Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


PROGRAM PENGEMBANGAN DESA SEHAT

EFEKTIVITAS PERAN KADER KESEHATAN PADA


DETEKSI DINI SUSPECT FLAT FOOT DI POSYANDU DESA
SE-KABUPATEN KARANGANYAR

TIM PENGUSUL

Drs Alfan Zubaidi, M. Kes


NIDN. 4026086403
Anissa Eka Septiani, S.Tr.OP
NIDN. 4028099601
Sisybania, S.Tr.OP
NIDN. 4008129501

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK
2023
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul PKM : Efektivitas Peran Kader Kesehatan pada


Deteksi Dini Suspect Flat Foot di Posyandu Desa
Se-Kabupaten Karanganyar
2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : Drs. Alfan Zubaidi, M.Kes
b. NIP/ NIDN : 196408261989031001 / 4026086401
c. Jabatan/Golongan : Lektor Kepala / IV a
d. Jurusan/Fakultas : Ortotik Prostetik
e. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Surakarta
f. Bidang Keahlian : Fisioterapi
g. Alamat : Jl Palem 10 Perum Jaten Permai, Jaten Karanganyar
h. Telp : 0271 825077
i. Email : drsalfanzubaidi@gmail.com
3. Anggota Tim (1)
a. Nama : Anissa Eka Septiani, STr.OP, M.K.M
b. NIP / NIDN : 919960928201901201 / 4028099601
c. Jabatan/Golongan : Dosen
d. Jurusan/Fakultas : Ortotik Prostetik
e. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Surakarta
f. Bidang Keahlian : Ortotik Prostetik
g. Alamat : Gerdu RT.03, Pilangsari, Ngrampal, Sragen
h. Telp : 089514646458
i. Email : sanissaeka@gmail.com
4. Anggota Tim (2)
a. Nama : Sisybania, STr.OP, M.K.M
b. NIP / NIDN : 919951208201901201 / 4008129501
c. Jabatan/Golongan : Dosen
d. Jurusan/Fakultas : Ortotik Prostetik
e. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Surakarta
f. Bidang Keahlian : Ortotik Prostetik
g. Alamat : Tohudan, Colomadu
h. Telp : 089676804589
i. Email : sisybania@gmail.com
Anggota Tim
a. Nama : Achmelia Widya Safitri
b. NIM : P27227022001
c. Jabatan/Golongan : Mahasiswa
d. Jurusan/Fakultas : Ortotik Prostetik
e. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Surakarta
Anggota Tim
a. Nama : Nabilla Mufidhatul Kulud
b. NIM : P27227022015
c. Jabatan/Golongan Mahasiswa
d. Jurusan/Fakultas : Ortotik Prostetik
Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Surakarta
:
Anggota Tim
a. Nama : Hanafi Muhammad Assiry
b. NIM : P27227022009
c. Jabatan/Golongan : Mahasiswa
d. Jurusan/Fakultas : Ortotik Prostetik
e. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Surakarta
5. Lokasi Kegiatan : SDN 3 Manggung
a. Desa/Kecamatan : Ngemplak
b. Kabupaten/Kota : Boyolali
c. Provinsi : Jawa Tengah
6. Luaran yang dihasilkan : Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku guru
terhadap kondisi flat foot
7. Waktu Pelaksanaan : Bulan Januari 2024 – Desember 2024
8. Biaya Total : Rp. 150.000.000,-

Mengetahui, Surakarta, Mei 2023


Ketua Jurusan Ortotik Prostetik, Pengusul,

Dr. Nur Rachmat, BPO, M.Kes Drs. Alfan Zubaidi, M.Kes


NIP 1983091120140201001 NIP 19640821989031001

Mengesahkan, Mengetahui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Surakarta, Ka. Pusat Penelitian dan Pengabmas,

