Anda di halaman 1dari 22

Reza Saka Prawira Pembimbing: dr. Ismoyowati, Sp.

KJ

Amfetamin adalah suatu stimulan dan menekan nafsu makan. Amfetamin menstimulasi sistem saraf pusat melalui peningkatan zat-zat kimia tertentu di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan heart rate dan tekanan darah, menekan nafsu makan serta berbagai efek yang lain. Penggunaan amfetamin dengan suatu kelainan psikiatri berhubungan dengan ketergantungan dan penyalahgunaannya.

Amfetamin sulfat adalah sejenis tablet amfetamin yang pada sekitar tahun 1960 dan 1970 disalahgunakan oleh siswa atau mahasiswa. Tetapi juga pada masa itu beredar amfetamin sulfat dalam bentuk suntikan yang disebut dengan istilah amfet. Dewasa ini derivat amfetamin dipasarkan di indonesia dalam bentuk: ecstasy dan shabu

penggunaan obat terlarang lebih sering terjadai pada orang yang berusia muda, lakilaki lebih sering dari pada perempuan, dan pada orang dengan social ekonomi yang rendah, pada daerah dengan rata-rata masalah social yang lebih tinggi. National Household Survey and Drug Abuse (NHSDA) melporkan pada tahun 1997 terdapat 4,5% dari orang yang berusia 12 tahun atau lebih menggunakan stimulan bukan atas indikasi medis

Epidemiologic Catchment Area (ECA) melaporkan kombinasi kategori antara ketergantungan dan penyalahgunaan amfetamin dan obat yang mirip amfetamin, yaitu: prevalensi 1 bulan, 6 bulan, dan seumur hidup berturut-turut 0,1; 0,2; dan 1,7 persen. Rata-rata ketergantungan seumur hidup untuk umur 15-54 tahun yaitu 1,7%; 15% responden memiliki kebiasaan penggunaan stimulant tanpa indikasi medis. Diantara yang dilaporkan tanpa indikasi medis 11% ditemukan criteria ketergantungan

Ketergantungan obat, termasuk amfetamin dan zat yang mirip amfetamin dipandang sebagai suatu hasil dari sebuah proses interaksi dari banyak faktor (social, psikologi, kultural, dan biologi) yang mempengaruhi kebiasaan penggunaan obat

Amfetamin memiliki potensi untuk meningkatkan mood dan efek euforigenik pada manusia dan efek menguatkan pada hewan percobaan. Faktor sosial, kultural, dan ekonomi merupakan faktor penentu yang sangat berpengaruh terhadap alasan pemakaian, pemakaian yang berkelanjutan, dan relaps. Pemakaian yang berlebihan lebih jauh berkaitan dengan ketersediaan amfetamin atau obat yang mirip amfetamin.

Amfetamin bekerja merangsang susunan saraf pusat melepaskan katekolamin (epineprin, norepineprin, dan dopamin) dalam sinaps pusat dan menghambat dengan meningkatkan rilis neurotransmiter entecholamin, termasuk dopamin. Sehingga neurotransmiter tetap berada dalam sinaps dengan konsentrasi lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dari biasanya. Semua sistem saraf akan berpengaruh terhadap perangsangan yang diberikan.

Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin, jumlah yang digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil semua jenis amfetamin akan meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan euforia, menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan rasa lelah dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa kuat.

Dosis sedang amfetamin (20-50 mg) akan menstimulasi pernafasan, menimbulkan tromor ringan, gelisah, meningkatkan aktivitas montorik, insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan kantuk, dan mengurangi tidur Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat menimbulkan perilaku stereotipikal

Fisik
Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan efek samping, yang paling serius mencakup efek serebrovaskular, kardiak, dan gastrointestinal.

Psikologis
kegelisahan, disforia, insomnia, iritabilitas, sikap bermusuhan, dan kebingungan Konsumsi amfetamin juga dapat menginduksi gejala gangguan ansietas seperti gangguan ansietas menyeluruh dan gangguan panik serta ide rujukan, waham paranoid, dan halusinasi.

Laboratorium
Elektrolit Glukosa darah Fungsi ginjal Urinalisis Tes kehamilan Fungsi hati Jumlah sel darah Toksikologi Enzim jantung

Gambaran Radiologi
Chest

x-Ray CT-Scan. darah, ECG

Tes lain : Analisa gas

Penatalaksanaan intoksikasi amfetamin


Bila suhu badan naik > kompres, minum air dingin Bila kejang > diazepam atau klordiazepoksid Bila tekanan darah naik > anti hipertensi Bila terjadi takikardi > beta-blocker Untuk mempercepat ekskresi amfetamin > asidifikasi air seni dengan memberi amonium klorida Bila timbul gejala psikosis atau agitasi >
haloperidol

Penatalaksanaan putus amfetamin


Rawat di tempat yang tenang dan biarkan pasien tidur dan makan sepuasnya. Waspada terhadap kemungkinan timbulnya depresi dengan ide bunuh diri. Dapat diberikan anti depresi.

Terapi pada PsikosisAkibat Penggunaan Amfetamin


Psikosis akibat penggunaan amfetamin sangat mirip dengan skizofrenia paranoid. Pada psikosis akibat penggunaan amfetamin dapat diberikan klorpromazin

Psychosis (pikiran menjadi tidak nyata, jauh dari realitas) Kelainan psikologis dan tingkah laku Pusing-pusing Perubahan mood atau mental Kesulitan bernapas Kekurangan nutrisi Gangguan jiwa

Amfetamin adalah zat adiktif yang tergolong stimulansia terhadap susunan saraf pusat di samping kokain, kafein dan efedrin. Pengaruh amfetamin pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi amfetamin memerlukan tindakan segera. Intoksikasi amfetamin adalah sindrom mental organik yang terjadi beberapa menit sampai jam setelah menggunakan amfetamin. Pengobatan psikofarmaka pasien pengguna amfetamin tergantung dari gejala-gejala yang timbul, intoksikasi ataupun putus amfetamin, juga dibutuhkan pengobatan lain seperti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke kelompok-kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai