Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK SEHAT, SAKIT, AKUT

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN DIGESTIF : DIARE”

Dosen Pengampu :
Ns. Lintang Sari, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Dicky Aprilyanto (NIM : 821221022)
2. Indah Wiranda (NIM : 821221039)
3. Muhammad Ariansyah (NIM : 821221064)
4. Ninda Maudina (NIM : 821221072)
5. Renawati (NIM : 821221084)
6. Tiara Septi Puspita (NIM : 821221005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan
Rasulullah SAW karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan yang berjudul "Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Digestif
: Diare".
Dalam pembuatan makalah ini, kami berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas dan bimbingannya, juga tak lupa kami sampaikan banyak terimakasih kepada rekan-
rekan kelompok 1, yang telah bekerjasama sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami sadar bahwa begitu banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Maka daripada itu kami
pun mengharapkan kritik, saran, dan arahan dari pembaca. Agar dapat membuat yang lebih
baik lagi kedepannya.

Pontianak, April 2024

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5
a. Tujuan Umum............................................................................................................5
b. Tujuan Khusus...........................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
A. Definisi Diare Pada Anak................................................................................................6
B. Klasifikasi Diare..............................................................................................................7
C. Patofisiologi....................................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis.............................................................................................................8
E. Skema Pathway...............................................................................................................9
F. Penatalaksanaan............................................................................................................10
G. Intervensi Penelitian........................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................13
A. Pengkajian.......................................................................................................................13
BAB IV....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
A. KESIMPULAN............................................................................................................18
B. SARAN...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare masih menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian terbanyak untuk
anak-anak dibawah lima tahun. diperkirakan sebanyak 800.000 kematian dibawah
lima tahun disebabkan oleh diare pada tahun 2010, yang merupakan 11% dari total
kematian dibawah lima tahun. dengan sekitar 80% kematian ini terjadi di Afrika dan
Asia tenggara. Hingga saat ini, Diare masih menempati posisi ke-3 dengan jumlah
kasus terbanyaks. Diare didefinisikan sebagai defekasi dari tiga atau lebih tinja
lembek atau cair per hari, atau frekuensi lebih dari normal. Diare merupakan penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, serta protozoa,
dan penularannya secara fekal-oral. Selain proses infeksi, diare dapat pula disebabkan
oleh penggunan obat-obatan, proses alergi, kelainan pencernaan serta mekanisme
absorpsi, defisiensi vitamin, maupun kondisi psikis (Indriyani,2020).
Secara garis besar terdapat dua mekanisme dasar terjadinya diare, yaitu akibat
peningkatan intraluminal osmotic pressure sehingga terjadi penghambatan reabsobsi
air serta elektrolit. Selain itu, akibat menigkatnya kapasitas sekresi air dan elektrolit,
berimplikasi pada terjadinya dehidrasi diikuti pula oleh gangguan gizi yang dapat
terjadi akibat diare yang berlangsung lama. Pada umumnya, penanganan diare
meliputi pemberian cairan adekuat dan elektrolit, pemberian nutrisi adekuat,
pemberian preparat zinc, antibiotika selektif, dan edukasi terhadap
orangtua/pengasuh. Selain penatalaksanaan yang penting dalam pemberantasan diare
adalah dengan program pencegahan. Dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat
serta program pencegahan yang efektif diharapkan angka mortalitas dan morbiditas
akibat diare dapat diturunkan (Indriyani,2020).
Diare berulang merupakan diare yang terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu
yang singkat, yaitu antara satu sampai tiga bulan. Ketika diare tubuh akan kehilangan
cairan dan elektrolit secara cepat serta usus kehilangan kemampuannya untuk
menyerap cairan dan elektrolit. Pada kasus ringan, proses penyerapan di usus belum
terganggu sehingga dapat diberikan berbagai cairan untuk mencegah dehidrasi.
Sekitar 10% kejadian diare disertai dehidrasi atau kekurangan cairan secara
berlebihan. Bayi lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar
dan dewasa. Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok usia di
Indonesia yaitu 7,0 persen dan 3,5 persen. Sedangkan insiden diare pada kelompok
usia balita di Indonesia mencapai 10,2 persen. Berdasarkan data dari Seksi
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember selama tahun 2014 hingga 2016, jumlah kasus diare terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya (Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2017).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember (2017) Puskesmas
Sumberjambe termasuk dalam 10 Puskesmas dengan angka kejadian tertinggi diare
pada balita (Wibisono,2020).
Diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak dibawah lima tahun.
Sekitar 525.000 anak meninggal setiap tahunnya karena diare. Dehidrasi berat dan
kehilangan cairan secara berlebihan merupakan penyebab utama kematian karena
diare bagi sebagian besar masyarakat. Anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki
kekebalan yang lemah termasuk yang paling berisiko menderita diare yang
mengancam jiwa (WHO, 2017). Diare yang berlangsung lama dan berulang-ulang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan usus dan mengakibatkan penyerapan nutrisi
oleh usus terganggu. Gangguan pada penyerapan nutrisi dapat menyebabkan
pertumbuhan anak terganggu (Wibisono,2020).

