Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKOLOGI FAAL

DISUSUN OLEH

IREDHO FANI REZA


0835016

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Reaksi Pupil
Nomor Percobaan :I
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Nadia Combarici
Tanggal Percobaan : 3 Oktober 2009
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui bagaimana Reaksi Pupil mata manusia jika ada stimulus
cahaya yang masuk ke mata.

II. DASAR TEORI


Mata sebagai organ tubuh manusia untuk melihat. Mata itu sendiri (alat
penglihat) tersusun atas bermacam-macam jaringan, seperti jaringan otot,
jaringan syaraf, jaringan ikat dan jaringan pembuluh darah. Dalam jaringan
mata terdapat banyak sel dalam menghubungkan satu sama lain.

Pada bagian-bagian mata terdapat Lensa, Sklera, Retina, Pupil, Iris,


Kornea, Saraf mata, Forea, Pembuluh darah itu semua bagian besar mata.
Semua bagian itu menjadi satu dan bekerja sama dalam menjalankan tugasnya
sebagai alat penglihatan.
Bagian mata yang sangat penting adalah Lensa, yang berupa Lensa
cembung. Adapun mekanisme dalam penglihatan jalanya melalui cahaya yang
masuk ke mata dibiaskan, bayangan yang terjadi diterima oleh Retina,
kemudian diteruskan ke otak melalui syaraf mata, baru timbul sebuah
penglihatan.

Pupil merupakan bagian mata yang berfungsi sebagai penerus cahaya yang
telah diterima oleh kornea. Pupil berperan sebagai penentu kuantitas cahaya
yang masuk ke bagian mata. Pupil bentuknya selalu berubah-ubah, tidak tetap.
Tergantung dari kuantitas cahaya yang masuk kemata. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris yang merupakan diafgrama yang tidak tetap. Iris inilah
yang merupakan warna pada mata.

Dikarenakan Pupil sebagai penangkap (penerus cahaya) jadi bentuknya


statis dan selalu berubah – ubah. Tergantung dari cahaya yang masuk ke mata.
Apabila dalam kondisi gelap maka pupil akan melebar dan bila cahaya terang
maka pupil menyempit.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Cermin
Flash Light

IV. JALANYA PERCOBAAN


1. Mengecilnya Pupil pada akomodasi dan konfergency.
a. PP bertindak sekaligus sebagai OP, menggunakan cermin kemudian
melihat jauh di dalam cermin dan sekonyong-konyongnya melihat
bayangan PP di cermin.

b. OP di suruh melihat jauh, kemudian sekonyong-konyongnya di suruh


melihat jari PP yang ditempatkan kira-kira 20 cm di muka mata OP.
2. Mengecilnya Pupil oleh karena cahaya.
a. OP disuruh melihat ke tempat yang terang kemudian disuruh menutup
matanya, setelah menunggu sebentar kemudian disuruh membuka mata
matanya sehingga akan terlihat pupilnya mengecil.
b. OP disuruh melihat ketempat yang terang dan satu mata ditutup dengan
tangan, setelah ditutup kemudian di buka.
c. PP menyinari mata OP dengan flashlight kemudian lihat perubahan
Pupil.

V. HASIL PERCOBAAN
1. Mengecilnya Pupil pada akomodasi dan konfergency.
a. Setelah PP bertindak sebagai OP menggunakan cermin, kemudian
melihat jauh di dalam cermin didapatkan hasil bahwasanya PP melihat
bayanganya dan pupil yang mengecil.

b. Setelah OP disuruh melihat jauh, kemudian sekonyong – konyong di


suruh melihat jari PP yang ditempatkan kira – kira 20 cm dimuka mata
OP didapatkan hasil bahwasanya pupil OP membesar.

2. Mengecilnya Pupil oleh karena cahaya.


a. OP disuruh melihat ketempat yang terang kemudian disuruh menutup
matanya. Setelah menunggu sebentar kemudian disuruh membuka
mata. Dari kegiatan diatas didapatkan hasil dimana terlihat pupil OP
mengecil.
b. Setelah OP disuruh melihat ketempat yang terang dan satu mata ditutup
dengan tangan. Setelah ditutup kemudian dibuka terjadi perubahan
pada pupil OP yakni pupil OP terlihat membesar.

c. Setelah PP menyinari mata OP menggunakan flashlight didapatkan


hasil bahwasanya terjadi perubahan pada pupil OP. Pupil OP terlihat
mengecil, hal tersebut dikarenakan agar cahaya yang masuk tersebut
tidak terlalu banyak.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya cahaya mempengaruhi
perubahan pupil. Bentuk pupil yang berubah menjadi cembung, memipih
besar ataupun kecil. Bentuk pupil dipengaruhi oleh cahaya yang ditangkap
atau cahaya yang masuk.

Palembang, 3 Oktober 2009


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Imam. 1997. IPA-Biologi.Jakarta : Yudhistira


Hadiat, Departement Pendidikan Dan Kebudayaan. 1996. Alam Sekitar.
Cet-4. Jakarta: Perum Balai Pustaka
www.google.com. Mata. Mozila Firefox
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Peristiwa - Peristiwa Entoptis
Nomor Percobaan : II
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Hexa Puteri
Tanggal Percobaan : 31 oktober 2009
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui apakah terdapat pembuluh-pembuluh darah di dalam
retina mata.

II. DASAR TEORI


Retina merupakan bagian mata berupa selaput tipis sel yang berfungsi
sebagai penerima cahaya dan di proses menjadi sinyal syaraf. Fungsi retina
juga sebagai penghasil persepsi secara visual.

Retina memiliki diameter berkisar antara 22-24 mm, di bagian tengah


retina mata terdapat sebuah cakram yang di sebut cakram optik, atau lebih
dikenal dengan istilah titik buta. Cakram tersebut terlihat seperti oval yang
berwarna putih dan memiliki ukuran 3 mm. Karena di dalam retina terdapat
fotoreseptor.
Di dalam retina juga terdapat sel-sel yang bersifat sensitif terhadap cahaya.
Retina memiliki dua sel reseptor yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang
terletak di bagian tepi, yang berfungsi dalam keadaan cahaya redup. Jumlah
sel batang paa retina berjumlah 120 juta sel . sel kerucut terletak di bagin
tengah mata, berjumlah sekitar 7 juta sel, yang berfungsi sebagai penentu
warna suatu objek.

Retina pada manusia terdiri dari sepuluh lapisan :


- Retinal Pigmentepithelium
- Lapisan Fotoreseptor segmen di dalam dan di luar
- Membran limitans ekstern
- Lapisan luar inti sel fotoreseptor
- Lapisan luar Pleximorfis
- Lapisan dalam badan inti
- Lapisan dalam Pleximorfis
- Lapisan sel ganglion
- Lapisan serat syaraf
- Membran limitans intern

Di dalam retina juga terdapat bintik kuning, yaitu bagian mata yang sangat
peka terhadap cahaya. Bintik kuning terletak tepat di bagian belakang garis
mata. Di dalam bintik kuning terdapat banyak sekali sel-sel kerucut.

Selain bintik kuning, di dalam retina juga terdapat bintik buta yang terletak
tepat di tempat membeloknya syaraf-syaraf penglihatan. Bintik buta berfungsi
sebagai jalur syaraf dan tidak memiliki sel-sel reseptor, sehingga tidak dapat
mengenali cahaya.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Flash Light
IV. JALANYA PERCOBAAN
1. Lukisan pembuluh darah dari purkinye
OP di tempat yang agak gelap, mata di suruh melihat ke arah kiri dan
sebelah kanan, mata kanan di sinari dengan flash light yang di gerak-
gerakan.

2. Aliran darah di dalam kapiler


PP sekaligus OP melihat langit biru, kemudian dirasakan apakah
setelah beberapa lama akan terlihat titik putih yang bergerak.

V. HASIL PERCOBAAN
2. Lukisan pembuluh darah dari purkinye
a. Pada saat OP berada di tempat yang gelap, lalu mata OP di suruh PP
melihat ke arah kiri, lalu dari sebelah kanan, PP menyinari mata bagian
kanan OP dengan flash light yang di gerak-gerakan, maka PP dapat
melihat adanya lukisan pembuluh darah. Hal itu terjadi dikarenakan
adanya peredaran darah yang terjadi di dalam tubuh. Dimana skema
peredaran darah ini berasal dari jantung menuju keseluruh tubuh dan
kembali lagi kejantung. Oleh karena itu organ mata didapatkan
pembuluh darah guna membantu proses penglihatan.

2. Aliran darah di dalam kapiler


Pada saat PP sekaligus OP melihat kelangit biru, kemudian dirasakan
apakah setelah beberapa lama akan terlihat oleh PP titik putih yang
bergerak. Maka yang terlihat oleh PP adalah adanya titik putih yang
bergerak. Hal ini membuktikan adanya aliran darah didalam kapiler di
dalam retina.
VI. KESIMPULAN
Retina di sebut juga dengan selaput jala, yaitu selaput ipis yang berfungsi
sebagai penjuras cahaya menjadi sinyal syaraf dan sebagai penghasil
presepsi secara visual. Retina berbentuk seperti bola yang berdiameter 22-
24 mm, yang di dalamnya terdapat cakram optik atau titik putih buta, sel-
sel sensitif terhadap cahaya, bintik kuning dan bintik buta.

Palembang, 31 Oktober 2009


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

Nobackc, R Charles .1982 . Anatomi Susunan Syaraf Manusia . Edisi Ke2


. Jakarta Utara : CV, EEC Penerbit Buku Kedokteran
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Melihat Warna
Nomor Percobaan : III
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Hexa Puteri
Tanggal Percobaan : 11 November 2009
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kemampuan membeda-bedakan warna pada orang
percobaan.

II. DASAR TEORI


Warna merupakan spektrum tertentu yang terdapat di dalam cahaya yang
sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna di tentikan oleh panjang
gelombang cahaya tersebut. Salah satu contoh, warna biru. Warna biru
memiliki panjang gelombang berkisar antara 460 nanometer panjang
gelombang warna yang masih dapat di tangkap oleh mata manusia berkisar
antara 380-780 nanometer.

Di dalam peralatan optik, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap
3 warna primer cahaya, yaitu : merah, hijau dan biru yang di gabungkan dalam
komposisi tertentu. Contohnya percampuran 100 % merah, 0 % hijau dan 100
% biru. Maka dari percampuran 3 warna ini akan menghasilkan interpretasi
tertentu yaitu warna magenta.

Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu, sesuai


dengan kondisi sosial pengamatnya. Contohnya, warna putih akan
memberikan kesan kesucian dingin karena warna tersebut berasosiasi dengan
salju. Akan tetapi disis lain, warna putih memberikan kesan kematian karena
juga berasosiasi dengan kafan (kain kematian).

Demikian pula dengan warna linya, seperti warna hitam, dalam ilmu
warna, hitam di naggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang
warna. Padahal sebenarnya semakin banyak warna hitam dalam suatu warna,
maka banyak cahaya akan diserap dan semakin sedikit cahay yang
dipantulkan. Secara ilmiah, keduanya (warna putih dan hitam) bukanlah
warna, meskipun warna-warna tersebut bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen.

Warna dikelompokan dalam beberapa kelompok :

1. Warna Netral
Yaitu warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata
lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder, warna ini
merupakan campuran dari 3 komponen warna sekaligus tetapi tidak dalam
kominasi yang tepat dan sama.

2. Warna Kontras
Yaitu warna yang berkesan berlawananan antara yang satudengan yang
lainya. warna kontras di dapatkan dari warna yang berseberangan yang
terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup
kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan mengolah nilai
ataupun kemurnian warna.
3. Warna Panas
Yaitu warna yang dalam rentang setengah lingkaran, di dalam lingkaran
warna. Di mulai dari warna merah hingga kuning warna panas
mengesankan jarak yang dekat. Warna menjadi simbol riang, semangat,
amarah dan sebagainya.

4. Warna Dingin
Yaitu warna yang dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran
warna mulai dari warna hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol
sejuk, nyman dan kelembutan.

5. Warna Sejuk
Yaitu sekelompok warna yang memberikan kesan jarak yang jauh.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Benang wall
Kaca
Kertas berwarna merah dan hijau, biru dan kuning

IV. JALANYA PERCOBAAN


1. Jalanya percobaan dari holmgreen
PP mengambil dari kumpulan benang-benang wol berturut-turut,
seutas benang biru tua, hijau, kuning, orange, coklat, dan ungu. Dan
meminta OP untuk mencari warna benang dengan warna yang sama

2. Percampuran warna secara objektif


2 warna, (a) dan (b) diletakan berdampingan di antaranya diletakan
kaca agak mring, sehingga (b) kelihatan melalui kaca tersebut dan
bayangan dari (a) oleh kaca tadi kelihatan menutupinya. OP diminta
menyebutkan apa yang terlihat dari percobaan tersebut.
V. HASIL PERCOBAAN
1. Percobaan dari holmgreen
Setelah PP mengambil kumpulan benang wol berturut – turut seutas,
benang berwarna biru tua, hijau, kuning, oranye, cokelat dan ungu. Dan
meminta OP untuk mencari benang yang warnanya sama. Dari kegiatan ini OP
dapat menunjukan warna benang yang benar sesuai yang diminta PP. Dengan
kata lain OP tidaklah buta warna.

2. Percampuran warna yang objektif


Ketika dua warna diletakan berdampingan dan diantaranya kaca, maka
akan terlihat warna yang berbeda dari bayangan warna yang berdampingan
dimana setelah melakukan percobaan percampuran warna maka menghasilkan
antara :

Warna Merah dan biru Menhasilkan Warna ungu


Warna Merah dan hijau Menhasilkan Warna Kuning
Warna Merah dan kuning Menhasilkan Warna orange
Warna Biru dan hijau Menhasilkan Warna biru
Warna Biru dan merah Menhasilkan Warna ungu
Warna Kuning dan biru Menhasilkan Warna hijau
Warna Kuning dan hijau Menhasilkan Warna hijau muda
Warna Kuning dan merah Menhasilkan Warna orange
Warna Hijau dan merah Menhasilkan Warna hijau lumut
Warna Hijau dan kuning Menhasilkan Warna hijau muda
WArna Hijau dan biru Menhasilkan Warna hijau lumut
VI. KESIMPULAN
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya.
Identitas suatu warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya, yang
panjang gelombang itu di ukur oleh satuan ukur nanometer. Panjang
gelombang yang dapat ditangkap atau dijangkau oleh mata manusia berkisar
antara 380 samapi dengan 780 nanometer.

Dalam optis, warna dapat diartikan sebagai interpretasi otak terhadap 3


warna primer cahaya, yang terdiri dari warna merah, hijau dan biru.
Percampuran dari 3 warna primer tersebut akan menghasilkan interpretasi
pantula tertentu yang disebut dengan warna magenta. Sikap mata mampu
memberikan kesan identitas tertentu, tergantung dari kondisi pengamatanya
misal, warna putih dan warna hitam.

Palembang, 11 November 2009


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

Nobackc, R Charles .1982 . Anatomi Susunan Syaraf Manusia . Edisi Ke2


. Jakarta Utara : CV, EEC Penerbit Buku Kedokteran
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Penglihatan Pada Waktu Remang - Remang
Nomor Percobaan : IV
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Hexa Puteri
Tanggal Percobaan : 11 November 2009
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui bagaimanakah penglihatan seseorang pada waktu remang
– remang.

II. DASAR TEORI


Mata, merupakan organ tubuh pada manusia yang berfungsi sebagai alat
penglihatan. Terutama pada bagian dalam mata yaitu pupil. Sangatlah peka
terhadap cahaya. Sebenarnya, dalam keadaan normal, gelap, remang, maupun
terang tidak akan merusak mata selama tidak ada radiasi, kecuali disaat kita
membaca dalam keadaan remang –remang yang dapat merusak mata. Untuk
memperbesar serapan cahaya yang masuk ke mata. Sedangkan dalam kondisi
yang agak terang, pupil akan mengecil. Tujuanya adalah mengurangi cahaya
yang masuk ke mata tetap dalam keadaan normal dan bekerja dengan baik.
Disebelah luar pupil juga terdapat sekat yang mengatur masuknya cahaya,
yang disebut diafgrama.
Agar sebuah cahaya dapat diserap oleh optik, harus ada bahan penyerap
cahaya pada sel batang yang berupa pigmen. pigmn di dalam sel batang
disebut dengan redopsin. Pada setiap selopsin terdapat protein dan non protein
yang merupakan derivat dan unsur vitamin A yang dikenal dengan nama
retinal. Retinal di produksi di dalam mata melalui oksidasi dari vitamin A.
Apabila seseorang kekurangan vitamin A, maka akan mengakibatkan orang
tersebut mengalami rabun senja, yaitu suatu kondisi dimana ia tidak dapat
melihat benada pada keadaan gelap. Waktu yang dibutuhkan oleh seseorang
untuk membentuk kembali redopsin matanya dinamakan adaptasi gelap.

Apabila seseorang berada di suatu tempat yang gelap pada waktu yang
lama, retimen dan opsin yang terdapat dalam sel batang akan berubah menjadi
pegmen yang peka terhadap cahaya. Retina merupakan molekul perubahan
yang dihasilkan dari vitamin A. Retina kemudian diubah menjadi pigmen –
pigemen tambahan yang peka terhadap cahaya sehingga akhirnya ditentukan
oleh jumlah opsin di dalam sel batang dan kerucut. Kedua efek reseptor fisiual
ini kemudian berubah menjadi sedemikian rupa secara berangsur –angsur
hingga akan menghasilkan cahaya yang paling sedikit yang kemudian
menyebabkan adanya rangsangan – rangsangan ini juga disebut dengan
adaptasi gelap.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Kertas hitam dan putih
Kertas warna merah dan biru
Ruangan yang remang - remang
IV. JALANYA PERCOBAAN
1. Op di dalam kamar yang remang – remang melihat dengan satu mata ke
titik yang ada di tengah –tengah antara lima buah titik putih putih yang
terdapat pada dasar hitam. Op disuruh menetukan titik warna yang lebih
terang.
2. Op disuruh melihat kertas berwarna merah yang berdampingan dengan
kertas biru pada tempat yang terang. Kemudian lihat di tempat yang
remang – remang, Op menentukan warna apa yang lebih terang.

V. HASIL PERCOBAAN
1. Setelah OP berada didalam kamar yang remang – remang melihat dengan
satu mata ketitik yang ada ditemgah – tengah antara lima buah titk putih
yang terdapat pada dasar hitam. Dari percobaan diatas didapatkan hasil
bahwasanya titk bernomor 3 yang menurut OP titik yang lebih terang.

