Proposal Flat Foot
Proposal Flat Foot
TIM PENGUSUL
Mengesahkan, Mengetahui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Surakarta, Ka. Pusat Penelitian dan Pengabmas,
1. Judul PPDS: Efektivitas Peran Kader Kesehatan pada Deteksi Dini Suspect
Flat Foot di Posyandu Desa Se-Kabupaten Karanganyar
2. Tim Pengusul:
Alokasi
Bidang
No Nama Jabatan Instansi Asal Waktu
Keahlian
(jam/minggu)
Fisioterapi Poltekkes Kemenkes
1 Drs. Alfan Zubaidi, M.Kes Ketua
Surakarta
Anissa Eka Septiani, Ortotik Poltekkes Kemenkes
2 Anggota 1
STr.OP, M.K.M Prostetik Surakarta
Ortotik Poltekkes Kemenkes
3 Sisybania, STr.OP, M.K.M Anggota 2
Prostetik Surakarta
3. Objek PKM:
Kader Posyandu yang ada di Kabupaten dilakukan dengan melakukan
assessment adanya flat foot, kemudian para kader diberikan sosialisasi
mengenai pengetahuan tentang flat foot dan pencegahannya.
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : Januari 2024
Berakhir : Desember 2024
5. Usulan Biaya Pengabmas : Rp 150.000.000
6. Lokasi Penelitian
Kabupaten Karanganyar
7. Instansi Lain yang Terlibat
Posyandu Karanganyar
8. Temuan yang Ditargetkan
Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kader terhadap kondisi flat foot
9. Kontribusi Mendasar pada Suatu Bidang
Bidang ilmu Fisioterapi, dimana dalam pengabdian kepada masyarakat bidang
ilmu ini berkontribusi dalam pemberian exercise telapak kaki dan assessment
flat foot. Bidang ilmu Ortotik Prostetik, dimana dalam pengabdian kepada
masyarakat bidang ilmu ini berkontribusi dalam pemberian orthosis pada
penderita flat foot. Bidang ilmu Promosi Kesehatan dan Perilaku, dimana
dalam pengabdian kepada masyarakat bidang ilmu ini berkontribusi dalam
sosialisasi dan peningkatan pengetahuan tentang flat foot dan pencegahannya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
10. Rencana Luaran
a. Guru dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah flat foot
b. Hasil assessment kondisi flat foot
c. Booklet tentang flat foot untuk kader
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v 3
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
RINGKASAN ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Permasalahan dan solusi ......................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II SOLUSI PERMASALAHAN
A. Deskripsi masalah ................................................................................... 4
B. Solusi masalah ........................................................................................ 10
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Desain Kegiatan.......................................................................................11
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................11
C. Subjek Penelitian.....................................................................................12
D. Alat Ukur Penelitian................................................................................12
E. Definisi Operasional................................................................................13
F. Prosedur Penelitian..................................................................................13
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 14
BAB IV LUARAN & RENCANA TARGET CAPAIAN..................................15
BAB V BIAYA & RENCANA KEGIATAN
A. Biaya PKM .............................................................................................. 16
B. Rencana Kegiatan ................................................................................... 16
BAB IV PETA LOKASI
A. Profil Sekolah .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan kondisinya kaki datar memiliki nama lain yaitu pes planus,
pes plano valgus, fallen arches, flat foot, pronation foot atau excessive pronation
talipes calcaneo valgus yaitu kondisi kaki dimana bagian kaki yang menapak
lebih banyak di lantai dibandingkan kaki normal (Polsdorfer, 2007., Hendrikson,
2005). Penyebab utama kaki datar adalah ketidak normalan struktur tulang
sehingga pada kondisi ini menyebabkan otot, tendon dan ligament bekerja lebih
berat. (Avenue, 2007). Suatu kondisi kaki dimana lengkungan telapak kaki rata,
sehingga keseluruhan permukaan telapak kaki menyentuh tanah. Kondisi ini
terjadi karena arkus atau lengkung pada telapak kaki lemah dan tidak terbentuk
sempurna. Gejala yang ditemukan adalah kaki menapak pada aspek medial
(Pronasi) sehingga anak merasa tidak nyaman saat berjalan dan cepat lelah
( Ferry, 2006). Menurut Evans 20 -30 % anak didunia mengalami Flat foot dan
prevalensi flat foot pada usia 6 tahun adalah 24 %. Sebagian besar anak akan
menunjukkan perkembangan normal dari telapak kaki secara utuh pada usia 10
tahun (Sullivan J A 1999). Menurut Hsing, 2007 keluhan baru akan muncul ketika
5- 10 tahun, selain mengalami kesulitan berjalan juga akan mengalami gangguan
keseimbangan. Pada usia ini terjadi fase perkembangan aktifitas seperti bermain ,
memanjat, berlari, menendang dan memerlukan ketahanan dalam memenuhi
aktifitas bermainnya. . Pada fase ini juga terjadi perkembangan fungsi motorik
kasar dimana apabila otot pada kaki terutama otot tibialis anterior lemah maka
akan terjadi penurunan arcus kaki dan akan mengganggu aktifitas anak.
Anak laki2 cenderung lebih besar mengalami kaki datar dibanding anak
perempuan. Prevalensi kaki datar flexible sebanyak 52 % dan 36 % untuk anak
perempuan. Prevalensi kaki datar pada anak usia usia 3 – 6 tahun adalah 44 %.
Selain mempengaruhi kemampuan berjalan, keseimbangan dinamis juga
ditemukan rasa sakit pada telapak kaki saat berjalan, anak menjadi tidak tahan
berjalan dalam waktu yang lama, mudah lelah dan menurunkan aktifitas bermain.
Peran guru terhadap deteksi dini kaki datar/flatfoot usia sekolah adalah
mendeteksi aktifitas kesehariannya di lingkungan sekolah, mendata serta
memberikan aktifitas yang bermanfaat untuk peningkatan kekuatan otot kaki,
Seperti aktivitas berjalan jinjit ( heel up), berjalan dengan tumit ( toe up) saat
masuk ke kelas, memonitor penggunaan medial arch support sehingga dapat
melaksanakan deteksi dini dan pencegahan terjadinya flat foot dengan tujuan akhir
adalah membantu pengentasan masalah flat foot di masyarakat. Dalam upaya
pencegahan flat foot di masyarakat, selain peran orang tua, guru tentu saja kader
kesehatan serta profesi ortotik prostetik bekerja bersama dalam tim rehabilitasi di
Rumah Sakit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk menguji peran kader kesehatan dalam deteksi dini kondisi suspect
flat foot sebelum dan sesudah intervensi.
2. Untuk menguji efektifitas peran kader kesehatan terhadap deteksi dini
suspect flatfoot balita di posyandu.
D. Manfaat
Pengabmas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam deteksi dini
dan pencegahan suspect flat foot usia dini serta dapat meningkatkan peran kader
kesehatan dalam deteksi dini dan mencegah kondisi flatfoot di masyarakat.
E. Luaran yang Dicapai
Luaran yang diharapkan dalam pengabmas ini adalah (1) mampu
memberikan evaluasi dan solusi peran kader kesehatan dalam pencegahan kondisi
Flat Foot, (2) berupa sumbangan artikel ilmiah yang dapat di publikasikan secara
luas kepada masyarakat dalam jurnal ilmiah nasional atau seminar Nasional
Ortotik Prostetik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Masalah
1. Flat Foot
a. Definisi
Flat foot merupakan kondisi saat nervus ischiadicus mengalami
permasalahan sehingga distribusi persyarafan terganggu, hal tersebut
menyebabkan perasaan nyeri sepanjang perjalanan dari nervus ischiadicus
(Emary, 2015). flat foot juga mengacu pada rasa sakit yang memancar ke
samping pada jalur saraf skiatik yang bercabang dari punggung bawah
melalui pinggul dan bokong dan turun ke setiap kaki (Venugopal et al.,
2014).
b. Etiologi
Berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya flat foot:
1) Disc Hernia Lumbal
Pembentuk Saraf ischiadicus tertekan oleh hernia diskus pada sekitaran
saraf vertebra L4-S3. Hal tersebut dapat terjadi akibat kompresi
langsung atau karena peradangan kimia (Molinos, 2015).
2) Degenerasi
Degenerasi pada vertebra dapat menyebabkan saraf ischiadicus
tertekan dan teriritasi (Donnally, 2019).
3) Stenosis Lumbal
Penyempitan kanal pada vertebra dapat terjadi pada orang dewasa
hingga lansia yang menimbulkan kerusakan pada saraf ischiadicus
(Melancia, 2016).
4) Spondylolisthesis
Fraktur pada vertebra dapat mengakibatkan pergeseran kedepan dari
badan vertebra. Hal tersebut memicu timbulnya flat foot bilateral pada
orang dewasa atau lebih muda (Melancia, 2016).
5) Trauma atau Cedera
Kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian, cedera olahraga
atau terbentur benda keras dapat menyebabkan cedera langsung pada
saraf ischiadicus (Davis, 2019).
c. Patofisiologi
flat foot timbul akibat perangsangan serabut sensorik yag berasal dari
radiks posterior L4-S3, dan dapat terjadi pada setiap bagian nervus
ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai (Stafford,
2017). Trauma (jatuh) dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
dan terjadinya kompresi pada serabut nervus ischiadicus sehingga
memberikan perangsangan yang dapat menimbulkan nyeri yang bertolak
dari punggung bawah dan menjalar sampai dengan tungkai (Wicaksono,
2015).
Menurut sanjaya (2014) trauma terjadi baik trauma langsung
maupun tidak langsung. Trauma langsung (direct) yang disebabkan oleh
adanya benturan langsung pada jaringan tulang seperti pada kecelakaan
lalu lintas, jatuh dengan posisi duduk, dan benturan benda keras oleh
kekuatan langsung. Sedangkan trauma tidak langsung (indirect) yang
bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh
adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot, contohnya
kelebihan berat badan, dan posisi yang salah ketika duduk dan dilakukan
secara berulang dalam waktu lama (Ostelo, 2020).
d. Gejala
flat foot dapat menyebabkan rasa sakit di bagian depan, belakang,
dan/atau samping paha dan kaki. Beberapa gejala umum yang terlihat
adalah:
1) Nyeri
Nyeri karena flat foot konstan atau intermiten. Rasa sakit biasanya
digambarkan sebagai sensasi terbakar atau rasa sakit yang tajam. Rasa
sakit biasanya lebih parah di kaki dibandingkan dengan punggung. Nyeri
kaki umumnya lebih banyak terjadi di daerah betis di bawah lutut
dibandingkan dengan bagian kaki lainnya (Alatawi, 2019).
2) Sensasi yang berubah
Mati rasa, kesemutan, dan/atau seperti tertusuk jarum dapat dirasakan di
bagian belakang kaki (Ostelo, 2020)
3) Kelemahan
Kelemahan dapat dirasakan pada tungkai dan kaki. Perasaan berat pada
kaki yang terkena dapat membuat kaki sulit untuk diangkat dari lantai
(Anikhwe, 2015).
4) Perubahan Postur
a) Nyeri terasa lebih buruk saat duduk, mencoba berdiri, berdiri untuk
waktu yang lama, menekuk tulang belakang ke depan, memutar
tulang belakang, dan/atau saat batuk.
b) Nyeri dapat meningkat atau tetap konstan saat berbaring ,
menyebabkan tidur terganggu. Berbaring telentang dengan lutut
sedikit ditinggikan dan disangga dengan bantal, atau berbaring
miring dengan bantal di antara kedua kaki, dapat membantu
meringankan rasa nyeri (Hernandez, 2016).
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Kegiatan
Jenis penngabmas ini adalah penyuluhan dan Praktik Imitasi, dimana di dalam
pengabmas semua kader diberikan contoh pelaksanaan pemeriksaan dan
penanganan anak suspect flat foot. Dan terdapat 14 kelompok posyandu pembina
atau perwakilan kecamatan yang akan diukur keefektivannya yaitu peran kader
kesehatan dalam deteksi dini suspect flatfoot.
C. Sasaran Kegiatan
D. Prosedur Kegiatan
a. Perijinan
Mengajukan permohohonan surat tugas pelaksanaan pengabdian masyarakat
kepada kepala Dinas Kesehatan Karanganyar.
b. Koordinasi
Koordinasi dilakukan pada pihak Dinas Kesehatan Karanganyar untuk
menanyakan kesediaan dijadikan tempat pengabdian masyarakat dan kesiapan
penyediaan tempat kegiatan pengabdian masyarakat
c. Penyuluhan
Penyuluhan dengan tema pemberdayaan kader dalam deteksi dini kondisi flat
foot dilanjutkan dengan penyuluhan tentang tanda dan gejala, penyebab dan
tindakan pencegahan flat foot
d. Pelatihan
Melakukan secara bersama-sama dengan kader exercise berupa TUG test
sebagai langkah awal deteksi dini flat foot.
e. Pembagian booklet
Booklet diberikan kepada kader agar bisa digunakan untuk pengembangan
informasi kesehatan kepada masyarakat yang lebih luas
BAB IV
LUARAN DAN TARGET CAPAIAN
1. Luaran Wajib
a. Artikel ilmiah √
e. Video/modul/booklet √
g. Keynote Speaker/Invited
2. Luaran Tambahan
c. Publikasi Internasional
d. Penghargaan
e. Jejaring kerjasama
16
BAB V
A. Biaya PKM
Tabel 5.1 Anggaran Biaya
Skema Program Pengembangan Desa Sehat
B. Rencana Kegiatan
Tabel 5.2 Rencana Kegiatan PPDS
AGENDA 2024
NO
KEGIATAN I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Penyusunan
1
Kerangka Acuan
Melakukan Studi
2
Pendahuluan
Mengajukan
3
Ethical Clearence
Menyiapkan
4
Surat Ijin
Pengabmas
Pengumpulan
5
Data
Penyusunan
6
Laporan
Seminar Hasil
7
Pengabmas
Perbaikan
8
Laporan
Pengumpulan
9
Laporan
DAFTAR PUSTAKA