Anda di halaman 1dari 55

i

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN FRAKTUR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Sarjana S1 Keperawatan

Disusun Oleh:

ENI RATNAWATI

2202206078

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan judul “ Gambaran konsep diri pad pasien fraktur”,
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis
Ilmiah Program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

ENI RATNAWATI

02202206078

Pada:

Hari :

Tanggal : Tanggal Bulan Tahun

Pembimbing I Pembimbing II

Heni Purwaningsih, S.Kep.,Ns., M.Kep Estin Yuliastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN: 0609088102 NIDN 0611079501
iii

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN FRAKTUR

Disusun Oleh:

ENI RATNAWATI

02202206078

Proposal penelitian ini telah diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal : 2023

Susunan Tim Penguji :

No. Nama Jabatan dalam tim Tanda Tangan

1. Nama Ketua Penguji Ketua Penguji


NIDN. .....................

2. Heni Purwaningsih, S.Kep.,Ns., M.Kep Penguji 1


NIDN. 0609088102 .....................

3. Estin Yuliastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep Penguji 2


NIDN. 0611079501 .....................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ka. Prodi S1 Keperawatan

Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep Nurul Istiqomah, S. Kep., Ns., M.Kep
NIDN. 0610078604 NIDN. 0618109203
iv

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Gambaran konsep diri pad pasien fraktur”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan
Sarjana Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta.
Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman
dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan berbagai kesulitan. Namun
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik material maupun moral,
maka skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Weni Hastuti, M.Kes., Ph.D selaku Ketua Rektor Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah
Surakarta.
3. Heni Purwaningsih, S.Kep.,Ns., M.Kep sebagai pembimbing I, dengan
bijaksana dan sabar membantu dalam menyumbangkan ide-idenya dalam
mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan proposal ini
4. Estin Yuliastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II dengan sabar
dan meluangkan waktu dalam membantu menyumbangkan ide-idenya
dalam mengoreksi, merevisi dan melengkapi dalam penyusunan proposal
karya ilmiah ini.
5. Seluruh dosen dan staf di Institut Tehnologi Sains dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta, terimaksih atas motivasi, kepedulian, perhatian
serta atas ilmu yang telah diberikan yang sangat bermanfaat.
6. Suami, anak serta orang tuaku tercinta yang tak pernah lelah berjuang,
berdoa, memberi motivasi serta memberikan kasih sayang yang teramat
besar.
v

7. Keluarga RS Karima Utama yang selalu memberikan motivasi dan


doanya.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada
penulis, yang tidak dapat kami sebutkan satu peRSatu hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang terkait, di kalangan akademis dan masyarakat yang berminat terhadap
ilmu keperawatan.
Surakarta, Oktober 2023
vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Perumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................4
E. Keaslian penelitian........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
A. Tinjauan teori................................................................................................8
1. Konsep dasar fraktur.....................................................................................8
2. Konsep diri..................................................................................................13
B. Kerangka teori.............................................................................................24
C. Kerangka konsep.........................................................................................25
D. Hipotesis......................................................................................................25
BAB III..................................................................................................................26
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................26
A. Jenis Dan Desain Penelitian........................................................................26
B. Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................................26
C. Populasi, Sampel Dan Tekhnik Sampling...................................................26
D. Variabel Penelitian......................................................................................28
E. Definisi Operasional...................................................................................28
F. Intrumen Penelitian.....................................................................................30
G. Tekhnik Pengumpulan Data........................................................................30
H. Tekhnik Pengolahan Data...........................................................................31
I. Tekhnik Analisa Data..................................................................................32
J. Jalannnya Penelitian....................................................................................33
K. Etika Penelitian...........................................................................................34
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 keaslian penelitian..................................................................................4


Tabel 3.1 definisi operasional................................................................................28
viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 kerangka teori.....................................................................................24
Gambar 2.2 kerangka konsep1...............................................................................25
ix

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 permohonan responden
Lampiran 3 persetujuan responden
Lampiran 4 jadwal penelitian
x
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Cedera muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan masyarakat
utama secara global, yang berkontribusi terhadap beban besar kecacatan,
penderitaan, dan kematian (Babalola, 2019). Patah tulang atau fraktur adalah
putusnya seluruh atau sebagian kontinuitas jaringan tulang. Patah tulang
dapat terjadi pada tulang manapun di tubuh (Castiello, 2023). Data dari dunia
menurut World Health Organization (WHO) mengenai kejadian fraktur atau
patah tulang di dunia pada tahun 2020 terjadi kurang lebih 13 juta orang
dengan angka pravalensi sebesar 2,7%. Indonesia merupakan negara terbesar
di asia tenggara yang mengalami kasus patah tulang (fraktur) terbanyak yaitu
sebesar 1,3 juta jiwa setiap tahunnya dari jumlah penduduk berkisar 238 juta
jiwa. Sedangkan, di Indonesia menurut survey dari riset kesehatan dasar
bahwasanya proporsi tempat terjadinya cedera yang paling banyak terjadi di
jalan raya dengan persentase 31,4% serta penyebab utama cedera akibat
kecelakaan lalu lintas di posisi puncak adalah mengendarai sepeda motor
(72,7%). Selain itu, proporsi bagian tubuh yang paling banyak dijumpai
cedera yaitu anggota gerak bawah (Riskesdas, 2018).
Di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020 didapatkan sekitar 2.700
orang mengalami fraktur, 56% mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami
kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami gangguan
psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Indrawan &
Hikmawati, 2021). RS Karima Utama merupakan RS Khusus Ortopedi
dengan penanganan khusus pada bedah orthopedi. Pasien yang melakukan
tindakan operasi fraktur tidak hanya dari daerah kabupaten Sukoharjo namun
juga dari kota lain. Prevalensi kejadian tindakan ORIF di RS Karima Utama
pada bulan Agustus 2023 adalah sejumlah 584 kasus dengan mayoritas pada
ekstermitas atas.
Salah satu penatalaksanaan pada kasus fraktur yaitu dengan melakukan
operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixition) atau yang lebih dikenal

1
2

dengan fiksasi terbuka. ORIF adalah sebuah prosedur bedah medis, yang
tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti
yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada
fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi
penyembuhan (Maghfiroh, 2016). Pada penderita fraktur yang mengalami
perubahan yang tiba-tiba dari sehat menjadi sakit membuat perubahan-
perubahan baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis (Daniel, 2016).
Selain itu, adanya pemasangan alat, keterbatasan gerak, perawatan yang
mengharuskan pasien tirah baring dalam waktu lama, kelemahan fisik,
adanya luka akan dapat menimbulkan terjadinya perubahan pada konsep diri
pasien (Brunner, 2017).
Konsep diri pada pasien fraktur merupakan cara pandang pasien
fraktur dalam melihat pribadinya secara holistik (Kurniawati, 2017). Konsep
diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan
realitas dunia. Di samping konsep diri hal yang paling membantu pasien
dalam mengatasi masalah adalah support sistem atau dukungan dari keluarga,
teman maupun orang lain (Kurniawati, 2021). Individu yang mengalami
kecelakaan dan menderita patah tulang atau fraktur, dapat timbul rasa cemas
dan tidak berdaya akibat penyakit tersebut (Muttaqin, 2018). Penelitian Sitio
(2023) menyatakan bahwa konsep diri yang positif dapat membentuk
evaluasi positif terhadap tubuh seseorang. Evaluasi diri secara positif
hasilnya, pandangan mengenai diri sendiri dan harga diri dapat meningkat.
Sebaliknya, konsep diri yang negatif dapat membentuk evaluasi negatif
terhadap tubuh seseorang Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu harga
diri, ideal diri, peran diri, identitas diri dan citra tubuh(Suhron, 2017).
Pasien fraktur terjadi perubahan peran. Perubahan tersebut dapat
mempengaruhi orang lain berinteraksi dan berhubungan dengan mereka;
hubungan dengan keluarga dan teman kadang dapat berubah atau
disesuaikan. Perubahan peran yang mempengaruhi fungsi pekerjaan juga
berkaitan dengan perubahan harga diri. Kebanyakan orang mendasarkan

2
3

harga dirinya pada kemampuannya untuk bekerja dan menjadi produktif. Bila
dipaksa pensiun atau menjalani masa penyembuhan, seseorang dapat merasa
kehilangan dan terputus akan hubungannhya dengan orang lain (Smeltzer &
Bare, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Warjiman dan Munawaroh (2016)
menyebutkan frekuensi konsep diri dengan hasil kategori konsep diri positif
(56,67%), identitas personal dengan kategori identitas kuat (53,33%), citra
tubuh dengan kategori positif (56,67%), performa peran dengan kategori
kepuasan peran 56,67%, responden ideal diri dengan kategori ideal diri
realistik (63,33%) dan harga diri dengan kategori harga diri tinggi (60%).
Penelitian lain oleh Hamdani (2014), tentang gambaran citra tubuh pasien
paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau
Medan menunjukkan bahwa dari 42 orang responden terdapat 24 orang
(57%) yang mengalami gangguan citra tubuh dan 18 orang (43%) yang tidak
mengalami gangguan citra tubuh.
Adanya gangguan konsep diri pada pasien fraktur berisko mengalami
dampak psikologis yang dapat berakibat memperlama proses pemulihan
pasien. Penelitian Sitio (2023) dalam penelitiannya didapatkan hasil P-value
= 0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara konsep diri
dengan body image pada pasien ORIF di RSUD Meuraxa Banda Aceh.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit (RS) Karima
Utama pada bulan Agustus 2023 terhadap 10 pasien didapatkan data bahwa,
100% pasien mengaku malu dengan kondisi yang dialami saat ini dan kuatir
setelah operasi tidak dapat bekerja kembali. Beberapa dasar di atas
mendorong peneliti untuk meneliti “Gambaran konsep diri pada pasien
fraktur”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran
konsep diri pada pasien fraktur?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

3
4

Mengetahui gambaran konsep diri pada pasien fraktur .

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik umur, jenis kelamin, status pernikahan,
bagian fraktur, pendidikan dan pekerjaan pasien fraktur
b. Mengidentifikasi konsep diri pasien fracture
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman dalam peningkatan mutu
pelayanan pasien di RS Karima Utama Surakarta.
b. Sebagai bahan masukan dan acuan bagi peneliti selanjutnya yang
akan meneliti konsep diri dihubungkan dengan variabel lainnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi responden
Diharapkan responden dapat menerima kondisi saat ini dengan
ikhlas dan tidak merasa harga diri rendah.
b. Bagi tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi tim perawat
dan tim kesehatan lainnya dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
c. Bagi RS Karima Utama
Hasil penelitian dapat memberikan gambaran kepada managemen
keperawatan dan pelayanan tentang konsep diri pasien fraktur.
d. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi literatur tambahan dalam
mendukung dan memperkuat hasil penelitian selanjutnya.
E. Keaslian penelitian
Tabel 1.1 keaslian penelitian
1 Nama peneliti/tahun Sitio dan Putri tahun 2023
Judul penelitian Konsep diri berkorelasi dengan body
image pada pasien open reduction internal
fixation (orif)

4
5

Desain dan variabel Penelitian ini merupakan penelitian


penelitian kuantitatif dengan desain observasional
dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien open reduction internal fixation
(ORIF) yang melakukan medical check
updi poli ortopedi RSUD Meuraxa Banda
Aceh. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 36 responden. Metode
pengambilan sampeladalah non
probability sampling dengan teknik
purposive sampling. Variabel yang diteliti
adalah konsep diri dan body image pasien
Hasil Hasil penelitian ini didapatkan hasil P-
value = 0,000 < 0,05 sehingga hipotesa
Ho ditolakartinya ada hubungan yang
bermakna antara konsep diri dengan body
imagepada pasien ORIFdi RSUD
Meuraxa Banda Aceh
Persamaan Meneliti konsep diri pasien fraktur.
Instrumen pengambilan data dengan
kuesioner.

Perbedaan Pada desain penelitian, penelitian terkait


menggunakan cross sectional sedangkan
peneliti akan menggunakan penelitian
deskriptif.
Tekhnik sampling yang digunakan
peneliti adalah acidental sampling
sedangkan penelitian terkait purposive
sampling
2 Nama peneliti/tahun Ribka tahun 2023
Judul Gambaran Penerimaan Diri pada Pasien
Fraktur
Desain dan variabel Metode penelitian ini menggunakan
penelitian teknik analisis studi deskriptif. Jumlah
sampel pada penelitian ini sebanyak 32
responden dengan teknik pengambilan
sampel purposive sampling. Alat ukur
yang digunakan yaitu kuesioner Skala
Penerimaan Diri Berger (Berger’s Self
Acceptance Scale). Analisis yang
digunakan yaitu analisis univariate dengan
tabel distribusi.
Hasil Hasil penelitian ini didapatkan usia paling
banyak remaja akhir 17 responden

5
6

(53,1%) dengan penerimaan baik pada


usia dewasa akhir (15,3%), jenis kelamin
laki-laki paling banyak 19 responden
(59,4%) dengan penerimaan diri baik pada
laki-laki (37,5%), pendidikan tamat
sma/smk paling banyak 14 responden
(43,8%) dengan penerimaan diri baik pada
pendidikan tinggi S1 (100%), jenis fraktur
paling banyak fraktur terbuka 19
responden (59,4%) dengan penerimaan
diri baik pada fraktur tertutup (37,5%) dan
lokasi fraktur paling banyak ekstremitas
atas 20 responden (68,8) dengan
penerimaan diri baik pada lokasi fraktur
ekstremitas atas (37,5%)
Persamaan Meneliti pasien fraktur .
Desain penelitian sesuai dengan yang
akan dilakukan peneliti yaitu penelitian
deskriptif.
Instrumen penelitian akan menggunakan
kuesioner.

Perbedaan Peneliti akan meneliti konsep diri pasien


sedangkan penelitian terkait meneliti
penerimaan diri.
Tekhnik pengambilan sampling berbeda,
peneliti akan menggunakan acidental
sampling sedangkan penelitian terkait
menggunakan purposive sampling.
3 Nama peneliti/tahun Warjiman tahun 2015
Judul Gambaran konsep diri pasien post op fraktur
ekstremitas di ruang rawat inap tahun 2015

Design dan variabel Desain penelitian yang digunakan adalah


penelitian kuantitatif dengan rancangan

deskriptif. pengambilan menggunakan


tekhnik total sampling yang berjumlah 30

responden dengan Alat ukur berupa


kuesioner

Variabel yang diteliti adalah terapi


konsep diri pasien frakture.

6
7

Hasil Analisa data menggunakan analisa


univariat dengan distribusi frekuensi.
Hasil penelitian pada analisis univariat
konsep diri dengan kategori konsep diri
positif (56,67%), identitas personal
dengan kategori identitas kuat (53,33%),
citra tubuh dengan kategori positif
(56,67%), performa peran dengan
kategori kepuasan peran 56,67%,
responden ideal diri dengan kategori
ideal diri realistik (63,33%) dan harga
diri dengan kategori harga diri tinggi
(60%).

Persamaan Meneliti konsep diri pasien fraktur dengan


menggunakan desain penelitian
dekskriptif.

Perbedaan Tekhnik sampling yang digunakan


berbeda, peneliti akan menggunakan
acidental sampling sedangkan penelitian
terkait menggunakan total sampling.
Tempat dan waktu penelitian berbeda.
Peneliti akan melakukan penelitian pada
bulan Oktober 2028 di RS Karima Utama

7
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Konsep dasar fraktur
a. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma,
tekanan maupun kelainan patologis (Kawiyana dkk, 2020).
Pendapat lain menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang (Suriya & Zuriati, 2019).
b. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Suriya & Zurianti (2019) yaitu:
1) Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai almiah yang di rancang utuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan
cenderung bergerak secara alamiah (gerak luar biasa) bukannya tetap
rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen tulang pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun
teraba) ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan
ekstermitas yang normal. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melekatnya otot.

8
9

3) Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya


karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur.
4) Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat
trauma dari pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
Sedangkan Black & Hawk (2014) menjelaskan tanda dan gejala
terjadinya fraktur antara lain:
1) Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan
deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan
pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau angulasi.
Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki deformitas
yang nyata.
2) Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi
cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan
sekitar.
3) Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4) Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
5) Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu
mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda
pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus, meningkat

9
10

jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen
fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
6) Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
7) Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur
atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang
terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.

8) Gerakan abnormal dan krepitasi


Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang
atau gesekan antar fragmen fraktur.
9) Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau
struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas
atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur.
10) Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan
besar atau tersembunyi dapat menyebabkan syok
c. Penyebab
Penyebab patah tulang yang paling umum menurut Throckmorton
(2021) adalah:
1) Trauma.
Jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atau tekel saat
pertandingan sepak bola dapat menyebabkan patah tulang.
2) Osteoporosis.
Kelainan ini melemahkan tulang dan membuatnya lebih mudah
patah.
3) Terlalu sering digunakan.

10
11

Gerakan berulang dapat melelahkan otot dan memberi tekanan


lebih besar pada tulang. Hal ini dapat mengakibatkan fraktur stres.
Fraktur akibat stres lebih sering terjadi pada atlet
d. Penatalaksanaan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada kasus fraktur
menurut Throckmorton (2021) adalah:
1) Imobilisasi
Plester atau gips fiberglass adalah jenis pengobatan patah tulang
yang paling umum, karena sebagian besar tulang yang patah dapat
sembuh dengan sukses setelah posisinya diubah dan gips dipasang
untuk menjaga ujung patah pada posisi yang tepat selama proses
penyembuhan.
2) Gips
Gips atau penahan memungkinkan pergerakan sendi di dekatnya
secara terbatas atau terkendali. Perawatan ini diinginkan untuk
beberapa, namun tidak semua, patah tulang.
3) Traksi
Traksi biasanya digunakan untuk menyelaraskan tulang atau
tulang dengan tindakan tarikan yang lembut dan mantap. Ini biasanya
tidak digunakan sebagai pengobatan definitif.
4) Fiksasi Eksternal
Dalam jenis operasi ini, dokter memasang pin atau sekrup logam
ke tulang yang patah di atas dan di bawah lokasi patah. Pin atau
sekrup dihubungkan ke batang logam di luar kulit. Perangkat ini
adalah kerangka penstabil yang menahan tulang pada posisi yang tepat
selama proses penyembuhan. Dalam kasus di mana kulit dan jaringan
lunak lain di sekitar patah tulang rusak parah, fiksator eksternal dapat
digunakan sampai Anda dapat menjalani operasi.
5) Reduksi Terbuka dan Fiksasi Internal
Selama operasi ini, dokter akan memposisikan ulang
(mengurangi) fragmen tulang ke posisi normalnya dan menyatukan

11
12

tulang dengan sekrup khusus atau dengan menempelkan pelat logam


ke permukaan luar tulang. Fragmen-fragmen tersebut juga dapat
disatukan dengan memasukkan batang ke bawah melalui bagian
tengah tulang.
e. Faktor resiko
Faktor resiko yang dapat meningkatkan risiko fraktur Menurut
Haryono dan Utami (2021) adalah sebagai berikut:
1) Merokok merupakan faktor risiko patah tulang karena dampaknya
pada tingkat hormon. Wanita yang merokok umumnya mengalami
menopause pada usia yang lebih dini.
2) Minum alkohol secara berlebihan dapat memengaruhi struktur dan
massa tulang. Penelitian yang diterbitkan oleh national institute on
alcohol abuse and alcoholism menunjukan bahwa seseorang yang
alkohol selama bertahun-tahun akan mengalami kerusakan kualitas
tulang danhal tersebut dapat meningkatkan risiko keropos tulang
dan fraktur potensional.
3) Steroid (kortikosteroid) sering diresepkan untuk mengobati kondisi
peradangan kronis, seperti rematoid atritis, penyakit radangan usus,
dan penyakit baru obstruktif kronil (PPOK). Sayangnya,
penggunaanya pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan tulang
kropos dan patah tulang. Efek samping yang tidak diinginkan ini
tergantung dosis dan secara langsung berkaitan dengan kemampuan
steroid untuk menghambat pembentukan tulang, mengurangi
penyerapan kalsium disaluran pencernaan, dan meningkatkan
kehilangan kalsium melalui urine
4) Artritis rematoid atritis merupakan penyakit autoimun yang
menyerang sel-sel dan jaringan sehat di sekitar sendi. Akibatnya,
peradangan kronis terjadi pada sendi dan menyebabkan rasa sakit,
bengkak, dan kaku. Peradangan ini seiring waktu dapat
menghancurkan jaringan persendian dan bentuk tulang.

12
13

5) Gangguan kronis lainnya seperti penyakit celiec, penyakit crohn,


dan kolitis ulserativa, sering dikaitkan dengan
Pasien diabetes tipe 1 memiliki kepadatan tulang yang rendah.
Onset diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada masa kanak-kanak
ketika massa tulang terbentuk. Masalah penglihatan dan kerusakan
saraf yang sering menyertai diabetes dapat berkontribusi pada patah
tulang terkait. Pada diabetes tipe 2, biasanya dengan onset di
kemudian hari, penglihatan yang buruk, kerusakan saraf, dan
ketidakaktifan dapat menyebabkan jatuh; meskipun kepadatan
tulang biasanya lebih besar daripada diabetes tipe 1, kualitas tulang
dapat terpengaruh oleh perubahan metabolik karena kadar gula
darah yang tinggi.
2. Konsep diri
a. Pengertian konsep diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri
yang meliputi gambaran dirinya dan kepribadian yang diinginkan yang
diperoleh dari hasil pengalaman dan interaksi yang mencakup aspek fisik
ataupun psikologis (Usman, 2019).
Konsep diri merupakan konseptualisasi individu terhadap dirinya
sendiri yang didasari perasaan subjektif indvidu dan hasil pemikiran yang
disadari/tidak disadari, sikap dan persepsi yang secara langsung
mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri
(Siallagan & ginting, 2023).
Hartanti (2018) menjelaskan bahwa Konsep diri adalah bagian
dari individu yang sangat berperan penting. Konsep diri diartikan sebagai
perasaan individu mengenai dirinya yang berperan sebagai pribadi utuh
dan berkarakteristik unik, sehingga seorang individu tersebut akan
dikenali sebagai individu yang memiliki ciri khas unik. Konsep diri juga
berperan penting sebagai bagian diri yang dapat memahami kebutuhan
dalam diri individu serta introspeksi terhadap kekurangan dan kelebihan
atas dirinya secara obyektif.

13
14

Perawat sebagai subjek yang berhadapan langsung dengan pasien,


keluarganya serta berbagai prosfesi lain dalam pekerjaannya, seyogyanya
memiliki konsep diri yang baik. Hal ini perlu dilatih sejak menjalani
pendidikan dalam keperawatan, supaya mahasiswa keperawatan memiliki
kepercayaan diri yang baik sehingga mampu bekerja sama dalam tim.
b. Aspek-aspek konsep diri
Usman (2019) mengemukakan bahwa konsep diri tersebut dibagi
kedalam lima aspek yaitu

1) Diri fisik
Merupakan bagaimana seseorang itu melihat dan menilai dirinya
sendiri dari segi fisik, kesehatan, peampilan dan dari gerak
motoriknya.
2) Diri keluarga
Merupakan bagaimana seseorang tersebut menilai sebagai
anggota keluarga dan harga diri sebagai anggota keluarga.
3) Diri pribadi
Merupakan bagaimana seseorang menggambarkan identitas
dirinya dan bagaimana menilai dirinya sendiri.
4) Dari moral etik
Merupakan bagaimana persaan seseorang mengenai
hubungannya dengan Tuhan dan penilainya mengenai hal-hal yang
dianggap baik dan buruk.
5) Diri sosial
Merupakan bagaimana seseorang melakukan gabungan atau
interaksi sosial.
c. Komponen konsep diri
Konsep diri menurut Siallagan & Ginting (2023) dibagi menjadi 5
komponen yang dijelaskan sebagai berikut.

14
15

1) Citra tubuh
Citra tubuh (body image) atau sering disebut gambaran diri
merupakan persepsi individu terhadap kondisi tubuhnya termasuk
penampilan dan potensi tubuh. Bila seseorang memiliki gambaran diri
yang baik, maka orang tersebut akan selalu memandang positif
dirinya, merasa nyaman dengan keadaan yang dimilikinya, senang
dengan dirinya bagaimanapun bentuk dan keadaan saai ini. Sementara
seseorang dengan citra tubuh yang buruk akan selalu merasa tidak
percaya diri, selalu minder dengan keadaan yang dimiliki, cenderung
mudak emosi dan tidak bisa menerima kondisi dirinya.
Manusia yang memiliki kondisi fisik yang baik, lebih cenderung
memiliki harga diri lebih baik dibandingkan dengan individu yang
memiliki kondisi fisik kurang menarik. Begitu pun bagi individu yang
sangat memikirkan masalah bentuk serta ukuran tubuhnya menurut
Abdussamad dan Supradewi (2018), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi citra tubuh yakni pengaruh berat badan atau persepsi
kurus/gemuk, pengalaman pernah memiliki bentuk tubuh yang ideal
maka akan timbul keinginan untuk kembali ke masa lalu, dan budaya.
Siallagan & ginting (2023) menjelaskan bahwa citra tubuh
dibagi menjadi 3 kriteria sebagai berikut :
a) Citra tubuh baik
Individu yang memilik citra tubuh yang baik atau positif, adalah
pribadi yang selalu memandang positif dirinya, merasa nyaman
terhadap keadaan yang dimilikinya, senang dengan dirinya
bagaimanapun bentuk dan keadaannya saat ini.
b) Citra tubuh sedang
Individu yang memiliki citra tubuh yang sedang atau cukup,
merupakan yang individu yang masih labil dan masih ragu-ragu
di dalam menilai dirinya sendiri. Individu terkadang merasa
nyaman dengan tubuh yang ia miliki, dan terkadang mereka juga
merasa kurang nyaman dengan dirinya. Namun, individu yang

15
16

memiliki citra tubuh yang cukup masih bisa menerima keadaan


yang dimiliki lebih baik.
c) Citra tubuh buruk
Individu yang memiliki citra tubuh yang buruk, merupakan
individu individu yang tidak percaya diri, selalu merasa minder
dengan keadaan yang dimiliki, cenderung mudah emosi dan tidak
bisa menerima keadaan dirinya yang dimiliki sehingga individu
yang dimiliki citra tubuh yang buruk cenderung menarik diri.

2) Identitas diri
Identitas diri merupakan kesadaran individu bahwa dirinya
berbeda dengan orang lain melalui observasi dan penilaian terhadap
diri sendiri. Identitas adalah sintesis dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian
tujuan, atribut, jabatan dan peran. Identitas individu mencakup nama,
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama, suku/etnis,
status perkawinan, golongan darah, pekerjaan dan lain sebagainya.
Namun identitas diri tidak hanya seperti yang tercantum dalam kartu
identitas penduduk sebuah komunias/ bangsa, namun lebih kepada
kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
Perawat sangat penting dan wajib dalam tugas pelayanannya
memperhatikan identitas klien, karena sering kali ada klien yang
memliki identitas sama persis, namun yang membedakan adalah
nomor rekam medisnya. Sekalipun identitas individu sama dengan
individu lain, pasti ada komponen yang membedakan mereka, karena
manusia itu adalah unik. Kemandirian seseorang timbul dari rasa
berharga pada dirinya sendiri
3) Performa peran
Peran merupakan serangkaian pola sikap dan perilaku yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Ada

16
17

beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam menyesuaikan


diri dalan perannya, yakni kejelasan perilaku dan pengetahuan sesuai
peran, konsistensi respons yang berarti terhadap peran yang dilakukan,
kesesuaian dan keseimbanan antar peran yang diemban, keselarasan
budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran serta pemisahan
situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian peran. Peran
memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan
merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada
orang yang berarti.

4) Ideal diri
Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana
seharusnya bersikap dan berperilaku berdasarkan standar pribadi,
aspirasi, tujuan, atau nilai yang diyakininya. Ideal diri dipengaruhi
oleh kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan kemampuan
individu dalam menyesuaikan diri dengan norma dan prestasi
masyarakat setempat.
5) Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan
ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Seseorang akan merasa harga dirinya tinggi bila sering berhasil atau
mencapai tujuan hidupnya. Sebaliknya, seseorang yang sering
mengalami kegagalan, diabaikan bahkan ditolak masyarakat akan
merasa harga dirinya rendah (Siallagan & ginting, 2023). Harga diri
akan meningkat sesuai meningkatnya usia dan sangat terancam pada
masa pubertas. Siallagan & ginting (2023), menyatakan bahwa ada
beberapa hal yang dapat meningkatkan harga diri, yaitu memberi
kesempatan untuk berhasil, menanamkan idealisme, mendukung
aspirasi/ide, membantu pembentukan mekanisme pertahanan
diri/koping.

17
18

d. Jenis konsep diri


Konsep diri terbagi atas dua yakni konsep diri positif dan konsep
diri negatif. Konsep diri yang positif menunjukkan adanya penerimaan
diri di mana seseorang mengenal dirinya dengan baik sekali. Individu
menyadari potensi dirinya, kelebihan serta kekurangannya sendiri.
Apabila ada kritik dan saran atau komentar dari luar diri, maka seseorang
yang memiliki konsep diri positif akan menerima hal tersebut sebagai
evaluasi diri supaya menjadi semakin baik (Siallagan & ginting, 2023).

1) Konsep diri positif


Individu yang memiliki konsep diri positif memiliki tujuan
hidup yang realistis, kemungkinan mencapai tujuan sangat besar
sesuai dengan kemampuan dan usaha diri, serta menganggap hidup
adalah proses pendewasaan. Dapat disumpulkan bahwa seseorang
dengan konsep diri positif akan merasa yakin dengan kemampuannya,
merasa setara dengan orang lain, menyadari bahwa tiap orang
mempunyai perasaan, keinginan dan perilaku, mampu menerima kritik
dan memperbaiki diri agar semakin baik.
2) Konsep diri negatif
Konsep diri negatif adalah pandangan tentang diri sendiri yang
tidak teratur, tidak memiliki kestabilan, keutuhan diri dan tidak tahu
siapa dirinya, baik kekuatan maupun kelemahannya. Individu yang
memiliki konsep diri negatif akan peka terhadap kritikan, kurang
mampu menerima komentar orang lain, responsif terhadap pujian,
pesimis terhadap kompetisi, serta kurang mampu memperbaiki diri.
e. Dimensi konsep diri
Siallagan & ginting (2023), menyebutkan dimensi utama dari
konsep diri, meliputi:
1) Pengetahuan

18
19

Dimensi pertama dari konsep diri adalah mengenai apa yang


individu ketahui mengenai dirinya, mencakup persepsi dan perasaan
tentang penampilan dan potensi tubuh saat ini dan di masa lalu.
Persepsi ini berperan penting dalam hal psikologis yang berkaitan erat
dengan keprbadian diri. Pandangan yang realistis terhadap diri,
menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman
sehingga terhindar rasa cemas dan meningkatkan harga diri.
Seseorang yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran
dirinya akan memperlihatkan kemampuan terhadap realisasi yang
akan memicu sukses di dalam kehidupan. Pengalaman individu dapat
mengubah gambaran diri secara dinamis, termasuk juga dalam hal
jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dan lain sebagainya.
Biasanya seseorang memberikan julukan tertentu terhadap pada
dirinya sendiri.
2) Pengharapan diri
Pengharapan dapat juga diartikan sebagai bentuk ideal diri.
Setiap harapan individu akan membangkitkan kekuatan yang
memotivasi diri untuk mencapai harapan tersebut di masa depan. Ideal
diri hendaknya realistis, tidak terlalu tinggi, harus disesuaikan dengan
kemampuan saat ini. Pengharapan diri dipengaruhi oleh faktor
kecenderungan individu itu sendiri dalam menentukan ideal dirinya,
faktor budaya dan ambisi/keinginan.
3) Penilaian diri
Penilaian menyangkut unsur evaluasi, yakni seberapa besar
individu menyukai dirinya sendiri. Persepsi kita tentang diri sendiri
sering kali tidak sama dengan kenyataan adanya diri yang sebenarnya.
Semakin besar ketidaksesuaian antara persepsi diri dengan ideal diri,
maka akan semakin rendah harga diri kita.
Sebaliknya orang yang punya harga harga diri yang tinggi akan
menyukai siada dirinya, apa yang dikerjakan dan sebagainya. Cita-cita
diri akan menentukan konsep diri dan menjado faktor paling penting

19
20

dalam menentukan perilaku seseorang. Dengan demikian dapat


dikatakan bahwa dimensi penilaian merupakan komponen
pembentukan konsep diri yang signifikan.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut
Siallagan & ginting (2023) terdiri dari dua :
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan hal-hal yang mempengaruhi konsep diri
dari dalam individu itu sendiri. Faktor internal termasuk kondisi fisik,
usia, jenis kelamin, pengetahuan/pendidikan. Cara pandang individu
terhadapdirinya dipengaruhi kondisi fisik. Kondisi cacat akan
mempengaruhi diri seorang individu merasa kurang sempurna sebagai
makhluk ciptaan tuhan, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
tertentu karena harus dibantu dan merasa menyusahkan orang lain,
menjadi bebean orang lain.
Usia yang semakin tua juga seharusnya membuat konsep diri
semakin positif dan pengalaman hidup yang didapat semakin
bervariasi. Perempuan biasanya memiliki konsep diri lebih negatif
daripada laki-laki, terutama pada usia remaja karena pencarian
identitas dan faktor teman sebaya. Konsep diri laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Sefangkan ditinjau melalui aspek fisiologis,
psikologis, psiko-sosial, dan psiko-spiritual tidak terdapat perbedaaan
yang signifikan antara laki-laki dengan perempuan.
2) Faktor eksternal
a) Keluarga
Keluarga merupakan faktor utama dalam pembentukan
konsep diri, disertai dengan nilai-nilai dan norma yang diyakini,
agama dan budaya/suku. Interaksi social, lingkungan masyarakat,
kelompok tertentu di komunitas, mempengaruhi cara pandang dan
penilaian diri. Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respons
orang lain terhadap diri kita.

20
21

Apabila individu tidak memiliki konsep diri yang baik maka


akan merasa terisolasi dari teman-temannya. Individu akan
mengalami kecanggungan sosial dalam beberapa situasi,
menghindari mengambil resiko sosial dan mengalami kesulitan
membentuk hubungan pribadi serta memiliki harapan yang agak
sintetis tentang bagaimana hubungan sosial harus terungkap.
Konsep diri berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
interpersonal karena membantu individu dalam memandang
dirinya sendiri, dengan kata lain perilaku individu sesuai dengan
cara pandang individu tersebut terhadap dirinya sendiri. Dalam
melakukan komunikasi, setiap individu harus memahami karakter
orang lain yang memiliki budaya yang berbeda.
b) Budaya
Budaya tidak hanya mempengaruhi tingkah laku individu,
tapi juga konsep diri individu. Budaya mempengaruhi
pembentukan konsep diri dan juga berpengaruh terhadap individu
ketika melakukan komunikasi interpersonal. Perbedaan dalam
memandang diri akan terlihat ketika individu-individu dari
berbagai latar belakang budaya yang memiliki rasa akan berdiri
yang berbeda ini berkumpul atau bertemu satu sama lain.
Pemahaman konsep diri menurut lintas budaya dibagi menjadi 2
hal yakni diri individual dan diri kolektif.

g. Alat ukur konsep diri


1) Tennessee self concept scale (TSCS)
Tennessee self concept scale (TSCS) merupakan alat untuk
mengatur konsep diri secara umum yang berada dalam usia 12 tahun
ke atas. Alat ukur ini dapat diberikan secara individual maupun
kelompok. TSCS menurut Siallagan & ginting (2023)yang
dikembangkan oleh William H. Fitts pada tahun 1965 dan telah
diadaptasi dan dikembangkan oleh sri rahayu partosuwindo. Dkk di

21
22

indonesia pada tahun 1979, dari universitas gajah mada, yogyakarta


terdiri dari 100 pernyataan. Aspek ini diukur terdiri dari dimensi:
a) Identitas diri
b) Kepuasan diri
c) Tingkah laku
d) Diri fisik
e) Diri etik-moral
f) Diri personal
g) Diri keluarga
h) Diri social
i) Variabilitas
j) Distribusi
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan le sri rahayu
partosuwindo, dkk dengan menggunakan rumus korelasi pearson
product moment menunjukan bahwa semua item pada alat ukur TSCS
valid. Dari uji reliabilitas pada TSCS didapatkan koefisien reliabilitas
sebesar 0.903 (Siallagan & ginting, 2023).
2) Children’s self-concept scale (CSCS)
Alat ukur konsep diri menggunakan Children’s self-concept
scale (CSCS) dapat diaplikasikan pada anak usia 7 hingga 18 tahun.
Instrumen ini dikembangkan lebih lanjut oleh piers dan harris pada
tahun 1964. Kuesionner CSCS terdiri dari pernyataan-pernyataan
sederhana, dimana konsep diri dideskripsikan dalam banyak faktor,
dengan koefisien reliabilitas KR-21 (0,78-0,93).
3) Children’s self-concept scale (CSCS)
Children’s self-concept scale merupakan skala yang dirancang
untuk mengukur konsep diri remaja. Analisis faktorial yang dilakukan
menyoroti enam faktor: perilaku, kecemasan, status intelektual,
popularitas, penampilan fisik, dan kebahagiaan.
h. Konsep diri pasien fraktur

22
23

Konsep diri pada pasien fraktur merupakan cara pandang pasien


fraktur dalam melihat pribadinya secara utuh. Kondisi tersebut dapat
membuat perasaan pasien kurang sempurna dalam memandang dirinya
dan pasien akan merasa cemas (Kurniawati, 2014). Konsep diri positif
adalah hasil dari kemampuan menerima atau beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi sepanjang hidupnya, mengungkapkan perasaan
berharga, menyukai dan tidak membenci diri sendiri yang
diproyeksikan kepada orang lain, tidak merasa sedih atau putus asa dan
ingin tetap melakukan aktifitas. Konsep diri yang positif sangat
penting untuk dipertahankan agar penderita tidak mengalami
stress secara fisik dan psikologis yang bisa berdampak negatif pada
dirinya seperti penurunan sistem imun yang akan memperlambat
proses penyembuhan (Daniel, 2016).
B. Kerangka teori

Manifestasi klinis fraktur

1) Deformitas
2) Pembengkakan
3) Memar
Spasme otot
4) Nyeri Fraktur
5) Ketegangan
6) Kehilangan fungsi
7) Gerakan abnormal
8) krepitasi
9) Perubahan neurovaskular
10) Syok Penatalaksanaan fraktur
1) Imobilisasi
2) Gips
3) Traksi
Gangguan konsep diri
4) Fiksasi Eksternal
5) Reduksi Terbuka dan Fiksasi
Internal
Komponen konsep diri

1) Citra tubuh
2) Identitas diri
3) Performa peran 23
4) Ideal diri
24

Nb : tidak diteliti
diteliti

Sumber 2.1 kerangka teori

C. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian yang akan dilakukan adalah :
Variabel bebas variabel terikat

Pasien fraktur Konsep diri

Variabel confounding
1. Umur
2. Pekerjaan responden

24
25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian
yang sistematis terhadap bagian, fenomena, dan hubungannya yang bertujuan
untuk menggunakan model matematis, teori atau hipotesis yang berhubungan
dengan fenomena alam. Proses pengukuran merupakan bagian terpenting,
karena dapat memberikan suatu jawaban terhadap hubungan fundamental dari
hubungan kuantitatif (Siyoto & Sodik, 2015). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendiskripsikan gambaran konsep diri pada pasien fraktur.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di RS Karima Utama pada bulan Desember
2023 di RS Karima Utama.

C. Populasi, Sampel Dan Tekhnik Sampling


1. Populasi
Hernawati (2017) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

25
26

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan


kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien fraktur usia dewasa di RS Karima Utama pada bulan Juli-
September 2023 dengan rata-rata dalam satu bulan sejumlah 328 pasien.
2. Sampel
Hernawati (2017) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
betul-betul representatif (mewakili). Untuk menentukan besaran sampel,
digunakan rumus slovin :
N
n= 2
N ( d ) +1

328
n= 2
328 ( 5 % ) + 1

328
n=
1.82

N : 180,21 dibulatkan menjadi 180


Keterangan :
N : Besar populasi
n : Jumlah sampel
d : Tingkat ketepatan yang diinginkan (5%)
Dari perhitungan dengan rumus slovin tersebut, minimal sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah 180 responden. Akan tetapi tetap
memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan sebagi berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi yaitu kriteria umum subjek penelitian pada populasi
target dan sumber. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

26
27

1) Bersedia menjadi responden


2) Pasien fraktur usia dewasa 19-44 tahun
b. Kriteria ekslusi,
Kriteria ekslusi yaitu kriteria yang tidak boleh ada dan apabila subjek
memiliki kriteria ekslusi maka harus dikeluarkan dari subjek penelitian.
Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Pasien fraktur dengan penyakit penyerta cidera kepala sedang atau
berat
2) Pasien fraktur usia dewasa yang mengalami penurunan kesadaran

3. Tekhnik sampel
Tekhik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
nonprobability sampling dengan tekhnik accidental sampling.
Nonprobability sampling yaitu pengambilan sampling yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Syapitri, 2021). Sedangkan
accidental sampling merupakan penentuan sampel berdasarkan kebetulan
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel bila sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2019) adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari oang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya yaitu:
1. Variabel Independen
Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen. Variabel indenpenden dalam penelitian ini adalah
pasien fraktur.
2. Variabel dependen

27
28

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena


variabel bebas, variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap
perubahan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konsep diri.

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 definisi operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

Independent Pasien Lembar


: dengan tanda observasi
gejala fraktur
Fraktur yang di
diagnosis
dokter
mengalami
fraktur
dibuktikan
dengan foto
rongent

dependent: persepsi, Tennesse Self Hasil Nominal


Konsep diri perasaan, Concept Scale dikategorikan :
(TSCS) 1. Negatif
sikap, dan
memiliki 100 (30-90)
pengalaman 2. Positif
pernyataan
secara dengan (91-150)
keseluruhan jawaban: 5=
tentang tubuh selalu benar,
individu 4= sebagian
termasuk besar benar, 3=
pandangan sebagian salah
dan sebagian
yang dimiliki
benar, 2=
oleh pasien sebagian besar
ORIF salah, 1= Selalu
salah. Dari 100
kuesioner akan
disederhanakan
menjadi 30
kuesioner.

28
29

F. Intrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan langkah penting dalam pola
procedure penelitian. Intrumen akan berfungsi sebagai alat bantu untuk
mengumpulkan data yang diperlukan (Riyanto, 2020). Instrument dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa
kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
Lembar kuisioner berisi pertanyaan tentang konsep diri pada klien
menggunakan kuesioner baku (TSCS) tennesse self concept scale yang sudah
di modifikasi dan diringkas oleh Ariani (2021). Dalam penelitian Ariani
(2021) dilakukan uji validitas menggunakan rumus product moment terhadap
35 responden dengan hasil uji validitas berada pada rentang nilai 0,41-0,68
sehingga semua item kuesioner dinyatakan valid. Pada uji reliabilitas
menggunakan cronbach apha di dapatkan nilai 0,834 sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.

Rumus :

𝑃 = Nilai Tertinggi − Nilai Terendah

Banyak Kelas
P = 150−30
2
120
P=
2
P = 60

Jadi interval pada kuesioner konsep diri adalah 60

Skala jawaban pada kuesioner konsep diri menggunakan skala linkert


dengan pilihan jawaban dan skoring tipe favorable SS : sangat setuju (5), S :
setuju (4), K: kurang setuju (3), TS : tidak setuju (2) dan STS : sangat
tidak setuju (1) . sedangkan tipe unfavorable skoring nilai kebalikan dari

29
30

skoring favorable. Kisi-kisi kuesioner konsep diri yang akan digunakan


adalah sebagai berikut :

Indikator farvorable Unfavorable Jumlah

Identitas diri 3,4,6 1,2,5 6

Citra tubuh 8,9,12 7,10,11 6

Performa peran 14,16,17 13,15,18 6

Ideal diri 19,22,23 20,21,24 6

Harga diri 25,27,28 26,29,30 6

Total Nilai 30

G. Tekhnik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam
pengumpulan data penelitian (Hidayat, 2017). Adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari
responden melalui lembar observasi, kuesioner, kelompok fokus, dan
panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data
primer dalam penelitian ini adalah kuesioner. Adapun identitas yang
dimasukkan dalam kuisioner meliputi nama, usia, pekerjaan, tingkat
Pendidikan. Kemudian terdapat data penelitian berupa distribusi
frekuensi citra tubuh, identitas, ideal diri, harga diri dan performa peran.
2. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain
atau lewat dokumen. Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung
informasi yang didapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan

30
31

pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, laporan-laporan kegiatan


yang ada dan lain sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
hasil pengambilan data penelitian dari RS Karima Utama seperti jumlah
kejadian fraktur di RS Karima Utama
H. Tekhnik Pengolahan Data
Notoatmodjo (2018) menjelaskan dalam melakukan analisis data
terlebih dahulu data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi
informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk
proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam
proses pengolahan data pada penelitian ini terdapat langkah-langkah yang
harus ditempuh, diantaranya:
1. Editing
Setelah melakukan pengisian lembar checklist, kemudian dilakukan
editing dengan memasukkan semua data yang telah didapat kedalam
master tabel yang bertujuan untuk mengetahui kelengkapan data dan
memastikan jawaban relevan dengan pertanyaan. Melakukan editing
dalam penyusunan laporan hasil penelitian agar lebih rapi dan sesuai
format yang sudah ditetapkan.
2. Scoring
Yaitu memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor
agar mudah dalam pengumpulan data. Memasukan data jawaban
responden dalam tabel sesuai dengan skor jawaban kemudian dimasukan
dalam tabel. Data yang akan di scoring adalah hasil kuesioner yaitu 5=
selalu benar,4= sebagian besar benar, 3= sebagian salah dan sebagian
benar, 2= sebagian besar salah, 1= Selalu salah.
3. Memasukkan Data
Data yang berasal dari jawaban-jawaban responden dalam bentuk
kode, kemudian dimasukkan kedalam program atau software
komputer.Kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana dengan
membuat table atau dengan pengisian kolom-kolom sesuai dengan
jawaban masing-masing jawaban oleh responden. Hasil dari analisa

31
32

univariat akan disampaikan dengan tabel setiap variable dalam


komponen konsep diri.
4. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data kedalam bentuk yang
lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu, seperti
mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka atau bilangan.
Coding dilakukan pada pengolahan data dengan hasil positif 1 dan
negative 2.
5. Tabulating
Penyusunan data merupakan pengorganisasian data yang
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata
untuk disajikan dan dianalisa. Dilakukan pada data hasil pengolahan data
penelitian.

I. Tekhnik Analisa Data


Analisa data pada penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan
karakteristik responden disajikan dalam table distribusi frekuensi dan
persentase (Sugiyono, 2019). Analisis univariat dalam penelitian ini yaitu
distribusi frekuensi karakteristik responden berupa data umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan responden. Kemudian data frekuensi setiap sub
variable yaitu fraktur dan konsep diri.
J. Jalannnya Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Pengajuan judul penelitian pada pembimbing
b. Peneliti melakukan penyusunan proposal sistematis sesuai panduan
c. Peneliti mengumpulkan beberapa refrensi dari buku ataupun jurnal
untuk penyusunan proposal.
d. Melakukan proses bimbingan proposal sampai skripsi di setujui
e. Peneliti merevisi semua masukan dan mengikuti arahan dari
pembimbing

32
33

f. Meminta surat perijinan untuk studi pendahuluan dan penelitian di


RS Karima Utama
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan ethical clearance dan pengurusan perijinan
b. Melakukan studi pendahuluan
c. Setelah proses penyusunan proposal di setujui maka memulai
proses penelitian
d. Pengambilan data dari responden pada waktu yang telah dilakukan
oleh peneliti
e. Membagi informed consent kepada calon responden
f. Kontrak waktu dengan responden disertai ijin dari pihak keluarga
g. Peneliti melakukan pengambilan data konsep diri
h. Melakukan pengolahan data
i. Menyusun laporan hasil penelitian
3. Tahap akhir
a. Ujian hasil penelitian
b. Merivisi semua masukan dan mengikuti arahan dari penguji
c. pengumpulan penelitian

K. Etika Penelitian
Syapitri (2022) menyatakan penelitian yang melibatkan manusia
sebagai subjek penelitian harus menerapkan 4 prinsip dasar etika penelitian
yaitu :
1. Menghormati atau menghargai subjek
Peneliti mempertimbangkan secara mendalam terhadap kemungkinan
bahaya dan penyalahgunaan penelitian
2. Manfaat
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
subjek penelitian
3. Tidak membahayakan subjek penelitian

33
34

Penelitian yang dilakukan harus mengurangi resiko kerugian atau risiko


bagi subjek penelitian.
4. Keadilan
Tidak membedakan subjek. Penelitian harus seimbang antara manfaat
dan risikonya

Daftar Pustaka

Babalola, 2019. Epidemiology of traumatic fractures in a tertiary health center in


Nigeria. Pubmed. Di akses 10 Septermber 2023

Brunner, 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta EGC

Castiello, 2023. Fraktur : Cause, type and symton. Medical news today

Daniel, 2016. Gambaran Konsep Diri Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas. pdf.
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 1(1), 1-8

Hamdani (2014). Gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas
bawah di rumah sakit tk ii putri hijau, medan. Fakultas keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Hidayat. 2017. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan (A. Suslia &
T. Utami, eds.). Penerbit Salemba Medika

Haryono dan Utami. 2021. Keperawatan Medikal Bedah 2 (2nd ed.). Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

34
35

Hartanti (2018). Konsep diri karakteristik berbagai usia. Universitas PGRI


Surabaya

Indrawan & Hikmawati, 2021. Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur
Sinistra 1/3 Proximal Complate. Akademi Keperawatan Buntet Pesantren
Cirebon

Kawiyana dkk, 2020. Manajemen Fraktur Pada Trauma Muskuloskeletal. E-


Jurnal Medika Udayana

Maghfiroh, 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Open Reduction


And Internal Fixation (Orif) Intercondylar Femur Dextracomminutive Type
Displaced Di Rsud Dr. Moewardi.

Muttaqin, 2018. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: EGC

Notoatmodjo. 2018.Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta:


PT Rineka Cipta

Priyatno.2017. Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS. Yogyakarta:


Penerbit ANDI (Anggota IKAPI).

Sitio.2023. Konsep diri berkorelasi dengan body image pada pasien open
reduction internal fixation (orif). Jurusan Keperawatan, Poltekkes
Kemenkes Aceh

Suriya & Zuriati, 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi Nanda Nic & Noc.
Pustaka Galeri Mandiri

Sugiyono.2019. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA

Siallagan & ginting, 2023. Konsep Diri Evidence-Based practice. Larasati Gustia

Throckmorton (2021). Fracture. Ortho Info

Usman, 2019. Konsep Diri pada Pasien Luka Kaki Diabetik. Sidoarjo: Oksana
Publishing

Riyanto.2020. Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian Di Bidang


Manajemen, Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen. Yogyakarta: Deepublish.

35
36

Warjiman dan Munawaroh (2016). Gambaran Konsep Diri. Pasien Post Op


Fraktur Ekstremitas. pdf. Jurnal Keperawatan Suaka

36
37

Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian


“ gambaran konsep diri pada pasien fraktur” yang dilakukan oleh Eni ratnawati
pada program Pku muhammadiyah Surakarta

Sukoharjo, ...............................
Responden

................................................

37
38

Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta” yang Bernama:
Nama : Eni ratnawati
NIM :

Dengan ini kami mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian saya dengan judul “Gambaran konsep diri pasien fraktur. Jawaban
Bp/Ibu/Sdr/i dijamin kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan penelitian,
untuk itu Ibu tidak perlu mencantuman nama, maka semua hal yang menyangkut
jawaban atas pertanyaan yang tercantum pada kuesioner mohon jawaban yang
betul-betul obyektif dan jujur.
Atas kesediaannya dan kerjasamanya saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

Eni ratnawati

38
39

Lampiran 3

KUESIONER KONSEP DIRI


A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Ibu untuk memberikan
jawaban terhadap seluruh pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di bawah
ini.
2. Beri tanda (√) pada jawaban yang tersedia dan pilih sesuai keadaan yang
sebenarnya.
3. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, tidak ada jawaban yang
salah. Oleh sebab itu, usahakan agar tidak ada jawaban yang
dikosongkan.
4. Saya mengucapkan terima kasih pada Bapak/Ibu/Sdr atas partisipasi guna
mensukseskan penelitian ini.

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A Identitas Responden
1. Kode Responden :
2. Bagian yang fractue :
3. Umur : ........ tahun
4. Jenis Kelamin : a. ( ) Laki-laki
b. ( ) Perempuan
5. Pekerjaan : a. ( ) Tidak Bekerja
b. ( ) Buruh
c. ( ) Pedagang/Jasa/Wiraswasta
d. ( ) Petani
e. ( ) Swasta
f. ( ) PNS / TNI / POLRI
g. ( ) Lainnya ................ sebutkan
6. Pendidikan : a. ( ) SD
b. ( ) SLTP
c. ( ) SLTA
d. ( ) PT

39
40

KUESIONER KONSEP DIRI

Petunjuk:

a. Isilah tanda chek mark (√) pada kolom yang tersedia, sesuai dengan
kondisi nyata yang Anda alami atau rasakan.
Keterangan pilihan jawaban adalah sebagai berikut.
1) SS : sangat setuju
2) S : setuju
3) KS : kurang setuju
4) TS : tidak setuju
5) STS : sangat tidak setuju
b. Jika anda ingin mengubah jawaban terhadap salah satu
pernyataan, lingkarilah jawaban yang dibatalkan kemudian
berilah tanda chek (√) baru yang dianggap lebih baik.
c. Mohon semua pernyataan dijawab
NO PERNYATAAN SS S KS TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Saya kurang percaya diri dengan pakaian yang
sering saya pakai.
2 Saya sering merasa malu dengan tubuh yang
saya miliki.
3 Saya merasa memiliki mata yang indah.
4 Saya merasa memiliki tinggi badan yang ideal.
5 Dihadapan orang saya merasa paling kecil.
6 Saya merasa percaya diri dalam mengenakan
pakaian apapun.
7 Saya sering merasa canggung di depan orang
Banyak
8 Saya merasa saya orang yang cantik/tampan.
9 Saya merasa memiliki sesuatu yang dapat
dibanggakan dari bentuk tubuh saya.
10 Saya selalu merasa tidak puas dengan
penampilan saya.
11 Saya merasa saya tidak pernah bahagia.
12 Saya selalu merasa hidup ini indah.
13 Saya sering merasa iri dengan orang-orang
disekitar saya.

40
41

14 Saya merasa senang teman-teman memberikan


kepercayaan kepada saya.
15 Saya takut untuk mengeluarkan pendapat.
16 Saya merasa mampu menahan amarah saya di
depan umum.
17 Saya canggung untuk mencoba sesuatu hal
yang baru.
18 Saya merasa mampu untuk mengambil
keputusan sendiri.
19 Saya selalu merasa bahagia menjalani hidup
20 Saya merasa tidak ada hal yang
dapat
dibanggakan dalam hidup saya.
21 Saya tidak suka memilih-milih teman dalam
bergaul.
22 Saya suka membantu teman saya yang sedang
mengalami kesulitan.
23 Saya mudah mendapat teman dalam bergaul.
24 Saya tidak bisa mengerjakan semua hal tanpa
bantuan orang lain.
25 Saya tidak merasa malu mengeluarkan
pendapat pada saat berbicara dengan teman.
26 Saya suka memilih-milih teman dalam bergaul.
27 Dalam mengerjakan sesuatu, saya lebih suka
mengerjakannya sendiri.
28 Saya menyukai belajar kelompok.
29 Saya simpati melihat teman saya yang sedang
tertimpa musibah.
30 Saya paling tidak suka saat melihat teman saya
bahagia.

41
42

Lampiran 4

NO Tahap kegiatan September Oktober Novembe Des 2023


2023 2023 r 2023

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Judul

2 Studi Literatur

3 Studi
pendahuluan

4 Penyusunan
proposal

5 Ujian proposal

6 Perbaikan

7 Perijinan
penelitian

8 Pengambilan
data dan
penyusunan
laporan hasil

9 Ujian hasil

42
43

Log Book Bimbingan Skripsi


Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

Nama Mahasiswa : Eni Ratnawati


NIM : 2202206078
Judul Skripsi : Gambaran konsep diri pasien frakture
Pembimbing 1 : Heni Purwaningsih, S.Kep.,Ns., M.Kep

Pembimbing 2 : Estin Yuliastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NO Hari/ Tanggal Materi Rencana Tindak Tanda


Bimbingan Lanjut Tangan
Pembimbing
1 5 agustus Konsultasi judul Pencarian jurnal
pendukung

2 7 Agustus Bab 1 Sistematika table


Jurnal pendukung
Studi pendahuluan

3 13 Agustus Bab 1 Sistematika


Lanjut bab 2

4 21 Agustus Bab 1 dan 2 Sistematika


Perbaikan kerangka
teori, hipotesa

5 29 Agustus Bab 1,2 Sistematika,


Perbaikan kerangka
teori,
Perbaikan jurnal
terkait

43
44

6 21 September Bab 1,2 Variable


confaounding

7 25 September Bab 1,2 Sistematika


Kerangka teori

8 12 Oktober Bab 1,2 dan 3 Desain penelitian


Definisi operasional

9 19 oktober Bab 1,2 dan 3 Lengkapi lampiran


Acc bab 1,2,3
pembimbing 1

44
1

Anda mungkin juga menyukai