Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIK FISIKA DASAR II

VOLTMETER DAN AMPERMETER PADA RANGKAIAN DC

Disusun Oleh:

1. Elvyne Nisgita Ardelianda (2002112001)

2. Yuyun Andika (2002112001)

3. Arum Pursilasari (2002112003)

4. Aliya Fahmi (2002112004)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2020/2021
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
DAFTAR TABEL..........................................................................................................3
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................4
BAB I.............................................................................................................................5
Pendahuluan.................................................................................................................5
A. Capaian Dalam Pembelajaran Mata Kuliah:..............................................................5
B. Dasar Teori..............................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................12
Percobaan...................................................................................................................12
A. Alat dan Bahan........................................................................................................12
B. Langkah Percobaan.................................................................................................12
a. Rangkaian Seri Resistor........................................................................................12
b. Rangkaian Pararel Resistor...................................................................................12
c. Rangkaian Kombinasi Resistor.............................................................................13
BAB III...........................................................................................................................14
Data dan Analisis Data..................................................................................................14
A. Data Percobaan........................................................................................................14
B. Analisis Data...........................................................................................................15
BAB IV............................................................................................................................23
Pembahasan....................................................................................................................23
BAB V.............................................................................................................................26
Penutup...........................................................................................................................26
A. Kesimpulan.............................................................................................................26
B. Saran.....................................................................................................................27
Daftar Pustaka...............................................................................................................28
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
Pendahuluan
A. Capaian Dalam Pembelajaran Mata Kuliah:
1. Dapat mempelajari konsep dari rangkaian seri dan rangkaian pararel

2. Mempelajari bagaimana cara menggunakan ampermeter dan voltmeter didalam


rangkaian seri dan pararel

3. Dapat mengukur nilai kuat arus dan tegangan listrik didalam rangkaian seri dan
pararel pada sebuah rangkaian

B. Dasar Teori
Arsus listrik dibedakan berdasarkan dua jenis, yaitu arus listrik bolak-balik
atau AC (Alternating Curent) dan arus searah atau DC (Direct Curent). Arus yang
arahnya konstan disebut arus DC sedangkan arus yang arahnya periodik disebut
arus AC. Secara umum kita mengunakan baterai sebagai sumbertegangan DC
dimana ketika sebuah baterai dihubungkan dengan sebuah resistor pada rangkaian
tertutup, maka akan menghasilkan beda potensial pada resestor sebesar ΔV = IR.

Gambar 1
Untuk sebuah rangkaian seri yang terdiri atas dua resistor, arus yang
mengalir pada kedua resistor adalah sama, karena jumlah muatan yang melewati
R1 juga melewati R2. Sehingga beda potensial pada baterai juga berlaku pada
resistor ekuivalen, ΔV = IR_ekuivalen. Hambatan ekuivalen dari resistor yang
dipasang secara seri adalah penjumlahan dari masing-masing resistor dan selalu
lebih besar dari pada masing-masing resistor.
Gambar 2
Ketika resistor dihubungkan secara paralel, beda potensial pada resistor
akan sama dan hambatan ekuivalen untuk dua atau lebuh resistor yang disusn
secara paralel adalah penjumlahan kebalikan dari masing maisng resistor (Serway,
2014 : 399).

Gambar 3

1. Rangkaian Seri

Rangkaian seri adalah rangkaian alat/komponen listrik yang disusun secara


berurut, disebut juga rangkaian berderet. Rangkaian seri tidak memiliki
percabangan. Dengan kata lain, rangkaian seri adalah rangkaian yang arus
listriknya mengalir hanya pada satu jalur. Rangkaian seri terbentuk jika arus listrik
dihubungkan secara berurut atau berderet. Kutub negatif komponen pertama
dengan kutub positif komponen kedua, kutub negatif komponen kedua dengan
kutub positif komponen ketiga, kemudian diteruskan ke kutub positif komponen
pertama.

Contoh bentuk rangkaian seri sederhana yang menghubungkan tiga buah


lampu dan satu sumber tegangan (baterai):
Gambar 1
Pada rangkaian seri, kuat arus listrik yang mengalir melalui beberapa
hambatan listrik adalah sama besar. Jumlah kuat arus pada rangkaian seri tidak
dipengaruhi oleh nilai hambatan. Jika terdapat beberapa hambatan berbeda yang
dilalui, dalam hambatan mengalir arus yang besarnya sama.

Namun, berbeda dengan arus, tegangan di antara kaki-kaki hambatan yang


disusun secara seri memiliki nilai yang berbeda-beda, bergantung pada nilai
hambatan tersebut.

 Ciri-Ciri Rangkaian Seri

Berdasarkan uraian di atas, maka ciri-ciri khusus rangkaian seri antara lain
sebagai berikut:

1. Komponennya disusun secara berurutan atau berderet

2. Arus listrik mengalir tanpa melalui cabang

3. Arus listrik yang mengalir di berbagai titik dalam rangkaian besarnya sama

4. Tegangan listrik disetiap hambatan nilainya berbeda-beda

 Kelebihan/Keuntungan Rangkaian Seri

Dari sisi penerapan, rangkaian seri memiliki kelebihan atau keutungan, yaitu:

1. Kuat arus listrik yang mengalir pada tiap bagian besarnya sama.

2. Cara pembuatannya mudah karena bentuknya sederhana.


3. Rangkaian seri tidak membutuhkan terlalu banyak komponen karena
pemasangannya secara sejajar.

4. Rangkaian seri membutuhkan kabel yang lebih sedikit sehingga lebih murah.

Oleh karena itu, rangkaian seri pada lampu tepat digunakan pada ruangan atau
area yang yang berukuran besar seperti misalnya gedung perkantoran, gedung
sekolah atau kampus, hotel dan juga bangunan besar lainnya karena penerapannya
yang sangat murah dan praktis.

2. Rangkaian Pararel

Rangkaian paralel adalah salah satu model rangkaian yang dikenal dalam
kelistrikan. Secara sederhana, rangkaian paralel diartikan sebagai rangkaian listrik
yang semua bagian-bagiannya dihubungkan secara bersusun. Akibatnya, pada
rangkaian paralel terbentuk cabang di antara sumber arus listrik. Olehnya itu,
rangkaian ini disebut juga dengan rangkaian bercabang. Dalam rangkaian ini,
semua percabangan yang ada dapat dilalui oleh arus listrik. Di setiap cabang itulah
komponen listrik terpasang, sehingga masing-masing komponen itu memiliki
cabang dan arus tersendiri. Arus tersebut mengaliri semua komponen listrik yang
terpasang secara bersamaan. Rangkaian paralel diperlukan jika kita akan
melakukan pengaturan arus listrik, dengan membagi arus listrik dengan cara
merubah beban yang lewat di tiap percabangan.

 Ciri-ciri dari rangkaian paralel adalah

Semua komponen listrik terpasang secara bersusun atau sejajar. Pada


rangkaian paralel arus yang mengalir pada setiap cabang berbeda besarnya. Setiap
komponen terhubung dengan kutub positif dan kutub negatif dari sumber
tegangan, artinya semua komponen mendapat tegangan yang sama besar.
Sedangkan, hambatan totalnya menjadi lebih kecil dari hambatan tiap-tiap
komponen listriknya. Semuanya dapat ditulis dalam bentuk rumus matematis:
 Kelebihan Rangkaian Pararel adalah

Kelebihan menggunakan rangkaian paralel adalah apabila saklar


dimatikan, maka tidak semua komponen mati kecuali komponen yang
dihubungkan dengan saklar yang dimatikan, misalnya lampu. Selain itu, Jika ada
salah satu cabang atau komponen listrik yang putus atau rusak, maka komponen
yang lain tetap berfungsi. Sebab masih ada cabang lain yang dapat dialiri arus
listrik dan komponen yang tidak rusak itu masih mempunyai hubungan dengan
kedua kutub sumber tegangan. Sedangkan, kelemahan rangkaian paralel adalah
dibutuhkan lebih banyak kabel atau penghantar listrik untuk menyusun seluruh
rangkaian.

