N11121090 - Muh. Anshar Rasyid REFKA Hernia Inguialis Lateralis
N11121090 - Muh. Anshar Rasyid REFKA Hernia Inguialis Lateralis
dr. Agung Kurniawan., Sp.B., Subsp. BD.(K)., M.Kes Muh. Anshar Rasyid
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia berasal dari bahasa latin “Rupture” atau bahasa yunani “bud”. Istilah
hernia memiliki arti tonjolan pada kantong peritoneum, lemak
praperitoneum atau sebuah organ yang memiliki dapatan (akuisita) maupun
kecacatan kongenital. Hernia terdiri dari isi hernia, kantong, serta cincinnya.
Hernia inguinalis lateralis merupakan sebuah kondisi ketika bagian usus
masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui lubang di dinding perut. Kanalis
inguinalis merupakan saluran yang memiliki bentuk tabung sebagai saluran
tempat jatuhnya buah zakar (testis) dari perut ke kantung zakar/ scrotum sesaat
sebelum bayi lahir. 1
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau
lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia2. Hernia inguinalis merupakan salah
satu kelainan pada anak yang banyak dijumpai. Insidensi hernia inguinalis
berkisar 1-5% pada anak dan bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi prematur
terdapat kenaikan angka yang signifikan yaitu sekitar 30%.1,2 Perbandingan rasio
kejadian antara anak laki-laki dan perempuan kurang lebih sekitar 8:13.
Hernia yang timbul dalam regio inguinalis biasa disebut dengan hernia
inguinalis. Secara anatomi, gambaran penting dari suatu hernia adalah cincin
hernia dan kantong hernia. Cincin hernia adalah suatu lubang pada lapisan
tedalam dinding abdomen sedangkan kantong hernia terdapat pada bagian luar.
Hernia dalam perkembangannya selalu menunjukan pembesaran progresif seiring
dengan perjalanan waktu. Herni dapat menjadi reponibel, ireponibel, strangulata,
dan obstruksi ataupun perforasi. Komplikasi tersebut dapat mempeburuk pasien. 1
,16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hernia inguinalis ialah kondisi fisik yang terjadi ketika jaringan lunak
(biasanya bagian dari membran yang melapisi rongga perut alias omentum,
atau bagian dari usus) menonjol melalui titik lemah pada otot perut, biasanya
pada bagian pusar 5. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita.6
Hernia di beri nama sesuai dengan lokasi anatominya seperti hernia
diafragma, inguinal, umbilikus, femoralis dan lain-lain6
2.2. EPIDEMIOLOGI
Kejadian hernia inguinalis tercatat sebesar 75% dari seluruh kejadian hernia.
Insiden hernia inguinalis tercatat terjadi sekitar 5-10 kali lebih sering pada laki-
laki dibanding pada perempuan7. Sekitar 11,5% pasien memiliki riwayat keluarga
mengalami hernia inguinalis. Menurut World Health Organization (WHO), hernia
inguinalis merupakan salah satu penyakit akut abdomen dimana kejadian penyakit
hernia inguinalis terdapat antara 6-10% dari hernia inguinalis pada orang dewasa.
Dikalangan semua usia hernia inguinalis dapat terjadi, tetapi angka kejadian yang
paling tinggi pada kasus hernia inguinalis yaitu pada usia lanjut 8.
Menurut data Riset Kesehatan Daerah yang dilakukan di Indonesia pada tahun
2017, hernia merupakan penyakit urutan kedua setelah batu saluran kemih dengan
setidaknya 2.245 kasus hernia terjadi. Di Indonesia, proporsi pekerja keras
mendominasi sebesar 70,9% (7.377), tertinggi di Banten sebesar 76,2% (5065)
dan terendah di Papua sebesar 59,4% (2563)9.
Tabel 2.1 Distribusi kejadian hernia berdasarkan lokasi dan jenis kelamin16
2.3. ETIOLOGI
Faktor risiko terjadinya hernia antara lain :
Kongenital
Terjadi karena tidak menutupnya processus vaginalis pada penurunan testis.
Akuisita
Terjadi akibat kelemahan dinding bawah abdomen. Adapun faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan antara lain10,17:
2.4. ANATOMI
A. Struktur Dinding Anterior Abdomen
Di bawah kulit dan jaringan lunak pada daerah inguinal terdapat struktur-
struktur yang penting karena sangat berhubungan dengan diagnosis dan
pengobatan, Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam)::
Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di sekitar
tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan
sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garis-garis
ini akan sembuh denganjaringan parut yang menonjol.
