak-anak yang ditinggalkan oleh orang
tuanya yang bercerai, sang anak akan merasa kesepian, walaupun sang anak tersebut diasuh oleh
keluarga dari salah satu orang tuanya atau dirawat oleh pihak lain antara ayah atau ibu sebagai
orang tua tunggal.

Karakteristik Perselingkuhan
Menurut Widhayanti & Hendrati (2011), perselingkuhan lebih banyak terjadi atau dilakukan
oleh laiki-laki atau suami terhadap perempuan atau istrinya. Perselingkuhan yang dilakukan oleh
suami adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh suami yang tidak jujur atau membohongi diri
sendiri dan orang lain, perilaku ini terjadi secara diam-diam dalam hubungan dengan wanita lain
sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Hal tersebut seperti: hubungan rahasia seseorang

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
48
merasa terancam rahasianya dan berusaha membela diri atau bertindak, misalnya dengan
mengatakan bahwa pertanyaan pasangan bukanlah interogasi, melainkan interogasi.
Menurut Satiadarma (dalam Muhajah, 2016) pelaku perselingkuhan akan mencoba
menghindari hal-hal yang membuatnya mengungkapkan perilakunya. Pelaku selingkuh juga akan
menambah kewaspadaan terhadap potensi ancaman, pelaku perselingkuhan membuat skema
baru untuk berbohong kepada pasangannya terus-menerus agar pasangannya tidak mengetahui
perilakunya tersebut. Dalam Muhajah, 2016 adanya sebuah kerahasiaan yang menegaskan
bahwa dalam suatu hubungan terdapat perselingkuhan dan sikap kerahasiaan tersebut
memperkuat sikap untuk melanjutkan hubungan perselingkuhan yang dilakukan.
Karakteristik dari perselingkuhan yang dikembangkan oleh Allport (dalam Widhayanti &
Hendrati, 2011) adalah:
1. Seringnya pasangan terlambat berada di rumah Jika pasangan Anda sering pulang larut

malam, selalu berikan alasan untuk bekerja lembur.


2. Memberikan alasan “dinas luar”. Sering melakukan perjalanan ke luar kota dengan alasan

pekerjaan dan ketika pasangan mau mendampingi atau menemani maka akan timbul
penolakkan dengan berbagai macam alasan.
3. Terjadi perubahan sikap pada pasangan. Perubahan sikap pasangan Anda, tiba-tiba
menjadi panas atau dingin.
4. Ketika panggilan datang dari seseorang, pasangan berbicara dengan lembut, merasa

tegang menjawab panggilan, dan menjauh dari pasangan karena panggilan tidak mau
didengar oleh pasangan.
5. Adanya perubahan dalam berhubungan suami istri. Pasangan akan menunjukkan gejala-

gejala seksual diluar kontrol.

Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada anak


Hurlock (dalam Masganti, 2015) menyatakan terdapat 5 tahap perkembangan anak-anak yang
terjadi yaitu:
1. Periode prenatal yaitu periode kehamilan sampai lahir. Saat ibu mengandung, masih
berbentuk janin hingga di lahirkan. Periode ini di awali dengan sel sperma yang menempel
pada sel telur. Kemudian terus berkembang menjadi janin hingga lahirlah seorang bayi.
2. Masa bayi ini di mulai sejak kelahiran seorang anak pada akhir minggu kedua.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
49
3. Akhir minggu kedua kelahiran. Anak-anak berusia antara 0 dan 3 tahun memiliki
perkembangan mental yang sulit dipengaruhi oleh orang dewasa. Pada usia ini anak
mengalami kepekaan yang kuat, misalnya ketika melihat sesuatu tergeletak di atas meja,
mereka menangis atau mengembalikan benda tersebut ke tempat semula. Selama ini,
anak-anak juga mengalami kepekaan yang besar terhadap detail, di mana ia melihat
sedetail mungkin apa yang ditempelkannya pada suatu benda, misalnya memegang,
mencium, atau menjilat Dalam hal ini anak juga mengalami kepekaan pada tangan dan
kakinya, dalam hal ini anak ingin menggunakan tangannya untuk banyak hal.
4. Anak usia dini, yang terjadi ketika anak berusia 2-6 tahun. Dengan anak usia 3-6 tahun,
anak dapat dihubungi dan situasi atau lingkungan tertentu dapat mempengaruhinya.
Masa ini ditandai dengan anak yang lebih individual dan memiliki kecerdasan yang cukup
untuk bersekolah. Anak seusia ini juga sudah belajar banyak kosakata untuk bisa berbicara
dengan lancar.
5. Akhir masa anak-anak yang terjadi saat usia 6 tahun, 10 tahun atau 12 tahunan. Pada usia
ini seorang anak sudah mampu berfikir dengan sendiri, bertambah perkembangan dan
pertumbuhan fisiknya, dan sudah dapat menilai sesuatu hal.
Moeslichatoen R (dalam Syaodih, 2020) menyebutkan ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan seorang
anak yaitu:
1. Sudah mulai berkembangnya kemampuan seorang anak untuk memenuhi kebutuhan
fisiknya secara sederhana.
2. Mampu mengenal dan mengetahui kehidupan sosial dan pola sosial dominan yang
terlihat seperti: suka berteman, taat aturan, tahu hak dan kewajibannya, bisa bergaul dan
bekerja sama dengan orang lain.
3. Mulai mengerti bahwa dia berbeda dengan anak lain.
4. Masih bergantung kepada orang lain serta masih memerlukan perlindungan dan rasa
aman serta kasih sayang dari orang lain.
5. Tidak mampu membedakan antara sesuatu yang nyata dengan imajinasi.
6. Mempunyai kemampuan meniru dan mengikuti kesibukan orang dewasa (dalam bentuk
atau kegiatan yang sederhana) di sekitarnya melalui kegiatan bermain.
7. Sudah mampu menyelesaikan persoalan atau permasalahan dengan berpikir berdasarkan
hal-hal kongkrit.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
50
8. Sudah mampu menyesuaikan respons emosi terhadap peristiwa yang dialami sehingga
anak terlatih untuk lebih mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosi.
9. Keinginan untuk menggunakan lingkungan fisik dan sosialnya mulai tumbuh, yang
ditandai dengan seringnya anak meminta sesuatu kepada orang-orang disekitarnya untuk
mendapatkan informasi atau pengalaman.
Perkembangan yang terjadi pada seorang anak (Desmita, 2016) sebagai berikut:
1. Perkembangan kognitif, yaitu perkembangan yang berkaitan dengan beberapa
perkembangan lainnya seperti:
a. Perkembangan persepsi. Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan memahami
atau mencari makna dari segala sesuatu hal yang diperoleh melalui panca indera.
Semua informasi yang ada atau terjadi di lingkungan itu akan diterima oleh anak.
Informasi itu dimulai dari panca indera, kemudian diterima di otak. Ketika anak yang
menjadi korban dari orang tua yang berselingkuh akan menganggap bahwa rumah
tangga itu hanya akan menimbulkan masalah saja, seperti kekecewaan terhadap
pasangan dan anak akan menganggap bahwa rumah tangga itu tidak menyenangkan.
b. Perkembangan memori. Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam
menyimpan dan mempertahankan informasi yang diterimanya atau yang didapatnya
dari lingkungan. Ketika anak yang menjadi korban dari orang tua yang berselingkuh ia
akan mengingat hal yang terjadi pada kedua orang tuanya hingga ia dewasa.
c. Perkembangan atensi. Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam
perspektif atau langkah bagi anak untuk memproses informasi yang ada atau yang
diperolehnya.
d. Perkembangan metakognitif. Lidnillah berpendapat bahwa perkembangan
metakognitif merupakan perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam
memahami tentang kognitif dirinya, bagaimana kognitifnya bekerja serta bagaimana
mengaturnya.
2. Perkembangan psikososial yaitu perkembangan yag berkaitan dengan beberapa
perkembangan yang lainnya seperti:
a. Perkembangan emosi. Perkembangan ini berkaitan dengan reaksi perasaan seorang
anak ketika anak sedang berinteraksi dengan orang lain yang ada di sekitar
lingkungannya (Mulyani, 2013). Beberapa anak yang menjadi korban perselingkuhan

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
51
orang tuanya, akan mudah meluapkan emosi marah kepada orang yang ada di
sekitarnya.
b. Perkembangan tempramen. Perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan anak
dalam melakukan pendekatan dengan orang lain atau memberikan respon terhadap
lingkungannya. Ketika seorang anak yang merupakan korban perselingkuhan dari
orang tuanya ia akan susah melakukan pendekatan dengan orang lain yang ada di
sekitarnya. Ketika ada orang yang berusaha mendekat kepadanya, sang anak akan
mencoba menjauhi orang tersebut, karena dia tidak akan mudah untuk mempercayai
orang lain. Sang anak akan susah ketika didekati oleh orang lain.
c. Perkembangan hubungan dengan orang tua. Perkembangan ini berkaitan dengan
bagaimana pola asuh orang tua terhadap anaknya. Dari pola asuh yang di terapkan
orang tua terhadap anak akan berdampak terhadap hubungan anatara anak dengan
orang tuanya. Ketika orang tua berselingkuh anak akan mencoba menutup dirinya
karena dia tidak mempercayai orang tuanya.
d. Perkembangan hubungan dengan teman sebaya. Perkembangan ini akan dipengaruhi
oleh lingkungan pertemanannya, baik di tempat sekolah maupun di lingkungan
rumahnya. Di mana tingkah laku anak akan di pengaruhi oleh lingkungan
pertemananya. Dan ketika anak berada di lingkunngan pertemanan yang tidak sesuai
dengan dirinya, dia akan mencoba menjauh dna mencari teman lainnya. Ketika anak
memiliki masalah keluarga seperti perselingkuhan yang dilakukan oleh orang tuanya,
anak akan merasa malu untuk berteman dengan teman-teman sebayanya. Akan
muncul rasa takut pada dirinya, takut dijauhi, takut tidak diterima oleh teman-
temannya. Ada Sebagian anak yang merupakkan korban dari kasus perselingkuhan
orang tuanya memilih untuk tidak memiliki teman.
e. Perkembangan gender. Perkembangan yang berkaitan dengan jenis kelamin. Dimana
perkembangan ini dipengaruhi oleh genetik, sosial dan kognitif. Orang tua memiliki
peran yang sangat penting dalam memberikan pemahan terhadap anak mengenai
gender yang ada di lingkungan, perbedaan anatar gender (Pujisatuti, 2014).
f. Perkembangan moral. Menurut Hurlock (dalam Rakihmawati & Yusmiatinengsih,
2012) perkembangan moral adalah perkembangan perilaku yang sesuai dengan aturan

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
52
yang ada di lingkungan sosial, perilaku moral ini dikendalika oleh konsep moral
peraturan perilaku kebiasaan bagi individu di suatu budaya.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
53
Dampak perselingkuhan bagi anak
Dampak yang akan terjadi dari perselingkuhan sangat banyak, baik untuk pelaku,
pasangannya dan anaknya. Dampak perselingkuhan terhadap anak (Muhajah, 2016) antara lain:
1. Korban dari hubungan perseingkuhan yang terjadi, yang paling menderita, adalah sang anak.
Jika orang tua lain berselingkuh saat anak tersebut dewasa, mungkin ada konsekuensi yang
tidak benar-benar memengaruhi anak tersebut. Tapi tidak seperti anak kecil, dampaknya
terasa. Hal ini membuat sang anak bingung, bimbang dan tidak nyaman karena keluarganya
tidak bisa lagi memberikan contoh yang baik. Anak-anak dapat menolak untuk mengkhianati
orang tua dan keluarga mereka.
2. Kemarahan seoranganak terhadap orang tuanya dapat menimbulkan dampak lain, seperti:
pelecehan seksual. Contohnys, seorang anak perempuan yang membenci ayahnya karena

