Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

R DENGAN DIAGNOSIS MEDIS HIPERTENSI

DI POLI GERIATRI RS PHC SURABAYA

OLEH
RODLIYAH HASANAH
NIM 2331055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2024
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Septiana Setya Rahmawati

Prodi : Profesi Ners

NIM : 2212045

Tugas Laporan Pendahuluan dibuat sebagai syarat untuk melengkapi tugas praktik
klinik mata kuliah Keperawatan Gerontik

Surabaya, 13 April 2024

Mahasiswa

Septiana Setya Rahmawati

Surabaya, 13 April 2024

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Praktek Klinik CI Inpatient Mirah

Yoga kertapati , S.kep. Ns. M.kep Moh. Holis S.kep.Ns


KATA PENGANTAR
Segala puji dan Hormat hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala
anugerah Nya yang telah memberikan kesempatan kepada sayasehingga saya dapat
menyusun asuhan keperawatan NY. R dengan diagnosa medis Hipertensi di poli geriatri
RS PHC surabaya

Asuhan keperawatan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
praktik klinik keperawatan Gerontik di Rumah Sakit PHC surabaya. Asuhan
keperawatan ini disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur serta mendapatkan
banyak pengarahan dan bantuan berbagai pihak, saya menyadari tentang segala
keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan literatur, sehingga seminar kasus ini dibuat
dengan sangat sederhana baik dari segi sistematika maupun isinya jauh dari sempurna.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah menyampaikan rasa terima kasih, rasa hormat
dan penghargaan kepada:

1. Dr. A.V Sri Suhardiningsih S.Kp.,M.Kes selaku Ketua STIKES Hang Tuah Surabaya.

2. IbuHidayatus Sa’diyah M.Kep.,Ns selaku Kepala Program Studi Pendidikan Profesi


Ners Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.

3. Yoga Kertapati, S.Kep. Ns., M.Kep., S.Kep.,Kom selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberi ilmu, koreksi, saran, dan motivasi dengan
penuh kesabaran.

4. Rekan-rekan angkatan Pendidikan Profesi Ners Keperawatan Stikes Hang Tuah


Surabaya.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan yang diberikan kepada kelompok dalam menyelesaikan seminar kasus ini
dengan sebaik baiknya. Kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan
sehingga mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak agar dapat
menyempurnakan dan bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu
keperawatan.

Surabaya, 17 Mei
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR LANSIA

A. Definisi
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

B. Klasifikasi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut
usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:


1. Pra lansia
Seseorang yang berusia 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
masih dapat menghasilkan barang/ jasa
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
C. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan
ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan
banyak menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tidak acuh
D. Tugas Perkembangan Lansia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.
menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan
lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya
penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak
dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena
itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena
hilangnya peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan
kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi
lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang
meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya
sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya
untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan
dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang
besar
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang
diri
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa Lansia sering
memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anakanaknya yang
telah dewasa g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif
secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk
bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang
yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan
bertemu orang baru selama pensiun.

E. Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada
lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca
indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan
dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa,
lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin
rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
3) Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4) Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi
akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer,
sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
6) SistemPengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu,
kemunduran terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang
sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75
mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
8) Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan
sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
9) Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita
sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas
jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
10) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH,
LH), penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.
11) Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya
elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1) Perubahan Fisik
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Hereditas.
5) Lingkungan.
6) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8) Kenangan lama tidak berubah.
9) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari
factor waktu

3. Perubahan Psikososial
1) Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam, sering bingung, panik, dan depresif
2) Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosial
ekonomi
3) Pensiunan, kehilangan finansial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman, atau relasi
4) Sadar akan datangnya kematian
5) Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit
6) Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi
7) Penyakit kronis
8) Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial
9) Gangguan panca indera
10) Gizi
11) Kehilangan teman dan keluarga
12) Berkurangnya kekuatan fisik

F. Perawatan Lansia
Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan:
1) Pendekatan Psikis
Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan
sebagai support system, interpreter, dan sebagai sahabat akrab
2) Pendekatan Sosial
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi
kesempatan untuk berkumpul Bersama dengan klien lansia, rekreasi,
menonton TV, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka,
menanamkan rasa persaudaraan.
3) Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama apabila lansia
dalam keadaan sakit
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. Definisi
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki
tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017; Andhini, 2017). Hipertensi sering
dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena dapat menyerang
siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan berbagai macam
penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung koroner, penyakit ginjal dan
stroke, sehingga penanganannya harus segera dilakukan sebelum komplikasi dan
akibat buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan umur harapan hidup
penderitanya (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012; Andhini, 2017).

Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau
lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (NOC, 2015;
Andhini, 2017).

B. Klasifikasi
Hipertensi sering dijuluki sebagai silent killer karena dapat menyerang siapa saja
secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan
kematian. Hipertensi diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Klasifikasi menurut WHO-ISH
Klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH dibedakan menjadi 9 kategori
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (Hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Grade 2 (Hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Grade 3 (Hipertensi >180 >110
berat)
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

2) Klasifikasi menurut JNC-VII 2003


Dibedakan menjadi empat kategori sesuai tanel berikut

Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Normal <120 <80
Pra-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi Tingkat 2 >160 ≥100

3) Klasifikasi menurut Darmojo & Hadimartono (1999)


Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi; hipertensi di mana tekanan
sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan diastolik sama atau
lebih besar dari 90 mmHg, dan hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan
sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg. Sedangkan berdasarkan penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu: Hipertensi essensial (hipertensi primer) dan hipertensi
sekunder.
a. Hipertensi Essensial (Hipertensi Primer)
Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini
merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat.
Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari beberapa organ utama dan
sistem, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormon dan ginjal.

b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh
suatu sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di
masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas
khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi
ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik
dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis
(pengerasan dinding arteri). Pregnancy Induced Hypertension adalah
kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana
naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg (Guibert
R dan Franco ED, 1999; Ibrahim, 2007).

C. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya perubahan-perubahan
pada; elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan
elastisitas pembuluh darah karena kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Brunner & Suddarth,
2000; Ibrahim, 2007).

Meskipun hipertensi primer belum diketahui pasti penyebabnya, namun beberapa


data penelitian telah menemukan faktor-faktor risiko hipertensi yang terbagi dalam
2 kelompok yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah,
(Benjamin, 2019):
1) Faktor yang dapat diubah
a. Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit
seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi. Gaya
hidup modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olah
raga). Konsumsi garam tinggi (lebih dari 30 gram), konsumsi alkohol
tinggi, minum kopi, dan merokok. Semua perilaku tersebut merupakan
memicu naiknya tekanan darah.
b. Kebiasaan makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan
mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume
darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup
serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet
seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena
adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
c. Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya
melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum air
putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi
maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan membuat
aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras
untuk memompa darah. Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa
tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang
dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012; Benjamin,
2019).
2) Faktor yang tidak dapat diubah
a. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
Potassium terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk,
2009; Benjamin, 2019).
b. Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia
seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan–
perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009; Benjamin, 2019).

c. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung
daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause
dilindungi oleh oleh hormone estrogen yang berperan meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2006;
Benjamin, 2019).

D. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian


diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk
pertimbangan gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner & Suddarth, 2002; Benjamin, 2019).

E. Manifestasi Klinis Hipertensi


Menurut (Crowin, 2000; Benjamin, 2019) menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain
yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-
lain
1) Tidak ada gejala
Tanda dan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur (Benjamin, 2019).

2) Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun
F. Komplikasi
1) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Benjamin, 2019).

2) Infark Miokard Akut


Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi
kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan
(Corwin, 2000; Benjamin, 2019).

3) Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik (Benjamin, 2019).
4) Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah (Benjamin, 2019).
5) Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata (Benjamin, 2019).

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan informasi
tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa:
darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5) Foto thorax: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung (Sobel, et al, 1999; Ibrahim, 2007).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi menurut (Benjamin, 2019) meliputi:
1) Penatalaksanaan non farmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada
penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan
cara memodifikasi faktor resiko menurut (Benjamin, 2019) yaitu:
a. Mempertahankan berat badan ideal
b. Mengurangi asupan natrium (sodium)
c. Batasi konsumsi alkohol
d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
e. Mengindari dari merokok
f. Penurunan stress
g. Terapi relaksasi progresif

2) Penatalaksanaan farmakologi
a. Golongan diuretic. Diuretic thiazide biasanya membantu ginjal membuang
garam dan air yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh
sehingga dapat menurunkan tekanan darah
b. Penghambat adrenergic. Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa
blocker, bera blocker, dan alfa-beta blocker labetalol, yang menghambat
system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah system saraf yang
dengan segera akan memberikan respons terhadap stress, dengan
menurunkan tekanan darah
c. ACE_Inhibitor. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-I)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri
d. Angiostensin II Blocker. Obat golongan ini dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-Inhibitor
e. Antagonis Kalsiuj. Menyebabkan melebarnya pembuluh daran dengan
mekanisme yang berbeda
f. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
Kedaruratan hipertensi memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah
tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat yang bisa menurunkan
tekanan darah dengan cepat dan Sebagian besar diberikan secara intravena
adalah diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, lebatolol

I. Pathway
(terlampir)

Pathway
LANSIA
hipertensi Penurunan
Mobilisasi
fungsi otak

Kerusakan Penurunan
Kehilangan daya
vascular daya ingat dan
otot
pembuluh darah proses berpikir

Perubahan sistem
Gangguan
muskuloskeletal Perubahan
Memori
struktur

Resiko Jatuh
Penyumbatan
pembuluh
darah

vasokontriksi

Gangguan
sirkulasi

otak retina

Resistensi
Spasme
pembulu darah
Arteriol
otak

Miopia
Nyeri Ganggu
kepala an pola
tidur
Gangguan
persepsi
Nyeri sensori
Akut penglihatan
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI

A. Pengkajian
1) Identitas
Nama, umur (lebih sering terjadi pada pasien umur 45 tahun ke
atas), jenis kelamin (lebih sering terjadi pada laki laki dibandingkan
perempuan), tanggal masuk rumah sakit, agama, pendidikan,
kultur,alamat, tanggal pengkajian, tanggal masuk rumah sakit , nomor
register medik, diagnose medic, masalah medik
2) Status kesehatan
Keluhan utama pasien sering merasakan nyeri pada daerah kepala
dan tengkuk,pada kasus hipertensi berat pasien dapat merasakan nyeri
pada tungkai dan dispnea
3) Fungsi Fisiologis Lansia (Hidayah, 2021)
a) Keadaan umum : Klien sering mengeluh pusing atau nyeri di
bagian kepala belakang
b) Integumen :Pada lansia dengan Hipertensi biasanya terdapat
terlihat kulit klien keriput dan kering. Pada lansia dengan
hipertensi akan mengalami Tekstur kulit kendor dan tidak nyeri
tekan Secara khusus terjadi perubahan pada kulit lansia. Kulit
pada lansia dengan hipertensi mengalami perubahan yang sama
dengan lansia pada umumnya. Pada lansia kulit mengalami
atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut , kulit akan
mengalami cairan sehingga menjadi tipis dan berbecak. Kering
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot
c) Hematopetic : Pada lansia dengan hipertensi, tampak konjungtiva
anemis pada penderita yang kurang tidur karena merasakan
pusing dan nyeri pada kepala
d) Kepala :Terjadi perubahan pada rambut berwarna putih, rambut
bersih, dan tidak bau, tidak ada lesi. Tidak ada nyeri tekan pada
kepala
e) Mata :Secara khusus Pada lansia dengan hipertensi tidak terjadi
perubahan khusus yang disebabkan karena kondisi hipertensi.
Perubahan pada mata lansia dengan hipertensi terjadi sama
dengan lansia pada umunya yaitu : Kekendoran jaringan
kelompak mata, kulit pada palpebral mengalami atropi dan
kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulakan kerutan dan
lipatan kulit yang berlebihan. Pada lansia sering di jumpai
keluhan “nerocos” yang disebabkan kegagalan fungsi pompa
pada system kanalis yang menimbulkan keluhan mata kering
yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau
seperti ada pasir. Mata terasa lelah dan kabur. lensa mata
menyebabkan penurunan kemampuan membedakan warna antara
biru dan ungu. Kekeruhan lensa yang disertai gangguan visus
disebut katarak. Perubahan pada iris mengalami proses
degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami
depigmentasi, tampak ada bercak berwarna muda sampai putih
dan strukturnya menjadi tebal. Perubahan pada pupil:
Kemampuan akomodasi menurun.
f) Telinga :Secara khusus pada lansia dengan hipertensi tidak terjadi
perubahan pada telinga yang disebabkan karena hipertensi. Pada
telinga lansia terjadi penurunan pendengaran / prebiaskusis oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam , terutama terhadap bunyi suara atau nada- nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas sulit di mengerti.
g) Hidung :hidung simetris antara kanan dan kiri, keaadan hidung
bersih. Pada lansia Hipertensi tidak ada nyeri tekan(Wartonah,
2014)
h) Mulut :Dengan bertambah usia, mukosa mulut menjadi lebih
pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih
lambat, mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap
tekanan dan gesekan.
i) Leher : Tidak ada nyeri tekan(Wartonah, 2014)
j) Pernafasan :Pernafasan normal tidak ada retraksi otot bantu nafas,
tidak sesak nafas, tidak batuk. Semua lapang paru terdengar
Vesikular, tidak ada penumpukan sekret, cairan atau darah. Tidak
ada suara nafastambahan seperti ronchi dan whezzing di semua
lapang paru (Wartonah, 2014)
k) Kardiovaskuler :Pada lansia dengan Hipertensi dada terlihat
simetris, gerakan dinding dada normal. Tidak ada nyeri tekan.
l) Gastrointestinal : Pada lansia dengan Hipertensi dada terlihat
simetris, gerakan dinding dada normal, tidak ada nyeri tekan
m) Perkemihan :Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, seperti
laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal
n) Reproduksi : Pada klien dengan Hipertensi bersih tidak ada lesi
(Wartonah, 2014). Secara khusus pada lansia yang mengalami
hipertensi yang terjadi pada lansia perempuan menciutnya
ovarium dan uterus sehingga terkadang perempuan lansia
mengalami perdarahan pasca senggama dan nyeri pada daerah
pelvis. Sedangkan pada lansia laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur sehingga mengakibatkan penurunan hasrat
seksual. Pada laki-laki juga sering mengalami hipertrofi prostat
o) Muskuluskeletal :Pada lansia yang mengalami hipertensi akan
mengalami suplai darah ke otak sehingga mengakibatkan massa
otot dan kekuatanya menurun. Tulang kehilangan cairan dan
rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang persendihan
membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis
atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot muda
kram dan tremor (Wartonah, 2014)
p) Persyarafan :Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah sel pada
otak yang mengaibatkan penurunan reflex dan penurunan
kognitif. Respon menjadi lambat dan hubungan antara
persyarafan menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra
sehingga mengakibatkan berkurangnya respon pengelihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih
sensitive terhadap suhu, tahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan
4) Pemeriksaan penunjang(Hidayah, 2021)
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
h. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

B. Diagnosa Keperawatan(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)


1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri (D.0077)
2) Gangguan memori b.d proses penuaan d.d klien tidak mampu meningat
informasi factual (D.0062)
3) Resiko jatuh b.d penggunaan alat bantu berjalan (D.0143)

C. Intervensi Keperawatan(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)


Diagnosa : Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
yang ditandai dengan mengeluh nyeri
Tujuan : Tingkat Nyeri menurun (L.08066)
Kriteria Hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
4. Kesulitan tidur menurun
5. Frekuensi nadi membaik
Intervensi : Manajemen Nyeri (1.08238)
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
2. Identifikasi skala nyeri
Rasional : mengetahui skala nyeri klien
Terapeutik :
3. Berikan teknik nonfarmakologis (mis. Teknik nafas dalam)
Rasional : untuk meredakan nyeri klien
4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Rasional : memantau lingkungan klien
Edukasi :
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Rasioanal : untuk meredakan nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
6. Pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : mengurangi rasa nyeri
D. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Berdasarkan Standart Intervensi Keperawatan
Indonesia yang telah dibuat, maka pelaksanaan dari diagnosa masing-masing
sebagai berikut(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :
1. Memberikan teknik nonfarmakologis
2. Menjelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
3. Menyediakan media dan materi pendidikan kesehatan
4. Membuat komitmen untuk menjalani program pengobatan

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari tindakan
keperawatan.Evaluasi dibuat untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan
sesuai dengan Standart Luaran Keperawatan Indonesia(Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2019):
1. Keluhan nyeri menurun
2. Keluhan lelah menurun
3. Meningkatnya perilaku sesuai dengan pengetahuan
4. Perilaku mengikuti program membaik
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 1. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

Aspiani, R. Y. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV.
Trans Info Media.

Elizabeth J. Corwin. (2019). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media

Hutapea, Ronald. 2016. Sehat dan Ceria Diusia Senja. PT Rhineka Cipta: Jakarta

Maryam, R. Ekasari, M. Rosidawati. Jubaedi, A. & Batubara I. 2019. Mengenal Usia


Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W.2019.Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. EGC. Jakarta

Potter P.A dan Perry A.G. 2018. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2017. Fundamental of nursing: Human health ang function.
(4th ed.), Philadelphia: Lippincott.

Kholifah, Siti Nur, SKM, M.Kep, Sp.Kom.Desember (2016). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, konsep lanjut usia dan proses penuaan. Jakarta

Ong, P. A. (2015). Panduan Praktik Kllinik Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia.


Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 7-10.

Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Sari W, Verdinawati T. Prevalensi geriatric


giant dan kualitas hidup pada klien usia lanjut yang dirawat di Indonesia:
penelitian multisenter. In Rizka A (editor). Comprehens

ive prevention & management for the elderly: interprofessional geriatric care. Jakarta:
Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia; 2019:18
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
STIKES HANG TUAH SURABAYA

Nama Wisma : Tanggal Pengkajian :

1. IDENTITAS KLIEN :

Nama : Ny R
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Bulak banteng kidul 4/1 Surabaya
Suku : Jawa
Tingkat Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Sumber Pendapatan : Suami

Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal datang : 7 Mei 2024


2. DATA KELUARGA :
Nama : Ny A
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bulak banteng kidul 4/1 Surabaya
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Pasien mengatakan pusing,tengkuk terasa berat
Keluhan 3 bulan terakhir: Badan lemas,sering pusing

Riwayat Penyakit: HT sejak 2018,Vertigo

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: minum obat,dan istirahat cukup

Obat-obatan:
FS 1 kapsul 1-0-0, Amlodipine 0-0-1,Candesartan 1-0-0

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : 
Perubahan BB : 
Perubahan nafsu : 
makan
Masalah tidur : 
Kemampuan ADL : Dibantu sebagian BB : 60 TB : 150
Suhu : Nadi : 88 x/menit
Tekanan Darah : 160/100 Repirasi : 20 x/menit
KETERANGAN : pusing

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : 
Pruritus : 
Perubahan pigmen : 
Memar : 
Lembab : 
Pola penyembuhan lesi : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah keperawatan

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : 
Pembengkakan kel. : 
Limfe
Anemia : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah keperawatan

4 Kepala
.
Ya Tidak
Sakit kepala : 
Pusing : 
Gatal pada kulit : 
kepala
Rambut Rontok : 
KETERANGAN : Pusing dan nyeri kepala

5 Mata
.
Ya Tidak
Perubahan : 
penglihatan
(kabur)
Konjungtiva : 
(Anemis)
Sklera (Ikterik) : 
Pakai kacamata : 
Strabismus : 
Kekeringan : 
mata
Nyeri : 
Gatal : 
Photobobia : 
Diplopia : 
Riwayat infeksi : 
Riwayat katarak : 
KETERANGA : Tidak ada masalah keperawatan
N

