Tanggal selesai: 12 Agustus 2020 Kode kegiatan F1 Promkes OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK F2 Kesling 10 phbs RT, F3 KIA KB penyuluhan KB, ASI eksklusif F4 Gizi isi piringku, KEK F5 Penyakit menular dan tidak menular DBD, BIAS F6 pengobatan dasar Peserta hadir 20, lurah, ibu bidan wilayah Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan Penyuluhan HIV/AIDS Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Penyakit ini merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. Infeksi HIV merupakan kejadian pandemik. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987 sampai dengan Juni 2012, kasus HIV-AIDS tersebar di 378 dari 498 (76%) kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Penyakit ini menyerang imunitas seseorang sehingga tidak mampu melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh. Permasalahan Semua kelompok usia berisiko terinfeksi oleh HIV, oleh karena HIV dapat ditularkan melalui darah, cairan dari kemaluan dan ibu dengan HIV yang mengandung dan menyusui anaknya. Perlu ditekankan bahwa HIV tidak menular dari air ludah, air mata dan keringat, sehingga aman untuk bercakap-cakap, berjabat tangan dan berbagi kamar mandi dengan pasien HIV. Hal-hal yang dapat masyarakat lakukan untuk mencegah HIV yaitu menghindari perilaku berisiko seperti perilaku seks yang aman, bersikap setia hanya kepada pasangan, apabila tidak bisa setia dapat menggunakan kondom, hindari penggunaan NAPZA. Masyarakat juga dapat mendukung pasien HIV untuk melakukan pengobatan. Berdasarkan studi HIV prevention trial network (HPTN) 052 membuktikan bahwa pemberian ARV lebih dini dapat menurunkan penularan HIV sebesar 93% pada pasangan seksual non-HIV (pasangan serodiskordan) sehingga upaya pencegahan dengan menggunakan ARV merupakan upaya dari Treatment as prevention. Masyarakat dianjurkan untuk mengetahui status HIV, terutama pada ibu hamil guna mencegah penularan HIV ibu kepada anak melalui kehamilan, persalinan dan proses menyusui. Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat remaja hingga dewasa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, transmisi penularan, gejala, pencegahan, dan anjuran untuk tidak menjauhi penderita. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih kurang dipahami atau bagian- bagian maupun persepsi-persepsi di masyarakat yang salah. Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di balai desa yang disisipkan pada beberapa kegiatan tertentu sepeti kelas ibu hamil seperti yang telah terlaksana pada tanggal 12 Agustus 2020 pukul 09.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Monitor dan Harapan dari penyuluhan ini baik melalui tokoh masyarakat, eval orang penting, ataupun ibu-ibu yang ada di masyarakat adalah agar mereka dapat menyampaikan informasi yang tepat terkait HIV/AIDS ke masyarakat luas. Selain itu, terdapat penambahan ilmu pengetahuan, perubahan mindset dan perilaku masyarakat terhadap HIV/AIDS. OA - done Tangal pelaksanaan: 29 Juli 2020 Tanggal selesai: 29 Juli 2020 Kode kegiatan F1 Promkes OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK F2 Kesling 10 phbs RT, F3 KIA KB penyuluhan KB, ASI eksklusif F4 Gizi isi piringku, KEK F5 Penyakit menular dan tidak menular DBD, BIAS F6 pengobatan dasar Peserta hadir 20 Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan Penyuluhan Penyuluhan Oasteoarthritis pada Lutut Latar belakang Osteoartritis (OA) atau pengapuran sendi merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Osteoartritis yang juga disebut sebagai penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi terutama pada orang usia lanjut. WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan menderita OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami keterbatasan gerak sendi. Prevalensi osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia > 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61 tahun. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan spine meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun. Gejala yang dtunjukkan oleh pasien adalah persendian terasa kaku terutama saat bangun pagi atau setelah beraktivitas yang membebani sendi tersebut. Nyeri pada sendi yang terus menerus, nyeri muncul baik saat istirahat maupun dibuat aktivitas. Terkadang keluhan juga disertai dengan bengkak pada sendi. Permasalahan Osteoarthritis dapat terjadi pada semua orang, namun penyakit ini berkembang dengan pengaruh dari interaksi beberapa faktor risiko dalam tubuh dengan lingkungan. Faktor risiko tersebut diantaranya yaitu usia lanjut diatas 50 tahun terutama pada wanita. Oleh karena pada wanita usia lanjut telah mengalami menopause sehingga hormon yang mencegah pngapuran sendi menurun. Genetik memberikan peranan 2x lebih berisiko terkena osteoarthritis oleh karena terdapat abnormalitas kode genetik yang bersifat diturunkan. Berat badan lebih dan obesitas menyebabkan peningkatan beban sendi untuk menopang tubuh sehingga mempercepat proses pengapuran sendi. Namun, perlu ditekankan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor risiko osteoarthritis yang dapat dimodifikasi dengan merubah gaya hidup serta pola makan sehat. Riwayat cidera pada sendi juga dapat meningkatkan risiko osteoarthritis 5-6 kali lebih tinggi dan terjadi pada usia lebih dini. Sangat penting bagi semua pasien OA diberikan edukasi yang tepat. Dua hal yang menjadi tujuan edukasi adalah bagaimana mencegah atau menunda osteoarthritis dan apabila sudah terkena OA bagaimana mengatasi nyeri sehingga dapat meingkatkan kualitas hidup penderita. Selain pengobatan dengan dokter merubah kebiasaan aktivitas terkait sendi sangatlah penting, seperti menghindari aktivitas atau pekerjaan yang terlalu memberatkan sendi yang terkena seperti menaiki tangga, mengangkat beban berat atau menggendong. Mengistirahatkan sendi dapat membantu mengurangi nyeri. Selain menggunakan obat, kompres dingin dapat diberikan apabila nyeri terasa makin memberat. Dalam jangka panjang, menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal menjadi program utama terutama pada pasien dengan obesitas. Yang terakhir adalah aktivitas fisik non weight-bearing yang dilakukan rutin minimal 30 menit sehari seperti berenang, senam lantai atau bersepeda. Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat umum. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih kurang dipahami atau bagian-bagian maupun persepsi-persepsi di masyarakat yang salah. Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah terlaksana pada tanggal 29 Juli 2020 pukul 08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Monitor dan Harapan dari penyuluhan ini baik masyarakat semua agar eval mereka dapat menyampaikan informasi yang tepat terkait pengapuran sendi atau ostearthritis ke masyarakat luas. Selain itu, terdapat penambahan ilmu pengetahuan, perubahan mindset dan perilaku masyarakat terhadap osteoarthritis. Hep B - done Tangal pelaksanaan: 21 Juli2020 Tanggal selesai: 21 Juli 2020 Kode kegiatan F1 Promkes OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK F2 Kesling 10 phbs RT, F3 KIA KB penyuluhan KB, ASI eksklusif F4 Gizi isi piringku, F5 Penyakit menular dan tidak menular DBD, BIAS F6 pengobatan dasar Peserta hadir 20 Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan Penyuluhan Hepatitis B Latar belakang Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi Hepatitis B kronik dan sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahun karena Hepatitis. DI Indonesia, berdasarkan hasil saring tes darah pendonor di PMI, diperkirakan dari 100 orang indonesia, 10 orang diantaranya terinfeksi Hepatitis B. Infeksi virus Hepatitis B saat ini mulai merupakan masalah kesehatan masyarakat yangserius, karena selain manifestasinya bersifat akut beserta komplikasinya, dapat menjadisumber penularan bagi lingkungan terutama bagi pengidap hepatitis b kronik. Permasalahan Perlu diketahui bahwa Hepatitis B dapat tidak memberikan gejala pada masa inkubasi, hingga gejala ringan pada saat awal masa terinfeksi. Gejala yang muncul seperti gejala mirip flu yaitu demam, sakit kepala, mialgia, batuk, mual dan muntah, kulit atau mata berubah menjadi warna kuning, gatal-gatal tidak jelas pada kulit, penurunan berat badan, nyeri perut terutama di kuadran kanan atas, dan warna kencing menjadi lebih gelap. Penularan infeksi Hepatitis B dapat melalui parenteral atau darah yaitu secara vertikal dimana ibu dapat menularkan kepada anaknya melalui proses kehamilan, melahirkan dan menyusui, atau secara horisontal bila melalui kontak pada individu yang sangat erat dan lama seperti melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bersama atau transfusi darah yang terkontaminasi virus Hepatitis B. Upaya pencegahan infeksi Hepatitis B merupakan hal yang terpenting. Pencegahan secara spesifik dapat dilakukan dengan imunisasi menggunakan vaksin Hepatitis B yang telah diberikan pada bayi baru lahir, dan dapat di booster pada saat dewasa. Tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan yaitu menghindari perilaku berisiko seperti yang telah disebutkan. Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat remaja hingga dewasa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, transmisi penularan, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih kurang dipahami atau bagian-bagian maupun persepsi-persepsi di masyarakat yang salah. Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah terlaksana pada tanggal 21 Juli 2020 pukul 08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Monitor dan Harapan dari penyuluhan ini baik melalui tokoh masyarakat, eval orang penting, ataupun ibu-ibu yang ada di masyarakat adalah agar mereka dapat menyampaikan informasi yang tepat terkait Hepatitis B ke masyarakat luas. Selain itu, terdapat penambahan ilmu pengetahuan, perubahan mindset dan perilaku masyarakat terhadap Hepatitis B. PHBS RT - done Tangal pelaksanaan: 25 Agustus 2020 Tanggal selesai: 25 Agustus 2020 Kode kegiatan F1 Promkes OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK F2 Kesling 10 phbs RT, F3 KIA KB penyuluhan KB, kesehatan remaja F4 Gizi zat besi remaja, isi piringku F5 Penyakit menular dan tidak menular DBD, BIAS F6 pengobatan dasar Peserta hadir 20 Judul laporan Upaya Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Rumah Tangga Latar belakang Rumah Tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup yang bersih dan sehat selayaknya harus diterapkan dan ditanamkan kepada seluruh anggota keluarga. Peranan keluarga dalam sebuah rumah memegang kunci utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan sejak dini. Karena jika keluarga sehat, akan membentuk masyarakat yang sehat pula. Untuk itu, Sehat harus diawali dari dalam rumah sendiri. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi. Permasalahan Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) telah berjalan sekitar 15 tahun, namun keberhasilannya masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2014 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baru mencapai 38,7%, Terpaut jauh dari target yang tertulis di Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 yaitu sebesar 70% rumah tangga telah mempraktekkan PHBS pada tahun 2014. Berikut perilaku bersih dan sehat yang harus dilakukan dalam rumah tangga: 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan. 2. Memberi ASI ekslusif Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan tanpa memberikan buah dihaluskan atau susu formula tanpa indikasi. 3. Menimbang bayi dan balita Penimbangan secara teratur dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk. Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi. 4. Menggunakan air bersih Gunakan air bersih dan mengalir dari sumber mata air, atau air keran PDAM, penampungan air hujan yang bersih atau air sumur yang bersih untuk aktivitas rumah tangga seperti mandi, mencuci peralatan masak dan sayur. 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Praktek cuci tangan dengan 6 langkah merupakan langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman. 6. Menggunakan jamban sehat Yaitu fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. 7. Memberantas jentik di rumah Lakukan pemeriksaan jentik berkala tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada di dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas. Atau diluar rumah seperti, alas pot bunga, bolongan pada pohon, ketiak daun dan sebagainya. Lakukan 3M plus agar rumah bebas jentik. 8. Makan buah dan sayur setiap hari Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Penting untuk setiap anggota keluarga mengkonsumsi sayur dan buah, oleh karena sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Aktivitas fisik dapat berupa melakukan repetisi dari aktivitas sehari-hari atau dapat dengan berolah raga. 10.Tidak merokok Anggota keluarga dianjurkan untuk tidak merokok, terutama didalam rumah dan didekat anak. Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat remaja hingga dewasa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai poin-poin perilaku bersih dan sehat didalam rumah tangga beserta penjelasaanya. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih kurang dipahami. Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah terlaksana pada tanggal 25 Agustus 2020 pukul 08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Monitor dan Evaluasi dilakukan dengan mengulang resume penyuluhan eval dengan masyarakat secara seksama. Harapan dari penyuluhan ini masyarakat dapat memperluas pengetahuan hidup sehat, serta mampu merubah mindset dan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. ASMA Tangal pelaksanaan: Agustus 2020 Tanggal selesai: Agustus 2020 Kode kegiatan F1 Promkes OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK F2 Kesling 10 phbs RT, F3 KIA KB penyuluhan KB, ASI eksklusif F4 Gizi zat besi remaja, KEK F5 Penyakit menular dan tidak menular DBD, BIAS F6 pengobatan dasar Peserta hadir 20 Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan Penyuluhan Asma Latar belakang Permasalahan Pemilihan intervensi Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di balai desa yang disisipkan pada beberapa kegiatan tertentu sepeti kelas ibu hamil seperti yang telah terlaksana pada tanggal 12 Agustus 2020 pukul 09.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Monitor dan DBD - done Tangal pelaksanaan: 6 Agustus 2020 Tanggal selesai: 6 Agustus 2020 Kode kegiatan F1 Promkes OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK F2 Kesling 10 phbs RT, F3 KIA KB penyuluhan KB, ASI eksklusif F4 Gizi zat besi remaja, KEK F5 Penyakit menular dan tidak menular DBD, Bias F6 pengobatan dasar Peserta hadir 20 Judul laporan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Demam Berdarah Melalui 3M Plus Latar belakang Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan utama di 100 negara-negara tropis dan subtropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Prevalensi global DHF mengalami peningkatan yang dramatis dalam dua dekade terakhir. Sekitar 40 % dari penduduk dunia di daerah tropis dan sub tropis beresiko terkena DHF. Penyakit ini kini menjadi penyakit yang endemik di Indonesia sejak tiga dekade terakhir. Insidennya berfluktuasi setiap tahun bahkan sampai terjadi wabah DHF di beberapa daerah di Indonesia4. Sampai saat ini 200 kota telah melaporkan kejadian luar biasa. Insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar 6-27 per 100.000 penduduk pada tiga tahun terakhir ini. Proporsi kasus DHF berdasarkan umur di Indonesia menunjukkan bahwa DHF paling banyak terjadi pada anak usia sekolah yaitu pada usia 5-14 tahun. DHF masih sulit diberantas karena belum ada vaksin untuk pencegahan dan penatalaksanaannya hanya bersifat suportif. Keberhasilan penatalaksanaan DHF terletak pada kemampuan mendeteksi secara dini fase kritis dan penanganan yang cepat dan tepat, untuk itu diperlukan pengetahuan pada masyarakat tentang gejala dan tanda DBD serta penanganan apa yang harus dilakukan. Permasalahan Pencegahan dapat dilakukan untuk menekan angka kejadian DBD, diantaranya adalah gerakan 3M plus yang dicanangkan oleh Kementrian Kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus Menguras, menutup, mengubur dan menghindari gigitan nyamuk. Adapun dalam praktik 3M plus dapat berupa: 1) Menguras tempat penampungan air minimal satu kali dalam seminggu. 2) Menutup tempat penampungan air 3) Mengubur barang-barang bekas 4) Dan, menghindari gigitan nyamuk menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk dan menggunakan kelambu saat tidur 5) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan 6) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk 7) Menanam tanaman pengusir nyamuk 8) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat- tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan. Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat dewasa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, transmisi penularan, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih belum dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang salah. Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah terlaksana pada tanggal 6 Agustus 2020 pukul 08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Monitor dan Evaluasi dilakukan dengan memberikan resume pencegahan evaluasi DBD dengan 3M plus bersama dengan masyarakat dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini masyarakat dapat memperluas pengetahuan mengenai DBD, serta mampu merubah mindset dan perilaku masyarakat untuk melaksanakan pencegahan DBD. BIAS - done Tangal pelaksanaan: 26 Agustus 2020 Tanggal selesai: 26 Agustus 2020 Kode kegiatan F1 Promkes OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK F2 Kesling 10 phbs RT, F3 KIA KB penyuluhan KB, ASI eksklusif F4 Gizi zat besi remaja, KEK F5 Penyakit menular dan tidak menular DBD, BIAS F6 pengobatan dasar Peserta hadir 20 Judul laporan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Melalui Bulan Imunisasi Anak Sekolah Latar belakang Campak merupakan penyakit infeksi virus akut serius yang sangat menular. Campak disebabkan oleh paramyxovirus dan ditularkan terutama melalui udara. WHO melaporkan peningkatan kasus campak empat kali lipat secara global dalam tiga bulan pertama tahun 2019 dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu. Peningkatan kejadian campak ini diperkirakan karena cakupan imunisasi yang kurang. Angka yang dibutuhkan untuk mencegah wabah dan menjadikan adanya kekebalan kelompok (herd immunity) adalah 95%, sedangkan cakupan global dosis pertama campak adalah 85% dengan dosis kedua 67%. Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk menghindari penyakit infeksi. Dengan imunisasi, seseorang dibuat kebal (resisten) terhadap penyakit infeksi, yang biasanya dilakukan dengan pemberian vaksin. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang. Tujuan imunisasi adalah membentuk kekebalan demi mencegah penyakit pada diri sendiri dan orang lain sehingga kejadian penyakit menular menurun dan bahkan dapat menghilang dari muka bumi. Kekebalan yang disalurkan oleh ibu ke bayi yang dikandung tidak berlangsung lama, maka kekebalan harus dibentuk melalui pemberian imunisasi pada bayi. Perlu menjadi perhatian bahwa berdasarkan data Riskesdas 2018, data cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan sebesar 57,9% yang menurun jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013 sebesar 59,2%. Pada tingkat provinsi, Jawa Timur juga mengalami penurunan cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan. Permasalahan Kejadian luar biasa (KLB) campak di Indonesia tampak pada tahun 2015 hingga 2017 di hampir setiap provinsi dengan jumlah provinsi melaporkan KLB meningkat dari 27 provinsi tahun 2015 menjadi 30 provinsi tahun 2017. Peningkatan ini diantaranya karena perbaikan kewaspadaan dini terhadap kasus campak. Kecepatan dalam mendeteksi kasus ditindaklanjuti dengan upaya penanggulangan, antara lain imunisasi measles rubella (MR). Pemberian imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun dengan cakupan tinggi dan merata diharapkan akan membentuk imunitas kelompok, sehingga mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi. Masalah yang sering kali muncul terkait cakupan imunisasi pada anak antara lain kurangnya informasi pada masyarakat mengenai perlunya imunisasi tambahan pada anak usia sekolah. Banyak orang tua yang tidak tahu adanya program imunisasi pada anak usia sekolah. Selain itu, banyak orang tua yang juga beralasan tidak dapat memberikan anaknya imunisasi karena tidak adanya waktu untuk membawa anak ke tenaga kesehatan terdekat. Pada kondisi ekstrim, dapat pula ditemukan adanya ketakutan akan imunisasi. Hal ini disebabkan oleh penyebaran informasi yang salah ke masyarakat, misalnya imunisasi menyebabkan penyakit dan imunisasi mengandung bahan-bahan kimia yang tidak baik untuk tubuh. Oleh sebab itu, diadakan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang diharapkan dapat memberikan cakupan imunisasi pada seluruh anak usia sekolah di kecamatan Ngronggot. Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan kepada intervensi masyarakan dengan target siswa dan orang tua siswa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, transmisi penularan, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih belum dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang salah. Setelah penyuluhan dilakukan pemberian imunisasi MR kepada seluruh siswa yang datang. Pelaksanaan Intervesi telah terlaksana melalui pelaksanaan imunisasi di sekolah Madrasah Iptidaiyah Negeri 3 Nganjuk di desa Dingin, Kecamatan Ngronggot pada tanggal 26 Agustus 2020 pukul 08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan mengenai imunisasi MR dan dilanjutkan dengan kegiatan imunisasi. Monitor dan Dalam pelaksanaan target siswa tidak memenuhi 100% karena evaluasi beberapa alasan diantaranya sedang sakit dan tidak datang. Bagi siswa yang tidak datang bisa mendapatkan imunisasi susulan di Polindes desa Dingin. Harapan dari terlaksananya kegiatan ini mampu mencegah penyakit campak dan rubela serta mampu merubah mindset dan perilaku masyarakat mengenai imunisasi.