telah menyakiti hati ibunya. Seorang anak mungkin membenci semua laki-laki dan kemudian
mulai menyukai sesama jenis atau perempuan, atau anak tersebut mungkin tidak ingin
menjalin hubungan dengan lawan jenis, seperti pacar. B. perkawinan, anak tidak percaya lagi
dengan perkawinan karena melihat hubungan kedua orang tuanya.
3. Orang tua adalah panutan bagi anak. Jika orang tua berselingkuh, itu jelas bukan contoh yang
baik. Tetapi, anak dapat "meniru" ini selama pernikahan. Akan memungkinkan juga seorang
anak berpikir bahwa “orang tua saya tidak pernah berselingkuh, jadi tidak masalah jika saya
berselingkuh”.
4. Akibat kejadian kedua, anak bisa merasa sangat tertekan, stress, tertekan dan down.

Perasaan tertekan seperti itu dapat menenangkan anak, ia tidak mau bersosialisasi, dan
prestasi akademiknya memburuk
5. Anak yang menjadi korban perselingkuhan orang tuanya tidak selamanya diam, ada juga anak
yang memberontak, karena jiwa anak yang masih labil, anak yang stress berat juga bisa
menggiringnya ke pergaulan yang buruk. Seperti: seks bebas, narkoba atau bahkan
kriminalitas.
6. Trauma dari perselingkuhan yang terjadi atau yang dilakukan oleh orang tua tidak hanya

memengaruhi perasaan pasangan yang baru saja bertengkar, tetapi juga anak-anak. Trauma
anak bisa berupa ketakutan anak untuk menikah atau menjalin hubungan dengan lawan
jenis.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
54
Green (2015) (dalam Dewanggana & Setyawan, 2021) mengatakan bahwa anak yang
mengetahui ayahnya berselingkuh, dikemudian hari dia akan meniru perilaku dari ayahnya. Hal
itu disebabkan karena seorang ayah adalah figure pada setiap perilaku anak-anaknya, sehingga
hal apapun yang dilakukan oleh seorang ayah akan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan moral dan mental anaknya. Seorang anak akan sangat membutuhkan arahan dari
orang tuanya, ketika orang tuanya melakukan perselingkuhan, maka anak akan salah memahami
suatu pemahaman moral tentang seksual. Dari tindakan perselingkuhan yang terjadi akan
memberikan pengaruh terhadap hubungna anak dengan orang tua yang melakukan
perselingkuhan, karena akan timbul rasa marah dan benci dalam diri ana katas tindakan orang
tuanya tersebut.
Menurut Hartanti & Salsabila, 2020, dampak antara fisik dan psikis anak akan saling
berkaitan karena dengan kondisi pdikis anak yang tidak baik-baik saja seperti strees, depresi yang
merupakan sebagai dampak dari perselingkuhan yang dilakukan oleh orang tuanya akan
berdampak juga terhadap fisik anak atau pertumbuhan fisik anak. Anak yang terganggu psikisnya
seperti stress dan depresi tadi akan malas makan atau hilangnya nafsu makan pada dirinya, itu
akan mempengaruhi proses pertumbuhan fisiknya. Anak dapat mengalami kekurang gizi yang
diakibatkan tidak terpenuinya gizi anak.