 Gambar Rangkaian Paralel

Berikut ini adalah gambar dari beberapa alat listrik yang dirangkai secara
paralel:

Rangkaian Paralel Lampu

Gambar 1
Rangkaian Paralel Baterai
Gambar 1
3. Perbedaan Rangkaian Seri dan Pararel

 Komponen dalam rangkaian seri disusun dalam satu jalur sedangkan


rangkaian pararel disusun dalam beberapa jalur.
 Dalam rangkaian seri arus bersama mengalir melalui semua komponen
rangkaian sedangkan dalam rangkaian pararel jumlah arus berbeda
mengalir melalui setiap cabang rangkaian pararel.
 Dalam rangkaian seri tegangan berbeda berada ada di setiap komponen
rangkaian sedangkan rangkaian pararel tegangan yang sama ada di
beberapa komponen rangkaian.

4. Ampermeter

Amperemeter adalah salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk
mengukur seberapa besar kuat arus listrik yang terdapat pada sebuah rangkaian.
Jika anda menggunakan alat ini, anda akan menjumpai tulisan A dan mA. A
adalah Amperemeter, mA adalah miliamperemeter atau mikroamperemeter. Alat
ukur ini digunakan oleh para teknisi dalam eksekusi alat multitester atau avometer
yang mana merupakan gabungan dari kegunaan amperemeter, ohmmeter, dan juga
voltmeter.

Pembuatan Amperemeter biasanya membutuhkan susunan yang disebut


dengan shunt dan mikroamperemeter. Susunan itu nanti yang berguna dalam
mendeteksi arus yang ada pada rangkaian dengan arus yang kecil, sedangkan
untuk hambatan shunt untuk arus besar. Perlu anda ketahui, alat ini selalu
beroperasi berdasarkan pada gaya Lorentz gaya magnetis. Gaya lorentz ini
ditimbulkan oleh kumparan berlapis medan magnet yang di dalamnya mengalir
arus. Simpangan akan semakin besar seiring meningkatnya arus yang mengalir.

5. Voltmeter

Voltmeter merupakan suatu alat yang dimanfaatkan untuk mengukur tegangan


listrik dalam suatu rangkaian listrik. Umumnya bentuk penyusunan pararel
berdasarkan pada tempat komponen listrik hendak diukur.

Dimana dalam setiap komponen ditemukan tiga buah lempengan tembaga di


dalamnya. Lempengan tersebut dipasangkan diatas Bakelit yang telah dirangkai
dan menyatu dalam tabung plastik atau kaca.

Pada lempengan bagian luar dinamakan anode, sementara itu lempengan


tengah disebut katode. Masing-masing ukuran tabung tersebut kurang lebih 15 cm
x 10 cm. Dari segi desain pun voltmeter tidak jauh berbeda terhadap desain
amperemeter.

Sama halnya dengan hambatan memiliki bentuk sama yakni multiplier, seri,
dan galvanometer. Faktanya, kinerja yang dihasilkan dari alat tersebut lebih baik,
serta senantiasa meningkat ketika sudah ditambahkan multiplier.

Tujuan penambahan multiplier didalam alat dimaksudkan untuk kinerja dan


kemampuannya menjadi berkali-kali lebih besar. Sementara dapat menciptakan
suatu gaya magnet ketika medan magnet dan kuat arus listrik saling berinteraksi.

Gaya magnet tersebut disinyalir untuk menggerakkan jarum. Dari sini


kapasitas arus pada jarum berdasaarkan aliran arus listrik.