Sudiro, S.Kp, Ners, M.Pd Yuyun Setyorini, SKp,Ns.M.Kep


NIP 196801041989031002 NIP 19750604199832003
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul PPDS: Efektivitas Peran Kader Kesehatan pada Deteksi Dini Suspect
Flat Foot di Posyandu Desa Se-Kabupaten Karanganyar
2. Tim Pengusul:
Alokasi
Bidang
No Nama Jabatan Instansi Asal Waktu
Keahlian
(jam/minggu)
Fisioterapi Poltekkes Kemenkes
1 Drs. Alfan Zubaidi, M.Kes Ketua
Surakarta
Anissa Eka Septiani, Ortotik Poltekkes Kemenkes
2 Anggota 1
STr.OP, M.K.M Prostetik Surakarta
Ortotik Poltekkes Kemenkes
3 Sisybania, STr.OP, M.K.M Anggota 2
Prostetik Surakarta

3. Objek PKM:
Kader Posyandu yang ada di Kabupaten dilakukan dengan melakukan
assessment adanya flat foot, kemudian para kader diberikan sosialisasi
mengenai pengetahuan tentang flat foot dan pencegahannya.
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : Januari 2024
Berakhir : Desember 2024
5. Usulan Biaya Pengabmas : Rp 150.000.000
6. Lokasi Penelitian
Kabupaten Karanganyar
7. Instansi Lain yang Terlibat
Posyandu Karanganyar
8. Temuan yang Ditargetkan
Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kader terhadap kondisi flat foot
9. Kontribusi Mendasar pada Suatu Bidang
Bidang ilmu Fisioterapi, dimana dalam pengabdian kepada masyarakat bidang
ilmu ini berkontribusi dalam pemberian exercise telapak kaki dan assessment
flat foot. Bidang ilmu Ortotik Prostetik, dimana dalam pengabdian kepada
masyarakat bidang ilmu ini berkontribusi dalam pemberian orthosis pada
penderita flat foot. Bidang ilmu Promosi Kesehatan dan Perilaku, dimana
dalam pengabdian kepada masyarakat bidang ilmu ini berkontribusi dalam
sosialisasi dan peningkatan pengetahuan tentang flat foot dan pencegahannya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
10. Rencana Luaran
a. Guru dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah flat foot
b. Hasil assessment kondisi flat foot
c. Booklet tentang flat foot untuk kader
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v 3
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
RINGKASAN ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Permasalahan dan solusi ......................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II SOLUSI PERMASALAHAN
A. Deskripsi masalah ................................................................................... 4
B. Solusi masalah ........................................................................................ 10
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Desain Kegiatan.......................................................................................11
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................11
C. Subjek Penelitian.....................................................................................12
D. Alat Ukur Penelitian................................................................................12
E. Definisi Operasional................................................................................13
F. Prosedur Penelitian..................................................................................13
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 14
BAB IV LUARAN & RENCANA TARGET CAPAIAN..................................15
BAB V BIAYA & RENCANA KEGIATAN
A. Biaya PKM .............................................................................................. 16
B. Rencana Kegiatan ................................................................................... 16
BAB IV PETA LOKASI
A. Profil Sekolah .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Vertebra Lumbal ............................................................................. 5


Gambar 3.1 Desain Kegiatan .............................................................................. 11
Gambar 3.2 Visual Analog Scale (VAS) ............................................................ 12
Gambar 6.1 Profil SDN 3 Manggung ................................................................. 17
Gambar 6.2 Peta lokasi SDN 3 Manggung ......................................................... 17
DAFTAR TABEL

Table 4.1 luaran dan target capaian ....................................................................15


Table 5.1 anggaran Biaya Skema Program Kemitraan Masyarakat.................... 16
Table 5.2 Rencana Kegiatan PKM....................................................................... 16
RINGKASAN

Latar Belakang: Flat foot adalah kondisi dimana terjadi lengkungan


telapak kaki rata, sehingga keseluruhan permukaan telapak kaki menyentuh tanah.
Kondisi ini terjadi karena arkus atau lengkung pada telapak kaki lemah dan tidak
terbentuk sempurna. Kondisi ini muncul akibat kelemahan yang berlebihan dari
kapsul sendi dan ligament yang menopang persendian kaki, yang menyebabkan
kan lengkungkaki menjadi turun ketika menahan berat badan (Mhicelson et al,
2000) keadaan ini akan mengakibatkan pola jalan tidak normal dan cepat capai.
Menurut pengkajian yang dilakukan oleh peneliti, keadaan ini mungkin akan
dapat dicegah dengan cara deteksi dini oleh peran kader kesehatan. Dalam
penelitian ini akan diteliti seberapa efektif kader kesehatan dalam mengatasi
permasalahan / pencegahan flat foot di posyandu wilayah kelurahan Jaten.
Tujuan pengabmas: Memberdayakan peran kader kesehatan dalam deteksi dini
flat foot. Manfaat Pengabmas: Diharapkan peran kader kesehatan dalam
mencegah terjadinya flat foot pada usia balita dan menginformasikan secara
komprehensif pada orang tua anak untuk melanjutkan program ini di rumah.
Metode
Pengabmas: Penyuluhan dan praktik deteksi dini. Pertama akan kita lakukan
pendataan dan cross chek data posyandu dan data base di Dinkes Karanganyar
tentang suspect flat foot. Selanjutnya diadakan pertemuan pertama untuk
pengenalan apa itu flat foot, selanjutnya diadakan pelatihan perwakilan kader
posyandu se-kabupaten Karangnyar.
Kata Kunci: flat foot, kader, pengabdian masyarakat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan kondisinya kaki datar memiliki nama lain yaitu pes planus,
pes plano valgus, fallen arches, flat foot, pronation foot atau excessive pronation
talipes calcaneo valgus yaitu kondisi kaki dimana bagian kaki yang menapak
lebih banyak di lantai dibandingkan kaki normal (Polsdorfer, 2007., Hendrikson,
2005). Penyebab utama kaki datar adalah ketidak normalan struktur tulang
sehingga pada kondisi ini menyebabkan otot, tendon dan ligament bekerja lebih
berat. (Avenue, 2007). Suatu kondisi kaki dimana lengkungan telapak kaki rata,
sehingga keseluruhan permukaan telapak kaki menyentuh tanah. Kondisi ini
terjadi karena arkus atau lengkung pada telapak kaki lemah dan tidak terbentuk
sempurna. Gejala yang ditemukan adalah kaki menapak pada aspek medial
(Pronasi) sehingga anak merasa tidak nyaman saat berjalan dan cepat lelah
( Ferry, 2006). Menurut Evans 20 -30 % anak didunia mengalami Flat foot dan
prevalensi flat foot pada usia 6 tahun adalah 24 %. Sebagian besar anak akan
menunjukkan perkembangan normal dari telapak kaki secara utuh pada usia 10
tahun (Sullivan J A 1999). Menurut Hsing, 2007 keluhan baru akan muncul ketika
5- 10 tahun, selain mengalami kesulitan berjalan juga akan mengalami gangguan
keseimbangan. Pada usia ini terjadi fase perkembangan aktifitas seperti bermain ,
memanjat, berlari, menendang dan memerlukan ketahanan dalam memenuhi
aktifitas bermainnya. . Pada fase ini juga terjadi perkembangan fungsi motorik
kasar dimana apabila otot pada kaki terutama otot tibialis anterior lemah maka
akan terjadi penurunan arcus kaki dan akan mengganggu aktifitas anak.

Kaki normal mempunyai lengkung / arcus yang cukup. Dari pandangan


dorsal, maka tendon Achilles akan membentuk garis lut[rus dengan sudut 90
derajat terhadap landasan. Saat berjalan, kaki akan melakukan heel strike dan
jatuhnya tumpuan adalah pada tumit bagian lateral, dilanjutkan dengan putaran ke
medial agar dapat meredam tumpuan saat berjalan. Pada kaki datar tidak terjadi
proses seperti kaki normal sehingga mudah menjadi lelah ( Malau, 2007). Banyak
anak mempunyai kaki datar tanpa keluhan, tetapi kaki datar dapat menyebabkan
ketidak mampuan fungsi kaki karena adanya rasa nyeri. ( Pfeffer, 2005).