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran mengenai asuhan keperawatan pada anak diare
b. Tujuan Khusus
1. Dapat Memahami Definisi Diare pada anak?
2. Untuk Mengetahui Patofisiologi Diare pada anak?
3. Memahami Manifestasi Klinis Dari Diare pada anak?
4. Dapat Mendeskripsikan Skema Pathway tentang penyakit diare?
5. Untuk Memahami Farmakologi yang tepat serta intervensi keperawatan terkait?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diare Pada Anak
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah
buang air besar yang terjadi akibat adanya suatu infeksi. Seorang anak bisa dikatakan
telah mengalami diare apabila volume buang air besarnya terukur lebih besar dari 10
ml / kg per hari (Supriyanto,2017) dalam Anggraini,2022.
Diare atau penyakit diare (Diarhea Disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu
Diarroi yang artinya mengalir terus, adalah keadaan abnormal dari pengeluaran tinja
yang frekuen (Yatsunagi, 2022). Diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes, 2021)
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung dari satu minggu (Anggraini,2022).Sedangkan menurut Simadibrata dan
Daldiyono diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu
buang air besar encer lebih dari tiga kali per hari. Buang air besar encer tersebut
dapaftanpa disertai lendir dan darah (Anggraini,2022).
Dari definisi terkait kelompok kami mengambil kesimpulan bahwa Diare
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi.yang ditunjukan dengan buang air
besar encer lebih dari tiga kali per hari (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat) . Buang air besar encer tersebut dapaftanpa disertai
lendir dan darah.
B. Klasifikasi Diare
Diare diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut karakteristiknya seperti
berdasarkan waktu (akut dan kronis) dan karakteristik fesesnya (cair, berlemak,
radang, dll). Durasi diare adalah hal penting karena bentuk akut biasanya dikarenakan
beberapa agen infeksi, keracunan, atau alergi makanan. meskipun begitu diare akut
bisa juga menjadi gejala dari penyakit organik atau fungsional kronis. Diare cair
merupakan gejala dari beberapa kelainan dalam penyerapan air ulang dikarenakan
ketidakseimbangan antara sekresi dan absorpsi elektrolit (diare sekretorik) atau
tercernanya substansi yang usus tidak dapat menyerapnya kembali (diare osmotik).
Diare dengan lemak yang banyak mungkin dikarenakan rendahnya absorbsi lipid di
usus yang dikarenakan buruknya pencernaan, dan diare radang jika ada mucus dan
pus.
Perbedaan antara diare sekretori dan osmotic ditegakkan melalui klinis dengan
cara mengeliminasi beberapa penyebab diare osmotik yang umumnya sedikit. Diare
osmotik dikarenakan pencernaan garam (magnesium sulfat atau fosfat) atau
polisakarida (mannitol, sorbitol) yang tidak siap untuk dicerna, atau untuk defek
beberapa enzim di mukosa usus (contohnya kurangnya laktase). Diare osmotik
berhenti saat pasien puasa, atau saat subtansi yang tidak siap diserap tidak lagi
dicerna. Diare sekretori, berlanjut meskipun pasien telah berhenti makan. Diare
sekretori mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara endogen atau exogen, yang
menentukan ketidakseimbangan antara absorpsi dan sekresi elektrolit. Diantara
penyebab diare sekretori, terdapat juga abnormalitas motilitas usus, keduanya
merupakan penyakit primer dan sekunder terhadap penyakit metabolik maupun neuro-
endokrin sistemik (Indriyani,2020). Berdasarkan waktunya, diare di bagi menjadi:
1. Diare Akut
Diare akut sering juga didefinisikan sebagai gastroenteritis, yaitu diare yang
muncul cepat yang dapat disertai dengan beberapa gejala seperti mual, muntah,
demam, dan nyeri abdomen yang berlangsung selama kurang dari 14 hari. Sekitar
80% disebabkan oleh virus sedangkan infeksi akibat bakteri lebih sering
bermanifestasi sebagai diare berdarah (Anggraini,2022).
2. Diare Kronik
Keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Dengan frekuensi buang air besar
yang terus meningkat, konsistensi tinja semakin lembek, atau volume tinja yang
semakin bertambah dalam rentang waktu yang lebih dari 14 hari
(Anggraini,2022).
3. Diare Persisten
Diare persisten adalah adalah diare yang mula-mula bersifat akut, namun
berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau disentri.
Diare persisten sering disebabkan oleh beberapa bakteri/ parasit yang masuk
dalam tubuh seorang anak (Anggraini,2022).
C. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut atau kronis akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia (Anggraini,2022).
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-renjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan
berkurang sehingga hipoksia dan asidosis metabolik bertambah berat, gangguan
peredaran darah otak dapat terjadi berupa kesadaran menurun (soporokomatosa)
dan bila tidak cepat diobati dapat berakibat kematian (Anggraini,2022).
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah, terkadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karennna
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau apabila makanan tetap
diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada
anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal
berambah berat badan. Sebagai akibat dari hipoglikemia dapat terjadi edema otak
yang dapatb mengakibatkan kejang dan koma (Anggraini,2022).
D. Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis yang muncul pada kasus diare berkaitan erat
dengan jenis pathogen yang menginfeksi dan seberapa besar tingkat infeksi tersebut.
Manifestasi tambahan tergantung pada perkembangan komplikasi (seperti dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit) dan sifat patogen yang menginfeksi. Biasanya,
penyerapan toksin sebelum terbentuk dikaitkan dengan onset mual dan muntah yang
cepat dalam waktu 6 jam, dengan kemungkinan demam, kram perut setelah periode
inkubasi 8-16 jam dikaitkan dengan produksi enterotoksin. Clostridium perfringens
dan bacillus cereus memiliki gejala berupa kram andomial dan diare berair setelah
periode inkubasi 16-48 jam dapat dikaitkan dengan norovirus, beberapa bakteri
penghasil enterotoksin (Anggraini,2022).
Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin
disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
menjadi lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare (Anggraini,2022). Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
akibatgangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Gejala dehidrasi
yaitu :
1. Berat badan turun
2. Turgor kulit berkurang
3. Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
4. Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering Berdasarkan banyaknya
cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat,
sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik dan hipertonik (Anggraini,2022).
Anamnesis dimulai dari penentuan apakah diare yang terjadi merupakan diare
primer ataukah diare sekunder. Gejala seperti batuk maupun sesak akan mengarahkan
diagnosis kepada infeksi pernapasan. Frekuensi buang air kecil akan meningkat
ditambah nyeri saat buang air kecil dapat mengarah kepada diagnosis infeksi saluran
kencing (ISK). Anamnesis berikutnya adalah untuk mengevaluasi berat gejala dan
komplikasi. Selanjutnya, pertanyaan lebih detail diperlukan untuk mengukur derajat
Dehidrasi dan derajat kehilangan elektrolit seperti durasi diare, volume diare,
seberapa banyak cairan yang mampu diminum selama diare, dan lain-lain
(Indriyani,2020). Pemeriksaan fisik bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi
dan mencari tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu dicari
dan harus ditentukan derajat dehidrasinya. Bila didapatkan nafas cepat dalam dapat
dicurigai adanya asidosis metabolic. Pada keadaan kembung perlu diperhatikan
adanya ileus paralitik. Berdasarkan kadar Natrium dalam plasma, jenis dehidrasi dapat
dibagi menjadi tiga jenis: dehidrasii hiponatremiai (<130 meg/L), dehidrasii iso-
natremia (130m – 150 meg/L) dan dehidrasii hipernatremia (> 150 meg/L). Pada
umunya dehidrasii yang terjadii adalah tipe iso – natremia (80%) yang tanpa disertai
gangguan osmolalitas, sisanya (15%) merupakan diare hipernatremia dan 5%
merupakan jenis diare hiponatremia. Dehidrasi isonatremi ditandai dengan onset yang
sangat cepat, ekstremitas dingin dan berkeringat. Kesadaran menurun, dan muncul
gejala lain shock hipovolemik. Dehidrasi hipernatremik ditandai dengan terdapatnya
kekurangan air dan natrium, tetapi proporsi kekurangan airnya lebih banyak,
konsentrasi natrium serum meningkat <150 mmol/L, osmolaritas serum meningkat
(>295 mosmol/L). Saat konsentrasi natrium > 165 mmol/L, kejang mungkin dapat
terjadi. Dehidrasi hiponatremik ditandai dengan adanya kekurangan air dan natrium
tetapi kekurangan natriumnya secara relative lebih banyak, konsentrasi natrium serum
rendah (<130 mmol/L), osmolaritas serum rendah (275 mosmol) ( Indriyani,2020 ).

A. Skema Pathway

(Kemenkes RI,2016) dalam Nidia,2020.


B. Penatalaksanaan
WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut lintas
penatalaksanaan diare (rehidrasi, suplement zinc, nutrisi, antibiotik selektif, dan
edukasi orangtua/pengasuh (Indiriyani,2020).
1. Rehidrasi yang adekuat (Oral Rehydration Therapy (ORT)
Pemberian cairan pada kondisi tanpa dehidrasii adalah pemberian larutan
oralit dengan osmolaritas rendah. Oralit untuk pasien diare tanpa dehidrasi
diberikan sebanyak 10 ml/kgbb tiap BAB (Indiriyani,2020).
2. Parenteral
Selanjutnya kasus diare dengan dehidrasi berat dengan atau tanpa tanda-tanda
syok, diperlukan rehidrasii tambahan dengan cairan parenteral. Bayii dengan usia
<12 bulan diberikan ringer laktat (RL) sebanyak 30 ml/KgBB selama satu jam,
dapat diulang bila denyut nadi masih terasa lemah. Apabila denyut nadi teraba
adekuat, maka ringer laktat dilanjutkan sebanyak 70 ml/KgBB dalam lima jam
(Indiriyani,2020).
3. Suplement Zinc
Suplement zinc digunakan untuk mengurangii durasi diare, menurunkan risiko
keparahan penyakit, dan mengurangii episode diare. Pengunaan mikronutrien
untuk penatalaksanaan diare akut didasarkan pada efek yang diharapkan terjadi
pada fungsi imun, struktur, dan fungsi saluran cerna utamanya dalam proses
perbaikan epitel sel seluran cerna (Indiriyani,2020).
4. Nutrisi adekuat
Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan yang sama saat anak sehat
diberikan guna mencegah penurunan berat badan dan digunakan untuk
menggantikan nutrisi yang hilang. Apabila terdapat perbaikan nafsu makan, dapat
dikatakan bahwa anak sedang dalam fase kesembuhan. Pasien tidak perlu untuk
puasa, makanan dapat diberikan sedikit demi sedikit namun jumlah pemerian
lebih sering (>6 kali/hari) dan rendah serat (Indiriyani,2020).
5. Antibiotik selektif
Pemberian antibiotik dilakukan terhadap kondisi-kondisi seperti:
a. Patogen sumber merupakan kelompok bakteria
b. Diare berlangsung sangat lama (>10 hari) dengan kecurigaan
Enteropathogenic E coli sebagai penyebab.
c. Apabila patogen dicurigai adalah Enteroinvasive E coli.
d. Agen penyebab adalah Yersinia ditambah penderita memiliki tambahan
diagnosis berupa penyakit sickle cell.
e. Infeksii Salmonella pada anak usia yang sangat muda, terjadi peningkatan
temperatur tubuh (>37,5 C) atau ditemukan kultur darah positif bakteri
(Indriyani,2020).
f. Edukasi Orang Tua
Orangtua diharpkan dapat memeriksakan anak dengan diare puskesmas atau
dokter keluarga bila didapatkan gejala seperti: demam, tinja berdarah, makan dan
atau minum sedikit,terlihat sangat kehausan, intensitas dan frekuensi diare
semakin sering, dan atau belum terjadiperbaikan dalam tiga hari. Orang tua
maupun pengasuh diberikan informasi mengenai cara menyiapkan oralit
disertai langkah promosi dan preventif yang sesuai dengan lintas diare
(Indriyani,2020).