6. Cara Melakukan Pengukuran Ampermeter dan Voltmeter

Dalam posisi seri dan pararel cara membaca hasil pengukurannya adalah:

V= skala yang ditunjuk skala maksimal x batas ukur


A= skala yang ditunjuk skala maksimal x batas ukur

BAB II
Percobaan
A. Alat dan Bahan
1. Catu daya = 1 buah

2. Resistor = 3 buah

3. Ampermeter = 1 buah

4. Voltmeter = 1 buah

5. Catu Daya = 1 buah

6. Kabel Penghubung = 6 buah

B. Langkah Percobaan
a. Rangkaian Seri Resistor
1. Mencatat hasil pengukuran nilai resistor yang digunakan.

2. Merangkaikan resistor secara seri.

3. Memberikan tegangan dengan catu daya sebesar 3 volt.

4. Menulis hasil pengukuran kuat arus yang terbaca pada ampermeter (arus
total).

5. Mengukur nilai tegangan pada setiap resistor R1 dan R2 dan R3 dengan


voltmeter

6. Mencatat hasil pengukuran pada table data percobaan

7. Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk tegangan 6V, 9V, dan 12V

b. Rangkaian Pararel Resistor


1. Mencatat hasil pengukuran nilai resistor yang digunakan.

2. Merangkaikan resistor secara pararel.

3. Memberikan tegangan dengan catu daya sebesar 3 volt.


4. Menulis hasil pengukuran kuat arus yang terbaca pada ampermeter (arus
total).

5. Mengukur nilai tegangan pada setiap resistor R1 dan R2 dan R3 dengan


voltmeter.

6. Mencatat hasil pengukuran pada table data percobaan.

7. Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk tegangan 6V, 9V, dan 12V.

c. Rangkaian Kombinasi Resistor


1. Mencatat hasil pengukuran nilai resistor yang digunakan.

2. Membuat rangkaian seperti di bawah ini.

3. Memberikan tegangan dengan catu daya sebesar 3 volt.

4. Menulis hasil pengukuran kuat arus yang terbaca pada ampermeter (arus
total).

5. Mengukur nilai tegangan pada setiap resistor R1 dan R2 dan R3 dengan


voltmeter.

6. Mencatat hasil pengukuran pada table data percobaan.

7. Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk tegangan 6V, 9V, dan 12V.


BAB III

Data dan Analisis Data

A. Data Percobaan
Rangkaian Seri

V (Volt) I ( Ampere) V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) VAE (Volt)

3 1,8 A 0,2 V 0,9 V 1,8 V 3V

6 0,035 V 1,7 V 1,9 V 3,2 V 6,6 V

9 0,05 A 2V 3,6 V 4,6 V 9V

12 0,067 V 2,8 V 3,4 V 6V 12,5 V

Tabel 1

Rangkaian Pararel

V (Volt) VAB (Volt) I1 I2 I3 I (Ampere)


(Ampere) (Ampere) (Ampere)

3V 3V 0,062A 0,05 A 0,03 A 0,142A

6V 6V 0,13 A 0,1 A 0,05 A 0,28 A

9V 9V 0,2 A 0,16 A 0,09 A 0,45 A

12 V 12 V 0,26 A 0,2 A 0,12 A 0,58 A

Tabel 2
Rangkaian Kombinasi

V (Volt) VBC (Volt) VAB (Volt) I (Ampere) I1 I2


(Ampere) (Ampere)

3V 1V 3,2 V 0,024 A 0,012 A 0,01 A

6V 2,2 V 6V 0,046 A 0,026 A 0,02 A

9V 3V 9V 0,068 A 0,036 A 0,03 A

12 V 4V 12 V 0,01 A 0,044 A 0,04 A

Tabel 3
B. Analisis Data
1. Rangkaian Seri

R1=47 Ω

R2=56 Ω

R3=100 Ω

a. V= 3 Volt

Skala yang ditunjuk 18


I= × skala maksimum= × 10=1 , 8 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 20


V 1= × skala maksimum= ×1=0 ,2 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 9


V 2= × skala maksimum= ×10=0 , 9 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 18


V 3= × skala maksimum= ×10=1 ,8 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 30


V AE= × skala maksimum= ×10=3 Volt
Batas ukur 100

b. V= 6 Volt
Skala yang ditunjuk 35
I= × skala maksimum= × 0 , 1=0,035 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 17


V 1= × skala maksimum= ×10=1, 7 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 19


V 2= × skala maksimum= ×10=1 ,9 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 32


V 3= × skala maksimum= ×10=3 , 2Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 66


V AE= × skala maksimum= ×10=6 , 6 Volt
Batas ukur 100

c. V= 9 Volt

Skala yang ditunjuk 50


I= × skala maksimum= × 0 , 1=0 , 05 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 20


V 1= × skala maksimum= ×10=2Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 36


V 2= × skala maksimum= ×10=3 ,6 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 46


V 3= × skala maksimum= ×10=4 ,6 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 90


V AE= × skala maksimum= ×10=9 Volt
Batas ukur 100

d. V= 12 Volt

Skala yang ditunjuk 67


I= × skala maksimum= × 0 , 1=0,067 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 28


V 1= × skala maksimum= ×10=2 ,8 Volt
Batas ukur 100
Skala yang ditunjuk 34
V 2= × skala maksimum= ×10=3 , 4 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 60


V 3= × skala maksimum= ×10=6 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 25


V AE= × skala maksimum= ×50=12 ,5 Volt
Batas ukur 100

2. Rangkaian Pararel

R1=47 Ω

R2=56 Ω

R3=100 Ω

a. V= 3 Volt

Skala yang ditunjuk 30


V AB= × skala maksimum= ×10=3 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 62


I 1= × skalamaksimum= × 0 ,1=0,062 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 50


I 2= × skalamaksimum= × 0 ,1=0 , 05 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 30


I 3= × skalamaksimum= × 0 , 1=0 , 03 Ampere
Batas ukur 100

I Total =I 1 + I 2+ I 3=0,062+ 0 , 05+0 , 03=0,142 Ampere

b. V= 6 Volt

Skala yang ditunjuk 60


V AB= × skala maksimum= ×10=6 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 13


I 1= × skalamaksimum= × 1=0 , 13 Ampere
Batas ukur 100
Skala yang ditunjuk 10
I 2= × skalamaksimum= × 1=0 , 1 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 5


I 3= × skalamaksimum= × 1=0 , 05 Ampere
Batas ukur 100

I Total =I 1 + I 2+ I 3=0 ,13+ 0 ,1+0 ,05=0 , 28 Ampere

c. V= 9 Volt

Skala yang ditunjuk 18


V AB= × skala maksimum= ×50=9 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 20


I 1= × skalamaksimum= × 1=0 , 2 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 16


I 2= × skalamaksimum= × 1=0 , 16 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 9


I 3= × skalamaksimum= × 1=0 , 09 Ampere
Batas ukur 100

I 1+ I 2 + I 3=0 , 2+0 , 16+0 , 09=0 , 45 Ampere

d. V= 12 Volt

Skala yang ditunjuk 24


V AB= × skala maksimum= ×50=12Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 26


I 1= × skalamaksimum= × 1=0 , 26 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 20


I 2= × skalamaksimum= × 1=0 , 2 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 12


I 3= × skalamaksimum= × 1=0 , 12 Ampere
Batas ukur 100

I 1+ I 2 + I 3=0 , 26+0 , 2+0 , 12=0 , 58 Ampere

3. Rangkaian Kombinasi
R1=47 Ω

R2=56 Ω

R3=100 Ω

a. V= 3 Volt

Skala yang ditunjuk 10


V BC = × skala maksimum= ×10=1 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 32


V AB= × skala maksimum= ×10=3 , 2Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 24


I= × skala maksimum= × 0 , 1=0,024 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 12


I 1= × skalamaksimum= × 0 ,1=0,012 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 10


I 2= × skalamaksimum= × 0 ,1=0 , 01 Ampere
Batas ukur 100

b. V= 6 Volt

Skala yang ditunjuk 22


V BC = × skala maksimum= ×10=2 , 2Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 60


V AB= × skala maksimum= ×10=6 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 46


I= × skala maksimum= × 0 , 1=0,046 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 26


I 1= × skalamaksimum= × 0 ,1=0,026 Ampere
Batas ukur 100
Skala yang ditunjuk 20
I 2= × skalamaksimum= × 0 ,1=0 , 02 Ampere
Batas ukur 100

c. V= 9 Volt

Skala yang ditunjuk 6


V BC = × skala maksimum= ×50=3 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 18


V AB= × skala maksimum= ×50=9 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 68


I= × skala maksimum= × 0 , 1=0,068 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 36


I 1= × skalamaksimum= × 0 ,1=0,036 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 30


I 2= × skalamaksimum= × 0 ,1=0 , 03 Ampere
Batas ukur 100

d. V= 12 Volt

Skala yang ditunjuk 8


V BC = × skala maksimum= ×50=4 Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 24


V AB= × skala maksimum= ×50=12Volt
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 10


I= × skala maksimum= × 0 , 1=0 , 01 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 44


I 1= × skalamaksimum= × 0 ,1=0,044 Ampere
Batas ukur 100

Skala yang ditunjuk 40


I 2= × skalamaksimum= × 0 ,1=0 , 04 Ampere
Batas ukur 100
Perbandingan V pada Rangkaian Seri
7

6
V1 pada
Rangkaian Seri
5 (R = 47 Ohm)

4 V2 pada
Rangkaian Seri
3 (R = 56 Ohm)

2 V3 pada
Rangkaian Seri
(R = 100 Ohm)
1

0
3 6 9 12

Grafik 1
Grafik 2

Grafik 3
BAB IV

Pembahasan
Pada percobaan kami yang berjudul “Ampermeter dan Voltmeter
Rangkaian DC” dengan capaian pembelajaran mata kuliah untuk mempelajari
konsep dari rangkaian seri dan pararel, mempelajari menggunakan ampermeter
dan voltmeter dalam rangkaian seri dan pararel serta mengukur nilai kuat arus dan
tegangan listrik dalam rangkaian seri dan pararel pada rangkaian. Dengan masing-
masing tegangan mempunyai kuat arus mulai dari 3V, 6V, 9V, 12V.

Pada percobaan pertama, mengukur arus dan tegangan pada rangkaian seri.
Hasil yang diperoleh arus sumber pada rangkaian seri lebih kecil daripada
rangkaian pararel yaitu 1,8 A pada catu daya 3 V, 0,035 A pada catu daya 6 V,
0,05 A pada catu daya 9 V, 0,067 A pada catu daya 12 V. Hal ini disebabkan pada
rangkaian seri semua resistor dijumlahkan sehingga hambatan total pada
rangkaian sangat besar dan menyebabkan arus yang mengalir pada rangkaian
sangat kecil, berdasarkan teori arus berbanding terbalik dengan hambatan.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai tegangan pada masing-masing
resisistor R1 (47Ω), R2 (56Ω), R3 (100Ω) berturut-turut. Yaitu V 1=0,2 V, V2= 0,9
V, V3=1,8 V, dan V total 3 V pada percobaan dengan catu daya menunjukkan
tegangan 3 V.

Pada catu daya 6 V diperoleh V1=1,7 V, V2=1,9 V, V3=3,2 V, dengan V


total 6,6 V. Pada catu daya 9 V diperoleh V 1=2 V, V2=3,6 V, V3=4,6 V, dengan V
total 9 V. Pada catu daya 12 V diperoleh V 1=2,8 V, V2=3,4 V, V3=6 V, dengan V
total 12,5 V.

Pada percobaan rangkaian kedua, yaitu mengukur arus dan tegangan pada
rangkaian pararel. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh V AB sebesar 3 V,
I1=0,062 A, I2=0,05 A, I3=0,03 A, dan I total 0,142 A. Pada percobaan dengan
catu daya 6 V diperoleh VAB sebesar 6 V, I1=0,13 A, I2=0,1 A, I3=0,05 A, dan I total
0,28 A. Pada percobaan catu daya 9 V diperoleh V AB=9 V, I1=0,2 A, I2=0,16 A,
I3=0,12 A, dan I total 0,45 A. Pada percobaan catu daya 12 V diperoleh V AB
sebesar 12V, I1=0,26 A, I2=0,2 A, I3=0,12 A, dan I total 0,58 A. Arus total pada
rangkaian pararel lebih besar dari pada rangkaian seri, hal ini disebabkan
rangkaian pararel semua resisiror dijumlahkan kebalikan dari masing-masing
resistor sehingga hambatan total pada rangkaian kecil dan menyebabkan arus yang
mengalir lebih besar dibandingkan rangkaian seri, berdasarkan teori arus
berbanding terbalik dengan hambatan.

Pada percobaan ketiga rangkaian kombinasi (seri dan pararel) pada


tegangan catu daya 3 V, 6 V, 9 V, 12 V didapatkan V BC berturut-turut 1 V, 2,2 V,
3 V, dan 4 V. Pada pengukuran VAB didapatkan hasil berturut-turut 3,2 V, 6 V, 9
V, 12 V. Dan didapatkan I total berturut-turut 0,024 A, 0,046 A, 0,068 A, 0,01 A.
Dengan I1=0,012 A, I2=0,01 A pada catu daya 3 V. Pada catu daya 6 V didapatkan
I1=0,026 A, I2=0,02 A. Pada catu daya 9 V didapatkan I 1=0,036 A, I2=0,03 A.
Pada catu daya 12 V didapatkan I 1=0,044 A, I2=0,04 A. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa arus pada VAB terdapat R1 dan R2 yang memiliki nilai yang
berturut-tutut 47Ω dan 56Ω, pada VBC terdapat R3 dengan nilai 100Ω. Hal ini
sesuai dengan hukum kirchoff pada percabangan, dimana arus masuk sama
dengan arus keluar. Serta sesuai dengan persamaan V=R1 semakin besar R maka
V akan semakin besar pula.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan tampak pada grafik yabg kami
sajikan didapatkan keaimpulan bahwa pada grafik pertama ( perbandingan v pada
rankaian seri) didapatkan hasil bahwa V3 memiliki nilai paling tinggi
menggunakan resistor 100 ohm , pada V2 menggunakan resistor 56 ohm dan v1
menggunakan Resistor 47 ohm.

Pada grafik kedua merupakan grafik perbandingan I pada rangkaian


parallel didapatkan I, dengan nilai paling tinggi dengan R 47 Ohm, lalu kedua I2,
dengan R 56 ohm dan yang terakhir 13 dengan R paling rendah yaitu 100 ohm.
Percobaan ini sesuai teori bahwa semakin kecil R maka l yang didapatkan
semakin besar dan sebaliknya.

Pada Grafik Ketiga yaitu grafik Perbandingan V dan I pada Rangkaian


Kombinasi. Didaptkan hasil bahwa VBC lebih besar dari VAB, karena pada VBC
memiliki R yang lebih besar yaitu penjumlahan dari R, dan R ₂ yang meiliki nilai
berturut-turut 47ohm dan 100 ohm Sedang pada VAb hanya terdapat satu R yang
memiliki nilai 56 ohm.

Pada Grafik keempat (Perbandingan I total) dan grafik kelima


(perbandingan V total) didapatkan hwsil bahwa I tertinggi pada rangakaian
parallel, lalu kombinasi dan yang terakhir berasal dari rangkaian seri. Hal ini
dikarenakan pada rangkaian seri I memiliki nilai yang sama karena jumlah arus
listrik akan mengalir ke semua komponan pada Rangkaian, sedangkan pada
rangkaian parallel I merupakan penjumlahan arus yang mengalir dari setiap
komponen. Sedang pada perbandingan V paling tinggi didapat pada Rangkaian
Seri diikuti Rangkaian Paralel dengan selisih yang tidak banyak lalu yang terakhir
adalah rangkaian Kombinasi.

Dari semua percobaan yang kami lakukan telah sesuai dengan teori,
kemungkinan kesalahan percobaan dan observasi data yang didapat tidak bisa
sepenuh nya benar dan sesuai dengan teori. Kesalahan dalam membaca data, serta
ketelitian alat yang juga berpengaruh membuat data menjadi tidak akurat
sepenuhny . Dalam percobaan ini kami melakukan percobaan tunggal karena
waktu yang tidak mencukupi utuk melakukan pengukuran berulang . maka
kemugkinan kesalahan data kemungkinan dapat terjadi.

BAB V

Penutup
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-peenjelasan yang ada pada makalah ini maka simpulan yang
dapat diambil adalah sebagi berikut:

1. Arus listrik adalah gerakan atau muatan arus listrik. Arus listrik merupakan
banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Besar kuat arus adalah

I=Q

Dimana I adalah kuat arus, Q adalah muatan listrik, dan T adalah waktu.

Satuan kuat arus adalah ampere.

2. Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltase) adalah perbedaan potensi


listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik, dinyatakan dalam satuan volt. Besar
tegangan suatu listrik :
V= I .R

Di mana : V = tegangan listrik (volt)

I = kuat arus (ampere)

R = hambatan (ohm)

3. Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu


komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya.
Hambatan listrik dapat dirumuskan sebagai berikut:

R=V

di mana V adalah tegangan dan I adalah arus.

Satuan SI untuk Hambatan adalah Ohm (R).

4. Untuk mengukur kuat arus kita dapat menggunakan ammeter yang


dihubungkan secara seri pada rangkaian. Untuk mengukur tegangan/beda
potensial kita dapat menngunakan voltmeter yang duhubungkan secara parallel
pada rangkaian. Dan untuk mengukur hambata kita dapat menggunakan ohmmeter
serta rangkaian tertututup yang terdiri dari voltmeter dan ammeter.

B. Saran
Avometer merupakan alat ukur listrik yang sangat sering digunakan maka
dari itu saya menyarankan agar alat itu dirawat sebaik-baiknya, jangan
menggunakan alat itu dengan sembarangan, gunakanlah dengan benar dansesuai
dengan fungsinya.

Kepada semua pihak yang terutama pada guru pembimbing mata pelajaran
alat ukur ibu fida nur irawati yang telah memberikan kritik dan saran keritik
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini terutama kami ucapkan Terima
Kasih.
Daftar Pustaka
Serway, R.A. and Jewett, J.W. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta :
Salemba.

Laporan Fisika Dasar - Amperemeter Dan Voltmeter Dalam Rangkaian Listrik


Searah (Dc).

Amperemeter Dan Voltmeter Dalam Rangkaian Listrik Searah (Dc).

Laporan Fisika Dasar

laporan Amperemeter Dan Voltmeter Dalam Rangkaian Listrik Searah (Dc)..

landasan teori Amperemeter Dan Voltmeter Dalam Rangkaian Listrik Searah


(Dc)..

ACARA II - Amperemeter Dan Voltmeter Dalam Rangkaian Listrik Searah (Dc).


Lampiran

L1: Resistor Pada Papan Rangkaian


L2: Kabel Penghubung

L3: Jembatan Penghubung


L4: Basic Meter

L5: Catu Daya


L6: Rangkaian Seri

L7: Rangkaian Paralel


L8: Rangkaian Kombinasi

Anda mungkin juga menyukai