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : 
Discharge : 
Tinitus : 
Vertigo : 
Alat bantu dengar : 
Riwayat infeksi : 
Kebiasaan membersihkan : 
telinga
Dampak pada ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Tidak ada masalah keperawatan

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : 
Discharge : 
Epistaksis : 
Obstruksi : 
Snoring : 
Alergi : 
Riwayat infeksi : 
Gangguan : 
Penciuman
Bentuk (Simetris) : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah keperawatan

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : 
Kesulitan menelan / : 
mengunyah
Lesi : 
Perdarahan gusi : 
Caries : 
Perubahan rasa : 
Gigi palsu : 
Riwayat Infeksi : 
Mukosa (Lembab) : 
Pola sikat gigi : 2x/hari saat mandi
KETERANGAN : Tidak ada masalah keperawatan

9 Leher
.
Ya Tidak
Kekakuan : 
Nyeri tekan : 
Massa : 
Pembesaran : 
Kelenjar
Thyroid
KETERANGA : Tidak ada masalah keperawatan
N

14 Reproduksi (laki-laki)
.
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi
(perempuan)
Lesi : 
Discharge : 
Postcoital bleeding : 
Nyeri pelvis : 
Prolap : 
Riwayat menstruasi : Sudah Manopause
Aktifitas seksual : 
Pap smear : 
KETERANGAN : Tidak Ada Masalah Keperawatan

15 Muskuloskeletal
.
Ya Tidak
Nyeri Sendi : 
Bengkak : 
Kaku sendi : 
Deformitas : 
Spasme : 
Kram : 
Kelemahan otot : 
Masalah gaya berjalan : 
Nyeri punggung : 
Pola latihan : Sebagian dibantu
Postur Tulang Belakang : Baik
Dampak ADL : Tampak Lesu, lebih banyak ditempat tidur dengan aktivitas mi
Ekstremitas : Kekuatan Otot : Baik Tremor :-
Rentang Gerak : Baik Edema kaki : -
Penggunaan Alat Bantu :
Refleks : Bicep : + Knee : +
Tricep : + Achiles : +
KETERANGAN : Keletihan

16 Persyarafan
.
Ya Tidak
Headache : 
Seizures : 
Syncope : 
Tic/tremor : 
Paralysis : 
Paresis : 
Masalah memori : 
KETERANGAN : Sakit kepala

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : 
Depresi : 
Ketakutan : 
Insomnia : 
Kesulitan dalam mengambil : 
keputusan
Kesulitan konsentrasi : 
Mekanisme koping : Baik
Persepsi tentang kematian : takut akan kematian
Dampak pada ADL : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Spiritual
Aktivitas ibadah : Pasien rajin sholat 5 waktu dan mengaji
Hambatan : Tidak ada
KETERANGAN : Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. LINGKUNGAN :
 Kamar : Cahaya Terang, kamar pasien dilantai dasar

 Kamar mandi : Kamar mandi terang, tidak licin, WC duduk

 Dalam rumah wisma : Bersih,lantai tidak licin,pencahayaan terang

 Luar rumah : Sehat, pasien punya teras yang luas, ditanami bunga- bunga

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandir Skor
Bantuan i Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 15
sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok 0 5 5
gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10 10
tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 5
kursi roda )
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
Interpretasi: Total Nilai 85, Ketergantungan Sedang
0-20 : Ketergantungan Penuh
21-61 : Ketergantungan Berat
62-90 : Ketergantungan Sedang
91-99 : Ketergantungan Ringan
100 : Mandiri

2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksima Klien
l
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2024
Hari : Senin
Musim : Panas
Bulan : Mei
Tanggal : 07
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia
Rumah Sakit : PHC
Propinsi : Jawa Timur
Kabupaten/kota : Surabaya
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi √
2) Meja √
3) Kertas √
4 Perhatian dan 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudia
kalkulasi kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 √ 2). 86 √ 3). 79 x 4). 72 x 5).
65 x
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada
poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
1) Pulpen
2) Buku
3) Minta klien untuk
mengulangi kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab : Tidak ada,dan, jika, tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang


terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda √
5). Lipat dua √
6). Taruh dilantai √
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
7) “Tutup mata anda” √
8) Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat √
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk√

Total nilai 30 26
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : tidak ada gangguan kognitif

3. Tingkat Kerusakan Intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner)


Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :
Benar Salah Nomor Pertanyaan
√ 1 Tanggal berapa hari ini ?
√ 2 Hari apa sekarang ?
√ 3 Apa nama tempat ini ?
√ 4 Dimana alamat anda ?
√ 5 Berapa umur anda ?
√ 6 Kapan anda lahir ?
√ 7 Siapa presiden Indonesia ?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, secara menurun
JUMLAH
Intrepretasi : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan salah= 0,fungsi intelektual utuh
Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Ket :
a) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya berpendidikan
sekolah dasar
b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas
c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam dengan
menggunakan ktriteria pendidikan yang sama

4. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1

Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss
& Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
5. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 2
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

6. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

N Indikators score Pemeriksaa


o n
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah dan 2 0
jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol setiap 2 0
harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat 2 2
makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 0
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih 1 1
setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 2 0
10 Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, 2 0
. memasak atau makan sendiri
Total score 4
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk
(Yang di centang aja yang dijumlah)
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil


Diagnostik Pemeriksaan
1. Laboratorium 04-05-2024 Trigliserida 154 mg/dL
LDL Kolesterol 108 mg/dL
Asam Urat 4.74 mg/dL
2. Echocardiography 27-03-2024 Mildly dilated LV dimension ( EDD
53 mm ) and normal systolic
function. The rest LVEF was 59%
(By Teich)
No regional wall motion abnormality
LV diastolic dysfunction grade I
( abnormal relaxation pattern ) with
elevated filling pressure ( E/E' 15 )
Concentric LVH ( LVdMI 152.88
g/m2; RWT 0.47 )
Normal right ventricular dimension
and function ( TAPSE 1.8 cm )
Normal bi atrial dimension
No intracardiac thrombus
Normal morphology and function of
all cardiac valves
No pericardial and pleural effusion

3. Thorax Non Kontras 25-04-2024 Cor : Ukuran kesan membesar Kesan


Cardiomegali
Pulmo : Tak tampak infiltrat, tak
tampak kelainan Sinus
phrenicocostalis dextra / sinistra
tajam

8. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 2
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHI 2
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan P
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 1
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 2
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN
Kebiasaan merokok
(1) > 3 batang sehari
(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok √

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi


Frekwensi makan
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari √
(4) Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan
(1) 1 porsi dihabis
(2) ½ porsi yang dihabiskan √
(3) < ½ porsi yang dihabiskan
(4) Lain-lain
Makanan tambahan
(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang dihabiskan √

Pola pemenuhan cairan


Frekwensi minum
(1) < 3 gelas sehari √
(2) > 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
(1) Takut kencing malang hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum terbatas
(4) Kebiasaan minum sedikit √
Jenis Minuman
(1) Air putih √ (2) Teh (3) Kopi (4) susu (5) lainnya, ……
Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur
(1) < 4 jam (2) 4 – 6 jam √ (3) > 6 jam

Gangguan tidur berupa


(1) Insomnia (2) sering terbangun (3) Sulit mengawali √(4) tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur
(1) santai √ (2) diam saja (3) ketrampilan (4) Kegiatan keagamaan

Pola eliminasi BAB


Frekwensi BAB
(1) 1 kali sehari √
(2) 2 kali sehari
(3) Lainnya, ………………….
Konsisitensi
(1) Encer (2) Keras (3) Lembek √
Gangguan BAB
(1) Inkontinensia alvi
(2) Konstipasi
(3) Diare
(4) Tidak ada √

Pola BAK
Frekwensi BAK
(1) 1 – 3 kali sehari
(2) 4 – 6 kali sehari √
(3) > 6 kali sehari
Warna urine
(1) Kuning jernih √
(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK
(1) Inkontinensia urine
(2) Retensi urine
Lainnya, Tidak terdapat gangguan √

Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan
(1) Membantu kegiatan dapur
(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga √
(4) Ketrampilan tangan

Pola Pemenuhan Kebersihan Diri


Mandi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari √
(3) 3 kali sehari
(4) < 1 kali sehari
Memakai sabun
(1) ya √ (2) tidak
Sikat gigi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari √
(3) Tidak pernah, alasan
(4) Menggunakan pasta gigi
(1) ya √ (2) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih
(1) 1 kali sehari √
(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: Peningkatan Nyeri akut (D.0077)
- Klien mengatakan nyeri kepala, volume darah
sering pusing dan tengkuk ↓
leher terasa kaku.
Hipertrofi otot
- Klien mengatakan pusingnya
jantung
hilang timbul dan sering

kambuh pada saat kecapekan
- Klien mengatakan nyeri Penurunan
kepalanya diangka 3 cardiac output

DO: ↓
Klien tampak sesekali memegangi
Retensi
kepala, Wajah meringis
TD : 160/100 pembuluh darah
Nadi 88 x/ menit
RR : 20 x/menit SpO2 : 97% ↓

Nyeri kepala

2. DS: Peningkatan Gangguan pola tidur


volume darah (D.0055)
- Klien mengatakan sulit ↓
untuk tidur malam
- Klien mengatakan baru bisa Hipertrofi otot
tidur sekitar jam 01.00-02.00
jantung
- Klien mengeluh kemampuan
aktivitas menurun. ↓

Penurunan cardiac
DO: output
- Bagian bawah mata ↓
terlihat hitam
- Terdapat kantong mata Retensi pembuluh
Klien terlihat kelelahan darah
TD : 160/100
Nadi 88 x/ menit ↓
RR : 20 x/menit SpO2 : 97%
Nyeri kepala
Gangguan pola
Tidur
DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut berhubungan dengan retensi pembuluh darah yang
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri kepala, sering pusing
dan tengkuk leher cengeng, Klien mengatakan pusingnya
hilang timbul dan sering kambuh pada saat kecapekan, Klien
mengatakan nyeri kepalanya diangka 4 (D.0077)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala
yang ditandai dengan klien mengatakan sulit untuk tidur
malam, mata terlihat merah, klien terlihat lelah dan
mengantuk saat pengkajian, klien tidur < 4 jam (D.0055)
PERENCANAAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


Kriteria standart
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1.08238)
dengan retensi pembuluh keperawatan selama 1x24
a. Observasi
darah yang ditandai jam, diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi skala nyeri
dengan Klien (L.08066) menurun dengan 2. Identifikasi nyeri non verbal
mengatakan nyeri kepala, kriteria hasil : 3. Identifikasi lokasi,
sering pusing dan karakteristik, durasi,
tengkuk leher terasa 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas dan
kaku, Klien mengatakan skala nyeri 2 (5) itensitas nyeri
pusingnya hilang timbul 2. Meringis menurun (5) b. Terapeutik
dan sering kambuh pada 3. Gelisah menurun (5) 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
saat kecapekan, Klien Frekuensi nadi 60- 90x/menit 5. Pertimbangkan jenis dan
mengatakan nyeri (5) sumber nyeri dalam
kepalanya diangka 3 pemilihan strategi meredakan
(D.0077) nyeri
6. Berikan tekhnik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri (tehnik
distraksi dan relaksasi)
c. Edukasi
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Ajarkan tekhnik non
farmakologi untuk
meredakan nyeri
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan Dukungan Tidur (I.09265)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24
Observasi
nyeri kepala yang jam, diharapkan pola tidur
ditandai dengan klien (L.05045) menurun dengan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
mengatakan sulit untuk kriteria hasil : tidur
tidur malam, mata terlihat
merah, klien terlihat lelah 1. Kesulitan tidu menurun 2. Identifikasi faktor pengganggu
tidur
dan mengantuk saat
pengkajian, klien tidur < 2. Sering terjaga wakt tidur
3. Identifikasi obat tidur yang
4 jam (D.0055) menurun diminum
3. Pola tidur membaik Terapiutik

4. Kemampuan beraktivitas 1. Modifikasi lingkungan ( Mis.


meningkat Pencahayaan, kebisingan, suhu,
atras, tempat tidur)
2. Batas waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi penghilang stress
4. Tetapkan jadwal tidur
5. Lakukan prosedur peningkatan
kenyamanan ( Mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pembarian obat
atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur ccukup
2. anjurkan menempati kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
4. Ajarkan Relaksasi autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya
Tgl & Tgl &
No Diagnosis Tindakan Paraf Evaluasi Keperawatan Paraf
Jam Jam
Keperawatan Keperawatan

1 11/05/2 Nyeri akut 1. Jelaskan penyebab periode dan 11/05/24 S : Pasien mengatakan masih pusing dan nyeri
4 berhubungan pemicu nyeri kepala
dengan retensi 2. Mengidentifikasi lokasi,
Jam 11 pembuluh darah karakteristik, durasi, intensitas nyeri
3. Mengidentifikasi skala nyeri
yang ditandai 4. Mengidentifikasi respon nyeri non O : - tenguk berat sedikit berkurang, sulit untuk
dengan Klien verbal mengawali tidur berkurang,aktivitas mulai
mengatakan 5. Mengidentifikasi pengeruuh nyeri meningkat
nyeri kepala, pada kualitas hidup
sering pusing dan 6. Berikan teknik non farmakologis TD : 145/95
tengkuk leher untuk mengurangi rasa nyeri Nadi 88 x/ menit
(hipnosis, akupresure, terapi musik, RR : 20 x/menit
terasa kaku,
terapi pijat)
Klien 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
mengatakan 8. Pertimbangkan jenis dan sumber
pusingnya hilang nyeri dalam pemilihan strategi A: Nyeri Akut belum teratasi
timbul dan sering meredakan nyeri
kambuh pada 9. Kolaborasi pemberiann analgetik
saat kecapekan, P: Lanjutkan intervensi
Klien
mengatakan
nyeri kepalanya
diangka 3
(D.0077)

2 11/05/2 Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola aktivitas 11/05/24 S : Pasien mengatakan sulit tidur dan sulit
4 tidur dan tidur mengawali tidur
berhubungan 2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
dengan nyeri
3. Mengidentifikasi obat tidur yang
kepala yang digunakan O : Pasien tampak lelah, mata merah, mengantuk
ditandai dengan 4. Modifikasi lingkungan (mis.
klien Pencahayaan, suhu, TD : 145/95
mengatakan sulit kebisingan,tempati tidur) Nadi 88 x/ menit
untuk tidur 5. Fasilitasi istirahat dan tidur RR : 20 x/menit
malam, mata 6. Tetapkan jadwal tidur
7. Menyediakan lingkungan yang A : Gangguan Pola Tidur belum teratasia
terlihat merah,
nyaman
klien terlihat 8. Melakukan prosedur
lelah dan kenyamanan (mis. Pijat, terapi P. Lanjutkan intervensi
mengantuk saat akupresure)
pengkajian, klien 9. Menyediakan jadwal tidur yang
tidur < 4 jam tetap
(D.0055)
Pembahasan
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada Ny.R dengan diagnosa medis Hipertensi usia 61 tahun,
dimana dapat disimpulkan bahwa usia tua memiliki banyak penyakit degeneratif salah
satunya yaitu HT. Peneliti sebelumnya menyatakan penyakit Ditinjau dari data riwayat
penyakit dahulu, didapatkan klien memiliki riwayat penyakit HT sejak 2018 biasanya
minum Amplodipine 0-0-1. Peneliti terdahulu menyatakan Penyebab hipertensi pada
lanjut usia dikarenakan terjadinya perubahan-perubahan pada; elastisitas dinding aorta
menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan
volumenya pun ikut menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurang
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 11 Mei 2024 ditemukan dua
masalah keperawata yang muncul yaitu, Nyeri Akut dan Gangguan Pola Tidur .
Masalah keperawatan yang ditemukan akan menjadi masalah keperawatan yang akan
diselesaikan. Beberapa masalah keperawatan yang ditemukan yaitu Nyeri Akut
diambil karena memenuhi kriteria data minor dan mayor seperti, pasien mengatakan
nyeri kepala, wajah meringis, TD 160/100 mmHg Nadi 88 x/mnt pernapasan 20x/mnt,
SpO2 98 %, dimana terdapat data mayor dan minor pada buku panduan SDKI (PPNI,
2017) dimana masalah keperawatan Nyeri Akut memiliki pengertian pengalaman
sensorik atau eosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas kurang dari 3 bulan.
Untuk masalah keperawatan yang kedua yaitu Gangguan Pola Tidur diambil karena
memenuhi kriteria data mayor dan minor yaitu klien mengatakan sulit untuk tidur
malam, waktu tidr diatas jam 01.00, , TD 160/100 mmHg Nadi 88 x/mnt pernapasan
20x/mnt, SpO2 98 %, dimana terdapat data mayor dan minor pada buku panduan
SDKI (PPNI, 2017) ) sebagaimana masalah keperawatan Gangguan Pola Tidur
merupakan gangguan kualitas dan kuantias waktu tidur akibat faktor
eksternal.Sehingga dapat disimpulkan ada 2 masalah keperawatan yang didapatkan
dari hasil data pengkajian yang dilakukan dan didukung dari data yang ada pada
analisa data.
3. Intervensi dan Implementasi
Untuk masalah keperawatan Nyeri Akut diberikan intervensi utama berupa
Menajemen Nyeri (SIKI, I.08066), untuk intervensi kedua yaitu Pola Tidur diberikan
Dukungan Tidur (SIKI I.05045) (PPNI, Standar LuaranKeperawatan Indonesia (1 ed),
2018). Intervensi yang diberikan terdiri dari OTEK yang artinya, Observasi yaitu
melihat keadaan klien, Terapeutik yaitu perawat melakukan tindakan keperawatan
secara individu, Edukasi yaitu pemberian penkes atau pendidikan kesehatan yang
disampaikan pada klien dan keluarga, dan Kolaborasi yaitu perawat melakukan
kerjasama dengan yankes yang lain seperti dokter, ahli gizi, fisioterapi, dll. (PPNI,
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed), 2018) Implementasi yang diberikan
menggunakan jurnal untuk masalah keperawatan Nyeri Akut darah menggunakan 1
jurnal, dengan judul Hipertensi Merupakan Suatu Keadaan Dimana Terjadi
Peningkatan Pada Tekanan Darah Yang Memberi Gejala Akan Berlanjut Ke Suatu
Organ Target Seperti Stroke Untuk Otak, Penyakit Jantung Koroner Untuk Pembuluh
Darah Jantung, Dan Hipertrofi Ventrikel Kanan yang ditulis oleh Benjamin 2019 .
Dalam jurnal ini dijelaskan bagaimana definisi hipertensi, tatalaksana, komlikasi,
penyebab pada penderita hipertensi
4. Evaluasi
Dari masalah keperawatan yang disusun didapatkan masalah keperawatan Nyeri Akut
berhubungan dengan retensi pembuluh darah dan dilanjutkan secara mandiri. Masalah
dapat teratasi dengan memberikan edukasi strategi meredakan nyeri,
mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredahkan
nyeri. mengenai HT, pola hidup bersih dan sehat. Evaluasi disusun dalam format
SOAP yang artinya S adalah subjek yaitu keluahan atau verbal yang di ungkapkan
oleh klien kepada perawat, O adalah objek yaitu data yang didapatkan dari
pengamatan atau pemeriksaan yang perawat lakukan kepada klien, A adalah assesment
atau penilaian tentang intervensi yang dilakukan dapat teratasi atau tidak, P adalah
planning atau rencana kedepannya dalam melakukan implementasi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai