Anda di halaman 1dari 8

Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)

Vol.2, No.1, April 2018


E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

KONSELING KARIR KELOMPOK COGNITIVE INFORMATION PROCESSING UNTUK


MENINGKATKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA
1)
Resi Gusti Nurrega , Hepi Wahyuningsih, Uly Gusniarti

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia


resigusti@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konseling karir kelompok cognitive information
processing untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa. Penelitian ini
menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Partisipan dalam penelitian ini adalah 16
orang siswa kelas XI di SMAN “X” Yogyakarta yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berusia 17
tahun dan dibagi dalam dua kelompok. Setelah dilakukan proses random, maka terpilih satu kelompok
(n=8) sebagai kelompok eksperimen dari SMAN ”X” yang menerima perlakuan berupa konseling karir
kelompok CIP. Satu kelompok lainnya (n=8) sebagai kelompok kontrol. Skala career thought inventory
yang dibuat sendiri oleh peneliti yang dipergunakan sebagai alat ukur. Uji hipotesis menggunakan
analisis non-parametrik berupa Mann Whitney U Test untuk menguji perbedaan nilai berdasarkan
kelompok, yaitu eksperimen dan kontrol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konseling karir kelompok
berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa (Z = -3,313, p =
0,000, dimana p < 0,05).

Kata kunci: Pengambilan keputusan karir, Cognitive Information Processing, Konseling karir.

COGNITIVE INFORMATION PROCESSING’S GROUP CAREER COUNSELING TO


INCREASE CAREER DECISION MAKING SKILL OF STUDENTS

ABSTRACT
The study examined the influence of cognitive information processing’s group career counseling to
increase career decision making skill of students. This study uses pretest-posttest control group designs.
The participants were 16 senior high school students from SMAN “X” Yogyakarta. They were men and
women aged 17 years old, and classified into two groups. One group (n = 8) received cognitive
information processing’s group career counseling as experimental group and the other (n = 8) as
controlled group. Participants were ass using career thought inventory that created by researchers based
on career thought inventory’s concept of Peterson.The results of hypothesis test using non-parametric
analyzes such as Mann Whitney U Test to examine the difference in value based on the group, namely
the experimental and control. This suggests that there are significant differences in the implementation of
post-test between the experimental and control group. By using mann whitney, the result concluded that
cognitive information processing’s group career counseling was significantly affecting the increase career
decision making skill of students (Z = -3,313, p = 0,000, where p < 0,05).

Keywords: Career Decision Making, Cognitive Information Processing, Career Counseling.

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 127
Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)
Vol.2, No.1, April 2018
E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

PENDAHULUAN Tabel 1. Hasil Survei di SMAN “X” Yogyakarta


N Prosentase
Perkembangan karir pada masa remaja
disebut tahap pertumbuhan, pada usia 14 sampai Bimbingan karir Sudah Cukup 33%
15 tahun dan tahap eksplorasi, pada usia 16 yang dilakukan 31 siswa
sampai 19 tahun (Super dalam Sharf, 2006). oleh sekolah Belum Cukup 67%
Selama tahun-tahun SMA, siswa membuat 63 siswa
keputusan karir penting (misalnya, Jumlah 94 siswa 100%
menyelesaikan SMA, mencari pekerjaan vs
mengejar pendidikan lebih lanjut) yang akan pasti Informasi karir Sudah Cukup 11,71%
mempengaruhi aspirasi karir mereka, rencana, yang dimiliki 11 siswa
dan tujuan (McWhirter, Rasheed, & Crothers Belum cukup 88,29%
dalam Gushue, 2006).Taveira (Witko, 2005) 83 siswa
mengatakan bahwa proses eksplorasi karir dan Jumlah 94 siswa 100%
pengambilan keputusan dapat menjadi waktu
yang sangat menegangkan dalam kehidupan
Berdasarkan tabel di atas dapat
remaja. Dalam reaksi terhadap stres ini, remaja
disimpulkan bahwa sebanyak 67% dari 94 siswa
mungkin mencoba untuk menempatkan tanggung
kelas XI merasa bimbingan karir yang diberikan
jawab untuk membuat keputusan karir ke orang
oleh sekolah belum cukup. Sedangkan 33%
lain dan bahkan mungkin menunda atau
lainnya merasa sudah cukup. Selain itu, sebanyak
menghindari membuat pilihan, yang pada 88,29% dari 94 siswa kelas XI merasa
akhirnya dapat menyebabkan pengambilan
kekurangan informasi karir. Sedangkan, 11,71%
keputusan yang optimal (Gati & Saka dalam
lainnya merasa telah memiliki informasi karir yang
Germeijs dan Verchueren, 2006).
cukup. Menurut Gati dan Saka (Germeijs dan
Sebagian besar dari Siswa SMA belum
Verchueren, 2006) bahwa fenomena yang peneliti
mampu untuk memilih dan memutuskan arah sampaikan diatas merupakan salah satu bentuk
pilihan karir ke depan disebabkan oleh kurangnya ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.
pengetahuan tentang jurusan atau program studi
Blum dan Balinsky (1970) berpendapat
yang akan dipilih ketika lulus SMA nanti, serta
bahwa terdapat tiga metode bimbingan karir, yaitu
pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan bakat
tes psikologi, konseling, dan pelatihan. Intervensi
dan kemampuannya (Fasha, dkk, 2015). Hal
dalam proses perkembangan karir yang sangat
tersebut sejalan kondisi di SMAN “X” Yogyakarta efektif untuk membantu dalam mengarahkan karir
bahwa mayoritas siswa kelas XI sampai saat ini
pada anak dan remaja, antara lain konseling karir
masih bingung terhadap minat serta bakat yang
individu, konseling karir kelompok, kurikulum karir
mereka miliki. Sehingga mereka belum memiliki
berbasis kelas, dan pendidikan karir (Brown dan
gambaran yang jelas mengenai kesesuaian karir.
Lent, 2005). Brown dan Lent (2005) menyatakan
Sedangkan untuk siswa kelas XII masih banyak
bahwa salah satu intervensi yang tepat untuk
yang mengalami kesulitan dalam memilih jurusan diberikan pada usia remaja adalah konseling karir
kuliah hingga waktu menjelang ujian nasional.
kelompok. Menurut Herr, Cramer dan Niles
Berdasarkan wawancara yang diperoleh
(Sharf, 2006) tujuan dari konseling kelompok karir
dari guru BK SMAN “X” Yogyakarta, didapatkan
adalah membantu klien dalam mengeksplorasi
data bahwa selama ini guru belum memberikan
tentang kejuruan dan membuat keputusan karir.
bimbingan karir secara maksimal kepada para
Myrick (1993) percaya bahwa menggunakan
siswa. Pemberian informasi terkait karir hanya konseling kelompok dengan siswa SMA adalah
diberikan di dalam kelas kepada seluruh siswa.
layanan yang sangat baik yang dapat disediakan
Para guru tidak menyediakan layanan khusus
oleh konselor. Pengakuan bahwa rekan-rekan
yang berhubungan dengan karir, baik dalam
mereka menghadapi masalah yang sama dan
bentuk konseling individual maupun kelompok.
ketidakpastian dapat membantu siswa
Hal tersebut di latarbelakangi oleh minimnya jam memperoleh perspektif yang berbeda tentang
yang diberikan kepada guru BK untuk masuk ke kekhawatiran mereka sendiri, dan dapat
kelas. Selain melakukan wawancara dengan guru
mendorong lebih kemandirian dan inisiatif pada
serta beberapa siswa di kelas XI dan kelas XII,
bagian mereka dalam mencari informasi yang
peneliti juga melakukan survei melalui blanko
akhirnya dapat menyebabkan untuk lebih sukses
kepada 94 siswa kelas XI.
dalam pengambilan keputusan mereka (Isaacson
Hasil dari survei tersebut dapat dilihat pada & Brown dalam Giallombardo, 2005).
tabel di bawah ini:
Peneliti memilih untuk memberikan
intervensi dalam bentuk konseling kelompok
menggunakan pendekatan cognitive information

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 128
Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)
Vol.2, No.1, April 2018
E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

processing untuk siswa kelas XI SMA. CIP nilai-nilai, minat, keterampilan, dan situasi
mendalilkan bahwa pengambilan keputusan karir keluarga.
yang efektif hanya dapat terjadi bila kognisi 3. Synthesis (Sintesis)
disfungsional juga dibahas (Sampson, dkk dalam Individu melakukan kegiatan yang
Mcclair, 2010). Hasil penelitian disertasi yang membantu mereka mempersempit pilihan
dilakukan oleh Perry (2012) membuktikan bahwa mereka. Pada proses ini individu
dampak dari intervensi kelompok karir mempertimbangkan banyak solusi yang
menggunakan cognitive information processing memungkinkan.
(CIP) mampu meningkatkan kemampuan 4. Valuing (Penilaian)
pengambilan keputusan karir dan pemecahan Individu mempertimbangkan tiga sampai
masalah pada mahasiswa. Selain itu, hasil lima pilihan yang telah dihasilkan dan
penelitian dari Lenz, dkk (2009) menggambarkan dipertimbangkan kelebihan serta kekurangan
bahwa konseling karir menggunakan teori masing-masing. Dalam proses ini, individu
cognitive information processing (CIP) dapat membuat urutan pilihan tentatif pertama,
menuntun keputusan tentang mengintegrasikan kedua maupun pilihan ketiga sebagai
karir dan kesehatan mental. cadangan.
5. Execution (Eksekusi)
Pengambilan Keputusan Karir Pada fase ini, individu merumuskan dan
Pengambilan keputusan merupakan berkomitmen untuk membuat rencana aksi
pengubahan pilihan menjadi langkah-langkah untuk menerapkan pilihan tentatif mereka.
tindakan tertentu (Sampson, dkk dalam Perry,
2012). Brown & Brooks (Rowland, 2004)
mendefinisikan pengambilan keputusan karir
sebagai sebuah proses pemikiran seseorang
dalam mengintegrasikan atau menggabungkan
pengetahuan tentang dirinya dengan
pengetahuan suatu pekerjaan untuk membuat
pilihan berkaitan dengan karir. Pengambilan
keputusan karir adalah proses yang kompleks
dan beberapa remaja mungkin mengalami
kesulitan yang mencegah mereka dari membuat
keputusan karir atau kurang optimal dalam
membuat keputusan (Gati dan Saka dalam
Germeijs dan Verchueren, 2006).

Karakteristik Pengambilan Keputusan Karir


Peterson, Sampson, dan Reardon (Sharf,
2006) mengungkapkan karakteristik dari
Gambar 1. A guide to good decision making
pengambilan keputusan karir yang baik dan
dikenal dengan akronim CASVE cycle
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
(comunication, analysis, synthesis, valuing, dan
Pengambilan Keputusan Karir
execution).
1. Communication (Komunikasi) Winkel dan Hastuti (2006) menjelaskan
mengenai faktor yang mempengaruhi
Proses komunikasi dimulai ketika individu
pengambilan keputusan karir seseorang, yaitu
mendapatkan input dalam diri mereka sendiri
faktor internal yang mencakup nilai-nilai
atau dari lingkungan. Individu menyadari
kehidupan, taraf Inteligensi, bakat khusus, minat,
bahwa mereka perlu membuat keputusan
sifat-sifat, pengetahuan, keadaan jasmani dan
karir melalui pikiran dan perasaan mereka
faktor eksternal yang mencakup masyarakat,
sendiri (internal) serta melalui peristiwa
keadaan sosial ekonomi negara atau daerah,
komunikasi dari orang lain dalam kehidupan
SES keluarga, seluruh anggota keluarga besar
mereka (ekstrenal) (Patton dan McMahon,
maupun keluarga inti, pendidikan sekolah,
2001).
2. Analysis (Analisis) pergaulan dengan teman sebaya, dan untutan
yang melekat pada masing-masing jabatan atau
Proses analisis adalah ketika individu
program studi.
mencoba untuk mengumpulkan dan
memahami semua informasi yang relevan
terkait dengan pilihan mereka (Patton dan
McMahon, 2001). Individu memerika kembali

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 129
Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)
Vol.2, No.1, April 2018
E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