Upaya menanggulangi perselingkuhan


Menurut Muhajah (2016) upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perselingkuhan
dan terganggunya psikologis anak, maka dapat dilakukan upaya pencegahan seperti:
1. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga dengan mencintai dan menyayangi pasangan
dan anak, menerima kekurangan pasangan.
2. Tanamkan niat dan tekad dalam diri orang tua untk menjaga keharmonisan rumah tangga,
mempertahankan rumah tangga, dan membahagiakan keluarga kecil demi masa depan
bersama.
3. Memutuskan perselingkuhan jika sudah terjadi, dan mengingat ada anak dan pasangan.
4. Kesediaan diri untuk berubah sebagi orang tua yang lebih baik lagi untuk anak maupun
menjadi pasangan yang lebih baik lagi.
5. Menghindari peluang terjadinya perselingkuhan, bisa dilakukakn dengan sering berlibur
diakhir pekan bersama pasangan dan anak.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
55
6. Berada bersama dengan pasangan atau sering pergi pacaran berduaan dengan pasangan,
agar hubungan lebih dekat dan terjaga.
7. Membina komunikasi yang baik dalam rumah tangga dengan cara membicarakan segala hal
dengan pasangan atau membicarakan kejadian-kejadian yang terjadi di tempat kerja,
menceritakan keluh kesah, menceritakan hal apa yang perlu di perbaiki kedepannya dengan
pasangan untuk keharmonisan rumah tangga.

Sangat penting peranan orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan serta menjaga
psikologis anak, karena itu haruslah siap sebelum menjalankan rumah tangga, mempersiapkan
diri secara fisik, mental, finansial dan merasa sudah mampu dalam menjalankan kewajiban
sebagai pasangan serta sebagai orang tua bagi anak-anak.

Kesimpulan
Tindakan perselingkuhan di rumah memiliki konsekuensi serius baik itu terhadap
pasangan, diri sendiri maupun terhadap anak. Anak juga akan menjadi korban dalam masalah
ini. Perselingkuhan akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap anak seperti dampak
terhadap psikologisnya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari adanya perselingkuhan dalam rumah tangga
diantaranya:
1. Menjaga keharmonisan dalam berumah tangga dengan berkomunikasi secara baik kepada
pasangan, membicarakan hal-hal yang dapat didiskusikan dengan baik kepada pasangan untuk
keharmonisan rumah tangga kedepannya dan untuk masa depan anak.
2. Menghabiskan akhir pekan dengan berjalan-jalan dengan pasangan dan anak untuk
mempererat hubungan dengan pasangan dan anak.
3. Mendengarkan keluh kesah pasangan dengan baik dan memberikan pandangan positif terkait
masalah yang sedang dihadapi.
4. Dengan mencintai pasangan dan anak, menerima kekurangan pasangan.
Oleh karena itu sangat penting sekali peranan dari orang tua dalam mengasuh, membimbing
dan menjaga anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dan orang tua harus
mampu mempertahankan, menjaga dan menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
56
Daftar Pustaka
Amrillah, T. (2017). Memahami Psikologi Perkembangann Anak Bagi Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini. Jurnal An-Nahdhah, 11(2),
Andriani, D. &Rochani, S. (2010). Skema Perselingkuhan dan Intensi Untuk Menikah Pada
Wanita Dewasa Muda yang Orang Tuanya Berselingkuh. Jurnal Psikologi, 3(2), 172-
173.
Apriyanto. (2017). Perkembangan Psikologi Anak Akibat Perceraian Orang Tua (Studi Pada
Keluarga Yang Bercerai di Perumdan 2 Tanjung Raya Permai Bandar Lampung. Skripsi,
2.
Andriani, D., & Rochani, S. (2010). Skema Perselingkuhan Dalam Pernikahan dan Intensi untuk
Menikah Pada Wanita Dewasa Muda yang Orangtuanya Berselingkuh. Jurnal Psikologi
Volume 3 No. 2, 175.
Anggraini, A. P. (2018, 01 08). Lifestyle : Mengapa Pasangan yang Harmonis bisa bercerai? Diambil
kembali dari Kompas.com:
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/08/125000720/mengapapasangan-yang-
harmonis-bisa-bercerai
Atinkson, R., Atinkson, R., & Hilgard, E. (1983). Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan . Diterjemahkan
oleh Nurjannah Taufiq, Agus Dharma. Amerika Serikat: Harcourt, Inc.
Bastian, A. (2012). Perselingkuhan sebagai Kenikmatan Menyesatkan. Jurnal Psikologi
Perkembangan 8(2):
Desmita. (2016). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dewanggana, N. K., & Setyawan, I. (2021). “Pengalaman Anak Laki-laki Dengan Ayah Yang
Berselingkuh” Intrepretative Phenomenological Analysis. Jurnal Empati, 10(5), 311.
Gifari, A. Selingkuh Nikmat yang Terlaknat. 24-31.
Hartanti, S. S., & Salsabila, V. (2020). Analisis Kondisi Fisik dan Psikis Terhadap Anak Korban
Broken Home. Seminar Nasional Edusainsteks. FMIPA UNIMUS 2020: 564.
Ismiati. (2018). Perceraian Orang Tua dan Problem Psikologis Anak. Jurnal At-Taujih Bimbingan
dan Konseling Islam, 1(1), 5.
Khasanah, M. (2019). Motif Perselingkuhan Dalam Pernikahan (Studi Kasus Tentang Perselingkuhan
Seorang Istri di Desa Kranggan, Kec. Pekuncen, Kab. Banyumas). Skripsi, 3-4.
Lidnillah, D. A. M. Perkembangan Metakognitif dan Pengaruhnya Pada Kemampuan Belajar Anak. 3.
Mansur, M. A, Sair & Riyaldi, S. R. (2021). Faktor Penyebab Perselingkuhan Suami Istri dan
Upaya Penangananya di KUA Kecamatan Rupat. XVII(1), 64-65.
Masganti. (2015). Psikologi Perkembangan Anak Jilid 1. Medan: Perdana Publishing.
Muhajarah, K. (2016). Perselingkuhan Suami Terhadap Istri dan Upaya Penanganannya.
Sawwa 12(1), 24-38.
Mulyani, N. (2013). Perkembangan Emosi Sosial Pada Anak Usia Dini. Insania, 18(3), 425.
Natalia, W. K., & Nuzuli, A. K. (2022). Konstruksi Pemberitaan Kasus Perselingkuhan Nissa Sabyan
dan Ayus Sabyan di Tribunnews.com. Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2), 220.
Pujisatuti, T. (2014). Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Identitas Gender Anak. Jurnal
Syi’ar 4(10):54-55.
Rakihmawati & Yusmiatinengsih. (2012). Upaya Mneingkatkan Perkembangan Moral Anak
Usia Dini Melalui Mendongeng Di TK Dharmawanita. Jurnal Ilmiah, 7(1), 20.

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
57
Sarbini, W. & Wulandari, K. (2014). Kondisi Psikologis Anak Dari Keluarga yang Bercerai,
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa.
Satiadarma, M. P. Menyikapi Perselingkuhan: 11.
Surya, M. (2009). Bina Keluarga. Bandung: Graha Ilmu.
Syamsuri, M. V. & Yitnamurti, S. (2017). Perselingkuhan Dalam Sudut Pandang Psikiatri
(Infidelity From Psychiatric Perception). Jurnal Psikiatri Surabaya, 52.
Syaodih, E. (2020). Psikologi Perkembangan. 4-5.
Widhayanti, P. Y. & Hendrati, F. (2011). Hubungan Kematangan Pribadi Dengan
Perselingkuhan Suami. Jurnal Psikolog

JPI: Jurnal Psikologi Islam


Vol. 02, No. 02 (2023), pp. 39-58 | doi: /-
58

Anda mungkin juga menyukai