Anak laki2 cenderung lebih besar mengalami kaki datar dibanding anak
perempuan. Prevalensi kaki datar flexible sebanyak 52 % dan 36 % untuk anak
perempuan. Prevalensi kaki datar pada anak usia usia 3 – 6 tahun adalah 44 %.
Selain mempengaruhi kemampuan berjalan, keseimbangan dinamis juga
ditemukan rasa sakit pada telapak kaki saat berjalan, anak menjadi tidak tahan
berjalan dalam waktu yang lama, mudah lelah dan menurunkan aktifitas bermain.

Peran guru terhadap deteksi dini kaki datar/flatfoot usia sekolah adalah
mendeteksi aktifitas kesehariannya di lingkungan sekolah, mendata serta
memberikan aktifitas yang bermanfaat untuk peningkatan kekuatan otot kaki,
Seperti aktivitas berjalan jinjit ( heel up), berjalan dengan tumit ( toe up) saat
masuk ke kelas, memonitor penggunaan medial arch support sehingga dapat
melaksanakan deteksi dini dan pencegahan terjadinya flat foot dengan tujuan akhir
adalah membantu pengentasan masalah flat foot di masyarakat. Dalam upaya
pencegahan flat foot di masyarakat, selain peran orang tua, guru tentu saja kader
kesehatan serta profesi ortotik prostetik bekerja bersama dalam tim rehabilitasi di
Rumah Sakit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah pengabmas yang


dapat dirumuskan bagaimana efektifitas peran kader kesehatan pada deteksi dini
suspect flat foot di Posyandu?

C. Tujuan
1. Untuk menguji peran kader kesehatan dalam deteksi dini kondisi suspect
flat foot sebelum dan sesudah intervensi.
2. Untuk menguji efektifitas peran kader kesehatan terhadap deteksi dini
suspect flatfoot balita di posyandu.
D. Manfaat
Pengabmas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam deteksi dini
dan pencegahan suspect flat foot usia dini serta dapat meningkatkan peran kader
kesehatan dalam deteksi dini dan mencegah kondisi flatfoot di masyarakat.
E. Luaran yang Dicapai
Luaran yang diharapkan dalam pengabmas ini adalah (1) mampu
memberikan evaluasi dan solusi peran kader kesehatan dalam pencegahan kondisi
Flat Foot, (2) berupa sumbangan artikel ilmiah yang dapat di publikasikan secara
luas kepada masyarakat dalam jurnal ilmiah nasional atau seminar Nasional
Ortotik Prostetik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Masalah
1. Flat Foot
a. Definisi
Flat foot merupakan kondisi saat nervus ischiadicus mengalami
permasalahan sehingga distribusi persyarafan terganggu, hal tersebut
menyebabkan perasaan nyeri sepanjang perjalanan dari nervus ischiadicus
(Emary, 2015). flat foot juga mengacu pada rasa sakit yang memancar ke
samping pada jalur saraf skiatik yang bercabang dari punggung bawah
melalui pinggul dan bokong dan turun ke setiap kaki (Venugopal et al.,
2014).
b. Etiologi
Berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya flat foot:
1) Disc Hernia Lumbal
Pembentuk Saraf ischiadicus tertekan oleh hernia diskus pada sekitaran
saraf vertebra L4-S3. Hal tersebut dapat terjadi akibat kompresi
langsung atau karena peradangan kimia (Molinos, 2015).
2) Degenerasi
Degenerasi pada vertebra dapat menyebabkan saraf ischiadicus
tertekan dan teriritasi (Donnally, 2019).
3) Stenosis Lumbal
Penyempitan kanal pada vertebra dapat terjadi pada orang dewasa
hingga lansia yang menimbulkan kerusakan pada saraf ischiadicus
(Melancia, 2016).
4) Spondylolisthesis
Fraktur pada vertebra dapat mengakibatkan pergeseran kedepan dari
badan vertebra. Hal tersebut memicu timbulnya flat foot bilateral pada
orang dewasa atau lebih muda (Melancia, 2016).
5) Trauma atau Cedera
Kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian, cedera olahraga
atau terbentur benda keras dapat menyebabkan cedera langsung pada
saraf ischiadicus (Davis, 2019).
c. Patofisiologi
flat foot timbul akibat perangsangan serabut sensorik yag berasal dari
radiks posterior L4-S3, dan dapat terjadi pada setiap bagian nervus
ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai (Stafford,
2017). Trauma (jatuh) dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
dan terjadinya kompresi pada serabut nervus ischiadicus sehingga
memberikan perangsangan yang dapat menimbulkan nyeri yang bertolak
dari punggung bawah dan menjalar sampai dengan tungkai (Wicaksono,
2015).
Menurut sanjaya (2014) trauma terjadi baik trauma langsung
maupun tidak langsung. Trauma langsung (direct) yang disebabkan oleh
adanya benturan langsung pada jaringan tulang seperti pada kecelakaan
lalu lintas, jatuh dengan posisi duduk, dan benturan benda keras oleh
kekuatan langsung. Sedangkan trauma tidak langsung (indirect) yang
bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh
adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot, contohnya
kelebihan berat badan, dan posisi yang salah ketika duduk dan dilakukan
secara berulang dalam waktu lama (Ostelo, 2020).
d. Gejala
flat foot dapat menyebabkan rasa sakit di bagian depan, belakang,
dan/atau samping paha dan kaki. Beberapa gejala umum yang terlihat
adalah:
1) Nyeri
Nyeri karena flat foot konstan atau intermiten. Rasa sakit biasanya
digambarkan sebagai sensasi terbakar atau rasa sakit yang tajam. Rasa
sakit biasanya lebih parah di kaki dibandingkan dengan punggung. Nyeri
kaki umumnya lebih banyak terjadi di daerah betis di bawah lutut
dibandingkan dengan bagian kaki lainnya (Alatawi, 2019).
2) Sensasi yang berubah
Mati rasa, kesemutan, dan/atau seperti tertusuk jarum dapat dirasakan di
bagian belakang kaki (Ostelo, 2020)
3) Kelemahan
Kelemahan dapat dirasakan pada tungkai dan kaki. Perasaan berat pada
kaki yang terkena dapat membuat kaki sulit untuk diangkat dari lantai
(Anikhwe, 2015).
4) Perubahan Postur
a) Nyeri terasa lebih buruk saat duduk, mencoba berdiri, berdiri untuk
waktu yang lama, menekuk tulang belakang ke depan, memutar
tulang belakang, dan/atau saat batuk.
b) Nyeri dapat meningkat atau tetap konstan saat berbaring ,
menyebabkan tidur terganggu. Berbaring telentang dengan lutut
sedikit ditinggikan dan disangga dengan bantal, atau berbaring
miring dengan bantal di antara kedua kaki, dapat membantu
meringankan rasa nyeri (Hernandez, 2016).

3. Peran Kader Kesehatan


Membuat ilustrasi, bertanya dan merespon, menciptakan kepercayaan,
memberi pandangan yang bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji
materi,menyesuaikan metode pelayanan kesehatan di Posyandu. Jika faktor - faktor
tsb dipenuhi maka melalui layanan kesehatan di posyandu balita dapat beraktifitas
dengan baik, kader kesehatan harus membuat sesuatu menjadi jelas bagi balita
peserta layanan dan terampil dalam memecahkan masalah. Sehingga dalam
berperan di deteksi dini flat foot usia dini diharapkan dapat efektif mengingat ada
beberapa jam peran dari kader kesehatan yang dapat termanfaatkan untuk
memberikan aktifitas yangberguna anatara lain jalan berjinjit, jalan melewati satu
jembatan dari besi atau batang pohon dan lain yang berprinsip melatih otot yang
lemah menjadi kuat dan membentuk arcus dan serta meyakinkan pemakaian
medial arch support alat ortotik prostetik yang membantu untuk membuat
lengkung arcus pada penderita flat foot.
Berdasarkan kajian tersebut di atas, perlu digaris bawahi bahwa perubahan
deformitas flatfoot terjadi pada usia balita,maka betapa besar dan penting peran
kader kesehatan di posyandu dalam mewaspadai dan mencegah terjadinya masalah
ini. Peran kader kesehatan akan dapat mengawali pencegahan atau suspect deteksi
dini flatfoot sebelum peran orang tua. Penelitian ini merupakan penelitian
pencegahan dan perlu melibatkan peran serta kader kesehatan mengingat banyak
penelitian terdahulu yang belum melibatkan kader kesehatan.Penelitian ini
dilaksanakan dengan asumsi bahwa ternyata betapa pentingnya peran kader
kesehatan dalam membantu penanganan flxibel flat foot. Pengetahuan dan
pemahaman dalam mengawasi proses tumbuh kembang bagi anak diharapkan
dapat ditingkatkan dalam pemberian edukasi, Jargon edukasi dalam pengabmas ini
adalah peduli dan waspada sejak awal pada anak didik. Pada pengabmas ini pada
kader kesehatan diberikan edukasi berupa penyuluhan dalam bentuk booklet
tentang flatfoot. Menurut pengabmas perlu dikaji peran kader kesehatan dalam ikut
membantu pencegahan flat foot dimasyarakat dengan member kegiatan kegiatan
yang dapat meningkatkan lengkung arcus ke arah normal sehingga tercapai
keseimbangan dinamis.
11

BAB III

METODOLOGI

A. Desain Kegiatan

Jenis penngabmas ini adalah penyuluhan dan Praktik Imitasi, dimana di dalam
pengabmas semua kader diberikan contoh pelaksanaan pemeriksaan dan
penanganan anak suspect flat foot. Dan terdapat 14 kelompok posyandu pembina
atau perwakilan kecamatan yang akan diukur keefektivannya yaitu peran kader
kesehatan dalam deteksi dini suspect flatfoot.

B. Waktu dan Tempat Kegiatan

Pengabmas ini dilakukan di posyandu wilayah desa se-kabupaten Karanganyar


pada bulan Januari hingga Desember 2024.

C. Sasaran Kegiatan

Subjek untuk kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah seluruh kader di


posyandu wilayah desa se-kabupaten Karanganyar.

D. Prosedur Kegiatan
a. Perijinan
Mengajukan permohohonan surat tugas pelaksanaan pengabdian masyarakat
kepada kepala Dinas Kesehatan Karanganyar.
b. Koordinasi
Koordinasi dilakukan pada pihak Dinas Kesehatan Karanganyar untuk
menanyakan kesediaan dijadikan tempat pengabdian masyarakat dan kesiapan
penyediaan tempat kegiatan pengabdian masyarakat
c. Penyuluhan
Penyuluhan dengan tema pemberdayaan kader dalam deteksi dini kondisi flat
foot dilanjutkan dengan penyuluhan tentang tanda dan gejala, penyebab dan
tindakan pencegahan flat foot
d. Pelatihan
Melakukan secara bersama-sama dengan kader exercise berupa TUG test
sebagai langkah awal deteksi dini flat foot.
e. Pembagian booklet
Booklet diberikan kepada kader agar bisa digunakan untuk pengembangan
informasi kesehatan kepada masyarakat yang lebih luas
BAB IV
LUARAN DAN TARGET CAPAIAN

Tabel 4.1 Luaran dan Target Capaian

No Jenis Luaran Indikator Capaian

1. Luaran Wajib

a. Artikel ilmiah √

b. Prosiding ber ISBN

c. Buku ber ISBN

d. Publikasi pada media masa nasional atau internasional

e. Video/modul/booklet √

f. Pemakalah dalam temu ilmiah skala: Lokal, Nasional,


Internasional

g. Keynote Speaker/Invited

h. Peningkatan daya saing

i. Peningkatan kuantitas dan kualitas produk

j. Peningkatan pemahaman dan keterampilan



masyarakat

k. Perbaikan tata nilai

2. Luaran Tambahan

a. Metode atau sistem

b. Produk (barang atau jasa)

c. Kekayaan intelektual (KHI)


a. Buku/Modul ber ISBN

b. Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG)

c. Publikasi Internasional

d. Penghargaan

e. Jejaring kerjasama
16

BAB V

BIAYA DAN RENCANA KEGIATAN

A. Biaya PKM
Tabel 5.1 Anggaran Biaya
Skema Program Pengembangan Desa Sehat

No Komponen Jenis Pengeluaran Biaya yang


diusulkan (Rp)
1. Belanja Barang Non a. ATK Rp 900.000
Operasional b. Foto copy dan jilid proposal Rp 700.000
c. Konsumsi peneliti dan responden Rp 9.900.000
2. Belanja Barang Booklet @Rp 25.000 x 60 orang
Rp 1.500.000
Operasional
3. Transport Transport dalam kota @Rp. 200.000
Rp 2.000.000
x 10 kali
Total Rp 15.000.000

B. Rencana Kegiatan
Tabel 5.2 Rencana Kegiatan PPDS

AGENDA 2024
NO
KEGIATAN I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

Penyusunan
1
Kerangka Acuan

Melakukan Studi
2
Pendahuluan
Mengajukan
3
Ethical Clearence

Menyiapkan
4
Surat Ijin
Pengabmas
Pengumpulan
5
Data
Penyusunan
6
Laporan
Seminar Hasil
7
Pengabmas
Perbaikan
8
Laporan
Pengumpulan
9
Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Alison and fuller,(2001).Balance and vestibular Disorder dalam Neurological


Rehabilitation,edisi empat,Mosby,inc,St Lois,hal 616 – 655
Aston,J.N,(2003),Traumatologik dan ortopedik,EGC,Jakarta,hal196 – 199
Bougie,(2001),Physical Avtivity and Exercise for The older adult,McGraw-
Hill,New York,hal 293 - 322
Dorlan,2006,Kamus Kedokteran,Penerbit Buku kedokteran EGC,Jakarta
Ferry D.T.,2006, Flat feet in Childhood, http//:_files /Nakita Panduan Tumbuh
Kembang Balita.., 2006
Hyland(2006)Genre paedagogy,Universsity of London,United kingdom
Kuhn(1999)Physcogi and education,Illinois university press,New York
Luhman Sj dkk,(2000),Painful idiophatic rigid flat foot in children,Foot ankle
Int;21(1) 59 -66
Lyn CJ dkk,(2011),Corelating factors and clinical significane of flexible flatfoot
in preschool children,Phediatrothop J,21;(3);378 -382
Michelson dkk, (2002),Investigation into the fat pads of the sole of the foot
ankle,13;227
Mulyasa H E(2011),Mamanjemen pendidikan karakter,Bumi Aksara ,Jakarta
Parkey Forred w(2008),Menjadi guru,Indexs,Jakarta
Sulivan JA,(1999),Pediatric flat foot evaluation and management, J Am Acad
Orthop Surg ;7(1):44 – 53
Takarini Nawangsasi,(2004), Timed Up and Go test in Indonesia children
Wall et al,(2000),The Time Up and Go test Revisite,Meusurement of the
component task ,From WWW,Rehabresearch,com.
Werner dkk(2001),Locomotor system,Penerbit Hipocrates,Jakarta

Allison and Fuller.,(2001);Balance and Vestibular Disorder dalam umphred


D;Neurogical Rehabilitation, edisi ke empat, Mosby, inc,St. Louis, hal
616-655
Aston.J.N (1983); Traumatologik Dan Ortopedik, EGC,Jakarta , hal 196 – 199
Bougie,.2001;Physical Activity and Exercise for The Older Adult; Dalam The
Aging Body, McGraw-Hill, New York, hal. 293-322
Wall et al., 2000;The Time UP and Go test Revisite;Measurement of The
Component Task;Retrived October 2, 2007 from www.rehabresearch.com

Anda mungkin juga menyukai