Konseling Karir Kelompok Cognitive Konselor menilai kesiapan klien untuk


Information Processing (CIP) penyelesaian masalah dan pengambilan
Pendekatan Cognitive Information keputusan dan memberikan instrumen untuk
Processing (CIP) untuk aplikasi konseling karir melakukan skrining, misalnya menggunakan
membutuhkan pemahaman tentang teori proses Career Inventory Thoughts (CTI).
informasi kognitif (Tan, 2004). Sampson, 3. Step 3: Define problem and analyze causes
Peterson, Reardon, dan Lenz (Atta, dkk, 2013) Konselor dan klien mendefinisikan dan
menjelaskan bahwa pemecahan masalah karir mengklarifikasi permasalahan, sehingga
dan pengambilan keputusan karir yang efektif klien dapat mengembangkan tujuannya.
memerlukan pengolahan informasi yang efektif 4. Step 4: Formulate goals
yang mencakup pengetahuan diri, pengetahuan Konselor dan klien berkolaborasi dalam
kerja, keterampilan pengambilan keputusan, dan membangun tujuan klien berdasarkan
keterampilan pengolahan eksekutif. Pendekatan pemeriksaan masalah karir pada tahap
perkembangan karir dari teori cognitive sebelumnya. Tujuan yang dibuat akan
information processing diilustrasikan menjadi dasar dari individual learning plan di
menggunakan piramida pemrosesan infromasi tahap selanjutnya.
dari Robert Stenberg dalam memahami inteligensi 5. Step 5: Develop individual learning plan
manusia (Sharf, 2006). Berikut merupakan Konselor membantu klien dalam
gambar domain piramida pemrosesan informasi mengembangkan rencana pembelajaran
dalam pengambilan keputusan karir: individual (ILP) yang akan mengidentifikasi
sumber daya dan layanan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan yang tertera pada ILP
tersebut.
6. Step 6: Complete the individual learning plan
Dengan bantuan konselor, klien
menindaklanjuti rencana pembelajaran
individual yang terintegrasi dengan siklus
CASVE.
7. Step 7: Summarize review and generalization
Setelah klien menyelesaikan ILP, konselor
dan klien mengulas dan mendiskusikan
kemajuan dari tahap-tahap sebelumnya.
Ulasan yang dilakukan fokus pada
kemampuan belajar dalam penyelesaian
masalah dan kemampuan pengambilan
keputusan karir.
Gambar 2. Pyramid of Information Processing HIPOTESIS PENELITIAN
Domains in Career Decision Making Hipotesis yang diajukan dala penelitian ini
adalah terdapat pengaruh pemberian konseling
Peterson, Sampson dan Reardon karir kelompok dengan menggunakan pendekatan
menjelaskan tentang pendekatan cognitive cognitive information processing (CIP) terhadap
information processing (CIP) ini didasarkan pada peningkatan kemampuan pengambilan keputusan
premis bahwa konseling karir harus lebih fokus karir pada siswa SMA.
pada membantu individu mengembangkan
kemampuan untuk membuat keputusan karir
METODE
bijaksana (Hornyak, 2007). Melalui penggunaan
piramida pengolahan informasi dan siklus Subjek Penelitian
CASVE, konselor dan siswa dapat bekerja sama Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
untuk menerapkan restrukturisasi kognitif (Perry, kelas XI SMA yang telah berusia 17 tahun,
2012). Berikut merupakan penjelasannya: berjenis berjenis kelamin laki-laki maupun
1. Step 1: Initial Interview perempuan, serta memiliki tingkat kemampuan
Pengumpulan informasi tentang konteks pengambilan keputusan karir pada kategori
permasalahan karir klien. Konselor rendah-sedang.
membangun hubungan dengan klien,
menjelaskan domain piramida pengolahan Metode Pengumpulan Data
informasi dan siklus CASVE. Metode pengumpulan data dalam
2. Step 2: Preliminary assessment penelitian ini berupa skala yang berisi butir-butir

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 130
Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)
Vol.2, No.1, April 2018
E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

pernyataan yang akan dijawab oleh subjek Tabel 2. Deskripsi statistik perbandingan
penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian pretest-posttest kelompok eksperimen dan
ini adalah career thought inventory kelompok kontrol.

Skala Career Thought Inventory (CTI) Descriptive Statistics


Skala career thought inventory ini
dirancang oleh peneliti berdasarkan konsep Group Mean Std. N
career thought inventory dari Peterson, dkk Deviation
(Sharf, 2006). Koefisien reliabilitas skala CTI ini Pretest Eksperimen 85.00 5.928 8
adalah 0,904, sedangkan koefisien validitasnya Kontrol 86.50 4.690 8
bergerak pada angka 0,308 – 0,597.
Posttest Eksperimen 103.13 7.827 8
Prosedur Penelitian Kontrol 82.63 4.658 8
1. Persiapan Penelitian
Peneliti mendapatkan surat izin penelitian Followup Eksperimen 101.87 7.039 8
dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Kontrol 82.00 3.854 8
Budaya Universitas Islam Indonesia untuk
disampaikan kepada pihak terkait.
2. Penyusunan rancangan penelitian dan Tabel di atas menunjukkan bahwa pada
Pembuatan Pedoman saat pelaksanaan prates, pascates, dan tindak
Intervensi yang digunakan berupa lanjut, terdapat perbedaan nilai mean antara
konseling karir kelompok cognitive information kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
processing. Konseling ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan pengambilan Uji Hipotesis
keputusan karir siswa yang dilakukan melalui Uji hipotesis non-parametrik yang akan
proses pengolahan informasi kognitif yang dilakukan adalah Mann Whitney U Test. Uji non-
relevan dengan pilihan karir yang diminati. parametrik ini digunakan dengan pertimbangan
Pedoman konseling karir kelompok cognitive jumlah subjek penelitian yang terbatas.
information processing ini dirancang oleh
peneliti berdasarkan seven-step delivery Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis
sequnce oleh Peterson, dkk (2006).
3. Penyusunan alat ukur dan uji coba alat ukur Data Z P Keterangan
Penelitian ini menggunakan alat ukur Prates -0,526 0,645 Tidak
berupa skala career thought inventory yang Signifikan
terdiri dari 38 aitem. Setelah diujicobakan Pascates -3,313 0,000 Signifikan
kepada 207 siswa SMA kelas XI – XII, jumlah Tindak lanjut -3,363 0,000 Signifikan
aitem menjadi 20. Penyusunan skala ini
dibuat oleh peneliti berdasarkan konsep Hasil analisis Mann Whitney yang telah
career thought inventory dari Peterson, dkk dilakukan pada data prates menunjukkan bahwa
(Sharf, 2006). nilai Z = -0,526 dan p = 0,645 (p > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara
Metode Analisis Data kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Metode analisis data yang digunakan pada saat pelaksanaan prates. Hasil ini dianggap
berupa metode statistik dengan teknik analisis wajar mengingat kondisi awal subjek pada kedua
non-parametrik Mann Whitney U Test dengan kelompok memang diharapkan sama atau tidak
bantuan program SPSS 17.00 for windows ada perbedaan. Kemudian hasil analisis yang
dilakukan pada data pascates menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa nilai Z = -3,313 dan p = 0,000 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pada
Deskripsi Data Penelitian saat pelaksanaan pascatesantara kelompok
Data dalam penelitian ini mendeskripsikan eksperimen dengan kelompok kontrol. Kondisi
16 subjek penelitian yang terdiri atas 6 subjek yang sama juga terjadi pada data tindak lanjut,
kelompok eksperimen dan 8 subjek kelompok dimana nilai Z = -3,363 dan p = 0,000 (p < 0,05).
kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari 4 orang Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
laki-laki dan 4 orang perempuan, sedangkan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kelompok kontrol terdiri dari 5 orang laki-laki dan kontrol pada pelaksanaan tindak lanjut. Maka
3 orang perempuan. dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini diterima, yaitu terdapat pengaruh

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 131
Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)
Vol.2, No.1, April 2018
E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

konseling karir kelompok cognitive information yang ingin dilakukannya. Adapun faktor-faktor
processing terhadap peningkatkan kemampuan yang mempengaruhi keputusan karir seseorang
pengambilan keputusan pada siswa. adalah faktor internal (nilai-nilai, taraf inteligensi,
bakat, minat, sifat-sifat, pengetahuan, dan
Pembahasan keadaan jasmani) dan faktor eksternal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (masyarakat, keadaan sosial ekonomi negara/
meningkatkan kemampuan pengambilan daerah, status sosial ekonomi keluarga, seluruh
keputusan karir siswa di SMAN “X” Yogyakarta anggota keluarga besar maupun keluarga inti,
melalui konseling karir kelompok cognitive pendidikan sekolah, pergaulan teman sebaya,
information processing. Hasil penelitian dan tuntutan jabatan/ program studi) (Winkel dan
menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang Hastuti, 2006).
signifikan pada skor kemampuan pengambilan Symes (Giallombardo, 2005) menemukan
keputusan karir pada kelompok eksperimen dan bahwa konseling kelompok karir menyediakan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen kesempatan bagi individu untuk belajar informasi
mengalami perubahan skor yang lebih besar tentang diri mereka sendiri, memperoleh
setelah mendapatkan konseling karir kelompok pengetahuan dan keterampilan tentang proses
cognitive information processing dibandingkan pengambilan keputusan karir. Berdasarkan hasil
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan analisis kualitatif observasi dan wawancara,
konseling karir kelompok cognitive information didapatkan data bahwa setelah mengikuti
processing. konseling karir kelompok, responden menjadi
Hasil penelitian ini sekaligus memperkuat lebih mampu mempertimbangkan faktor internal
penelitian sebelumnya terkait intervensi kelompok dan faktor eksternal dengan mengolah informasi
karir menggunakan pendekatan cognitive yang telah didapatkan dalam proses pengambilan
information processing. Perry (2012) keputusan karirnya. Responden telah melalui
membuktikan bahwa dampak dari intervensi proses pemahaman diri, pemahaman terkait karir,
kelompok karir menggunakan cognitive serta meningkatkan keterampilan mereka dalam
information processing (CIP) mampu memilah informasi yang mereka miliki sehingga
meningkatkan kemampuan pengambilan mampu membuat prioritas pilihan.
keputusan karir dan pemecahan masalah pada Melalui proses menganalisa dan
mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian dari Lenz, mensintesa, responden mampu memformulasikan
dkk (2009) menggambarkan bahwa konseling tujuan dan menyusun langkah-langkah dalam
karir menggunakan teori cognitive information pencapaiannya. Hal tersebut didukung oleh
processing (CIP) dapat menuntun keputusan pendapat Sampson, Peterson, Reardon, dan
tentang mengintegrasikan karir dan kesehatan Lenz (Atta, dkk, 2013) bahwa pemecahan
mental. masalah karir dan pengambilan keputusan karir
Berdasarkan hasil analisis kualitatif yang efektif memerlukan pengolahan informasi
wawancara yang dilakukan pada responden, yang efektif yang mencakup pengetahuan diri,
didapatkan data bahwa peserta menjadi lebih pengetahuan kerja, keterampilan pengambilan
yakin dalam melakukan keputusan karir dan keputusan, dan keterampilan metakognisi.
kecemasan mereka terkait masa depan menurun Pyle (Giallombardo, 2005) mengemukakan
seiring dengan keyakinan mereka yang bahwa konseling karir kelompok menyediakan
meningkat. Hal tersebut serupa dengan hasil sejumlah keuntungan tertentu termasuk biaya dan
penelitian tesis yang dilakukan oleh Giallombardo efektivitas waktu, meningkatkan kesempatan
(2005) membuktikan bahwa rasa cemas dan untuk umpan balik pribadi, penurunan rasa
gugup dalam mengambil keputusan karir isolasi, memfasilitasi pengalaman afektif dan
mengalami penurunan pada kelompok yang belajar kognitif, serta peningkatan eksplorasi diri.
menerima konseling karir kelompok. Hal tersebut Berdasarkan hasil analisa kualitatif
mengindikasikan bahwa konseling karir kelompok observasi dan wawancara, didapatkan data
membantu siswa untuk memahami nilai-nilai, bahwa responden menjadi lebih aktif dalam
minat dan bagaiman mereka melakukan mencari informasi terkait jurusan yang akan
keputusan karir. mereka pilih setelah lulus, serta
Menurut Super (Sharf, 2006) siswa SMA mempertimbangkan prospek karirnya. Dari segi
termasuk dalam tahap eksplorasi, dimana individu afektif, responden merasa memiliki teman dengan
belajar mengenai level pekerjaan yang sesuai permasalahan yang sama dan merasa
dengan diri dan mempelajari skill yang dibutuhkan mendapatkan dukungan. Sedangkan dari segi
untuk pekerjaan yang diinginkan. Siswa SMA kognitif belajar, responden merasa terbantu untuk
mulai menyadari kemampuan, ketertarikan dan saling bertukar solusi maupun umpan balik
nilai yang mereka miliki serta mulai berfikir apa melalui proses diskusi / sharing.

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 132
Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)
Vol.2, No.1, April 2018
E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

theory and research to work. John Wiley &


SIMPULAN Sons.
Fasha, F., Sinring, A., & Aryani, F. (2015).
Berdasarkan hasil analisis data dan Pengembangan Model E-Career untuk
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat Meningkatkan Keputusan Karir Siswa SMA
disimpulkan bahwa konseling karir kelompok Negeri 3 Makassar. Jurnal Psikologi
cognitive information processing berpengaruh Pendidikan & Konseling, 1(2), 170-179.
terhadap peningkatan kemampuan pengambilan Germeijs, V., & Verschueren, K. (2006). High
keputusan karir siswa. school students’ career decision-making
process: Development and validation of the
SARAN study choice task inventory. Journal of
Career Assessment, 14(4), 449-471.
1. Bagi Pihak Sekolah, khususnya guru BK
Giallombardo, L. (2005). Using Group Counseling
hendaknya dapat menerapkan program
to Implement a Career Development
secara rutin dalam meningkatkan
Program with High School Students.
kemampuan pengambilan keputusan karir
Gushue, G. V., Scanlan, K. R., Pantzer, K. M., &
siswa, seperti diskusi kecil di dalam kelas
Clarke, C. P. (2006). The relationship of
terkait eksplorasi karir dan eksplorasi diri
career decision-making self-efficacy,
melalui interaksi kelompok. Selain itu, pihak
vocational identity, and career exploration
sekolah dapat menekankan pada setiap guru
behavior in African American high school
untuk memberikan informasi karir sesuai
students. Journal of Career
dengan mata pelajaran yang diampu pada
Development, 33(1), 19-28.
saat proses mengajar di kelas.
Hastuti, W. (2006). Bimbingan dan Konseling di
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan
Institusi Pendidikan.
pengambilan keputusan karir dengan
Hornyak, D. A. (2007). Utilizing cognitive
melakukan eksplorasi terkait pengetahuan
information processing theory to assess the
diri dan pengetahuan karir, baik yang
effectiveness of DISCOVER on college
memiliki orientasi karir yang menuju
students' career development (Doctoral
perkuliahan maupun pekerjaan. Selain itu,
dissertation, University of Pittsburgh).
hendaknya siswa mampu menyusun
Lenz, J. G., Peterson, G. W., Reardon, R. C., &
perencanaan untuk mencapai tujuan karir
Saunders, D. E. (2010). Connecting career
yang diinginkan sejak dini, serta
and mental health counseling: Integrating
berkomitmen untuk melaksanakannya.
theory and practice. VISTAS 2010.
3. Bagi konselor, hasil penelitian ini dapat
Myrick, R. D. (1987). Developmental guidance
dijadikan sebagi dasar ilmiah untuk kajian
and counseling: A practical approach.
program intervensi dalam meningkatkan
Educational Media Corporation, PO Box
kemampuan pengambilan keputusan karir
21311, Minneapolis, MN 55421.
siswa.
Perry, A. (2012). The Impact of a Cognitive
4. Bagi peneliti selanjutnya, apabila tertarik
Information Processing Intervention on
dengan penelitian konseling karir kelompok
Students in First-year Non-career
cognitive information processing disarankan
Development College Courses: A
untuk meneliti responden yang berbeda dan
Dissertation Submitted to the Graduate
mengkaji permasalahan pengambilan
School in Candidacy for the Degree of
keputusan karir dengan lebih luas dan
Doctor of Education (Doctoral dissertation,
mendalam. Selanjutnya, peneliti sebaiknya
Benedictine University)..
dapat mengembangkan alat ukur Career
Rowland, K. (2004). Career Decision-Making
Thought Inventory (CTI) versi Indonesia,
Skills of High School Students in the
sehingga dapat digunakan secara luas untuk
Bahamas. Journal of Career Development,
intervensi karir di banyak instansi. Peneliti
90-100, 31(1).
hendaknya juga mempertimbangkan lembar
Sharf, R. S. (2016). Applying career development
kerja yang dapat dikerjakan oleh responden
theory to counseling. Nelson Education.
di rumah karena mempengaruhi kualitas
Steinberg, J. (2009). Cognitive Psychology (5th
tugas yang dikerjakan oleh responden.
Ed.). Wadsworth: Cengage Learning.
Tan, E. (2004). Career guidance and career
DAFTAR PUSTAKA counseling in schools. E. Tan (2004)
Brown, S. D., & Lent, R. W. (Eds.). (2004). Career Counselling in schools. Singapore: McGraw
development and counseling: Putting Hill.

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 133
Journal of Psychological Science and Profesion (JPSP)
Vol.2, No.1, April 2018
E-mail: jurnal.psp@unpad.ac.id

Witko, K., Bernes, K. B., Magnusson, K., &


Bardick, A. D. (2009). Senior high school
career planning: What students want. The
Journal of Educational Enquiry, 6(1).

jurnal.unpad.ac.id/jpsp 134

Anda mungkin juga menyukai