G. Intervensi Penelitian
1. Metode Penelitian

No Nama jurnal Judul Hasil


(Wijayanti & Pemberian Hasil pengkajian pasien bernama An.
Astuti, 2019) Pendidikan M, alamat Wiropati Banyusidi Pakis,
Kesehatan Terapi lahir pada tanggal 11 Agustus 2013,
Zink Untuk berumur 5 tahun, jenis kelamin laki-
Mengurangi laki, agama Islam, No RM 156026.
Frekuensi Diare Tanggal masuk 6 Desember 2018 pukul
16.27 WIB. Dokter mendiagnosa
An. U dengan diare akut, kemudian An.
U dirawat di ruang Flamboyan.
Penanggung jawab terhadap An. U
adalah Tn. E, beragama Islam, umur 30
tahun.
Tindakan keperawatan yang dilakukan
tanggal 7 Desember 2018 jam 12.00
WIB dilakukan pendidikan kesehatan
terapi Zink selama 15 menit. Tindakan
pertama, mengkaji keluhan pasien,
memonitor intake dan output
cairan pasien, menyiapkan materi
berupa
flipchart dan leaflet dan alat 1 sendok
teh,segelas air putih dan tablet Zink.
Tindakan kedua, meminta persetujuan
dari keluarga An. M akan dilakukan
pendidikan kesehatan pemberian terapi
Zink, menanyakan kesediaan keluarga
An. M, menjelaskan pengertian Zink,
menjelaskantujuan penggunaan Zink,
dan menjelaskan prosedur pemberian
Zink meliputi mencuci tangan,
melarutkan tablet dengan sedikit air
dalam sendok teh (tablet akan larut
dalam 30 detik) lalu segera berikan pada
anak,mengulangi pemberian dengan
cara
memberikan potongan lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga satu
dosis penuh apabila anak muntah sekitar
setengah jam setelah pemberian tablet
Zink, mengingatkan ibu untuk
memberikan tablet Zink setiap hari
selama 10 hari.
2. (Risky Ratna Terapi Berdasarkan hasil systematic riview
Dila & Yuanita Komplementer telah
Panma, 2020) Madu Pada Anak dilakukan tentang terapi komplementer
Untuk madu
Menurunkan pada anak untuk menurunkan frekuensi
Frekuensi Diare diare
dapat disimpulkan bahwa terapi
komplementer
madu ini efektif dlam menurunkan
frekuensi
diare. Selain itu mampu mengurangi
penggunaan obat farmakologis. Untuk
pemberian dapat dilakukan 3x sehari
yaitu
pada pukul 07.00, 15,00 dan 21.00
dengan
dosis 5 cc selama 3 hari.
Madu mengandung senyawa organik
yang bersifat anti bakteri antara lain
inhibine
dari kelompok flovanoid, glikosida, dan
polyphenol. Mekanisme kerja senyawa
organik
ini sebagai zat antibakteri adalah
dengan cara
meracuni potoplasma, merusak dan
menembus
dinding sel, serta megendapkan protein
sel
mikrobadan selanjutnya senyawa fenol
tersebut
menghambat proses metabolisme
mikroorganisme (seperti eschercia coli)
sebagai salah satu penyebab timbulnya
diare.
Madu juga mempunyai pH yang rendah
hal
tersebut terbukti ketika kesamaan
tersebut
dapat menghambat bakteri pathogen
yang
berada dalam usus dan lambung.
Dibuktikan
dengan kurun waktu 24 jam terjadi
penurunan
frekuensi diare dan konsistensi diare
menjadi