2. Setelah OP disuruh melihat kertas berwarna merah yang berdampingan


dengan kertas berwarna biru pada tempat yang terang, didapatkan hasil
bahwasanya menurut OP kertas yang berwarna merah yang lebih terang
daripada kertas berwarna biru. Sedangkan setelah OP disuruh melihat
kertas berwarna merah yang berdampingan dengan kertas berwarna biru
pada tempat remang – remang, didapatkan hasil bahwasanya menurut OP
kertas yang berwarna biru yang lebih terang daripada kertas yang
bwerwarna merah.
VI. KESIMPULAN
Adaptasi terhadap gelap dan terang. Dimana bila seseorang berada
ditempat yang sangat terang untuk waktu yang lama, maka banyak sekali
fotokimiawi yang terdapat di dalam sel batang dan kerucut menjadi berkurang
karena diubah menjadi retinal dan opsin. Bila seseorang berada ditempat yang
gelap unuk waktu yang lama maka retinal dan opsin yang ada di dalam sel
batang dan kercut diubah kembali menjadi pigmen yang peka terhadap cahaya.

Palembang, 11 November 2009


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

2008. Aberasi Kromatis. Jakarta Pusat :


http://muhammadblogspot.com/.../kumpulan-laporan-laboratorium-fisikaI-
html.download 10 november 2009.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Aberasi Chromatis
Nomor Percobaan :V
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Hexa Puteri
Tanggal Percobaan : 11 November 2009
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui bagaimanakah terjadinya aberasi chromatis pada mata
manusia.

II. DASAR TEORI


Mata dapat menangkap cahaya dengan kecepatan yang tinggi sehingga
beribu – ribu warna dapat ditangkap. Timbul banyak pertanyaan,
bagaimanakah warna – warna itu dapat dirasakan. Chromatis masih belum
bisa menjawab pertanyaan –pertanyaan bagaimanakah impuls syaraf dikirim
ke otak melalui syaraf optik dan efek – efek fisiologi. Seperti apa yang tercipta
di dalam otak, dan yang mereka tau hanyalah bahwa penginderaan warna
sebagai kenyataan yang terjadi di dalam tubuh kita yaitu berada di dalam pusat
penglihatan di dalam otak kita. Pada proses penglihatan warna dimulai pada
sel – sel kerucut di retina. Ada tiga kelompok sel kerucut utama yang bereaksi
sangat kuat terhadap warna –warna tertentu dari cahaya.
Sel itu dikelompokan sebagai sel – sel kerucut biru, hijau dan merah, Tiga
warna ini merupakan warna primer. Dengan rangsangan dari sel –sel kerucut
yang sensitif terhadap ketiga warna primer ini, pada tingkatan tertentu dan
berbeda muncullah jutaan warna – warni yang berbeda.

Sel – sel kerucut mengubah informasi yang berhubungan dengan warna


dan menjadi impuls – impuls syaraf melalui pigmen –pigmen yang terkandung
di akan mengirimkan impuls – impuls syaraf kesuatu daerah tertentu di dalam
otak. Daerah –daerah seluas beberap sentimeter persegi di dalam otak inilah
tempat di bentuknya dunia penuh warna.

Dikarenakan adanya perbedaan sifat – sifat atomatik molekul – molekul


pigmen. Objek – objek memantulkan sinar cahaya berbeda deadalah molekul
khusus yang menghasilkan warna. ngan demikian dihasilkan berbagai nuansa
warna warni yang berbeda dalam daerah penglihatan kita, menunjukan
keberadaan pigmen – pigmen dalam jumlah yang mirip. Karena warna dari
segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling kita tergantung pada pigmen yang
berada dalam komposisi zat tersebut.pigmen –pigmen yang berada di dalam
mata kita dan dipermukaan luar objek

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Kertas hitam dan putih
Sebuah kartu

IV. JALANYA PERCOBAAN


Dengan menggunakan satu mata Op disuruh melihat kebatas yang berjalan
vertikal antara hitam dan putih, gerakan sepucuk kartu dari kanan ke kiri di
muka mata sampai setengah dari pupil mata tertutup.
V. HASIL PERCOBAAN
Setelah Op melakukan percobaan ini, mata Op disuruh melihat kebatas
yang berjalan vertikal antara hitam dan putih, gerakan sepucuk kartu dari
kanan ke kiri di muka mata sampai setengah dari pupil mata tertutup. Maka
Op melihat adanya warna ungu dikartu secara sekilas pada saat kartu berada di
titk antara kertas hitam dan putih.

VI. KESIMPULAN
Pada syaraf mata kita di pusatkan untuk melihat ke suatu titik maka akan
terlihat suatu bayangan warna secara sepintas. Sebagaimana dengan percobaan
diats, setiap cahaya yang timbul itu juga tidak sama pada setiap hasil
penglihatan pada mata seseorang.

Palembang, 11 November 2009


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

Itayati. : yayat. 2003. Pintar Biologi. Bandung. www.wikipedia.com


LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Diplopia
Nomor Percobaan : VI
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Hexa Puteri
Tanggal Percobaan : 9 Desember 2009
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui terjadinya diplopia pada mata manusia.

II. DASAR TEORI


Titik identitik adalah titk – titik pada mata yang dapat menerima sensasi
suatu bayangan tegas, dan titik disparat adalah titk yang memberikan sensasi
suatu bayangan sehingga bayangan yang ditampilkan adalah ganda yang
sering disebut diplopia.

Bola mata manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan pertama (lapisan
luar), lapisan kedua (lapisan tengah) dan ketiga (lapisan dalam). Sebagai
indera penglihat mata manusia dapat saja mengalami gangguan penglihatan.
Alah satu gangguan penglihatan adalah diplopia.

Diplopia adalah suatu gangguan penglihatan yang mana objek yang kita
lihat itu menjadi ganda. Diplopia secara umum dibagi menjadi dua :
1. Diplopia Binokular
Penglihatan ganda terjadi apabila pasien melihat dengan dua mata dan
menghilang bila salah satu mata ditutup. Disebabkan oleh gangguan
pergerakan otot bola mata. Sehingga sudut bola mata tidak singkron. Inilah
tahap awal seseorang menjadi julong / stabisinus. Penyebab lainya
disebabkan oleh stroke.

2. Diplopia Monokular
Penglihatan ganda tibul, pada saat salah satu mata ditutup. Gangguan mata
ini dapat terjadi pada pasien dengan asigmatise, gangguan lengkung kornea,
ptergium, katarak, dislokasi pada lensa mata.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Tongkat yang didirikan

IV. JALANYA PERCOBAAN


Op dengan kedua mata melihat ke satu tongkat yang kelihatan satu.
Kemudian menekan dengan satu jari melalui PP pelupuk mata di sebelahnya.

V. HASIL PERCOBAAN
Setelah OP yang sekaligus sebagai PP melihat ke suatu tongkat yang
ditegakan, kemudian OP yang sekaligus sebagai PP menatap pelupuk mata
disebelahnya dengan satu jari, maka yang terlihat adalah bayangan ganda dari
tongkat tersebut.
VI. KESIMPULAN
Titik identitik adalah titk – titik pada mata yang dapat menerima sensasi
suatu bayangan tegas, dan titik disparat adalah titk yang memberikan sensasi
suatu bayangan sehingga bayangan yang ditampilkan adalah ganda yang
sering disebut diplopia.

Penyebab Diplopia :
1. kornea masalah
2. Lensa masalah
3. Otot masalah
4. Masalah saraf
5. Otak masalah

Palembang, 9 Desember 2009


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

http://www.aybefroums.us/showtreed.php
http://blogspot.com/2008/02/trachernervepalsy.html itayati.2003. pintar
biologi.bandung:ganecaexact
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Penghantaran Aerotymponal dan Craniotymponal
pada pendengaran Manusia
Nomor Percobaan : VII
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Hexa Puteri
Tanggal Percobaan : 9 Desember 2009
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk membuktikan terjadinya penghantaran aerotymponal dan
carniotymponal pada pendengaran manusia.

II. DASAR TEORI


Indera pendengaran pada manusia adalah telinga, telinga merupakan
indera mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik
gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga juga merupakan tempat
reseptor – reseptor pendengaran dan keseimbangan terletak. Telinga luar,
telinga tengah dan dan cochela telinga berhubungan dengan fungsi
pendengaran.
Telinga memiliki bagian – bagian :
1. Telinga bagian luar (Auris Eksternal)
2. Telinga bagian tengah (Auris Media)
3. Telinga bagian dalam (Auris Internal)
Suara adalah sensasi yang dihasilkan apabila getaran bunyi longitudinal
molekul – molekul dari lingkungan luar yaitu fase pemadatan dan fase
peregangan dari molekul – molekul yang silih berganti mengena membrana
timpani. Suara itu sampai melalui suatu proses penghantaran yang
menggunakan beberapa medium, yaitu penghantaran melalui udara, dan tulang
telinga tengah.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Garpu tala
Meteran kain
Arloji

IV. JALANYA PERCOBAAN


1. Percobaan dari Rine
a. oleh PP satu garpu tala yang sedang bergetar ditempatkan dengan
tangkainya pada puncak kepala PP, sampai nadanya tidak kedengaran lagi.
Kemudian garputala diletakan di muka lubang telinga PP.

b. PP mengambil sebuah garputala yang sedang bergetar dan ditempatkan


dengan tangkainya pada tulang dibelakang telinga OP sampai nadanya tidak
kedengaran lagi. Kemudian garputala diletakan dimuka lubang telinga OP.

2. Percobaan dari Weber


Suatu garputala yang sedang bergetar ditempatkan dengan tangakainya
pada puncak kepala PP, kemudian satu lubang telinga PP ditutup.

3. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran


Sebuah arloji ditempatkan di muka lubang telinga dari OP, telinga yang
lain ditutup kemudian arloji lambat laun dijauhkan sampai bunyinya tak
terdengar lagi. Jarak antara arloji dan lubang telinga diukur, kemudian
arloji didekatkan ke lubang telinga OP sampai kedengaran lagi. Jarak
antara arloji dan lubang telinga diukur. Pemeriksaan diulangi pada telinga
yang lain.

V. HASIL PERCOBAAN
1. Hasil Percobaan dari Rine
a. Setelah suatu garputala yang sedang bergetar ditempatkan dengan
tangkainya pada puncak kepala. PP mendengar suara dengingan dari
garputala sangat jelas tetapi setelah PP meletakan garputala dimuka lubang
telinga, suara dengingan dari garputala tadi masih terdengar tetapi sudah
tidak terlalu jelas.

b. Pada saat PP meletakan sebuah garputala yang sedang bergetar di


tulang belakang telinga, PP mendengar suara yang ditimbulkan oleh
garputala tadi tidak terlalu jelas tetapi pada saat PP meletakan garputala
dimuka lubang telinga, PP mendengar suara dari garputala tadi denga
jelas.

2. Hasil Percobaan dari Weber


Suatu garputala yang sedang bergetar ditempatkan dengan tangakainya
pada puncak kepala PP, kemudian satu lubang telinga PP ditutup. Pada
saat itu OP mendengar getaran atau suara dengingan dari garputala itu
dengan jelas. Jadi suara dari garputala itu akan terdengar sangat jelas pada
saat PP yang juga bertindak sebagai OP menutup salah satu lubang
telinganya dari pada tidak sama sekali menutup lubang telinga.

3. Hasil Pemeriksaaan Ketajaman Pendengaran


Pada saat PP mendekatkan sebuah arloji dimuka lubang telinga bagian
kanan dari OP. Sedangkan muka lubang telinga bagian kiri ditutup lalu PP
lambat laun menjauhkan arloji dari lubang telinga sampai tak terdengar lai
oleh OP. Pada saat itu jarak yang didapat 23 cm dan pada saat PP
mendekatkan kembali arloji kemuka lubang telinga sampai OP mendengar
kembali suara arloji, jarak yang didapat adalah 16 cm. Dan begitupun pada
telinga yang lainya telinga kiri, pada saat PP menjauhkan arloji tak
terdengar lagi. Jarak yang didapat 22 cm dan pada saat PP mendekatkan
kembali arloji kemuka lubang telinga OP maka jarak yang didapat adalah
15 cm.

VI. KESIMPULAN
Indera pendengaran (Auditery Aphartus) merupakan salah satu alat panca
indera yang berfungsi untuk pendengaran.

Telinga memiliki bagian – bagian :


1. Telinga bagian luar (Auris Eksternal)
2. Telinga bagian tengah (Auris Media)
3. Telinga bagian dalam (Auris Internal)

Palembang, 9 Desember 2009


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

http://www.aybefroums.us/showtreed.php
http://blogspot.com/2008/02/trachernervepalsy.html itayati.2003. pintar
biologi.bandung:ganecaexact
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Perasaan Pada Kulit
Nomor Percobaan : VIII
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Iredho Fani Reza
Tanggal Percobaan : 9 Januari 2010
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui adanya reseptor – reseptor tekanan sakit dan menentukan
letaknya pada permukaan kulit.

II. DASAR TEORI


Kulit merupakan lapisan terluar dari bagian tubuh manusia. Di dalam kulit
terdapat ujung – ujung syaraf perasa, dan pada masing – masing nya memiliki
kepekaan yang berbeda – beda pada setiap stimulus. Pada setiap daerah kulit
dapat memberikan respon yang sama terhadap suatu stimulus. Rasa sentuhan
yang disebabkan oleh rangsangan –rangsangan pada ujung syaraf di dalam
kulit berbeda menurut ujung – ujung syaraf yang dirangsang.

Kulit juga sebagai pelindung tubuh manusia agar tetap seimbang dengan
cara mengatur suhu tubuh karena perubahan – perubahan suhu dari lingkungan
luar. Kulit dapat menyesuaikan dan mengatur kalor yang hilang dengan kalor
yang dihasilkan.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
Serabut – serabut ijuk dari berbagai ukuran
Kerucut – kerucut denga tangkai
Kikiran kuning
Tempat air panas dan air dingin
Gelas

IV. JALANYA PERCOBAAN


a. Tempat Reseptor Teksns dsn Sakit
OP sekaligus bertindak sebagai PP mengambil serabut yang sudah
dibengkokkan, kemudian serabut itu ditekankan pada kulit punggung OP.
Selanjutnya OP juga mengambil serabut ijuk yang agak tebal dan kaku.
Serabut ini juga ditekankan pada kulit punggung tangan OP, maka akan
terasa sakit.

b. Tempat Reseptor Dingin dan Panas


Kerucut – kerucut kecil dari kuningan yang ada tangkainya dimasukan ke
dalam tempat yang ada kikiran kuninganya, kemudian tempat ini
dimasukan kedalam sebuah gelas dengan air es. Dengan kerucut – kerucut
tersebut kulit OP disentuh. Kemudian dilakukan lagi dengan percobaan
menggunakan air panas.

V. HASIL PERCOBAAN
a. Tempat Reseptor Teksns dsn Sakit
OP sekaligus bertindak sebagai PP mengambil serabut yang sudah
dibengkokkan, kemudian serabut itu ditekankan pada kulit punggung OP.
Pada saat seravut itu ditekankan pada kulit OP merasakan kulit punggung
tangannya terasa sakit Selanjutnya OP juga mengambil serabut ijuk yang
agak tebal dan kaku. Serabut ini juga ditekankan pada kulit punggung
tangan OP, maka sakit yang dirasakan lebih dari sakit yang sebelumnya.
b. Tempat Reseptor Dingin dan Panas
Kerucut – kerucut kecil dari kuningan yang ada tangkainya dimasukan
ke dalam tempat yang ada kikiran kuninganya, kemudian tempat ini
dimasukan kedalam sebuah gelas dengan air es. Lalu oleh PP kerucut –
kerucut tersebut disentuhkan ke kulit OP pada bagian ujung – ujung jari,
telapak tangan, punggung tangan. Dari ketiga bagian tersebut yang paling
cepat merasakan adalah ujung – ujung jari terutama dibagian ujung
telunjuk dan sebaliknya pada saat kerucut – kerucut kecil tadi dimasukan
kedalam air panas maka dari ketiga bagian tersebut maka telapak
tanganlah yang paling cepat mersakan rangsangan panas.

VI. KESIMPULAN
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan
melindungi permukaan tubuh.

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang – cabang syraf spinal dan
permukaan terdiri dan permukaannya terdiri dari syaraf – syaraf motorik dan
syaraf sensorik. Syaraf sensorik untuk menerima rangsangan dan syaraf
motorik penggerk pada sel – sel otot di kulit.

Palembang, 9 Januari 2010


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

priadiarif. silawatitri. 2002 sains biologi. Jakarta : yudhistira


http://sains. Info/2009/II/penginderaan
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Pembauan
Nomor Percobaan : X
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Iredho Fani Reza
Tanggal Percobaan : 6 Januari 2010
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk membuktikan apakah indera pembau lebih peka terhadap zat yang
berupa gas dari pada zat padat.

II. DASAR TEORI


Penciuman merupakan suatu aktifitas manusia yang merupakan bawaan
dari diri. Setiap manusia dapat merasakan yang namanya penciuman ataupun
pembauan. Sel – sel reseptor untuk pembauan adalah sel – sel olfaktoria yang
sebenarnya merupakan sel – sel bipolar yang berasal dari susnan syaraf pusat.
Terdapat sekitar 100 ± juta sel – sel ini pada epitel olfaktoria yang di selamg -
seling suntentakular, ujumg – ujung mukosa sel – sel olfaktoria membentuk
pentolan yang dinamakan vesikel olfaktoria darimana sejumlah besar
olfaktoria bergaris 0,3 mikron dengan panjang 50 sampai 150 mikron,
menonjol ke dalam mukus yang meliputi permukaan dalam rongga hidung.

Berdasarkan sifat – sifat fisika zat – zat yang menyebabkan perangsangan


penciuman yaitu :
Zat harus mudah menguap sehingga ia dapat dihirup masuk ke lubang
hidung
Zat harus sedikit larut dalam air sehingga ia dapat melalui mukus untuk
mencapai sel olfaktoria
Zat harus larut dalam lipid, karena rambut – rambut olfaktoria terdiri dari
zat lipid

Sel – sel olfaktoriahanya terangsang apabila udara mengalir keatas, masuk


daerah hidung. Oleh karena itu, penciuman terjadi dalam siklus inspirasi, yang
menunjukan bahwa reseptor – reseptor olfaktoria memberi respon dalam
milidetik terhadap agen yang mudah menguap, karena intensitas bau
ditingkatkan oleh arus udara melalui bagian atas hidung

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Tempat membakar kemenyan
Sebutir kemenyan

IV. JALANYA PERCOBAAN


OP sekaligus bertindak sebagai PP membaui sebutir kemenyan yang
belumdibakar, lalu kemenyan tersebut dibakar. Setelah kemenyan dibakar, OP
diminta apakah dapat membaui kemenyan yang telah dibakar tersebut, adakah
perbedaanya antara atau sebelum sebelum dibakar.

V. HASIL PERCOBAAN
Setelah OP sekaligus bertindak sebagai PP membaui sebutir kemenyan
yang belumdibakar. Dan pada saat itu OP dapat membaui kemnyan. Lalu
kemenyan tersebut dibakar dan OP diminta untuk membedakan bau kemenyan
yang belum doibakar dan yang sudah dibakar. Lau OP mendapatkan
kesimpulan bahwa kemenyan yang sudah dibakar lebih cepat mengeluarkan
bau dibandingak dengan kemenyan yang belumdibakar.
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan sifat – sifat fisika zat – zat yang menyebabkan perangsangan


penciuman yaitu :
Zat harus mudah menguap sehingga ia dapat dihirup masuk ke lubang
hidung
Zat harus sedikit larut dalam air sehingga ia dapat melalui mukus untuk
mencapai sel olfaktoria
Zat harus larut dalam lipid, karena rambut – rambut olfaktoria terdiri dari
zat lipid

Palembang, 6 Januari 2010


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

http://www.crayopedia.org/mw/alat_indera_pada _manusia
http://sains. Info/2009/II/penginderaan
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Pengecapan
Nomor Percobaan : IX
Nama Pelaku Percobaan : Iredho Fani Reza
Nama Orang Percobaan : Iredho Fani Reza
Tanggal Percobaan : 9 Januari 2010
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya pengecapan dan menentukan
modalitas pengecapan pada alat kecap.

II. DASAR TEORI


Lidah merupaka alat pengecap pada manusia, sebagai reseptor
pengecapanya adalah berupa bentukan bulat telur yang berukuran 50 – 70 mm
yang disebut putik kecap. Pada setiap putik kecap terdiri dari sel penyangga
dan sel rambut. Sel – sel indera ini berkelompok membentuk culi gustatoril.
Sel – sel ini memanjang dan meruncing pada kedua ujungnya, ujung yang satu
sebagai bulu yang pendek dan ujung lainya terdapat cabang dendrit dan
neuron yang lain yaitu suatu neuron dipolar.

Lidah dapat merasakan berbagai macam rasa dikarenakan adanya cairan


yang memabasahi. Adapun tempat – tempat rasa di dalam lidah :
Puncak lidah, dapat menerima semua rasa, terutama rasa manis dan asin
Tepi lidah, dapat menerima rasa asin dan asam
Pangkal lidah, hanya dapat menerima rasa pahit
Punggung lidah, tidak dapat menerima rasa apapun

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Sapu tangan atau tissue
Gula yang kering
Garam yang kering
Asam jawa

IV. JALANYA PERCOBAAN


PP bertindak sekaligus sebagai OP mengeringkan lidah dengan
menggunakan kertas tissue, kemudian di atas lidah yang kering tersebut
diletakan gula kering. Kemudian garam dan asam secara bergantian.

V. HASIL PERCOBAAN
Setelah PP yang sekaligus bertindak sebagai OP mengeringkan lidah
dengan menggunakan kertas tissue, kemudian diatas lidah yang kering
tersebut diletakan gula kering pada saat gula kering menyentuh lidah OP tidak
merasakan rasa apapun, kemudian PP mengerikan kembali lidah dengan kertas
tissue lalu OP meletakan garam kering diats lidah dan sama dengan tadi OP
tidak merasakan apapun pada lidahnya dan begitu juga dengan asam jawa OP
tidak mersakan apapun setelah melakukan seperti apa dengan gula dan garam
kering tadi tidak mersakan rasa apapun.
VI. KESIMPULAN
Lidah tidak akan merasakan rasa apapun apabila tidak ada cairan di dalam
mulut yang membasahinya.
Adapun tempat – tempat rasa di dalam lidah :
Puncak lidah, dapat menerima semua rasa, terutama rasa manis dan asin
Tepi lidah, dapat menerima rasa asin dan asam
Pangkal lidah, hanya dapat menerima rasa pahit
Punggung lidah, tidak dapat menerima rasa apapun

Palembang, 9 Januari 2010


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

http://wikipidea_org/wiki/pengecap.id
http://sains. Info/2009/II/penginderaan
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Melihat Buta Warna
Nomor Percobaan : XI
Nama Pelaku Percobaan : Febriyanti
Nama Orang Percobaan : Iredho Fani Reza
Tanggal Percobaan : 9 Januari 2010
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk melihat apakah seseorang mengalami buta warna.

II. DASAR TEORI


Buta warna merupakan suatu kelainan pada mata yang disebabkan
ketidakmampuan seseorang pada sel- sel kerucut matanya untuk menangkap
suatu spektrum warna tertentu, akibat faktor genetik. Buta warna ini biasanya
bawaan dari keturunan orang tuanya. Kelainan ini juga sering disebut sexl
inked, karena kelainan yang dibawa oleh kromosom x. Artinya, pada
kromosom y tidak membawa faktor buta warna. Buta warna terjadi ketika
syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama pada sel
kerucut.
Buta warna dikelompokan dalam tiga jenis :

a. Trikromasi
Trikromasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih
sel kerucut. Trikromasi dibedakan menjadi tiga macam :
- Protanotuali : yaitu kelemasan mata terhadap warna merah
- Deutromali : yaitu kelemahan mata terhadap warna hijau
- Tritanomali : yaitu kelemahan mata terhadap warna biru

b. Dikromasi
Dikromasi adalah tidak adanya satu dari tiga jenis sel kerucut. Dikromasi
terbagi menjadi tiga macam :

- Protanopia : yaitu adanya sel kerucut warna merah, sehingga keverahan


warna merah dan perpaduanya berkurang
- Deuteranopia : yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap warna
hijau
- Tritanopia : yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap warna biru

c. Monokromasi
Monokromasi adalah dengan ditandainya dengan hilangnya atau
berkurang semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanyalah warna
hitam dan putih

Buta warna dapat di tes dengan tes ishihara yang dirancang dengan tulisan
dan gambar tertentu yang tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Buku tes buta warna dari ishihara dan stilling
Blangko jawaban

IV. JALANYA PERCOBAAN


1. Pemeriksaan gambar dilakukan di tempat yang cukup terang
2. Jarak mata OP dengan buku 0,5 sampai dengan 1 meter
3. OP diminta untuk menyebutkan gambar dengan urutan nomor sebagai
berikut :
1, 2, 11, dan 14
Sedangkan pada nomor 11 dan 14 OP diminta menunjukan dengan
menggunakan tangan nya mengikuti jalur – jalur yang ada pada gambar, dan
untuk nomor 9 OP diminta menyebutkan gambar apa yang terlihat dengan
waktu 10 detik.

V. HASIL PERCOBAAN

HASIL PEMERIKSAAN BUTA WARNA

Nama Tester : Febriyanti Tanggal Pemeriksaan : 6 Januari 2010


Nama Testi : Dian Ayu Pratiwi Kesimpulan Pemeriksaan : Mata Normal

NO YANG DILIHAT HASIL


1 12 N
2 8 N
11 - N
14 - N
9 - N

Keterangan :
Pada nomor 1, yang terlihat dengan jelas oleh OP adalah angka 12
Pada nomor 2, yang terlihat dengan jelas oleh OP adalah angka 8
Pada nomor 11 dan 14, OP bisa mengikuti jalu – jalur yang ada pada
gambar dengan baik dan benar
Pada nomor 9, OP dapat menyebutkan gambar yang berupa bulatan –
bulatan kecil yang memutar
VI. KESIMPULAN
Buta warna merupakan suatu kelainan pada mata yang disebabkan
ketidakmampuan seseorang pada sel- sel kerucut matanya untuk menangkap
suatu spektrum warna tertentu, akibat faktor genetik. Buta warna ini biasanya
bawaan dari keturunan orang tuanya. Kelainan ini juga sering disebut sexl
inked, karena kelainan yang dibawa oleh kromosom x. Artinya, pada
kromosom y tidak membawa faktor buta warna. Buta warna terjadi ketika
syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama pada sel
kerucut.

Palembang, 9 Januari 2010


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia.org/wiki/buta_warna.html
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Iredho Fani Reza


Nomor Mahasaiswa : 0835016
Nama Percobaan : Gerakan – Gerakan Refleks
Nomor Percobaan : XII
Nama Pelaku Percobaan : Eko Oktapiya
Nama Orang Percobaan : Iredho Fani Reza
Tanggal Percobaan : 9 Januari 2010
Tempat Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui adanya gerakan – gerakan refleks pada manusia.
Untuk membuktikan adanya gerakan refleks mengejipkan mata pada
manusia.
Untuk membuktikan adanya refleks muntah pada manusia.

II. DASAR TEORI


Gerak refleks adalah suatu gerakan yang tidak dissadari dan merupakan
reaksi atas suatu stimulus yang terjadi di luar kehendak serta gerakanya
mempunyai pola yang sama. Tujuan gerakan refleks ini adalah untuk
melindungi tubuh dari suatu aksi yang mengejutkan, termasuk juga
menghindarkan diri dari bahaya.

Gerak refleks ini stimulasi sel motorik yang dibawa oleh neuron aferen
dari jaringan. Dengan demikian, stimulus yang datang selain menghasilkan
sensasi, juga menimbulkan gerakan. Merupakan gerakan yang tiba – tiba.
Pembagian gerakan refleks menurut jalan stimulusnya terjadinya refleks :
a. Refleks Spinal Segmental
merupakan jalan refleks yang paling sederhana, reseptornya terdapat di
kulit atau otot. Contoh : geraka pada bayi bila tanganya di sentuh.

b. Refleks Spinal Intrasegmental


merupakan jalan aferen yang dapat juga melalui beberapa segmentum di
sebelah atasnya atau sebelah bawahnya dan berakhir di dalam cornu anterio
pada segmentum di sebelah atas atau di bawah. Contoh : meluruskan tungkai
bila menepak tanah.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Martil Refleks

IV. JALANYA PERCOBAAN


1. Refleks Urat
- OP disuruh duduk di tepi meja dengan tungkai dibawah tergantung.
Kemudian lihat dibawah tempurung lutut di pukul dengan martil refleks
oleh PP.
- OP disuruh berdiri, satu tungkai bawah letakan dengan tulang kering pada
kursi dengan kaki digantung pada kursi. Kemudian PP memukul urat tumit
dengan martil refleks.

2. Refleks Mengejapkan Mata :


- OP disuruh duduk di tepi meja, kemudian dengan menggunakan tangan PP
menepiskan mata OP di depan wajah dengan tiba - tiba
V. HASIL PERCOBAAN
1. Refleks Urat
- Pada saat OP disuruh dudk di tepi meja dengan tungkai dibawah
tergantung. Kemudian lihat dibawah tempurung lutut di pukul dengan
martil refleks oleh PP. Maka terjadi gerakan spontan meluruskan kaki
yaitu gerakan eksentos.
- Pada saat OP disuruh berdiri, satu tungkai bawah letakan dengan tulang
kering pada kursi dengan kaki digantung pada kursi. Kemudian PP
memukul urat tumit dengan martil refleks. Maka terjadi gerakan refleks
membengkokan kaki yaitu gerakan fleksor.

2. Refleks Mengejapkan Mata :


- Pada saat OP disuruh duduk di tepi meja, kemudian dengan menggunakan
tangan PP menepiskan mata OP di depan wajah dengan tiba – tiba. Maka
dengan spontan OP mengedipkan matanya.

VI. KESIMPULAN
Gerak refleks adalah suatu gerakan yang tidak dissadari dan merupakan
reaksi atas suatu stimulus yang terjadi di luar kehendak serta gerakanya
mempunyai pola yang sama. Tujuan gerakan refleks ini adalah untuk
melindungi tubuh dari suatu aksi yang mengejutkan, termasuk juga
menghindarkan diri dari bahaya.

Palembang, 9 Januari 2010


Praktikan

Iredho Fani Reza


DAFTAR PUSTAKA

Sarifuddin.1997.I.anatomy psikologi. edisi kedua : jakarta

Anda mungkin juga menyukai