Fascia superficialis
Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan
dengan lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin
sangat tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas).
Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian
inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini
bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum
inguinale
Otot dinding anterior abdomen
Konjoin Tendon
Lemak extraperitoneal
Perritoneum parietale
2.6. PATOFISIOLOGI
Hernia terjadi ketika tekanan intra-abdomen meningkat, tekanan berlebihan
di daerah perut ditambah dengan daerah perut yang mengalami kelemahan atau
mengalami defek maka hernia akan berkembang secara prograsif. Pertama,
dinding perut mengalami kerusakan. Seiring berjalan waktu penonjolan dan hal
ini terus berkembang, apabila isi hernia tidak dapat kembali (irreponibel) dapat
menyebabkan inkerserasi ditandai dengan gangguan pasase usus dan paling akhir
akan mengalama strangulasi yang sudah melibatkan hambatan pada pembuluh
darah dengan masalah serius yaitu nekrosis10.
2.7. KLASIFIKASI
b. Hernia diafragmatika
Hernia diafragmatika merupakan penonjolan sebagian organ
intraabdomen ke dalam rongga dada melalui suatu defek yang terdapat
pada diafragma. Defek pada diafragma ini dapat merupakan kelainan
kongenital atau akibat trauma. Hernia diafragmatica dapat dibagi menjadi
Posterolateral (Bochdalek), Retrostrenal (Morgagni), di samping
esofagus (Paraesofageal), atau pada hiatus esofagus (Hiatal hernia).
c. Hernia foramen Winslowi
Hernia foramen winslowi ialah penonjolan organ intraperitonuem
melaluiforamen winslowi.
Menurut sifatnya hernia terbagi atas2:
1. Hernia reponibel
Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika
berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan
nyeri atau obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate
Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkaserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan pasase,
sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel
yang disertai gangguan vaskularisasi.
Pada hernia inguinalis lateralis baik pada anak-anak maupun orang dewasa,
adanya pembengkakan atau tonjolan inguinalis diketahui oleh pasien atau
orang tua sebelum dibawa ke dokter.
Pada orang dewasa adanya nyeri akut yang tajam menjalar ke testis terutama
disertai batuk mungkin menandakan hernia inguinalis tidak langsung kecil.
Sensasi tekanan yang mengganggu dan kronis mungkin menunjukkan
adanya hernia indirek yang besar dan sudah berlangsung lama atau hernia
direk. Nyeri yang terjadi pada hernia sisi kanan yang sebelumnya tidak
menunjukkan gejala.
Pada pasien dengan hernia inguinalis tidak langsung, nyeri akan terjadi pada
sekitar 50% kasus sedangkan pembengkakan yang terlihat akan muncul pada
sekitar 75% kasus. Pria berusia di atas 50 tahun dengan hernia inguinalis
besar yang meluas hingga ke skrotum harus dicurigai mengalami herniasi
kandung kemih secara bersamaan.
Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha
biasanya diketahui oleh orangtua. Jika hernia mengganggu dan anak atau
bayi sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung,
harus dipikirkan adanya hernia strangulate12.
2.8. DIAGNOSIS
Anamnesis
Secara klasik, anamnesis pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan
keluhan-keluhan, antara10
1. Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya
“benjolan” di lipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita yang dapat bersifat keluar masuk sendiri,
masuk karena ada manipulasi, atau menetap.
2. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya. Benjolan timbul
pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal, misalnya
mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat. Benjolan akan
menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak
dapat kembali atau tidak menghilang ketika berbaring (irreponibilis).
3. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong
hernia.
4. Perasaan seperti tertekan pada daerah inguinal merupakan keluhan yang
sering dialami, terutama setelah melakukan aktivitas lama.
5. Nyeri neurogenik dapat menjalar ke skrotum, testikel, atau paha bagian
dalam.
6. Keluhan nyeri pada inguinal, Hernia inguinalis menekan saraf yang
berada disekitarnya, menyebabkan penekanan secara keseluruhan, nyeri
lokal yang bersifat tajam, dan nyeri pindah.
7. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan
keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena
nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan vaskularisasi).
Faktor-faktor predisposisi10
a. Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi,
tentara, kuli bangunan).
b. Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, striktur urethra, batuk
kronis, ascites, atau susah BAB).
c. Faktor usia (semakin tua otot-otot dinding abdomen semakin
lemah).
d. Faktor kegemukan (obesitas). Anamnesis pada penderita hernia
femoralis biasanya ditemukan keluhan antara lain :
e. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan menaikkan tekanan intra-
abdomen, seperti mengangkat barang dan batuk. Benjolan ini
hilang pada waktu berbaring.
f. Penderita sering datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan
hernia strangulate. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan
lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinaloe di medial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
g. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus,
sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya
atau penderita gemuk.
Pemeriksaan fisik
Pada saat melakukan pemeriksaan posisi ideal pasien dalam keadaan
berdiri untuk meningkatkan tekanan intraabdomen, dengan memperlihatkan
daerah lipat paha dan skrotum10
1. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan pada area lipat paha yang saat
berdiri atau dengan melakukan tindakan yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdominal (batuk, bersin,atau mengedan)
dan mneghilang setelah berbaring.
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
5. Colok dubur
Pemeriksaan khusus
1. Finger Test (Invagination Test)
Pemeriksaan Finger Test dengan memasukkan jari telunjuk atau jari
kelingking melalui skrotum ke kanalis inguinalis, dilakukan manipulasi
peningkatan tekanan intraabdomen, apabila terdapat penonjolan yang
menyentuh ujung jari maka diasumsikan sebagai hernia inguinalis lateralis.
10
Gambar 2.10 Finger test
3. Ziemann Test
Pemeriksaan Ziemen Test, dengan posisi pasien berbaring berbaring, bila
ada benjolan masukkan dulu10.
4. Transillumination test
Untuk membedakan hernia scrotalis dengan kelainan pada scrotum
lainnya seperti hidrokel. Pada hidrokel didapatkan transillumination test
positif, tetapi tidak menutup kemungkinan pada hernia skrotalis yang berisi
usus dan cairan memberikan kesan positif.
2.9. PENATALAKSANAAN
Konservatif
Penatalaksanaan konservatif terbatas pada reposisi dan penggunaan
penyangga gunak mempertahankan isi hernia yang telah dikembalikan ke
posisi semula. Tindakan reposisi tidak dilaikan pada hernia yang telah
mengalami strangulasi. Pengembalian atau reposisi dilakukan dengan dua
tangan (bimanual) dengan tangan kiri membentuk corong dan tangan
kanan mendorong kea rah cincin hernia hingga isi hernia kembali ke
posisi semula. Penggunaan penyangga hanya untuk mempertahankan
posisi isi hernia yang telah dilakukan reposisi10.
Operatif
Perawatan bedah adalah satus atunya modalitas untuk
penatalaksanaan hernia. Prinsip utama operasi hernia adalah herniorafi, yang
terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. herniotomi merupakan tindakan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong, sedankan hernioplastik
bertujuan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis iguinalis 10.
Hernioplasty merupakan gabungan herniotomi dan plasty (menutup
pintu). Pada bayi tidak perlu dilakukan hernioplasty karena anulus eksternus
dan internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang merupakan
lokus minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat. Pada
hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasty lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi13
Teknik teknik tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah 10:
1) Pure Tissue Repair Metode Bassini
2) Herniorafi Tension-Free dengan Nylon Darn Repair
3) Herniorafi Tension-Free dengan Pemasangan Mesh
2.10. KOMPLIKASI
Terjadi adhesi isi hemia dengan kantong hernia yang membuat isi hernia
tidakdapat dimasukkan
Penekanan cincin hemia yang mengakibatkan banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
pasase usus.
Terjadi strangulasi pembuluh darah karena edema.
Nekrosis usus karena adanya strangulasi pembuluh daran.
Komplikasi operasi (cedera v.femoralis, N. ilioinguinalis, N. iliofemoralis,
duktus 10
Komplikasi hernia pada bayi yang paling sering ialah terjadinya
inkarserata. Pada kondisi ini bagian usus yang terperangkap akan
mengalami hambatan pasase sehingga tanda dan gejala obstruksi usus
pada bayi akan didapatkan Bila kondisi ini tidak terkoreksi, maka akan
berlanjut pada komplikasi yang lebih berat yaitu strangulata dimana usus
yang terperangkap akan mengalami nekrosis. Pada kondisi ini dapat
terjadi sepsis akibat kontaminasi dari isi lumen usus melalui daerah yang
nekrosis. Bila kontaminasi ini masuk ke dalam rongga abdomen maka
akan terjadi peritonitis3.
2.11. PROGNOSIS
I. IDENTITAS PASIEN
II. ANAMNESIS
Riwayat pengobatan :
Pasien pernah datang ke poli bedah Anatapura dengan keluhan sama
setelah kontrol pasien di rujuk ke poli bedah digestive Undata untuk
perawatan lanjut.
Kepala : Normocephal
Mata : Konjugtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Pupil Isokor (+/+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
Pembesaran kelenjar Tiroid (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak teraba pada SIC V
linea mid clavicula sinistra
Perkusi :
Batas jantung atas SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung bawah SIC IV linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan SIC IV linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan tampak datar (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan Normal
Perkusi : Timpani (+) regio abdomen
Palpasi : Nyeri Tekan (-).
Ekstremitas
Superior : Akral hangat (-/-), edema (-/-)
Inferior : Akral hangat (-/-), edema (-/-)
Pemeriksaan Khusus
Finger Test : sulit dilakukan karena tidak dapat diresposisi
Thumb Test : sulit dilakukan karena tidak dapat diresposisi
Ziemen Test : sulit dilakukan karena tidak dapat diresposisi
Transillumination test : Negatif (-)
Rectal Toucher : Dalam Batas Normal
Foto Klinis :
IV. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
Kesan :
Cardiomegaly disertai elongatio et atherosclerosis aortae
Gambar Foto Thoraks
E. Resume
Pasien Tn. Ym berumur 50 tahun masuk dengan keluhan adanya benjolan
pada lipatan paha sebelah kanan hingga kantong zakar yang dirasakan sejak ± 2
Tahun yang lalu SMRS. Menurut pasien, awalnya benjolan dirasakan hilang
timbul (bisa keluar masuk). Keadaan yang membuat benjolan muncul ketika pasien
sedang berdiri, bersin, batuk serta benjolan tidak hilang walaupun pasien berbaring.
Setelah beberapa tahun dirasakan benjolan di kantong zakarnya makin membesar
sehingga kurang nyaman dalam berjalan. Pasien mengeluhkan rasa nyeri hilang
timbul pada area benjolan hingga benjolan di kantong zakar. Keluhan demam (-),
mual (-), muntah (-), dapat kentut dan masih BAB, BAK terasa seperti biasa. Pasien
memiliki riwayat Hipertensi (+) dan pasien pernah periksa ke poli bedah anutapura
dengan keluhan sama. Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani.
Pada pemeriksaan fisik Td : 140/100 mmHg, nadi 79 x/m, respirasi 20x/m,
suhu 36,5 C. pada pemeriksaan regio inguinalis dextra Tampak benjolan pada
inguinal dextra berbentuk lonjong, warna sama dengan kulit sekitar, konssistensi
kenyal, permukaan licin, Nyeri Tekan (-), tidak dapat diresposisi, dan terdengar
peristaltik usus. Pada regio scrotum Tampak pembesaran pada scrotum dextra
sebesar bola takrau., memar (-), oedema (-), konssistensi kenyal, permukaan licin,
Nyeri Tekan (-), teraba buah testis dan terdengar peristaltik usus
Pada pemeriksan laboratorium (22/08/2023) Hb; 13,6 g/dl, ureum ; 51
mg/dl, Kreatinin : 1,20 mg/dl. Pemeriksan radiologi foto thoraks kesan
cardiomegaly disertai elongatio et atherosclerosis aortae.
F. Diagnosis Kerja
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non-Operatif
- IVFD RL 20 tpm
- Anbacim 1 gr/12 jam/IV
- Diet Bubur
Penatalaksanaan Operatif:
- Pro Herniorraphy Dextra
Laporan operasi
1. Pasien berbaring dengan posisi supine dengan pengaruh anastesi
2. Desinfeksi dan drapping
3. Insisi inguinal dextra, perdalam secara tajam sampai menembus fascia
4. Identifikasi funiculus spermaticus, identifikasi kantong hernia
5. The hernia sac was opened (kantong hernia dibuka), reduksi organ
intraperitoneal kemudian lakukan herniotomi
6. Dilanjutkan dengan hernioplasty untuk merekonstruksi dengan mesh
7. Kontrol perdarahan, cuci luka operasi tutup luka operasi
8. Operasi selesai
G. Follow Up
03/09/2023 S : Nyeri luka post op P:
(+), perdarahan (-), - IVFD RL 18 tpm
demam (-), mual muntah - Ceftriaxone 1
(-), BAB (-), flatus (+), gr/12jam/IV
perut kembung (-). - Ketorolac 30
Pasien sudah minum 1- mg/8jam/IV
2 sdm/jam, Pasien mulai - Ranitidine 50
Latihan miring kanan- mg/12jam/IV
kiri. - Diet cair (air putih,
O: susu, dan teh)
TD : 129/80 mmHg - Bed rest
HR : 90 x/menit - Mobilisasi secara
RR : 20 x/menit bertahap
S : 36.3°C
Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen : Distensi (-),
peristaltik usus (+)
kesan normal, nyeri
tekan (-)
A : Post open
herniorraphy H+1 ec
hernia inguinalis
lateralis dextra ireponible
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien berumur 50 tahun, ini sesuai dengan insiden hernia meningkat dengan
bertambahnya usia mungkin disebabkan meningkatnya penyakit yang membuat
tekanan intraabdomen meninggi dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
Kelamahan otot dinding perut dapat juga disebabkan akibat kerusakan nervus
ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia
inguinalis lateralis mencapai scrotum, hernia tersebut disebut hernia skrotalis. Ini
sesusai dengan kasus Pada regio scrotum Tampak pembesaran pada scrotum
dextra sebesar bola takrau., memar (-), oedema (-), konssistensi kenyal, permukaan
licin, Nyeri Tekan (-), dan terdapat bising usus. Diagnosis banding hidrokel juga
dapat disingkirkan oleh karena dari hasil pemeriksaan transluminasi didapatkan
hasil negative. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk
membedakannya.
1. Nugraha IBY, Suriana SN, Witari NPS, Bharata MDY. Hubungan Antara Indeks
Massa Tubuh Dengan Hernia Inguinalis Di Poli Bedah RSUD Sanjiwani Gianyar.
Aesculapius Med J |. 2022;2(2):111-116.
2. Amrizal A. Hernia Inguinalis. Syifa’ Med J Kedokt Dan Kesehat. 2015;6(1):1.
Doi:10.32502/Sm.V6i1.1374
3. Kumaat MA, Lampus H, Pali N. Inguinal Hernia In Infants. E-Clinic.
2022;10(2):167-172. Doi:10.1097/00007611-192812000-00007
4. Yusmaidi, Ilma W. Hernia Inguinalis Permagna : Laporan Kasus Giant Inguinal
Hernia : A Case Report. Med Fac Lampung. 2021;11(1):151-156.
Https://Doi.Org/10.53089/Medula.V11i1.174
5. Wahid F, Sampe J, Langitan A. Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Dengan
Hemiparese Sinistra. J Med Prof. 2019;1(1):12.
6. Karnadiharja W, Djojosugito Ma, Kamardi T. Hernia Inguinals. 2003. In:
Sjamsuhidayat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd Ed, Vol 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran Egc Publishers. 706-1000
7. Igirisa RA, Lampus HF, Lengkong AC. Patofisiologi Dan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Hernia Inguinalis Pada Anak Pathophysiology And Associated
Factors Of Inguinal Hernia In Children. Med Scope J. 2023;5(1):38-44.
8. Erianto M, Futri FN, Triwahyuni T, Prasetia T. Hubungan Usia Dengan Jenis Hernia
Inguinalis Di Rs Pertamina Bintang Amin Lampung. J Ilmu Dan Teknol Kesehat
Terpadu. 2022;1(2):73-79. Doi:10.53579/Jitkt.V1i2.18
9. Riskesdas. Kementerian Kesehatan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Published 2018. Depkes.Go.Id
10. Meliani RI, Sukma DM. Hernia. Contin Med Educ. Published Online 2022:2721-
2822. Doi:10.1002/9781118321386.Ch122
11. Carachi R, Doss SHE. Clinical Embryology: An Atlas Of Congenital Malformations.
Springer International Publishing; 2019.
12. Poitras P, Bilodeau M, Bouin M, Ghia JE. The Digestive System: From Basic
Sciences To Clinical Practice. Springer Nature; 2022.
13. Fadhilah N, Soga N, Prabowo J, Et Al. Diagnosis Dan Manajemen Hernia Inguinalis
Dextra Inkareserata: Laporan Kasus. Published Online 2019:929-936.
14. Mustikaturrokhmah D, Idoan Sijabat S. HERNIOTOMY DAN HERNIOPLASTY
PADA HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBEL SINISTRA :
LAPORAN KASUS Herniotomy And Hernioplasty In Sinistra Reponible Lateral
Inguinal Hernia : Case Report. Proceeding 15th Contin Med Educ.
2022;September:764-770.
15. Öberg S, Rosenberg J. Contemporary Inguinal Hernia Management. Br J Surg.
2022;109(3):244-246. Doi:10.1093/Bjs/Znab394
16. Malangoni M A., Rosen Michael J. 2007. Hernia. Sabiston Textbook Of Surgery. Ed
16th: Chapter44
17. Nurmianto, E. 2008. Ergonomi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya Edisi 2. Guna Widya.
Surabaya. Indonesia.