semakin padat. Saat dievaluasi kondisi
anak
balita juga semakin lama keadaan
umumnya
juga semakin membaik.
3. (Wardani , 2022) Implementasi Hasil evaluasi An. T sudah mau makan
Diare pada Pasien sedikit- sedikit, BAB 1x dari pagi,
Anak dengan BAB lembek, berwarna kuning
Gastroenteritis kecoklatan, tidak ada darah dan lendir,
menggunakan turgor
Terapi kulit kembali < 2 detik, mukosa bibir
Komplementer pasien lembab, kulit sekitar anus sudah
Akupresur tidak kemerahan lagi, serta Ny. S
mengatakan sudah paham mengetahui
mengenai diare, cara pencegahan, dan
cara penanganannya. An. T terlihat
sudah tidak rewel dan gelisah, An. T
terlihat tidak lemas dan lebih segar dari
kemarin, S 36 oC, N 122 x/menit, RR
23 x/menit, terpasang cairan infus D5 ¼
Ns 15 tpm, Pasien telah diberi terapi
obat oral, obat injeksi, dan terapi
akupresur. Masalah pada pasien teratasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN\

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Biodata Pasien
Nama : An. W
Umur : 5 tahun
b. Penanggung jawab
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin : -
Agama :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan pasien : -
Alamat :-
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
BAB cair sejak 3 hari yg lalu
b. Riwayat kesehatan sekarang
An. W, usia 5 tahun, datang bersama ibunya ke puskesmas rawat inap dengan
keluhan BAB cair sejak tiga hari yang lalu, demam 2 hari dan muntah.
Frekuensi lebih dari empat kali per hari, konsistensi seperti air namun terdapat
sedikit ampas, berwarna kuning kecoklatan dengan bau seperti biasanya, tidak
ditemukan darah dan lendir. Menurut keterangan ibu, pasien masih dapat minum
dan makan sedikit.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Tidak terkaji
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak terkaji
3. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola nutrisi
pasien masih dapat minum dan makan sedikit, status gizi dalam batas normal
TB : 110 cm
BB : 18 kg
b. Pola eliminasi
BAB lebih dari empat kali per hari, konsistensi seperti air namun terdapat sedikit
ampas, berwarna kuning kecoklatan dengan bau seperti biasanya, tidak ditemukan
darah dan lendir
c. Pola istirahat dan tidur
Tidak terkaji
d. Pola aktivitas
Tidak terkaji
e. Pola hygiene
Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Tanda-Tanda Vital S: 37,2°C
N: 118 kali/menit
RR:23 kali/menit
d. Kepala : tidak terkaji
e. Mata : cekung
f. Hidung : tidak terkaji
g. Bibir : Mukosa bibir kering
h. Telinga : tidak terkaji
i. Laher : tidak terkaji
j. Dada : tidak terkaji
k. Abdomen : tidak terkaji
5. Terapi dan Pelaksanaan
a. oralit 100 ml setiap kali BAB
b. zinc 20 mg 1x1
c. paracetamol sirup 120 mg/5ml sendok teh 3x1 jika demam.
A. Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah


Ds: Kekurangan Hipovolemia
- Ibu pasien mengatakan intake cairan
An. W masih dapat
minum dan makan tapi
sedikit
Do:
- TTV :
- S: 37,2°C
- N: 118 x/menit
- RR :23x/menit
Ds: Dehidrasi Hipertermi
-
Do:
- Demam 2 hari
dan muntah
Ds: Inflamasi Diare
- Ibu pasien mengatakan gastrointestinal
BAB cair sejak 3 hari
yang lalu

Do:

-
B. Diagnosis Keperawatan

No Diagnosis keperawatan

1 Hipovolemi berhubungan dengan kekurangan intake cairan

2 Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

3 Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal


C. Intervensi Keperawatan

Diagnosis
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1 Hipovolemi Setelah dilakukan 1. Monitor intake dan output cairan 1. Untuk memantau cairan
berhubungan tindakan keperawatan, 2. Berikan asupan cairan oral yang keluar dan masuk
dengan kekurangan maka diharapakan diare 3. Anjurkan menghindari pada pasien
intake cairan membaik ditandai perubahan posisi mendadak 2. Untuk memperbaiki status
dengan. 4. Kolaborasi penggunaan hidrasi dan menjaga
kriteria hasil: - zinc 20 mg 1x1 keseimbangan cairan
1. Output urin dalam tubuh
meningkat 3. Untuk mencegah
2. Membrane mukosa terjadinya pusing,
lembab meningkat pingsan, atau cedera
3. Tekanan darah lainnya
membaik 4. Untuk meningkatkan
4. Frekuensi nadi efektivitas pengobatan,
membaik mempercepat pemulihan,
5. Kekuatan nadi serta mencegah terjadinya
membaik
komplikasi yang mungkin
timbul akibat kondisi
kesehatan yang sedang
diatasi.
2 Hipertermia Setelah dilakuakn 1) Identifikasi penyebab hipertermia 1) Mengetahui dan memonitor
berhubungan tindakan keperawatan, dengan monitor suhu tubuh TTV pasien
dengan dehidrasi maka diharapkan 2) Lakukan kompres dingin 2) Menurunkan suhu dengan
hipertermia membaik 3) Anjurkan tirah baring teknik non farmakologi
ditandai dengan.kriteria 3) Meminimalisir jumlah
4) Kolaborasi pemberian obat
hasil: kegiatan pasien
- paracetamol sirup 120 mg/5ml
1. Suhu tubuh membaik 4) Membantu menurunkan
sendok teh 3x1
2. Suhu kulit membaik suhu tubuh dengan teknik
farmakologi
3 Diare Setelah dilakukan
1. Identifikasi penyebab diare (mis: 1. Untuk mengetahui penyebab
berhubungan tindakan keperawatan,
inflamasi gastrointestinal, iritasi diare mulai dari infeksi virus
dengan inflamasi maka diharapkan defisit
gastrointestinal, proses infeksi, atau bakteri, reaksi obat-
gastrointestinal nutrisi membaik
malabsorpsi, ansietas, stres, obat- obatan,dll.
ditandai dengan.kriteria 2. Untuk mengidentifikasi
obatan, pemberian botol susu)
hasil: makanan atau minuman yang
2. Monitor asupan makanan
1. Mengejan saat mungkin memperburuk gejala
3. Anjurkan menghindari makanan
defekasi menurun diare.
pembentuk gas, pedas, dan
2. Konsistensi feses 3. Untuk membantu mengurangi
mengandung laktosa
membaik potensi stimulan yang memicu
4. Kolaborasi penggunaan
3. Frekuensi BAB diare atau memperberat
- oralit 100 ml setiap kali BAB
membaik kondisi yang sudah ada,
sehingga mempercepat proses
penyembuhan.
4. Untuk mencegah atau
mengatasi dehidrasi yang
sering terjadi pada kondisi
diare.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diare merupakan suatu penyakit menular yang sering terjadi terutama pada
anak-anak. Penyakit ini termasuk penyakit yang masih menjadi masalah besar
dalam global, karena jika tidak teratasi maka akan berdampak pada status gizi
serta dampak yang lebih buruk adalah kematian akibat kekurangan
cairan/dehidrasi yang berat. Anak yang diare biasanya akan merasakan gejala
seperti mual, muntah, enggan untuk minum, sementara frekuensi bab yang lebih
dari 3x dalam sehari akan menyebabkan tubuh mengalami kehilangan cairan
dalam jumlah yang banyak.
B. SARAN
1. Bagi institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan juga
sebagai acuan atau bahan untuk pelaksanaan pendidikan selanjutnya terutama
makalah selanjutnya mengenai inovasi terapi pada anak yang mengalami diare. 2.
2. Bagi Perawat
Dengan adanya makalah ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan serta
ilmu pengetahuan mengenai riset keperawatan tentang menganalisis pemberian
cairan oralit terhadap frekuensi diare pada anak. Dan dapat dijadikan referensi
untuk mengembangkan penulisan serupa dan makalah ini menjadi sarana dalam
penelitian lebih lanjut.
1. Bagi Layanan
Diharapkan pelayanan kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan informasi
mengenai pemberian cairan oralit terhadap penanganan diare pada anak. Agar
masyarakat khususnya orangtua memahami dan mengetahui cara mengatasi diare
pada anak dengan terapi sederhana dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Wibisono, A. M., Marchianti, A. C. N., & Dharmawan, D. K. (2020). Risk


Factor Analysis of Recurrent Diarrhea on
Toddlers in Sumberjambe Health Center
Jember Regency. Journal of Agromedicine and
Medical Sciences, 6(1), 43-52.

Indriyani, D. P. R., & Putra, I. G. N. S. (2020). Penanganan terkini diare


pada anak: tinjauan pustaka. Intisari Sains
Medis, 11(2), 928-932.

Anggraini, D., & Kumala, O. (2022). Diare Pada Anak. Scientific


Journal, 1(4), 309-317.

Meisuri, N. P., Perdani, R. R. W., Mutiara, H., & Sukohar, A. (2020). Efek
Suplementasi Madu terhadap Penurunan
Frekuensi Diare Akut pada Anak di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung. MAJORITY, 9(2), 26-32.
Risky Ratna Dila, & Yuanita Panma. (2020). Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Gagal Ginjal Kronik
RSUD Kota Bekasi. Buletin Kesehatan:
Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 3(1), 41–
61.https://doi.org/10.36971/keperawatan.v3i1.
60
Wardani, M. E. S., Dewi, E., & Khasanah, S. (2022). Implementasi Diare
pada Pasien Anak dengan Gastroenteritis
menggunakan Terapi Komplementer
Akupresur. Journal of Management Nursing,
2(1), 158–167.
Wijayanti, A. I. P., & Astuti, W. T. (2019). Pemberian Pendidikan Kesehatan
Terapi Zink untuk Mengurangi Frekuensi Diare.
Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 5(1), 7–13.

Anda mungkin juga menyukai