Anda di halaman 1dari 4

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN/ PROFESI NERS*

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSYARAFAN

Nama Mahasiswa :
NIM :
Pelaksanaan uji kompetensi :

Petunjuk:
Berilah tanda periksa list (√) pada kolom skor untuk mahasiswa/i dalam ujian.
SKOR
No. PROSEDUR BOBOT
0 1 2
A. Pra Interaksi
1. Verifikasi data klien 1
2. Menyiapan alat: 1
a. Pen light
b. Perkusi hammer
c. Garputala
d. Kartu snellen
e. Pilinan kapas
f. Botol berisi air hangat dan air dingin
g. Larutan gula, garam, asam
h. Bau-bauan: jeruk, alcohol, minyak kayu putih, dsb
i. Jarum
B. Orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan diri 1
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur 1
3. Menanyakan kesiapan klien 1
4. Mendekatkan alat-alat dan menjaga privasi klien 1
5. Mencuci tangan 1
C. Kerja
1. Riwayat kesehatan
Kaji keluhan utama dan riwayat penyakit (sekarang, dahulu, 1
keluarga)
2. Kesadaran
Periksa tingkat kesadaran klien dengan menggunakan skala GCS 2
(eye, verbal, motorik) kemudian simpulkan hasil pemeriksaan
GCS
3. Status mental
Orientasi : orang, tempat, waktu 1
Memori (jangka panjang dan jangka pendek)
Perhitungan
4. Pemeriksaan saraf kranial
a. Tes nervus I (olfaktorius) 1
Periksa fungsi penciuman dengan cara tutup mata klien dan
salah satu hidung klien. Minta klien mencium benda yang
baunya mudah dikenal (jeruk, alcohol, minyak kayu putih).
Kemudian bandingkan antara hidung bagian kanan dan kiri.

b. Tes nervus II (optikus)


• Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh 1
baca dua baris di koran dengan jarak 30 cm, ulangi untuk
mata satunya
• Test lapang pandang, pemeriksa dan pasien berhadapan 1
dengan jarak 60 cm, bila mata kiri yang diperiksa maka
mata kanan ditutup. Mata kiri pasien berhadapan dengan
mata kanan pemeriksa. Gerakkan jari / benda berwarna
cerah ke kanan dan kiri. Catat bila ada bagian lapang
pandang yang masih terlihat oleh pemeriksa tetapi tidak
terlihat oleh pasien. Ulangi pada mata kanan
• Pemeriksaan visus, dengan cara gantungkan kartu Snellen 1
yang sejajar mata klien dengan jarak 6 meter. Pemeriksaan
dimulai dengan mata kanan. Mata kiri klien ditutup dengan
penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan bolamata.
Klien membaca huruf dari kiri ke kanan setiap baris kartu
Snellen. Penglihatan normal bila responden dapat membaca
sampai huruf terkecil

c. Tes nervus III, IV, VI (okulomotorius, troklear, abdusen)


• N. III → (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan
senter kedalam tiap pupil mulai menyinari dari arah 1
belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan
keduanya), perhatikan kontriksi pupil kena sinar.
• N. IV → kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 1
60 cm sejajar mid line mata, gerakkan obyek kearah kanan.
Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus
• N. VI → minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan
tanpa menengok lihat gerakan bola mata. 1

d. Tes nervus V (trigeminus)


Mengusap pilinan kapas pada kelopak mata atas dan bawah
(lihat gerakan mengedip pada mata). Kemudian usap pula 1
dengan pilinan kapas pada maxilla dan mandibula dengan
mata klien tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan
adanya sentuhan

e. Tes nervus VII (fasialis)


• Kaji sensasi rasa bagian anterior lidah terhadap asam,
manis, asin, pahit dengan cara klien tutup mata, teteskan 1
larutan berasa (asam, manis, asin, pahit).
• Kaji fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara
meminta klien untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, 1
menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya

f. Tes nervus VIII (akustikus)


• Mengkaji pendengaran dengan cara tutup satu telinga klien,
2
pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan
jari bergantian kanan-kiri. Kemudian lakukan tes weber dan
rinne menggunakan garpu tala dengan cara :
Tes Weber → letakkan garpu tala yg sudah digetarkan
pada bagian tengah dahi, normal bunyi akan terdengar pada
bagian tengah dahi
Tes Rinne → letakkan garpu tala di bagian prosesus
mastoideus, bila tidak terdengar lagi gerakkan garpu tala ke
meatus akustikus eksterna, normal bunyi masih terdengar di
meatus akustikus eksterna
• Mengkaji keseimbangan, klien diminta berjalan lurus,
1
apakah dapat melakukan atau tidak.
g. Tes nervus IX (glosofaringeal) dan nervus X (vagus) 1
Inspeksi gerakan ovula (saat klien mengucapkan “ah” apakah
simetris dan tertarik keatas.
Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding
pharynx dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti
menelan

h. Tes nervus XI (assesorius)


Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. 2
(Inspeksi apakah otot sternokledomastodeus dapat terlihat,
apakah atropi, kemudian palpasi kekuatannya)
Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha
menahan (test otot trapezius)

i. Tes nervus XII (hipoglosus)


Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan, posisi lidah 1
(normal, asimetris / deviasi), lihat pergerakan lidah dengan
cara minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.

5. Fungsi sensorik
• Tusukkan jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum 1
bundel atau jarum pada perlengkapan refleks hammer),
untuk rasa nyeri superfisial.
• Usapkan kapas untuk rasa raba. 1
• Kompreskan botol berisi air hangat dan air dingin, untuk 1
rasa suhu

6. Fungsi motorik
Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan
pemeriksaan kekuatan.
• Massa otot : kaji apakah normal, hypertropi atau atropi 1
• Tonus otot : gerakkan anggota gerak pada berbagai 1
persendian secara pasif
• Kekuatan otot : Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi 2
optimal yang diuji. Klien secara aktif menahan tenaga yang
ditemukan oleh pemeriksa (ukur kekuatan otot skala 0-5)

7. Pemeriksaan refleks
• Refleks patella
1
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai
fleksi. Tendon patella dipukul dengan refleks hammer.
Respon berupa kontraksi otot ekstensi dari lutut.
• Refleks biceps
1
Lengan difleksikan terhadap siku, lengan bawah ditopang
oleh pemeriksa. Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m.
biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul dengan
refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat
bila terjadi fleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila
hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi
pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu
• Refleks triceps
1
Lengan ditopang dan tendon triceps diketok dengan refleks
hammer .
Normal jika ada kontraksi otot triceps, sedikit meningkat
bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku
tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau
mungkin ada klonus yang sementara.
• Refleks achilles 1
Posisi kaki adalah dorsofleksi. Tendon achilles dipukul
dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan
plantar fleksi kaki.
• Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah 1
umbilikus.
Normal jika umbilikus akan bergerak keatas dan kearah
daerah yang digores.
• Refleks Babinski
Goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit 1
kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian
jantung kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki
melakukan dorsofleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Normal
jika fleksi plantar semua jari kaki.
D. Terminasi
1. Merapikan alat kemudian mencuci tangan 1
2. Penutup :
a. Tanyakan respon klien 1
b. Rencana tindak lanjut 1
c. Salam terapeutik 1
3. Dokumentasi keperawatan 2
4. Aspek kognitif / Responsi 3
Ket : 0 = tidak dilakukan 1 = cukup 2 = baik

NILAI
(SKOR X BOBOT)

Pontianak,………………………20…
Penguji

(………………………………)
Catatan:
1. Mohon penguji langsung memberikan penilaian setelah ujian
2. Nilai Batas Lulus (NBL) adalah 70
3. *Coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai