Analisa Perencanaan
Analisa Perencanaan
SKIRIPSI
OLEH
KEZIA HASIAN PAKPAHAN
NIM. 141000569
OLEH
KEZIA HASIAN PAKPAHAN
NIM. 141000569
UTARA TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The medicinal plan requirements needs was one of a very important step
in the medication management. The planning of medication needs aims to set type
and quantity of medicinal and avoiding medicinal void with using method that can
be accounted.
The research used qualitative apporoach which was aimed to analyze the
planning of medicinal requirements in pharmaceutical installations of University
of Sumatera Utara Hospital. This research uses primary data that was through
in-depth interviews with guided interviews (interview guide) that have been
prepared previously and using secondary data or data obtained from the
pharmacy installation University of Sumatera Utara Hospital. This research
involved seven people as the informants.
The results showed that the process of medicinal plan in the pharmacy
installation of University of Sumatera Utara Hospital has not been in accordance
with the medicines management guidelines was recommended by the ministry of
health and They stil have no procedures that is written about medicinal plan, so
that drug planning in University of Sumatera Utara Hospital not in accordance
with the needs of the hospital. This happens because drug medicines planning
personnel have not understood how to plan for proper drug needs, drug planning
personnel have never followed pharmaceutical logistics management training,
especially drug planning. In addition, the data was needed in the process of drug
planning has not been sufficient. This resulted in medicines planning that was not
done optimally, resulting in a vacuum of medicines (out of stock) and partly
overdone (over stock).
Based of research that was recommended for the hospital to make
medicinal-plan procedures in writing and make addition of drugs personnel
planning needs of the University of Sumatera Utara Hospital, it was necessary to
make training related drugs planning to improve the skills adn the knowledge.
Then it is recommended to pharmacy hand in the draft of medication needs plan
every year, and could be more precise and effectively each year with appropriate
method with the steps that have been set yet.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
mendapat bimbingan, doa, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Utara.
4. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan saran, bimbingan, motivasi serta selalu dengan tulus
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
6. Dr. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH selaku Dosen Penguji II yang
8. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik selama
serta seluruh pihak RS USU yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
11. Teristimewa kepada orangtua tercinta, John Hasiholan MTh dan Nurdina
Sinaga yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adik-adik tersayang Stephen
yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan doa kepada penulis dalam
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis, yang tidak dapat
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
lebih baik bagi skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya serta menjadi referensi bagi
pengetahuan.
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................xiii
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................... 32
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 32
3.3 Informan Penelitian .......................................................................... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 33
3.4.1 Sumber Data Primer ................................................................ 33
3.4.2 Sumber Data Sekunder............................................................ 33
3.6 Instrumen Penelitian......................................................................... 34
3.8 Metode Analisis Data ....................................................................... 35
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman wawancara
Lampiran 4. Dokumentasi
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
1996 di Jakarta. Penulis beragama Kristen Protestan dan bersuku Batak Toba.
Penulis merupakan anak dari Ayahanda John Hasiholan Pakpahan M.Th dan
Methodist Aek Nabara pada Tahun 2001 dan selesai Tahun 2002, SD Swasta St.
Xaverius Padang Sidempuan pada Tahun 2002 dan selesai pada Tahun 2008, SMP
Swasta Kesuma Indah Padang Sidempuan pada Tahun 2002 dan selesai pada
tahun 2011, SMAK Penabur Harapan Indah Bekasi pada Tahun 2011 dan selesai
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
pokok yang harus terjaga ketersediaanya. Penyediaan obat sesuai dengan tujuan
dan tersedia merata dan teratur sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu
Menurut WHO (2011), bahwa di beberapa negara maju biaya obat berkisar
antara10-15% dari anggaran kesehatan, seperti di Jerman 15% dan Jepang 19%,
sedangkan di negara berkembang biaya ini lebih besar yaitu 35-66%, sebagai
contoh di Thailand sebesar 35%, China 45%, Mali 66%, dan Indonesia sebesar
39%. Menurut Scheyer dan Friedman (2011), rumah sakit pada umumnya
Depkes RI 2007, secara nasional biaya obat sebesar 40-50% dari jumlah
yang baik karena ketidakefisienan akan memberi dampak negatif terhadap biaya
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
sarana kesehatan. Bila diumpamakan, tenaga medis adalah tentara yang sedang
berperang di medan tempur, maka obat adalah amunisi yang mutlak harus dimiliki
kesehatan, maka pengelolaan yang benar, efektif dan efisien sangat diperlukan
Manajemen obat yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Tujuan dari manajemen obat di Rumah Sakit yaitu agar
obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup untuk
mendukung pelayanan serta memberikan manfaat bagi pasien dan Rumah Sakit.
Manajemen pengelolaan obat merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari
evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Dalam siklus tersebut,
perencanaan merupakan tahap awal dan sebagai tahap yang penting dan
tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya obat, obat rusak, dan lain sebagainya
pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan
Dalam melakukan kegiatan perencanaan obat ini, komponen input juga menjadi
penentu berupa struktur organisasi yang jelas, tenaga perencana yang cukup dan
berkualitas, prosedur yang tepat, serta anggaran yang tersedia untuk menghasilkan
keluaran yang diharapkan, yaitu tersedianya jenis dan jumlah obat yang tepat
konsumsi obat periode yang lalu. Terdapat 4 langkah dalam metode konsumsi
yaitu pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan
dengan alokasi dana. Pada tahap perhitungan perkiraan kebutuhan obat terdapat
menghitung kebutuhan obat untuk tahun yang akan datan, menghitung waktu
diprogramkan untuk tahun yang akan datang, dan menghitung jumlah obat yang
perlu diadakan pda tahun anggaran yang akan datang (Kemenkes RI,2010).
sakit pendidikan milik pemerintah kelas C yang terletak di Kota Medan. Grand
opening Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara diadakan pada tanggal 28 Maret
2016, namun masyarakat sudah banyak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
di rumah sakit tersebut. Hal ini tampak dari jumlah kunjungan pasien yang datang
berobat semakin bertambah selama kurang lebih waktu 2 tahun sejak dibukanya
Rumah Sakit tersebut. Demikian pula dari jenis penyakit yang ditangani di rumah
selalu menyediakan obat yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan agar
Sumatera Utara merupakan salah satu unit pelayanan yang memberikan pelayanan
obat dilakukan oleh bagian perbekalan yang merangkap tugas menjadi sebagai tim
rencana kebutuhan obat. Rencana kebutuhan obat tersebut diajukan kepada kepala
melakukan penentuan jenis obat yang digunakan di rumah sakit berdasarkan pola
jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan penambahan 20% dari jumlah
nasional misalnya Inj Vit C dan Zyrox, yang terdapat pada Kemenkes No
fasilitas kesehatan tingkat I,II, dan III untuk Vit C tab 50 mg dan tab 250 mg;
harus membeli obat di luar apotek rumah sakit. Berdasarkan informasi yang saya
peroleh ada 2 dari 5 pasien yang saya wawancarai tidak memperoleh obat yang
diminta ketika datang ke RS USU dan juga masih terdapat kelebihan obat pada
beberapa item obat juga terjadi di rumah sakit ini; dan berdasarkan wawancara
dengan salah seorang dari tim perencana obat diketahui bahwa dalam
konsumsi seperti yang telah ditetapkan oleh Kemenkes RI. Kendala lain yang
gudang dan yang kedua dalam proses pengadaan obat yang dilakukan di biro
rektor masih sering menggunakan tim perencanaan sehingga kurang efektif dan
tepat sehingga terjadi kekosongan obat pada waktu-waktu tertentu. Hal ini
terutama pada obat fast moving. Hal ini mengakibatkan pasien harus membeli obat
pengadaan obat belum sesuai dengan pedoman teknis pengelolaan dan pengadaan
obat publik dan perbekalan kesehatan yang telah ditetapkan oleh Menteri
instalasi farmasi rumah sakit dengan metode konsumsi dan belum ada pedoman
Sultan Sulaiman menyatakan bahwa perencanaan obat belum optimal, terlihat dari
data yang digunakan untuk membuat rencana kebutuhan obat belum lengkap,
yaitu tidak ada menggunakan data waktu tunggu, standar pengobatan dan
formularium rumah sakit, pemilihan jenis obat yang digunakan di rumah sakit
sakit sudah dibuat tetapi masih dalam bentuk draft dan belum disahkan,
perencanaan kebutuhan obat tidak tepat, terlihat dari masih terjadi kekosongan
TINJAUAN PUSTAKA
rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut WHO (2011), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
Menurut Blake dalam Siregar dan Amalia (2004) Rumah sakit adalah
suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan
rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan, personal terlatih dan terdidik
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Menurut Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa
mempunyai fungsi :
kebutuhan medis;
kesehatan; dan
kesehatan.
dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit
umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Sedangkan rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Rumah sakit juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang terdiri atas rumah sakit
umum kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Adapun klasifikasi rumah sakit
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi; 3 (tiga) pelayanan medik
dan paling sedikit 1 (satu) pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan
klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
(Febriawati, 2013)
farmasi yang beredar di rumah sakit serta bertanggung jawab pengadaan dan
penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik
baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosis dan
terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik dan rumah sakit keseluruhan untuk
kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik (Siregar dan Amalia, 2004).
kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien
rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit termasuk poli klinik rumah sakit.
(Febriawati, 2013)
pakai
rumah sakit;
rumah sakit;
memungkinkan);
pakai;
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat
digunakan;
pakai;
lain;
rumah sakit;
yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Struktur organisasi IFRS minimal
organisasi yang pasti dan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan kebutuhan
ditetapkan pimpinan rumah sakit dan para apoteker rumah sakit. Organisasi IFRS
struktur organisasi IFRS terdiri atas penetapan pekerjaan yang dilakukan beserta
tanggung jawab dan hubungan hierarki untuk melaksanakan pekerjaan itu (Siregar
jalan, idealnya 1 apoteker untuk 50 pasien. Selain itu, diperlukan juga masing-
yaitu unit gawat darurat, Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit
Direktur adalah orang yang wajib tahu tentang perkembangan dan keadaan
obat maupun stok obat. Direktur pula yang harus memastikan bahwa
formularium obat telah dijalankan dengan benar oleh para tenaga medis.
jawab direktur jika penyimpangan ini terus dibiarkan. Direktur harus bisa
Kepala instalasi farmasi adalah orang yang paling berhak dan pertama kali
tahu mengenai stok dan kebutuhan obat-obatan di rumah sakit. Tugas dari
rumah sakit. Hal ini sangat penting dalam menjaga keadilan, transparansi
Bagian logistik adalah bagian yang bertugas untuk membeli obat dan
obat-obatan berikutnya.
pekerjaan yang paling rentan dan paling sering disalahkan apabila ada stok
atau obat-obatan yang hilang. Sebab itu, ada baiknya orang yang bekerja di
profesi ini harus orang yang jujur dan melakukan pelaporan setiap saat
instalasi farmasi.
6. Dokter
merupakan end user. Obat-obat tidak bisa keluar jika tidak ada peresepan
Rumah Sakit, yaitu apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan petugas penunjang
lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi. Uraian tugas tertulis dari
peninjauan kembali paling sedikit setiap 3 tahun sesuai kebijakan dan prosedur di
terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan
pelaksana.
2.2.6 Prosedur
kepada personel, cara kebijakan dan tujuan dilakukan dan dicapai. IFRS
diperlukan oleh IFRS adalah Prosedur Operasional Baku (POB), yang selalu
pelayanan dan kebijakan rumah sakit. POB biasanya mencakup maksud dari suatu
kegiatan, lingkup suatu kegiatan, tanggung jawab yang harus dilakukan dan oleh
siapa, prosedur yang harus dilakukan, bahan, alat, dokumen apa yang harus
dan pemasok, serta pembelian perbekalan kesehatan yaitu (Siregar dan Amalia,
2004):
2.3 Perencanaan
pemborosan.
pekerjaan.
jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
obat adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit
penyakit di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu
meliputi:
kesamaan jenis.
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
RS. Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit dapat berdasarkan dari
data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga alat, daftar harga alat
kesehatan yang dikeluarkan oleh Ditjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang
dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapat dari
dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit. Masalah kekosongan
atau kelebihan obat dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata
perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti di
atas, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah,
beberapa metode:
1. Metode Konsumsi
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah obat yang
dibutuhkan adalah:
Sumber data adalah melalui pencatatan, pelaporan, dan informasi yang ada.
Jenis data yang dikumpulkan adalah mengenai alokasi dana, daftar obat-
obat yang dibutuhkan, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat
perkembanganpola kunjungan.
penggunaan dana dan obat, serta optimasi penggunaan dana obat. Hasil
Pemakaian nyata per tahun adalah jumlah obat yang dikeluarkan dengan
Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi
kekosongan obat.
Kebutuhan obat yang akan datang adalah ramalan kebutuhan obat yang sudah
(e) = (d) + y%
Jumlah waktu tunggu adalah jumlah obat yang diperlukan sejak rencana
(f) = (b) x n2
8) Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan
datang (h)
9) Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang akan
datang (i)
2. Metode Morbiditas/Epidemiologi
kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load) yang
harus dilayani.
3. Metode Kombinasi
4) Penetapan prioritas
5) Pola penyakit
6) Sisa persediaan
8) Rencana pengembangan
di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara melalui salah satu fungsinya yaitu
datang. Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori serta mengacu pada
tahun 2010, maka peneliti merumuskan alur pikir penelitian adalah sebagai
berikut:
Pengumpulan Data
sebagai berikut :
perencanaan obat.
METODE PENELITIAN
mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang perencanaan obat di instalasi
Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan T. Mansur No.66 Kampus USU Padang
penelitian yaitu dimulai pada bulan Januari 2018 sampai bulan Mei 2018.
penelitian ini adalah informan yang mampu memberi informasi yang berkaitan
berjumlah 7 informan yang terdiri dari Direktur Sarpras dan Penunjang, Kepala
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Penanggung Jawab Pelayanan Farmasi dan dua orang staf instalasi farmasi di
dari data sisa stok, stok awal, pemakaian rata-rata perbulan dan data
lainnya. Lalu melakukan analisa data untuk informasi dan data. Setelah
b. Pengamatan (Observasi)
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang
3.4.3 Triangulasi
Dalam penelitian kualitatif validitas data merupakan hal yang penting oleh
karena itu, pada penelitian ini untuk menjaga validitas data yang diperoleh,
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama, yakni memilih
yang diajukan. Triangulasi sumber didapat dari informan yang berbeda jabatannya
namun masih dalam serangkaian tugas pokok dan fungsi dalam perencanaan obat
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi
observasi.
berisi daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan dibicarakan,
dan dalam melakukan observasi, instrumen yang digunakan berupa lembar check
list observasi. Untuk memperjelas informasi yang akan diperoleh, digunakan alat
bantu berupa alat perekam suara dan alat tulis untuk catatan.
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013) analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
langkah –langkah dalam analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu :
1. Reduksi data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
2. Penyajian data
penyajian data bisa dilakukan dalam uraian singkat, tabel, bagan, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
dengan sertifikat hak pakai dan berlokasi di pusat kota, Jl. dr. Mansur,
Rumah Sakit USU sebenarnya telah dimulai pada tahun 2003 dengan diajukannya
Sakit Pendidikan (RSP) USU. Pembangunan RSP USU berlangsung antara tahun
2009 – 2011 dan sementara itu mulai pula disusun usulan rencana pengadaan
Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap untuk sementara (100 tempat tidur terdiri dari
kelas I, kelas II, dan kelas III), Kamar Bersalin, Kamar Bedah Sentral, Instalasi
Perawatan Intensif (ICU, NICU, PICU,), Unit Endoskopi, Unit CSSD, Unit
Instalasi Gizi, kantor, kamar mandi / cuci, bagian pendaftaran pasien, kamar jaga
Desember 2014 dan pembukaan operasional penuh baru dapat terlaksana pada
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
jasa pelayanan kesehatan dan sebagai sebuah wahana penelitian. Rumah Sakit
1. Meningkatkan mutu Dokter, Dokter Spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu
kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang Rumah Sakit
USU menggunakan motto : Kualitas, Aman dan Bersahabat (Quality, Safety and
Friendly).
USU terdiri dari Direktur Utama yang dibantu oleh 4 Direktur. Kedudukan
Direksi adalah sebagai pengurus dan pemimpin Rumah sakit. RS USU adalah
bahwa rumah sakit harus berstatus BLU. USU pada saat ini berstatus Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) oleh sebab itu pengelolaan RS USU
Sakit dan disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan USU. Posisi RS USU
berada dibawah Rektorat USU, setara dan interaksi kegiatan dengan fakultas,
atau tokoh masyarakat yang ahli dalam kegiatan usaha perumah sakitan,
Jumlah total ketenagaan RS USU sampai dengan akhir tahun 2016 adalah
sebanyak 278 orang. Selama tahun 2015, terdapat penambahan tenaga sebanyak
71 orang sehingga pada akhir tahun 2016 seluruh tenaga di RS USU berjumlah
berstatus PNS sedang 23 % lagi adalah Non PNS (diangkat oleh USU).
ditugaskan dari FK USU. Tenaga Medik dan Penunjang Medik terdiri dari Dokter
Spesialis empat dasar, Dokter Spesialis bidang lainnya dan Dokter Spesialis
Penunjang Medik. Dokter Umum dan Dokter Gigi diangkat dan ditempatkan dari
Dokter Gigi yang ditempatkan di RS USU saat ini sedang mengikuti pendidikan
spesialis dan pada tahun 2015 baru selesai sebanyak 3 (tiga) orang.
tahun 2016. Masyarakat sudah banyak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
di rumah sakit tersebut. Hal ini tampak dari jumlah kunjungan pasien yang datang
berobat semakin bertambah selama kurun waktu 2 tahun terakhir. Demikian pula
dari jenis penyakit yang ditangani di rumah sakit yang cenderung semakin
di rumah sakit dan salah satu bagian instalasi yang ada di RS USU yang
pendistrisbusian. Letak instalasi farmasi berada di sebelah kiri pintu masuk dan
kefarmasian.
di instalasi farmasi RS USU sebanyak 22 orang, yang terdiri dari kepala instalasi
pendidikan, SDM di instalasi farmasi terdiri dari 7 orang apoteker, 3 orang sarjana
dan 12 orang ahli madya farmasi. Struktur organisasi instalasi farmasi RS USU
Kepala Instalasi
Farmasi
Penanggung Penanggung
Koordinator
Jawab Perbekalan Jawab Pelayanan
Farmasi
dan Farmasi Farmasi
Koordinator
Apoteker
Administrasi
Pelayanan
Farmasi
Table 4.3 Daftar sepuluh penggunaan obat terbanyak di RS USU tahun 2017
No Nama Obat
1 Paracetamol
2 Vit C tablet
3 Vit B Kompleks
4 Aspirin 80 mg
5 Simpastatin 20 mg
6 Kandersatan 16 mg
7 Medformil 500 mg
8 Nitrokarfetat 2,5 mg
9 Aspirin 100 mg
10 Kandersatan 32 mg
Sumber : Instalasi Farmasi RS USU Tahun 2017
Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, yang terdiri dari
direktur sarpras dan penunjang rumah sakit , kepala instalasi farmasi, koordinator
pelayanan farmasi dan dua orang staf instalasi farmasi di RS USU. Karakteristik
4.4 Prosedur
Prosedur adalah suatu instruksi kepada personel, cara kebijakan dan tujuan
dilakukan dan dicapai. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap,
rutin, dan tidak berubah-ubah, maka prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi
2004)
USU belum ada. Sehingga prosedur tetap itu perlu dibuat agar mempermudah
farmasi untuk penyusunan rencana kebutuhan obat. Hal ini tidak sesuai dengan
yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Hal ini juga tidak sesuai dengan
pelayanan kesehatan.
berguna untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Prosedur sebagai suatu urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang
terdapat prosedur yang harus dilaksanakan yaitu persiapan data yang dibutuhkan,
dan pelaksanaan perencanaan yang berupa memilih sediaan farmasi dan alat
medis habis pakai yang berkualitas dengan harga yang murah, menghindari
kesamaan jenis sediaan farmasi dan alat medis habis pakai, serta melakukan
farmasi, serta penyesuaian jumlah sediaan farmasi dengan alokasi dana. Dengan
antar pihak yang terkait dengan perencanaan obat sehingga perencanaan obat
diperoleh informasi mengenai alur dalam perencanaan obat di Rumah Sakit USU,
“Awalnya dari permintaan user tadi, tapi tidak semua apa yang
dokter minta, rumah sakit sediakan, itu semua tergantung dengan
budget dan dana. Obat-obat yang diluar e-katalog, itu tergantung
rumah sakit, kalau rumah sakitnya sanggup untuk
mengadakannya, kita pesen juga. Kan utamanya itu e-katalog.”
(Informan 3)
perencanaan obat di rumah sakit dimulai dari bagian farmasi membagikan form
permintaan obat kepada seluruh user yaitu kepala ruangan di setiap departemen
RS USU, pada setiap awal tahun atau akhir tahun untuk mengetahui obat apa yang
mereka butuhkan. Lalu form permintaan tersebut akan dikumpulkan oleh pihak
farmasi dan akan dibuat rekapannya. Dalam membuat rekapan tersebut, pihak
farmasi juga akan memperhitungkan mengenai jumlah stok yang ada, pengeluaran
obat fast moving dan slow moving, pemakaian rata-rata, obat e-katalog atau non e-
katalog, dan pola pemakaian obat. Lalu dilakukan rapat oleh kepala instalasi,
usulan rencana kebutuhan obat yang disesuaikan dengan anggaran yang diberikan
oleh biro rektor. Setelah rencana kebutuhan obat selesai disusun lalu diajukan
kepada kepala instalasi farmasi kemudian diberikan kepada direktur utama yang
pengadaan. Setelah itu pengadaan dilalukan oleh ULP (unit layanan pengadaan)
melalui akun e-katalogue. Dalam pengisian jenis dan jumlah obat pada e-
katalogue ULP dibantu oleh tim perencana obat Rumah Sakit USU untuk proses
pengadaan sediaan farmasi. Dalam pengadaan obat akan diutamakan obat yang
terdapat di e-katalog, dan untuk obat non e-katalog juga akan tetap dilakukan
pemesanan, panitia penerima obat yaitu pihak farmasi akan menunggu obat
tersebut sampai di rumah sakit. Alur tahapan dalam perencanaan obat di RS USU
ini dinilai sudah sesuai dengan alur tahapan perencanaan perbekalan farmasi di
disusun dan diajukan untuk satu tahun yang akan datang. Hal ini sudah sesuai
wawancara, farmasi melakukan perencanaan obat di rumah sakit setiap tahun yang
disebut rencana kebutuhan obat per tahun, yang biasanya dibuat pada pertengahan
tahun atau pada saat ada permintaan dari Kementerian Kesehatan. Rencana
kebutuhan obat per tahun itu, akan dilakukan pengadaan setiap tiga bulan, dengan
melihat sisa stok obat, kecepatan penggunaan obat dan juga kebutuhan obat di
rumah sakit. Akan tetapi jika ada ada stok obat yang kosong dan kebutuhan obat
yang mendesak, maka akan langsung diajukan permintaan kebutuhan obat untuk
diadakan.
yang dibentuk di rumah sakit. Perencanaan obat dilakukan oleh tim perbekalan
obat tersebut kepada Rektor dengan tembusan ke pejabat pengadaan di biro, yaitu
ULP (Unit Layanan Pengadaan) dan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk
(ULP dan PPK) dengan rumah sakit (tim perencana obat) tidak ada, yang ada
adalah didalam tugas dan fungsi tim perencana yaitu membantu proses pengadaan
(ULP), tetapi yang ada hubungan struktur organisasinya adalah rektor yang
berhubungan langsung dengan direktur rumah sakit, itu tampak pada struktur
siap, mampu, dan siaga dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dengan begitu
adapun yang dikatakan sebagai sumber daya manusia dalam instalasi farmasi
yaitu orang-orang yang mengabdikan diri dalam bidang farmasi di rumah sakit
daya manusia yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sumber daya
dan pelaksanaan program, dalam hal ini yaitu orang-orang yang ikut ambil bagian
daya manusia terkait perencanaan obat di Rumah Sakit USU, berikut kutipan
wawancaranya:
“Ya, pastilah ada. Itu orang dari instalasi farmasi. Itu saya
serahkan ke orang farmasi, di struktur organisasi instalasi
“Ya, saya adalah penanggung jawab untuk itu di rumah sakit ini
disebut tim perbekalan. Ya dirumah sakit ini digabung tugas nya
sebagai tim perencana dan juga tim gudang, ya menurut saya kita
masih kurang orang, selain itu kita juga masih sering diminta
untuk bantuin untuk hal pengadaan di biro. Saya bekerja atas
surat keputusan yang telah diberikan. Di struktur organisasi
(instalasi farmasi) juga sudah ada jelas pembagian kerja, intinya
gini kami punya kayak uraian jobdesc gitu jadi udah jelas disitu.”
(Informan 4)
perencana obat di rumah sakit sudah ada dan mengerjakan tugas sesuai surat
keputusan yang diberikan, hal ini sudah sesuai dengan Kemenkes RI (2010) yang
menyatakan bahwa tim perencanaan obat terpadu sebagai suatu kebutuhan agar
pembagian kerja yang double yaitu, kurangnya sumber daya manusia sejumlah 4
orang, yaitu sebagai administrasi perbekalan, kepala gudang, pekarya dan porter.
kelompok kerja perencanaan dan gudang, kendalanya tidak ada pekarya dan yang
kedua dalam proses pengadaan obat yang dilakukan di biro rektor masih sering
efisien baik dari segi sumber daya manusia maupun waktu dalam hal untuk
merencanakan obat. Mengenai pekarya gudang hal ini dinilai belum sesuai dengan
Permenkes (2016) karena seharusnya disetiap instalasi farmasi rumah sakit itu
sudah harus ada tenaga/pekarya gudang. Adapun sumber daya manusia yang ada
sebagai tim perbekalan berjumlah 3 orang saja, yaitu sebagai 1 orang penanggung
jawab perbekalan dan 2 tenaga teknis perbekalan, maka masih perlu dilakukan
Farmasi RS USU.
farmasi mempunyai dua bagian yaitu farmasi klinis dan farmasi manajerial.
perencanaan obat. Dalam hal tersebut ada yang disebut tim perencana obat, yaitu
orang-orang yang terlibat dalam perencanaan obat di rumah sakit. Hal ini sejalan
dengan penelitian Assanthi (2016), yang menyatakan bahwa tim perencanaan obat
diperoleh informasi mengenai tugas dan fungsi perencanaan obat di Rumah Sakit
tugas dan tanggung jawab dari masing-masing informan dalam perencanaan obat
yaitu, untuk direktur sarpras dan penunjang memiliki tugas sebagai pejabat teknis
rencana kebutuhan obat, untuk tugas kepala instalasi farmasi sendiri yaitu
menyusun rencana kebutuhan obat dengan akurat, dibawah pejabat teknis untuk
tugas merencanakan obat sesuai dengan formularium rumah sakit dan katalog
untuk memberi tahu tren obat yang dipakai di instalasi farmasi. Staf instalasi yang
bermutu dalam rangka mewujudkan penggunaan obat yang rasional dapat tercapai
yang dilakukan terhadap sumber daya manusia terkait perencanaan obat di Rumah
mereka pernah magang di rumah sakit lain di bagian perencanaan obat rumah
sakit. Sehingga pelatihan perlu dilakukan bagi tenaga perencanaan obat,agar dapat
melakukan perencanaan obat yang lebih baik dan optimal di instalasi farmasi RS
USU.
instalasi farmasi RS USU sangat didukung oleh kualitas sumber daya manusianya.
Kualitas sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RS USU masih
kurang baik dan masih membutuhkan SDM yang memiliki kemampuan dan
kompeten terkait perencanaan obat agar ilmu terkait perencanaan dapat meningkat
dan lebih maksimal. Kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan salah
bahwa Instalasi Farmasi RS USU dikepalai oleh seorang apoteker. Hal ini sesuai
rumah sakit, bahwa instalasi farmasi rumah sakit harus dikepalai oleh seorang
rumah sakit. Kepala instalasi rumah sakit diutamakan telah memiliki pengalaman
bekerja di instalasi farmasi rumah sakit minimal 3 tahun. Instalasi rumah sakit
juga harus memiliki apoteker dan tenaga kefarmasian yang sesuai dengan beban
kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi
rumah sakit.
jenis obat yang tepat maka penyakit yang diderita pasien dapat segera
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan
jenis.
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of
wawancaranya:
Pemilihan jenis obat adalah proses yang dilakukan untuk menentukan jenis
obat di rumah sakit ini dengan melakukan pemilihan obat melalui elektronik
jenis obat di instalasi farmasi RS USU adalah berdasarkan jumlah obat yang
paling banyak digunakan dalam waktu satu tahun dengan mengacu dari
formularium nasional dan rumah sakit. Proses pemilihan jenis obat yaitu dengan
penggunaan obat tahun lalu, sisa stok. Selanjutnya dilakukan pemilahan jenis dan
jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu satu tahun.
Kemenkes RI 2010 adalah tahap pemilihan jenis obat, tahap kompilasi obat, dan
tahap perhitungan obat, sedangkan tahapan yang dilakukan di Rumah Sakit USU
menyesuaikan jenis obat berdasarkan obat yang ada pada e-katalog. Penggunaan
obat di RS USU juga diutamakan menggunakan obat generik. Hal ini sesuai
Penggunaan obat generik diwajibkan untuk rumah sakit pemerintah, dan sebagai
walaupun tidak menutup kemungkinan untuk pengadaan obat paten, apabila obat
generik tidak tersedia. Pertimbangan lain dalam pemilihan obat generik adalah
karena harganya yang relatif murah, khasiat dan keamanannya pun cukup
terjamin.
dokter dapat menulis resep di luar sistem formularium tersebut. Jika dokter
menulis resep di luar sistem formularium, maka ia harus membuat protokol terapi
untuk kemudian meminta persetujuan kepada direktur rumah sakit, jika memang
disetujui setelah itu barulah IFRS USU memenuhi resep tersebut. Hal ini
untuk menghitung jumlah kebutuhan obat sebagai pedoman untuk dokter dalam
pedoman untuk dokter dalam pemilihan jenis obat yang digunakan di rumah sakit.
kepada pasien. Selain itu, formularium juga dapat memudahkan perencanaan dan
Namun ada satu informan yang mengatakan bahwa terkadang tidak sesuai dengan
formularium apabila ada resep yang ditulis dokter tidak terdapat dalam
obatnya disesuaikan dengan formularium rumah sakit, kecuali resep yang ditulis
formularium.
4.7 Metode
rumah sakit. Metode dalam perencanaan obat ada tiga yaitu metode konsumsi,
epidemiologi dan kombinas, dan yang paling sering digunakan adalah metode
wawancaranya:
obat menggunakan data konsumsi obat pada periode sebelumya dan ditambahkan
20% dari jumlah tahun sebelumnya yang mewakili perkiraan kenaikan jumlah
pasien. Metode konsumsi ini bagus digunakan di rumah sakit, jika setiap
yang digunakan dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi RS USU yaitu tidak
metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode
yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus
(Permenkes, 2010)
obat pada periode sebelumnya, metode konsumsi ini digunakan karena merupakan
metode yang paling mudah daripada metode lainnya oleh tim perencana obat.
Akan tetapi metode konsumsi yang digunakan belum sesuai dengan Kemenkes
obat. Data yang digunakan di dalam perencanaan obat di RS USU adalah sebagai
wawancaraanya:
dijadikan acuan dalam menyusun perencanaan obat adalah daftar obat-obat yang
bulanan, sisa stok, data pola pemakaian obat harian dan bulanan, untuk data obat
yang masuk dan keluar hanya terdapat di sistem komputer yang setiap orang di
farmasi mempunyai akun untuk login. Untuk mengetahui sisa stok obat yang ada
di instalasi farmasi bisa dilihat dari sistem komputer yang ada dan juga kartu stok
yang ada di gudang farmasi. Kartu stok tersebut untuk mencatat keluar masuknya
obat setiap harinya, maka akan diperoleh data jumlah sisa stok obat yang menjadi
Hal ini sejalan dengan menurut Febriawati (2013), untuk mencari tahu sisa
persediaan stok obat yang ada, sangat dibutuhkan adanya kartu stok, karena kartu
stok digunakan untuk mencatat mutasi harian obat, selain itu dapat membantu
dalam pembuatan laporan stok setiap bulan dan sebagai pembanding terhadap
jumlah fisik obat yang tersedia pada saat dilakukan perhitungan stok (stock
opname). Besarnya sisa stok obat dan pemakaian obat periode yang lalu juga
menjadi dasar perencanaan obat untuk periode selanjutnya, karena dari sisa stok
tidak saja diketahui jumlah dan jenis obat yang diperlukan, tetapi juga diketahui
langkah awal yang dilakukan dalam merencanakan obat pada metode konsumsi
pencatatan, pelaporan, dan informasi yang ada. Jenis data yang dikumpulkan
adalah mengenai alokasi dana, daftar obat-obat yang dibutuhkan, stok awal,
masing penyakit per tahun serta menggunakan formularium rumah sakit dan
bulanan, data konsumsi obat tahun lalu. Data yang digunakan tersebut belum
sesuai dengan data yang seharusnya diperlukan untuk menjadi acuan perencanaan
obat karena data yang digunakan belum lengkap seperti data obat hilang/rusak
atau kadaluarsa, indeks musiman, dan rata-rata tahunan. Tim perencana obat
tidak ada menghitung rata-rata tahunan karena rata-rata tersebut tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap perencanaan obat. Hal ini disebabkan pola pemakaian
obat yang berubah-ubah dan meningkat setiap bulannya, sehingga yang menjadi
acuan perencanaan obat adalah pola pemakaian obat terbanyak pada bulan
terakhir. Pencatatan yang ada di IFRS USU juga belum lengkap dilihat dari tidak
lengkapnya catatan mengenai data obat yang kosong dan kadaluarsa selama tahun
2017. Data-data yang belum lengkap untuk menyusun rencana kebutuhan obat,
yang tidak tepat akan berakibat terhadap ketersediaan obat hasil perencanaan yang
sebagian mengalami stok kosong (out of stcok) dan sebagian lagi jumlahnya
dana dan obat, serta optimasi penggunaan dana obat. Hasil analisis dapat
diperoleh informasi mengenai analisa data untuk informasi dan evaluasi dalam
wawancaranya:
bahwa Analisa data konsumsi tahun sebelumnya untuk melihat lebih mendalam
pola penggunaan obat dan untuk efektifitas dana dan obat tidak dilakukan oleh
pihak farmasi, bagian perbekalan hanya melihat dan menganalisa pola pemakaian
obat harian ataupun bulanan saja melalui bagian pelayanan obat di instalasi
farmasi. Pihak farmasi juga tidak ada perhitungan mengenai analisis ABC ataupun
VEN yang digunakan sebagai panduan dalam menyusun anggaran tetapi jika
perencanaan yang dibuat tidak sesuai anggaran maka akan dilakukan pengurangan
dalam jumlahnya saja dan ketika ditemukan pada saat di tengah jalan obat kosong
menganalisa pola pemakaian obat yang paling banyak digunakan saja untuk
kosong.
wawancaranya:
evaluasi penggunaan obat sebelumnya rutin dilakukan tepatnya pada akhir tahun.
Evaluasi ini dilakukan agar perhitungan untuk perencanaan tahun berikutnya lebih
tepat dan dan untuk penyesuaian obat yang keluar anatara gudang dan apotek.
Cara evaluasi dilakukan berdasarkan rekapan harian dan bulanan baik dari gudang
“Biasanya saya tidak ada dihitung pemakaian nyata per tahun, dan orang
yang ditunjuk untuk menghitung itu juga tidak ada di bagian perbekalan
hanya ada tiga orang dan kamipun tugasnya sebagai perencanaan dan tim
gudang jadi orangnya masih kurang, saya biasa menghitung rata-rata
perbulan. Karena di rumah sakit ini jika melihat rata-rata pertahunnya itu
tidak sesuai atau tidak punya pengaruh besar akan kebutuhan selanjutnya
jadi saya lebih melihat ke pola pemakaian obat di bulan terakhirnya.”
(Informan 4)
proses menghitung kebutuhan obat tim perencana tidak ada menghitung data
pemakaian nyata pertahun, tetapi melihat sisa stok tahun sebelumnya dengan
melihat pemakaian obat yang paling banyak yaitu akhir bulan untuk perencanaan
“Ya menghitung rata-rata perbulan sudah pasti dilakukan dek kadang dilihat
juga pemakaian perharinya, itu timperencanaan yang mengitung biasanya ”
(Informan 3)
“Ya pastilah dek,biasa saya yang menghitung. Saya kan ambil datanya
perbulan, semua itu kan mewakili data ril pertahun yang dibutuhkan dengan
melihat sisa stok ada walaupun ada imbasnya ada yang gabisa diberikan”
(Informan 4)
bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat tim perencana obat RS USU
menggunakan data sisa stok yang dihitung dari rata-rata pemakaian setiap bulan
“Untuk obat yang hilang/kadaluarsa biasa kita tidak menghitung karena obat
nya biasanya dikembalikan ke distributor” (Informan 4)
kebutuhan obat tidak menggunakan data kekurangan obat, dapat diketahui bahwa
“Ya kita lihat data pemakaian tahun lalu, untuk acuan perencanaan obat
tahun berikutnya tapi itu biasanya tidak berpengaruh kita lebih melihat data
bulan terakhirnya kareana mengingat rumah sakit ini masih berkembang”
(Informan 4)
“Itu tadi yang saya bilang biasanya kita melihat patokannya berdasarkan
pada pengeluaran kita setiap bulannya terutama yang dilihat pada bulan yg
terakhir yang diolah menjadi data tahunan dek, maka dari situ kita evaluasi
untuk perencanaan obat untuk tahun berikutnya”. (Informan 4)
kebutuhan obat menggunakan data kebutuhan obat tahun yang akan datang,
6. Menghitung leadtime
“Iya, leadtime adalah waktu kita pesan barang hingga sampai ke kita, untuk
kita menghitung leadtime banyak faktor lagi yang mempengaruhi. Misal di
awal tahun e-katalogue tidak bisa karena pergantian SK, padahal e-
katalogue harus login melalui birokrasi (ppk) maka manual jadi leadtimenya
berbeda. Karena kita harus menunggu harga diskon dari distributor agar
harganya sama seperti yang di e-katalogue. Jadi gak kita pakai data ini dek
karena ribet menghitungnya dan tidak terlalu penting.” (Informan 4)
kebutuhan obat menggunakan data leadtime atau waktu tunggu, dapat diketahui
bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat leadtime atau waktu tunggu
“Ya biasanya ikut diperhitungkan juga yaitu 20%, tapi biasanya kami bikin
stok pengaman bisa sampai 40% untuk obat yang fast moving untuk jaga-
jaga di awal tahun selanjutnya. Penentuan buffer stock itu melalui rapat tim
farmasi dan pelayanan mengenai pertambahan kunjungan pasien, setelah itu
lalu ditetapkan oleh kepala instalasi mengenai buffer stock obatnya”.
(Informan 4)
Stok pengaman (buffer stock) adalah jumlah obat yang diperlukan untuk
8. Menghitung obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang
“Ya pasti dek, itu yang dinamakan RKO (rencana kebutuhan obat) nanti kita
buat dengan acuan data obat pemakaian tahun yang lalu dengan
penambahan yang ada dari tiap departemen jika ada penambahan untuk obat
yang penyakit nya baru”. (Informan 4)
kebutuhan obat menggunakan data obat yang akan diprogramkan tahun yang akan
datang, dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat sebagai
acuan pada obat yang akan diprogramkan adalah pemakaian obat tahun lalu
ditambah obat daftar obat yang diusulkan untuk diadakan karena adanya pola
“Ya nanti itu akan diberikan ke direktur melalui pemaparan untuk obat yang
mau dipesan terkait jumlah dan jenis obatnya, lalu nanti ditawarkan ke
distributor.” (Informan 4)
kebutuhan obat menggunakan data jumlah obat yang akan dianggarkan, diketahui
bahwa obat yang dianggarkan harus dipaparkan terlebih dahulu baik dari segi
pemesanan.
menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang, menghitung waktu tunggu,
untuk tahun yang akan datang, dan menghitung jumlah obat yang diadakan pada
USU dilakukan oleh tim perbekalan farmasi. Perhitungan jumlah obat yang
dilakukan tersebut dinilai belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
sakit. Hal ini disebabkan karena farmasi tidak melakukan perhitungan jumlah
kebutuhan obat dengan menggunakan rumus dan cara yang tepat. Langkah-
Pemakaian nyata per tahun yaitu dengan menggunakan data stok awal
ditambah dengan jumlah yang diterima dikurang dengan sisa stok yang dihitung
(Kemenkes RI, 2010b). Perhitungan pemakaian nyata per tahun tidak dilakukan
pada perhitungan obat di perencanaan obat di RS USU dan orang yang ditunjuk
untuk menghitung itu tidak ada. Menurut tim perencana perhitungan ini tidak
bulan sebelumnya. Selain itu pada perhitungan ini dibutuhkan data obat
instalasi farmasi belum lengkap dan tidak dilakukan juga menghitung sisa stok per
1 November.
Menghitung pemakaian rata-rata obat dalam kurun waktu satu bulan adalah
pemakaian obat yang terdapat dalam laporan pemakaian dan membagi dengan 12
tahun. Perhitungan ini dilakukan agar dengan mudah menghitung konsumsi obat
dalam 1 bulan. Dalam menghitung pemakaian rata-rata per bulan tim perencana
dibagi dua. Setelah itu digunakan sebagai acuan data untuk perencanaan
selanjutnya dengan memerhatikan sisa stok yang ada. Hal ini belum sesuai dengan
yaitu jumlah obat yang diperlukan saat terjadi kekosongan obat, dengan cara
mengalikan waktu kekosongan obat dengan pemakaian rata-rata per bulan. Data
perhitungan kebutuhan obat yang tepat. Tetapi pihak farmasi tidak melakukan
perhitungan kekurangan obat, hanya mengetahui jenis obat yang kosong saja.
angka pemakaian nyata per tahun dengan angka kekurangan obat pada tahun atau
kebutuhan obat sesungguhnya per tahun, karena tidak ada dilakukan perhitungan
kekurangan obat. Pihak farmasi hanya melihat pada sistem komputer data berapa
obat yang diterma dan keluar saja. Sumber daya yang ditugaskan untuk
Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah perkiraan kebutuhan obat
dilayani. Menghitung kebutuhan oabat yang akan datang dengan cara kebutuhan
pasien yang dilayani. Data ini tidak digunakan oleh pihak instalasi farmasi RS
USU dengan alasan tidak dapat memprediksi kenaikan jumlah pasien dan rumah
sakit ini hanya berpatokan pada data pemakaian obat perbulannya untuk
6. Menghitung leadtime
kebutuhan obat tidak menggunakan data leadtime atau waktu tunggu, dapat
diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat leadtime atau waktu
tunggu digunakan dalam proses perencanaan kebutuhan obat. Di rumah sakit ini
sering terkendala akibat hal tersebut yaitu kelamaan menunggu obat sehingga
terkadang stok obat kosong, yang mengakibatkan hal tersebut karena adanya
pergantian pejabat pengadaan di biro rektor maka untuk login e-katalogue belum
bisa sehingga harus menunggu. Sehingga data ini tidak digunakan oleh pihak
rumah sakit dalam proses perencanaan obat karena susah dalam menghitungnya.
Stok pengaman (buffer stock) adalah jumlah obat yang diperlukan untuk
dari monitoring dinamika logistik. Di rumah sakit ini menggunakan 20% stok
pengaman obatnya, dan itu tergantung obatnya untuk obat fast moving dilakukan
sekitar 2-5% saja, dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan
obat melibatkan data stok pengaman. Sebelum menentukan buffer stock, tim
farmasi dan pelayanan rumah sakit terlebih dahulu melakukan rapat terkait
tersebut. Lalu setelah itu kepala instalasi menetapkan berapa buffer stock yang
diadakan untuk perencanaan obat, kalau kebijakan untuk buffer stock dari rumah
sakit tidak ada ditetapkan tetai melalui rapat tim farmasi dan pelayanan tersebut.
8. Menghitung obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang
Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan
datang dengan cara menjumlahkan angka kebutuhan obat tahun yang akan datang
menggunakan data obat yang akan diprogramkan tahun yang akan datang, dapat
diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat sebagai acuan pada
obat yang akan diprogramkan adalah pemakaian obat tahun lalu ditambah obat
daftar obat yang diusulkan untuk diadakan karena adanya pola penyakit baru
(rencana pengembangan). Daftar obat inilah yang di list untuk perencanaan obat
tahun berikutnya.
Langkah terakhir menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun
anggaran yang akan datang adalah dengan cara mengurangi kebutuhan obat yang
data obat yang akan di anggarkan dalam proses perhitungan kebutuhan obat,
dengan jumlah, jenis dan harga obat yang dipaparkan dalam dokumen rencana
kebutuhan obat.
Pihak farmasi tidak melakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat yang akan
di rumah sakit. Tim perencana obat dalam menghitung rencana pengadaan obat
yang akan datang, dilakukan dengan melihat pola pemakaian sebelumnya dan
peningkatan jumlah kunjungan pasien. Jika kunjungan pasien meningkat dan obat
itu termasuk jenis obat fast moving, maka akan dilakukan penambahan sekitar
20%. Tetapi jika obat itu termasuk jenis obat slow moving, hanya dilakukan
dilakukan oleh pihak farmasi adalah dengan menyusun rencana kebutuhan obat
rumah sakit menurut Kemenkes 2010. Perencanaan obat di rumah sakit USU
kebutuhan obat disusun oleh tim perencana obat . Penyusunan rencana kebutuhan
obat memperhatikan sisa stok obat yang ada, pola obat per bulan, jumlah obat
dimana sisa stok adalah obat yang masih ada dan tersisa yang bisa digunakan lagi
Pola perbulan dilihat dari 3 bulan terakhirnya, biasanya data yang dipakai
adalah data maksimum pada bulan sebelumnya. Seharusnya data yang dipakai
adalah rerata dari obat tersebut pertahunnya tetapi karena pola obat di rumah sakit
ini berbeda-beda setiap bulannya dan mengalami kenaikan yang signifikan maka
yang dipakai adalah data atau pola obat yang maksimum untuk perencanaan.
Jumlah obat yang dibutukan tersebut adalah data obat yang pola perbulan dikali
dengan 18 bulan, itu sudah mencakup perkiraan penambahan pasien dan stok
pengaman obatnya. Setelah itu akan didapatkan hasilnya lalu pada rencana
kebutuhan obat adalah sisa stok yang ada dikurang dengan pola perbulan yang
dikali 18 bulan, maka hasil dari perhitungan tersebut adalah rencana kebutuhan
Didalam rencana kebutuhan obat itu juga terdapat realisasi obat tahun
sebelumnya, gunanya untuk mengetahui jumlah obat yang telah dipakai atau
dengan tim dokter dan pelayanan rumah sakit sehingga bisa mengetahui
adalah untuk menghitung jumlah obat yang akan di rencanakan, serta bagian
pelayanan untuk mengetahui pola pemakaian obat tiap hari atau bulannya yang
ada pada pelayanan resep farmasi sehingga obat yang akan direncanakan sesuai.
Setelah rencana kebutuhan obat disusun lalu diberikan kepada kepala instalasi
bahwa pengadaan besar dalam rencana kebutuhan obat diadakan empat kali
setahun atau disebut juga triwulan dan jika ditemui pola obat yang berubah atau
ditemui obat yang habis ditengah jalan maka akan dilakukan permintaan obat
susulan. Permintaan obat susulan yang biasanya dilakukan pihak farmasi adalah
dua kali dalam sebulan. Permintaan obat susulan tersebut diajukan kepada pihak
jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan, menghindari terjadinya
setiap saat dengan jumlah yang cukup dan mudah diperoleh pada waktu yang
perencanaan kebutuhan obat. Dokumen tersebut terdiri dari nama obat yang
dibutuhkan, satuan dan jumlah obat. Dokumen perencanaan obat itu diserahkan ke
dilakukan pengadaan.
kendala dan hambatan, sehingga tujuan dari perencanaan obat itu tidak tercapai,
atau dengan kata lain obat tidak tersedia dengan jumlah, jenis atau tidak tersedia
wawancaranya:
tidak tahu pasti kapan obat itu bisa ada dan pada awal tahun
susah login. (Informan 2 dan 3)
kendala yang terjadi adalah jika data yang dibutuhkan untuk melakukan
perencanaan obat tidak lengkap, jika terjadi keterlambatan obat yang sampai ke
rumah sakit. Kekosongan obat tersebut salah satunya disebabkan yaitu pada
akan dipesan ke pihak distributor sedang habis atau kosong sehingga distributor
tidak langsung mengirim obat tersebut ataupun lama di waktu tunggu pengiriman
obatnya. Selain itu juga dapat diakibatkan karena terjadi peningkatan kunjungan
pasien, sehingga stok obat yang ada di gudang farmasi habis. Hal ini
masih terjadi kekurangan stok obat. Kekosongan stok menjadi salah satu kendala
rumah sakit.
merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh KFT yang
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Dengan adanya formularium rumah sakit
ini, akan menjadi dasar bagi dokter untuk membuat resep obat. Dalam rangka
ditemukannya dokter yang tidak patuh terhadap formularium rumah sakit bahkan
ada dokter yang tidak tahu kalau formularium rumah sakit itu sudah ada dan ini
dokter yang ada di rumah sakit sehingga dibutuhkannya sosialisasi rutin terhadap
dokter mengenai formularium yang ada di rumah sakit karena menurut Kemenkes
RI (2013) itu adalah sebagai acuan untuk penetapan penggunaan obat. Peresepan
obat yang berbeda-beda tiap dokter atau obat yang diresep adalah obat yang
sakit ini acak dan tidak menetap sehingga terdapat kesusahan atau mempengaruhi
dalam perencanaan obat. Dokter yang ada di rumah sakit ini banyak dan tidak
menetap karena rumah sakit ini adalah rumah sakit dari Universitas Sumatera
Utara, maka banyak ditemukan dokter yang masih pendidikan. Hal yang
dilakukan pihak farmasi jika obatnya kosong atau tidak tersedia adalah dengan
dan jenis yang sama, selain itu konfirmasi untuk pola penggunaan obat yang
obatnya sama.
Selain itu adalah pada awal tahun terdapat kesusahan untuk login e-
biro rektor mengenai pejabat ULP (Unit Layanan Pengadaan) dan PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) yang baru padahal mereka adalah tim pengadaan obat rumah
sakit yang dilimpahkan wewenang oleh rektor sehingga akibatnya ada terjadi
kelebihan obat di rumah sakit yang gunanya untuk stok pengaman di awal tahun,
untuk membantu tugas pengadaan pihak perbekalan rumah sakit dilibatkan agar
idealnya itu hanya digunakan oleh ULP dan PPK tetapi jika dalam pemesanan
barang oleh bagian perbekalan untuk pengadaan semuanya itu harus diketahui dan
Kekosongan stok (stock out) merupakan jumlah akhir obat sama dengan
bila ada permintaan tidak bisa terpenuhi. Apabila jumlah permintaan atau
kebutuhan lebih besar dari tingkat persediaan yang ada, maka akan terjadi
kekurangan persediaan atau disebut stock out. Kekosongan stok menjadi salah
mengakibatkan perawatan pasien tertunda. Selain itu pasien juga mengeluh karena
harus membeli obat ke apotik luar. Hal ini sejalan dengan penelitian Maimun
(2008), yang menyatakan bahwa dimana adanya stock out akan berakibat
biaya persediaan. Cara yang dilakukan untuk mengatasi kekosongan obat yang
terjadi di RS USU, adalah pihak farmasi memberi tahu dokter agar tidak
meresepkan obat yang tidak ada stoknya di gudang farmasi rumah sakit. Akan
tetapi jika obat tersebut sudah diresepkan oleh dokter, maka solusi yang dilakukan
adalah untuk pasien umum akan membeli sendiri obat yang diresepkan tersebut ke
apotik luar. Tetapi untuk pasien BPJS, maka bagian farmasi akan melakukan
koordinasi kembali dengan dokter yang meresepkan obat tersebut, agar jika
di rumah sakit, maka akan semakin besar pula kerugian yang dialami oleh suatu
diketahui bahwa terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kadaluarsa. Jumlah
ini tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, bahwa idealnya persentase nilai
obat rusak dan kadaluarsa di gudang haruslah berjumlah 0% atau tidak ada sama
sekali. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diketahui bahwa obat yang
kadaluarsa dikarenakan obat yang slow moving, pola penyakit berubah sehingga
obat menumpuk dan obat yang expired date nya kurang dari 2 tahun. Tetapi
rumah sakit. Hal ini dikarenakan RS USU sebagai rumah sakit milik pemerintah,
harus ada peraturan daerah mengenai pemusnahan obat yang kadaluarsa. Akan
tetapi peraturan tersebut belum ada, sehingga pemusnahan obat tidak dapat
dilakukan. Maka obat yang kadaluarsa di retur kepada distributor dan yang tidak
Adapun kelebihan obat yang terjadi di rumah sakit itu pada akhir tahun, itu
adalah satu cara mereka untuk meyediakan obat di awal tahun dengan kata lain
stok pengaman di awal tahun, karena pada awal tahun biasanya ada kendala
mengenai login e-katalogue. Hal tersebut dikarenakan pada awal tahun adanya
perpindahan SK (surat keputusan) oleh tim pengadaan yang ada di biro rektor,
padahal yang mempunyai login dan kata sandi tersebut adalah tim pengadaan. Jadi
pada awal tahun itu biasanya tidak ada transaksi obat, yang seharusnya pengadaan
itu sudah dimulai sejak awal tahun. Perencanaan obat menjadi tidak optimal
dikarenakan hal tersebut, untuk menyiasati hal itu tim perencana membuat
perencanaan untuk 14 bulan karena di bulan satu dan dua untuk stok pengaman.
Oleh karena itu dengan adanya berbagai faktor yang mendukung terhadap
perencanaan obat di instalasi farmasi RS USU seperti sumber daya manusia, data,
dengan jumlah dan jenis yang dibutuhkan serta tepat waktu sehingga tidak akan
5.1 Kesimpulan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), maka dapat
disimpulkan bahwa :
di Rumah Sakit USU belum sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Hal ini
kebutuhan obat yang tepat, tenaga perencanaan obat belum pernah mengikuti
3. Data yang digunakan untuk membuat rencana kebutuhan obat masih belum
lengkap dan dan akurat karena tidak melibatkan beberapa data seperti data
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
rumah sakit dan nasional, e-katalogue, dan juga form permintaan dokter,
tahun 2010, untuk perhitungan pemakaian nyata per tahun, pemakaian rata-
rata per bulan, kekurangan obat, kebutuhan obat tahun yang akan datang,
kebutuhan obat yang akan diprogramkan tahun yang akan datang dan obat
yang perlu diadakan pada tahun anggaran akan datang. Perhitungan obat yang
5.2 Saran
Utara adalah:
mengenai pengadaan obat kepada rumah sakit agar proses perencanaan obat
terlaksana lebih optimal khususnya dalam hal (leadtime) waktu tunggu obat.
a. melakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat yang tepat sesuai dengan cara
perhitungan yang ditetapkan dalam pedoman pengelolaan obat di rumah sakit agar
didapatkan rencana kebutuhan obat yang tepat sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
b. melakukan pencatatan dan pelaporan yang lebih teliti mengenai data yang
dibutuhkan dalam perencanaan kebutuhan obat, seperti data obat yang kosong dan
data obat yang hilang/kadaluarsa dan data lainnya sehingga perencanaan yang
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:
Universitas Indonesia
Depkes RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1990. Pedoman
perencanaan dan pengelolaan obat. Jakarta
___________________________________________________________. 2010.
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta
___________________________________________________________. 2013.
Formularium Kendalikan Mutu dan Biaya Pengobatan. Sumber :
http://binfar.kemkes.go.id/2013/06/formularium-nasional-kendalikan-
mutu-dan-biaya-pengobatan/
Siregar, C.J.P. dan Amalia L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur : tahun
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
B. Daftar Pertanyaan
1. Apakah ada dibentuk tim perencanaan obat untuk melakukan perencanaan obat
di RS USU?
4. Apakah ada pelatihan yang diberikan kepada orang-orang yang ditunjuk dalam
1. Apakah tugas dan tanggung jawab Bapak dalam melakukan perencanaan obat
di RS USU?
Bagaimana perhitungannya?
mengatasinya?
10. Apakah ada obat yang kadaluarsa? Apa yang dilakukan terhadap obat
kadaluarsa tersebut?
11. Menurut Bapak apakah jumlah SDM di instalasi farmasi RS USU sudah
tercukupi?
Perbekalan Farmasi
perencanaan obat?
10. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode konsumsi, data apa
11. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode morbiditas, data apa
12. Jika jumlah dana yang dialokasikan terlalu sedikit, bagaimana pihak instalasi
13. Apa usaha yang dilakukan untuk mengatasi obat-obat yang kosong?
Farmasi
1. Apakah tugas dan tanggung jawab Bapak dalam melakukan perencanaan obat
di RS USU?
mengatasinya?
6. Apakah ada obat yang kadaluarsa? Apa yang dilakukan terhadap obat
kadaluarsa tersebut?
tercukupi?
- Alokasi dana
- Stok Awal
- Penerimaan
- Pengeluaran
- Kekosongan obat
- Indeks musiman
- Waktu tunggu
- Stok pengaman
Tabel 1. Daftar obat yang pernah mengalami kekosongan stok pada tahun
2017